measurement subjek. Dengan mengetahui fungsi informasi tes, peneliti dapat menentukan seberapa baik sebuah tes dalam rentang latent trait. Perlu
diketahui pula bahwa informasi tes merupakan suatu hal yang independen pada subjek tertentu yang mengikuti tes Embretson, 2000.
Terdapat banyak pengunaan informasi aitem dan informasi tes dalam teori respon butir. Pertama, informasi tes digunakan untuk menentukan aitem
mana yang akan diberikan pada subjek tertentu ketika melakukan computerized adaptive test. Kedua, informasi tes dapat digunakan untuk
membandingkan dua pengukuran konstrak yang sama. Terakhir, informasi aitem dapat dimanfaatkan untuk desain tes dasar, seperti memilih aitem yang
akan dimasukkan ke dalam sebuah pengukuran Embretson, 2000. Perbedaan versi ini dengan versi sebelumnya adalah variabel
dependen diprediksi sebagai probabilitas daripada sebagai log odds. Versi ini juga dikenal sebagai model pengukuran 1 parameter. Salahsatu kelebihan
versi ini yaitu probabilitas merupakan variabel dependen yang lebih familiar dibandingkan rasio log odds Embretson, 2000.
3. Subtes Rechenaufgaben RA
Subtes RA merupakan subtes kelima dari alat ukur inteligensi IST. Subtes ini terdiri dari 20 soal cerita hitungan matematika praktis yang
mengungkap kemampuan berpikir praktis mengenai bilangan. Aspek-aspek yang terdapat dalam subtes RA yaitu berpikir secara logis-induktif, berpikir
praktis dalam masalah hitungan, daya nalar, dan kemampuan mengambil kesimpulan.
Polhaupessy 2009 menjelaskan bahwa terdapat beberapa aspek dalam subtes RA. Pembagian aspek-aspek di dalam keduapuluh aitem subtes RA
dijelaskan dalam tabel 1.
Tabel 1. Aspek Aitem Subtes RA
No Aspek
Nomor Aitem 1
Berpikir praktis dalam masalah hitungan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11
2 Berpikir logis indukif
9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17 3
Daya nalar 18, 19, 20
4 Kemampuan mengambil keputusan
18, 19, 20
Berpikir praktis dalam masalah hitungan artinya adalah berhitung dengan cara-cara yang efisien dan mudah Alwi, 2005. Aspek ini diungkap
oleh 9 aitem atau 45 aitem subtes RA. Aspek berpikir logis induktif yaitu berpikir dengan logika yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus
untuk mencapai kesimpulan umum Alwi, 2005. Kesimpulan yang ditarik dari hal yang diteliti akan juga berlaku bagi hal yang sejenis namun belum
diteliti. Aspek ini terungkap dari 8 aitem atau 40 aitem subtes RA. Alwi 2005 mendefinisikan aspek daya nalar sebagai kemampuan
untuk mengembangkan pikiran atau menganalisa berdasarkan fakta, bukti, atau prinsip yang masuk akal. Aspek terakhir yaitu kemampuan mengambil
keputusan merupakan kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan pemikiran induktif maupun deduktif Alwi, 2005. Kedua aspek ini terungkap
dari 3 aitem atau 15 aitem subtes RA.
Subtes RA memiliki waktu pengerjaan 10 menit tanpa menggunakan alat bantu kalkulator. Hasil subtes RA sendiri bisa digunakan terpisah sebagai
alat ukur kemampuan berpikir praktis mengenai bilangan seseorang. Hal ini dikarenakan subtes-subtes IST memiliki interkorelasi yang rendah antar
subtes. IST dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman, pada
tahun 1953. Amthauer mengungkapkan bahwa inteligensi adalah keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam
hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali atau dilihat melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes Polhaupessy,
2009. Amthaeuer dalam Polhaupessy, 2009 menyatakan bahwa untuk
mengukur intelegensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling
berhubungan karena mengukur faktor yang sama general factor atau group factor, tetapi ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masing subtes
mengukur faktor khusus special factor. Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan
bantuan dari para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an.
a. IST 1953 IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu
usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun 1953.
b. IST 1955 IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang
usia untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah
ada pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia. c. IST 70
Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan
lebih dari 10 tahun, maka disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2
tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70,
rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping itu telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST
70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam
subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak mengerti kalimatnya.
d. IST 2000 Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat
pada soal hitungan. e. IST 2000-Revised
Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut :
1 Grundmodul-Kurzform Modul Dasar-Singkatan; terdiri dari subtes : SE, AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA.
2 Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural 3 Erweiterungmodul Modul menguji pengetahuan; terdiri dari subtes
Wissentest tes pengetahuan IST yang sekarang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi
Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung. Adaptasi ini dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat
Bandung, Jawa Barat Polhaupessy, 2009. IST terdiri dari sembilan subtes dengan total 176 aitem. Masing-
masing subtes memiliki durasi pengerjaan yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual Polhaupessy, 2009.
Kesembilan subtes tersebut antara lain: a. Satzeranzung SE : melengkapi kalimat
Subtes ini mengukur pembentukan keputusan, melakukan penilaian berdasarkan akal sehat, common sense, dan praktis, serta berpikir secara
mandiri. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 6 menit.
b. Wortauswahl WA : melengkapi kalimat Subtes ini mengukur kemampuan bahasa, berpikr verbal secara induktif,
kemampuan berempati, dan memahami pengertian bahasa. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 6 menit.
c. Analogien AN : persamaan kata Subtes ini mengukur kemampuan pengkombinasian, fleksibilitas dalam
berpikir, mendeteksi dan memindahkan hubungan-hubungan, kejelasan dan kekonsuenan dalam berpikir, serta pertentangan terhadap penjelasan
yang mengira-ngira. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 7 menit.
d. Gemeinsamkeiten GE : sifat yang dimiliki bersama Subtes ini mengukur kemampuan abstraksi verbal, kemampuan
menyatakan pengertian sesuatu dalam bahasa, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah
8 menit. e. Merk Aufgaben ME : latihan simbol
Subtes ini mengukur kemampuan memberikan perhatian, kemampuan menyimpan kata-kata yang telah dipelajari, kemampuan mengingat dalam
waktu jangka lama, serta daya ingat. Durasi yang diberikan untuk subtes ini adalah 3 menit untuk menghafal dan 6 menit untuk mengerjakan.
f. Rechen Aufgaben RA : berhitung Subtes ini mengukur kemampuan berpikir praktis dalam melakukan
hitungan, berpikir secara logis-induktif, berpikir secara matematis, daya nalar, dan kemampuan mengambil kesimpulan. Durasi yang diberikan
untuk mengerjakan subtes ini adalah 10 menit. g. Zahlen Reihen ZR : deret angka
Subtes ini mengukur kemampuan berpikir teoritis dalam masalah hitungan, berpikir secara induktif dengan angka-angka, serta fleksibilitas
dalam berpikir. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 10 menit.
h. Form Auswahl FA : memilih bentuk Subtes
ini mengukur
kemampuan membayangkan,
kemampuan mengkonstruksi, berpikir konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian
pada suatu keseluruhan. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 7 menit.
i. Wurfel Aufgaben WU : latihan balok Subtes ini mengukur daya bayang ruang, kemampuan tiga dimensi,
analitis, serta kemampuan konstruktif teknis. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 9 menit.
Penelitian ini berfokus pada revisi aitem pada subtes RA. Hal ini dikarenakan subtes RA memiliki hasil evaluasi karakteristi psikometri yang
lebih lengkap dibandingkan subtes lain yang juga telah diuji karakteristik
psikometrinya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subtes RA memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik sehingga perlu direvisi.
Sari dan Rahmawati 2011 menemukan bahwa subtes ini memiliki interkorelasi tinggi dengan 8 subtes lainnya, berkisar dari 0.417 sampai 0.999.
Hal ini menunjukkan bahwa subtes RA tidak lagi berfungsi sebagaimana tes
ini disusun oleh Amthauer pada tahun 1953.
Reliabilitas subtes RA juga tidak mencapai nilai 0.90 seperti yang seharusnya karena hanya sebesar 0.851. Analisis indeks kesukaran aitem
memperlihatkan bahwa terdapat 15 aitem memiliki nilai p mendekati 0 maupun 1. Padahal, Murphy Davidshofer 2003 mengungkapkan bahwa
nilai p yang baik berada pada rentang 0.30 p 0.70. Analisis indeks daya
beda aitem menunjukkan terdapat 4 aitem yang memiliki d 0.40, yaitu aitem nomor 77, 93, 94, dan 96. Hal ini mencerminkan bahwa aitem tersebut
kurang mampu membedakan kemampuan berpikir praktis mengenai perhitungan, berpikir matematis, logis-induktif, penalaran, serta daya
pengambilan keputusan individu.
Rahmawati 2014 menganalisa DIF subtes ini dan menemukan
terdapat 4 aitem menguntungkan kelompok perempuan yaitu aitem nomor 81, 82, 85, dan 88 dan 4 aitem menguntungkan kelompok laki-laki yaitu aitem
nomor 78, 80, 87, dan 96. Adanya DIF pada 8 aitem dalam subtes RA mencerminkan bahwa tes tidak dapat menunjukkan perbedaan kemampuan
antarindividu yang sesungguhnya. Sebaliknya, tes justru menunjukkan perbedaan kemampuan antarkelompok perempuan dan laki-laki. Rahmawati
2014 menemukan bahwa berdasarkan pendekatan Item Response Theory terdapat 10 aitem memiliki indeks daya diskriminasi aitem dalam kategori
kurang baik yaitu aitem nomor 84, 85, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, dan 95 serta terdapat 5 aitem memiliki indeks kesukaran aitem yang kurang baik yaitu
aitem nomor 77, 93, 94, 95, dan 96. Penemuan-penemuan di atas membuat peneliti tertarik dalam
melakukan revisi subtes RA dibandingkan pada subtes lainnya karena telah memiliki data yang lebih lengkap yang menunjukkan bahwa subtes RA perlu
direvisi, yang meliputi indeks kesukaran aitem, daya diskriminasi aitem, dan deteksi DIF berdasarkan jenis kelamin.
BAB III METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian