Proses Pembentukan Kepribadian Muslim
Islam menganjurkan kepada setiap muslim agar berusaha memiliki kepribadian yang sempurna, baik lahir maupun batin, sehingga segala sesuatu
yang dilakukannya sesuai dengan tuntutan Islam, ketika mengalami kesulitan di luar dugaannya ia selalu sabar dan menenangkan hatinya, karena dibalik itu
mungkin mengandung hikmah. Iman tidaklah berarti percaya atau tidak membantah, akan tetapi iman itu
mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan dilakukan dengan perbuatan, sedangkan ibadah merupakan bukti keimanan kepada Allah dengan
menjalankan segala ketentuaan perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia dalam rangka berhubungan dengan Allah syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji
bagi yang mampu. Jadi kepribadiaan muslim itu merupakan hasil dari pada mempraktekkan segala rukun iman, rukun Islam dan tuntutan ihsan.
Ciri – ciri kepribadian muslim :
a. Bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kebahagiaan.
Bersikap sabar ketika sedang ditimpah cobaan dan mau bersyukur ketika mendapatkan nikmat, adalah salah satu khas orang yang beriman dan
merupakan sumber ketenangan baginya.
24
b. Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim
Menjaga hubungan baik sesama muslim iaiah dengan cara tetap mempertahankan perasaan saling mencintai, saling mengasihi, saling
menyayangi, dan saling menolong, hal itulah yang menumbuhkan semangat yang kondusif bagi pembentukan pribadi yang mantap.
25
c. Selalu Optimis
Selalu merasa optimis dan tidak mudah berputus asa akan dapat mewujudkan jiwa yang damai dan tenang. Allah berfirman :
24
M Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja, Jakarta Pustaka Al – Kautsar,
2002 , cetakan pertama, h. 118.
25
M Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi…, h. 120.
Artinya : “ dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus dari rahmat Allah, Melainkan kaum yang kafir”. Q.S. Yusuf : 87
Al- qur’an memberikan ketenangan pada kaum muslimin dengan
menyatakan, bahwa sesungughnya Allah akan selalu bersama mereka. Apakah mereka bertanya kepada Allah, sesungguhnya Dia amat dekat
dengan mereka. Allah tentu akan mengabulkan apabila mereka mau berdo’a kepada-Nya.
d. Bersikap jujur
Kejujuran selalu melekat pada pribadi muslim. Ajaran Islam yang telah menjadi bagian hidupnya mengajarinya bahwa kejujuran merupakan
puncak segala keutamaan, dan asas kemuliaan akhlak. Kejujuran pada gilirannya akan membimbing manusia kearah kebaikan dan mengantarkan
manusia ke surga.
26
e. Berakhlak luhur
Muslim yang benar selalu menampilkan budi yang baik, perangi yang lembut, perkataan yang halus dan ramah. Nabi Muhammad SAW, manusia
yang harus dijadikan panutan dan idola kaum muslimin, telah banyak mencontohkan perbuatan-perbuatan mulia untuk menuntun umatnya.
27
f. Suka memberi nasehat
Seseorang muslim yang benar-benar bertakwa tidak hanya lepas dari sifat- sifat tercela tetapi ia juga menghiasi dirinya dengan sifat dan akhlak mulia,
positif dan konstruktif yaitu akhlak suka memberi nasihat dan jujur bagi setiap muslim di masyarakatnya dengan kepercayaan bahwa agamanya
adalah nasihat.
28
g. Penyayang terhadap sesama
26
Muhammad Ali Hasyim, Apakah Anda Perkepribadiaan Muslim, Jakarta : Gema Insani Press, 1999 , cetakan ke-9, h. 11.
27
Muhammad Ali Hasyim, Apakah Anda …, h. 23.
28
Muhamamad Ali Hasyim, Jati Diri Muslim, Jakarta : Pustaka Al – Kautsar, 1999 ,
cetakan pertama, h. 173.
Seorang muslim yang benar-benar memahami hukum-hukum agamanya dan mengamalkan ajarannya yang penuh toleransi akan senantiasa bersifat
penyayang dari hatinya terpancar mata air rahmat dan kelembutan, lantaran ia tahu bahwa rahmat kasih sayang yang disebarkannya kepada
orang lain menjadi penyebab dirinya memperoleh rahmat kasih sayang dari Allah SWT.
29
Lebih lanjut lagi Abdul Mujib menyatakan bahwa cirri-ciri kepribadiaan muslim itu adalah yang meliputi lima rukun Islam, yaitu :
1. Membaca dua kalimat syahadat, yang melahirkan kepribadian syahadatain.
Kepribadian syahadataian adalah kepribadian individu yang didapat setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, memahami hakikat dari ucapannya
serta menyadari akan segala konsekuensi persaksiannya tersebut. Kepribadian syahadatain meliputi domain kognitif dengan pengucapan dua
kalimat secara verbal, domain aktif dengan kesadaran hati yang tulus, dan domain psikomotorik dengan melakukan segala perbuatan sebagai
konsekuensi dari persaksiannya itu. 2.
Menunaikan shalat, yang melahirkan kepribadian mushalli. Kepribadian mushalli adalah kepribadian individu yang didapat setelah
melaksanakan shalat dengan baik, konsisten, tertib dan khusyu’, sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang dikerjakan. Pengertian ini didasarkan
atas asumsi bahwa orang yang tekun shalat memiliki kepribadian lebih shaleh ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan
hikmah dari perbuatannya, terlebih lagi dinyatakan dalam hadis bahwa shalat merupakan cermin tingkah laku individu.
3. Mengerjakan puasa, yang melahirkan kepribadian shaa’im.
Kepribadian shaa’im adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan ketakwaan, sehingga ia
dapat mengendalikan diri dengan baik. Pengertian ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang mampu menahan diri dari sesuatu yang
membatalkan puasa memiliki kepribadian lebih kokoh, tahan uji, dan stabil
29
Muhamamad Ali Hasyim, Jati…, h. 185