rumah agar anak memiliki bekal yang cukup untuk dapat mengantisipasi segala macam pengaruh dari luar yang bertentangan dengan syari’at islam.
Dari latar belakang yang penulis paparkan dan ketengahkan diatas, maka penulis tertarik sekali untuk mengungkapkan masalah ini dalam sebuah skripsi
yang berjudul : URGENSI KETELADANAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK MUSLIM DI MADRASAH
ALIYAH ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
a. Gagalnya pendidikan anak di rumah
b. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya
c. Adanya anak melawan kepada orang tua
d. Perkataan kurang sopan anak terhadap gurunya
e. Perilaku kekerasan mewarnai kehidupan siswa
f. Banyak pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa
2. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari perluasan dan salah tafsir terhadap judul penelitian tersebut penulis memberi batasan sebagai berikut:
a. Keteladanan perilaku yang diberikan orang tua terhadap anaknya agar
terbentuk perilaku terpuji pada diri anak.
3. Perumusan Masalah
“Bagaimana Urgensi keteladanan orang tua dalam membentuk kepribadian anak Muslim
?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang dicapai dalam membahas masalah ini adalah sebagai berikut :
a. Ingin mengetahui bagaimana urgensi keteladanan orang tua dalam membentuk kepribadian anak Muslim
b. Ingin mengetahui bagaimana konsep kepribadian anak Muslim dalam
Islam
2. Manfaat Penelitian
Adapun harapan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah suatu kegunaan, yaitu :
a. Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
pengertian yang lebih luas dalam cakrawala tentang keteladanan orang tua dalam membentuk kepribadian anak Muslim.
b. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan sebagai bacaan untuk
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. c.
Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam usaha memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Keteladanan Orang Tua
1. Pengertian Keteladanan Orang Tua
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia keteladanan berasal dari kata teladan yang artinya “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh
perbuatan, kelakuan, ucapan, dan sebagainya ”.
1
Keteladanan orang tua adalah sesuatu yang akan ditiru dari anaknya baik perkataan, perbuatan dan tingkah laku apakah tingkah yang baik yang sesuai
hukum yang berlaku agama dan negara atau yang buruk. Keteladanan yang diterima seorang anak membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama dan
pembelajaran dari lingkungannya. Agar orang tua atau guru berhasil mendidik anaknya atau anak didiknya
maka ia harus mengikuti beberapa manhaj, aturan dan landasan yang baik. Dalam Islam manhaj itu dinamakan Tarbiyyah Islamiyyah pendidikan berlandaskan
Islam yang benar, yakni landasan yang dibawa oleh agama Nabi Muhammad berlandaskan al-quran dan hadits-hadits shahih. Seandainya para orangtua atau
guru telah menjalankan hal tersebut maka niscaya ia menjadi hamba yang sukses dipandangan Allah dan keluarganya. Allah berfirman :
.....
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2003 , Edisi ketiga, h. 1160.
Artinya : “Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka..”. QS At-Tahrim : 6 Memelihara diri, terutama memelihara keluarga dari api neraka dapat
dilakukan dengan cara memberikan contoh suri tauladan yang baik dan mengajak untuk mengaplikasikannya dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Jika Rasulullah
SAW diutus untuk menjadi rahmat bagi semesta alam, maka manusia diutus untuk menjadi rahmat bagi orang-orang disekitarnya, yang dalam hal ini adalah keluarga
dan lingkungan masyarakat. Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam kesuksesan anak didik
untuk menjadi baik atau buruk. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu
menjauhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah SWT, diharapkan anak didik akan tumbuh dan berkembang dalam kejujuran, terbentuk akhlak mulia
pada diri anak, berani mengambil sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika
pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina.
Anak didik, bila dilihat dari satu segi, ia merupakan buah hati dan bunga dalam keluarga. Dari segi lain ia merupakan amanat Ilahi yang harus dididik dan
dibimbing sesuai dengan kehendak Allah. Keteladanan bersumber dari pendidikan orang tua dalam lingkungan
keluarga. Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri, karenanya peran orang tua sangat penting dan ikut menentukan
keberhasilan pendidikan anaknya. Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dikatakan bahwa anak itu dilahirkan
dalam keadaan suci fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
2
Allah SWT adalah Maha Pendidik dan Dialah peletak pertama metode samawi yang tiada taranya, bahkan Allah SWT lah Yang Maha Kuasa
2
Ahmad Sunarto, dkk, Tarjamah Shahih Bukhari, Semarang : CV, Asy- Syifa, 1993 , jilid II, cetakan pertama, h. 307.