Hubungan Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity Dan Association Dengan Pengungkapan Diri Pada Pengguna Facebook

(1)

HUBUNGAN TIPE PERTEMANAN RECIPROCITY,

RECEPTIVITY DAN ASSOCIATION DENGAN

PENGUNGKAPAN DIRI PADA PENGGUNA FACEBOOK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh: RINA GULETTA

061301040

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity Dan Association Dengan Pengungkapan Diri Pada Pengguna Facebook

Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2010

RINA GULETTA S. DEPARI NIM. 061301040


(3)

Hubungan Antara Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity dan Association dengan Pengungkapan Diri pada Pengguna Facebook

Rina Guletta dan Ridhoi Meilona Purba ABSTRAK

Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial yang menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi serta membangun jaringan pertemanan secara online. Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008) menyatakan proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah hubungan. Namun hubungan yang dijalin mempengaruhi frekuensi dan kecenderungan untuk mengungkapkan diri dengan orang tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook.

Penelitian ini menganmbil sampel sebanyak 200 orang yang memiliki dan aktif menggunakan facebook. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah skala yaitu skala pengungkapan diri dan skala tipe pertemanan yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori pengungkapan diri dari Devito (1986) dan teori tipe pertemanan dari Reisman (1987). Skala pengungkapan diri memiliki nilai realibilitas (rxx)=0.876 dan nilai realibilitas skala

tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association masing-masing sebesar 0.826, 0.607 dan 0.792.

Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan teknik korelasi koefisien kontingensi menunjukkan koefisien kontingensi 0.268 dengan tingkat signifikansi 0.030 < dari taraf nyata (α) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook. Kata kunci : Reciprocity, Receptivity, Association, Pengungkapan diri, Facebook


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Engkau Bapa yang selalu memelihara, memberikan hikmat, berkat, penyertaan, kekuatan, sukacita dan penghiburan yang tiada pernah ada hentinya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah yang di susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berjudul “Hubungan Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity Dan Association Dengan Pengungkapan Diri Pada Pengguna Facebook”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta. Orangtua yang penulis hormati dan sayangi, G. S. Depari dan R. Kaban, yang tiada pernah lelah dan tiada henti selalu memberikan perhatian, menyemangati, mendoakan, mengajarkan nilai-nilai hidup, mengajarkan perjuangan, berbagi, menjadi berani dan pantang menyerah bagi penulis. Rasa terima kasih yang mendalam penulis ucapkan untuk kasih sayang yang tulus yang selalu kalian berikan, dan doa yang tulus penulis panjatkan bagi kedua orangtua penulis untuk kesehatan, kekuatan dan umur yang panjang untuk Bapak dan Mamak. Penulis senang dengan skripsi ini dapat menambah kebahagiaan dan kebanggaan Bapak dan Mamak atas kelulusan penulis.

Dalam menyelesikan proposal skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:


(5)

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ridhoi Meilona, M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas setiap arahan, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan baik itu berupa waktu, pikiran dan saran yang sangat membantu dan selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Irna Minauli, Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun bagi penulis.

4. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi USU yang memberikan pengetahuan yang berharga dan bermanfaat bagi penulis, dan juga kepada seluruh pegawai di Fakultas Psikologi USU yang setia membantu penulis dalam menyediakan segala keperluan selama perkuliahan, khususnya dalam penelitian ini.

5. Abang dan adik tersayang, bang Gitra dan adik Revan. Bersama kalian, penulis bisa menjadi diri sendiri, menjadi seorang adik dan kakak. Kalian menjadi tempat bersandar ketika beban berat, dan tempat tertawa ketika bahagia. Terima kasih untuk setiap doa, semangat, kasih sayang, dukungan, nasihat, dan canda tawa yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menghilangkan kejenuhan yang menghampiri penulis dan memberikan semangat kepada penulis untuk tetap tekun menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Untuk saudara-saudaraku, untuk pak tengah, pak tua, bi tua, bi tengah, dan bi uda. Terimakasih banyak penulis ucapkan, untuk nasihat yang selalu kalian


(6)

berikan, semangat, dan doa yang selalu kalian panjatkan untuk kesuksesan penulis. Tuhan memberkati kita semua.

7. Andri Primadana Bangun, terima kasih telah menjadi pendengar yang setia dengan segala keluh-kesah yang penulis sampaikan, motivator yang selalu setia memberikan saran, menjadi seseorang yang selalu ada bagi penulis, memberikan semangat dan nasihat yang berarti bagi penulis, dan sebagai tempat untuk bertukar pendapat walaupun kita memiliki bidang yang berbeda, namun engkau selalu mencoba mengerti dengan keadaan yang ada. Engkau mampu menumbuhkan semangat, ketika penulis berhenti dan ingin menyerah, dan mampu menorehkan senyuman ketika dunia begitu menyiksa. Kehadiranmu begitu berarti, terimakasih atas kasih sayang yang telah engkau berikan.

8. Sahabat terbaikku, Nina Karina Tarigan Gersang yang selalu ada, teman kecilku, sahabatku, sebagai tempat berbagi, bernaung, dan penasihat setia. Terima kasih atas semangat, penguatan, doa, teladan, saran, berbagai pengalaman, dan nilai-nilai yang engkau bagikan denganku. Terima kasih ya Kak, semangat, dan mari kita lakukan yang terbaik.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan bersama di kampus Psikologi, yang juga merupakan kakak-kakak penulis. Kak Herty, Kak Sondang, Kak Priska, Kak Pipin, Kak Riri, Omet, Dita, Coik dan Febri. Aku tidak akan mampu berdiri disini, hingga saat ini jika kalian tak ada bersamaku. Berkat terindah yang Tuhan berikan, bisa menjadi sahabat dan adik terkecil bagi kalian semua. Kalian selalu ada dalam suka dan duka, dalam setiap tangis dan tawa, tanpa


(7)

kalian hidup ini mungkin tidak akan berwarna. Kampus ini menjadi begitu sepi sekali ketika satu-persatu dari kalian telah terbang bebas mengarungi dunia, aku selalu merindukan kebersamaan bersama kalian semua. Terima kasih Kak, untuk persahabatan yang kita bina, semua pengalaman yang kita hadapi bersama, untuk semua nasihat, untuk semua waktu, untuk semua bantuan, dukungan, doa, semangat, pelukan sayang, keceriaan, canda tawa yang yang selalu hadir dan menemani hari-hari penulis bersama kalian terutama dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Terkhusus untuk Dita, teman SMPku, teman SMAku, dan teman kuliahku. Seperti tak bisa terpisah denganmu. Selalu membangkitkan semangatku, yang selalu mengajakku untuk tidak menyerah, untuk melakukan yang terbaik hingga akhir, dan memberikan saran dan bantuan setiap kali penulis menemukan kesulitan. Terima kasih banyak Dita.

11.Untuk abangku Matias Bremenda Pinem, terima kasih banyak ya abang, untuk nasihat, semangat dan doa untukku, juga sebagai tempat curhat dikala hatiku sedang gundah gulana.

12.Untuk teman-teman stambuk 2006 yang juga bersama-sama berjuang untuk skripsi. Untuk Kak Priska, Kak Riri, Dinar, Desta, semangat ya teman-teman. Berjuanglah hingga titik akhir, jangan menyerah, kalian pasti bisa. Terima kasih untuk Beriyanti Sunita, dan Olivia yang menjadi teman berbagi di sosial.Terima kasih juga untuk Yayik, Sarah, Sasha, Mirna, Mona yang memberikan inspirasi dalam proses pembuatan aitem.


(8)

13.Untuk Dita, Beriyanti, Devi, Junita, Yayik, Wira, Herna, Darmayanti, Kak Ika ’05, Mona, yang telah membantu penulis dalam proses pengumpulan data, terima kasih banyak penulis ucapkan.

14.Untuk Dhany Tahir Sinambela, terima kasih atas kesediaan dan bantuannya dalam mencari buku itu. Walaupun berakhir nihil namun terimakasih telah mau membantu.

15.Untuk semua orang yang telah bersedia mengisi skala penulis, yang membantu dalam pengumpulan data. Terima kasih banyak penulis ucapakan untuk kesediaan dan waktu yang telah diberikan, semoga Tuhan memberkati dan membalas budi baik kalian semua.

16.Semua orang yang turut membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yang mungkin tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Bantuan yang kalian berikan begitu berarti bagi penulis. Terima kasih, dan semoga Tuhan melimpahkan kasih dan karunia-Nya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guma menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2010


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... x

BAB I. PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Tujuan Penelitian………... 11

C. Manfaat Penelitian……….. 11

1. Manfaat Teoritis………...……... 11

2. Manfaat Praktis………...……... 12

D. Sistematika Penulisan………... 12

BAB II. LANDASAN TEORI………... 14

A. Pengungkapan Diri……….. 14

1. Defenisi Pengungkapan Diri………... 14


(10)

3. Tahapan pengungkapan diri………..…….. 18

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri.…………. 20

5. Fungsi pengungkapan diri………... 22

6. Dampak negatif pengungkapan diri………..…………. 23

B. Teman……….…………. 25

1. Defenisi Teman……….. 25

2. Pertemanan………. 26

3. Tipe-tipe Pertemanan……….………. 26

4. Karakteristik Pertemanan……….………. 27

5. Faktor yang mempengaruhi keputusan membina pertemanan.…. 28 C. Aquintance………..…… 29

D. Facebook………...…….. 29

E. Hubungan Antara Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity Dan Association Dengan Pengungkapan Diri………. 30

BAB III. METODE PENELITIAN………. 34

A. Identifikasi Variabel Penelitian………..… 34

B. Defenisi Operasional……….…. 35

1. Pengungkapan Diri………....…. 35

2. Pertemanan……….…. 36

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel……….… 37

2.1 Populasi dan Sampel……….… 37


(11)

D. Metode Pengambilan Data………...… 40

1. Skala Pengungkapan Diri……… 41

2. Skala Tipe Pertemanan………... 42

E. Uji Coba Alat Ukur……….... 43

1. Validitas Alat Ukur……….. 43

2. Daya Beda Aitem dan Realibilitas Alat Ukur………. 44

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur………... 45

a. Hasil uji coba skala pengungkapan diri... 46

b. Hasil uji coba skala tipe pertemanan... 49

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian………... 51

1. Tahap persiapan………... 51

2. Tahap pelaksanaan penelitian……….……….. 52

3. Tahap pengolahan data penelitian……….... 53

G. Metode Analisa Data………. 53

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... 54

A. Analisa Data... 54

1. Gambaran subjek penelitian... 54

a. Gambaran subjek berdasarkan usia... 54

b. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin... 55

c.Gambaran subjek berdasarkan lama menggunakan facebook... 55


(12)

menggunakan facebook... 56

e.Gambaran subjek berdasarkan jumlah account yang dimiliki... 57

f.Gambaran umum pengungkapan diri subjek... 58

g.Penggolongan subjek penelitian berdasarkan tipe pertemanan... 60

2. Hasil utama penelitian... 63

3. Hasil tambahan penelitian... 64

a. Gambaran pengungkapan diri beradasarkan jenis kelamin... 64

b. Gambaran pengungkapan diri berdasarkan usia... 65

B. Pembahasan... 66

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 70

A. Kesimpulan... 70

B. Saran... 71

1. Saran metodologis... 71

2. Saran praktis... 72

DAFTAR PUSTAKA... 73


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah pengguna aktif facebook di Indonesia tahun 2010... 3

Tabel 2. Distribusi aitem-aitem tipe pertemanan yang dianut pengguna Facebook... 42

Tabel 3. Blue print skala pengungkapan diri sebelum uji coba... 46

Tabel 4. Blue print skala pengungkapan diri setelah uji coba... 47

Tabel 5. Blue print skala pengungkapan diri untuk penelitian... 48

Tabel 6. Distribusi aitem-aitem tipe pertemanan untuk penelitian... 50

Tabel 7. Penyebaran subjek berdasarkan usia... 54

Tabel 8. Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin... 55

Tabel 9. Penyebaran subjek berdasarkan lama menggunakan facebook... 56

Tabel 10. Penyebaran subjek berdasarkan frekuensi dan durasi menggunakan facebook... 56

Tabel 11. Penyebaran subjek berdasarkan durasi penggunaan facebook... 57

Tabel 12. Penyebaran subjek berdasarkan jumlah account yang dimiliki... 58

Tabel 13. Gambaran skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi pengungkapan diri subjek... 58

Tabel 14. Kategorisasi norma nilai pengungkapan diri... 59

Tabel 15. Penggolongan pengungkapan diri berdasarkan skor skala pengungkapan diri... 60


(14)

Tabel 16. Kategorisasi tipe pertemanan... 62 Tabel 17. Penggolongan Subjek Berdasarkan Tipe Pertemanan... 63 Tabel 18. Hasil uji koefisien kontingensi tipe pertemanan dan pengungkapan

diri... 64 Tabel 19. Gambaran pengungkapan diri berdasarkan jenis kelamin... 65 Tabel 20. Gambaran pengungkapan diri subjek berdasarkan usia... 66


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data mentah skala uji coba

Lampiran 2. Uji daya beda aitem dan realibilitas

Lampiran 3. Data penelitian


(16)

Hubungan Antara Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity dan Association dengan Pengungkapan Diri pada Pengguna Facebook

Rina Guletta dan Ridhoi Meilona Purba ABSTRAK

Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial yang menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi serta membangun jaringan pertemanan secara online. Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008) menyatakan proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah hubungan. Namun hubungan yang dijalin mempengaruhi frekuensi dan kecenderungan untuk mengungkapkan diri dengan orang tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook.

Penelitian ini menganmbil sampel sebanyak 200 orang yang memiliki dan aktif menggunakan facebook. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah skala yaitu skala pengungkapan diri dan skala tipe pertemanan yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori pengungkapan diri dari Devito (1986) dan teori tipe pertemanan dari Reisman (1987). Skala pengungkapan diri memiliki nilai realibilitas (rxx)=0.876 dan nilai realibilitas skala

tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association masing-masing sebesar 0.826, 0.607 dan 0.792.

Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan teknik korelasi koefisien kontingensi menunjukkan koefisien kontingensi 0.268 dengan tingkat signifikansi 0.030 < dari taraf nyata (α) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook. Kata kunci : Reciprocity, Receptivity, Association, Pengungkapan diri, Facebook


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia telah mengalami pergeseran yang dimulai dari masa industri ke masa pasca industri kemudian ke masa informasi dan telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan adanya kemajuan yang sangat pesat dalam bidang teknologi dan komunikasi. Perubahan yang semakin cepat dalam teknologi komunikasi-informasi, menyediakan suatu media yang memudahkan komunikasi antar manusia secara global (Rahardjo, 2006). Seiring dengan berkembangnya teknologi, kini semakin banyak keluarga yang menggunakan internet untuk tetap menjalin hubungan dengan orang lain. Terbukti dengan penggunaan email, chat, instant messaging, bulletin board, listservs, dan juga mailing list yang digunakan untuk berhubungan dengan orang lain. Selain itu, sejalan dengan perkembangan teknologi, software aplikasi sosial seperti Instant Messaging, Blog, Wiki, dan berbagai layanan situs jaringan sosial juga turut berkembang (Beebe dkk, 2008).

Situs jejaring sosial (social networking sites) merupakan suatu situs yang menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi melalui internet dengan orang-orang baru dari seluruh dunia. Situs ini mengizinkan seseorang untuk menciptakan halaman profil pribadi secara online dengan mudah dan sederhana, serta membangun jaringan pertemanan secara online. Pengguna situs ini dapat berkomunikasi melalui profil mereka baik dengan teman-teman ataupun dengan orang-orang di luar daftar koneksi mereka (Ofcom dalam Restuwati, 2010).


(18)

Kepopuleran media baru ini meningkat dengan cepat berkat kelebihannya yang memungkinkan individu-individu menampilkan diri sesuai dengan keinginan mereka, membangun jaringan sosial yang terdiri dari lingkaran-lingkaran pertemanan, serta berfungsi untuk memperkuat dan memelihara hubungan pertemanan (Ellison, dkk, 2007).

Misalnya facebook, salah satu situs jaringan sosial yang paling terkenal di dunia (Sheldon, 2009). Facebook, situs jaringan sosial online yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg, mulai terbentuk sejak Februari 2004 pada awalnya khusus diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Harvard, namun kini sudah dapat digunakan oleh semua orang dan mengalami perkembangan pesat (Stutzman dalam Limperos dkk, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009, facebook mendapat peringkat pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya, dan prestasi ini mengalahkan situs jaringan sosial MySpace, yang berada pada peringkat ke dua (Sheldon, 2009).

Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi yang dimilikinya (Zarghooni, 2007). Aplikasi yang terdapat dalam facebook memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan informasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya, dan facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak


(19)

dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya (Stutzman dalam Limperos dkk, 2008).

Data yang diperoleh dari laporan Global Monitor, layanan premium yang menyediakan data vital tentang perkembangan pengguna facebook, awal Desember 2009 hingga awal Januari 2010, jumlah pengguna aktif facebook di dunia naik dari 337 juta ke 350 juta. Sejalan dengan perkembangan pengguna facebook di dunia, jumlah pengguna facebook di Indonesia pun turut meningkat. Hal ini didukung oleh jumlah populasi yang besar, Indonesia menempati urutan ke-2 dalam pertumbuhan pengguna facebook tertinggi di dunia (Jayanti, 2010). Bahkan Indonesia mendapat julukan sebagai the Republic of the Facebook dikarenakan perkembangan pengguna facebook di Indonesia yang mencapai 645% pada tahun 2008. Prestasi ini menjadikan Indonesia sebagai the fastest growing country on Facebook in Southeast Asia. Angka pertumbuhan ini mengalahkan pertumbuhan facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas populasi penduduk di dunia (Sahana dalam Anonimous, 2009).

Berikut data pertumbuhan pengguna facebook di Indonesia dimulai bulan Desember tahun 2009 hingga bulan Mei 2010 :

Tabel 1. Jumlah Pengguna Aktif Facebook di Indonesia Tahun 2010 Bulan/Tahun Jumlah pengguna (user) Jumlah peningkatan pengguna

(user) Januari/ 2010 15.301.280

Februari/ 2010 17.301.760 2.000.480

Maret/ 2010 19.094.640 1.792.880

April/ 2010 21.027.660 1.933.020

Mei/ 2010 28.000.000 6.972.340


(20)

Sebagai sebuah situs jaringan sosial online yang berkembang pesat, Facebook telah menjadi tempat interaksi sosial diantara para remaja, muda-mudi dan orang dewasa dari seluruh negara di dunia (Zarghooni, 2007). Data demografi yang diperoleh dari checkfacebook.com per November 2009 diperoleh bahwa jumlah pengguna facebook terbesar di Indonesia adalah individu yang berada pada rentang usia 18-24 tahun yaitu sebesar 41,6% dari keseluruhan total populasi pengguna facebook di Indonesia. Dari keseluruhan populasi pengguna facebook, di dominasi oleh pria sebanyak 59,4%, sedangkan wanita sebanyak 40,6% (Donny, 2010).

Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang yang memiliki account di facebook, menyatakan bahwa dengan menggunakan facebook ia dapat bertemu kembali dengan teman-temannya yang sudah lama tidak bertemu, selain itu ia juga dapat menambah kenalan-kenalan melalui facebook. Ia juga menyatakan bahwa 40% dari keseluruhan temannya di facebook tidak dikenalnya sama sekali. Berikut kutipan wawancara dengan salah seorang pengguna situs jaringan sosial yang berinisial IT:

“ ….banyak keuntungan gabung di Facebook, kak. Aku bisa ketemu lagi sama temen-temen lama ku dari Facebook ini. Trus aku juga bisa nambah kenalan-kenalan baru, karena dari keseluruhan temanku di Facebook, ada juga yang gag ku kenal. Sekitar 40% dari jumlah teman yang ku punya, aku gag kenal sama mereka.” (Komunikasi personal, 10 Februari 2010).

Hal ini sejalan dengan temuan yang diperoleh dari hasil survey lapangan terhadap para pengguna facebook yang dilakukan oleh tim InternetSehat.org-ICT Watch yang bekerja sama dengan National University of Singapore. Survei ini dilakukan di kota Sukabumi dan Cilegon di sepanjang April 2010 dengan jumlah


(21)

total responden adalah sebanyak 180 orang pengguna facebook yang berusia diantara 14-25 tahun. Hasil survey menyatakan bahwa 64% dari total responden terkadang langsung melakukan penerimaan atau menyetujui permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal untuk menjadi temannya di facebook, dan 28% dari responden sering melakukan hal tersebut. Selain itu dari hasil survey ditemukan bahwa sekitar 27% responden menyatakan memilih untuk pergi sendiri, tanpa ditemani oleh siapapun ketika hendak “kopi darat” dengan kenalan baru dari facebook (Donny, 2010).

Hal ini sesuai dengan Boyd (dalam Kito, 2005) yang menyatakan bahwa facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang berpotensi membuat jaringan pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen.

Tubbs (2003) menyatakan bahwa fasilitas yang dimiliki facebook memudahkan penggunanya untuk mengirimkan dan berbagi biografi visual untuk mempertahankan pertemanan dengan kenalan dan untuk mengeksplorasi hubungan yang dibentuk dengan orang lain yang belum dikenal. Mengetahui informasi personal merupakan syarat utama ketika seseorang memulai suatu hubungan interpersonal. Pada hubungan personal yang dibentuk secara online, kita mengembangkan identitas kita sebagai anggota dari komunitas online tersebut dan membentuk kesan terhadap anggota lainnya. Jones & Kenny (dalam Wang dkk, 2009) menyatakan dengan mengetahui beberapa informasi yang tidak


(22)

ditampilkan secara online yang mencakup beberapa isyarat penting bagi orang tersebut berguna untuk membentuk kesan terhadap temannya berkomunikasi dan penampilan secara fisik merupakan petunjuk yang paling dicari.

Hasil penelitian Ellison (2009) mengemukakan 3 tahapan dalam menjalin hubungan melalui facebook. Tahapan pendekatan yang dilakukan meliputi initiating, maintaining, dan information seeking. Pada tahap initiating, individu menggunakan facebook untuk memulai suatu hubungan dengan orang lain. Steinfield (2009) menyatakan bahwa dalam dunia online individu bertemu dan berkenalan dengan orang lain pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini memudahkan individu untuk memperoleh informasi satu sama lain dan memfasilitasi terjadinya komunikasi. Tahap maintaining individu menggunakan facebook untuk mempertahankan hubungan atau ikatan yang sudah terjalin. Kemudian pada tahap information seeking individu menggunakan facebook untuk memfasilitasi hubungan dengan orang lain, untuk mencari informasi seputar orang tersebut.

Sheldon (2009) melakukan sebuah penelitian, yang mengungkapkan bahwa ketika terdapat persepsi ketertarikan diantara dua orang, maka ketertarikan tersebut akan mendorong seseorang untuk terbuka dan melakukan pengungkapan diri di facebook, khususnya meningkatnya jumlah topik pembicaraan yang didiskusikan dengan orang lain. Beberapa penelitian (dalam Devito, 1986) menemukan bahwa kita akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan orang yang kita sukai dan sebaliknya kita tidak akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan orang yang kita sukai. Dayakisni (2009) menyatakan


(23)

bahwa dalam interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang lain tersebut akan menerima atau menolak kita, bagaimana cara orang lain mengetahui tentang kita ditentukan oleh bagaimana individu dalam mengungkapkan dirinya.

Beebe(2008) menyatakan pengungkapan diri dapat membangun keintiman dalam suatu hubungan yang kita bina dengan orang lain. Namun terdapat perbedaan antara komunikasi langsung dengan komunikasi secara online yaitu terdapat anonimitas dalam komunikasi online. Wang (2009) juga menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan secara online menekankan pada kurangnya petunjuk dalam sebuah interaksi komunikasi dan komunikasi yang terjadi bersifat anonim. Beebe (2008) menyatakan anonimitas merupakan suatu keadaan dimana kita tidak mengetahui dengan siapa kita menjalin komunikasi. Hal ini sejalan dengan Devito (2008) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yang kita ajak menjalin hubungan. Selain itu terdapat kemungkinan orang yang berinteraksi secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dirinya dan terdapat kemungkinan kecil untuk mengetahui kebohongan tersebut.

Hal ini terbukti dalam kasus penipuan yang dialami oleh seorang pengguna facebook yang berinisial FS, seorang mahasiswi kedokteran yang ditipu oleh tersangka yang mengaku sebagai serorang mahasiswa kedokteran sebuah universitas ternama di Yogyakarta. Berkenalan dengan tersangka melalui facebook dan tertipu oleh bujuk rayunya, hingga FS mengalami kehilangan sejumlah uang dan sebuah laptop (Budi, 2010). Hal yang dialami FS sejalan


(24)

dengan pernyataan yang dikatakan oleh Devito (1985) bahwa bahaya dalam pengungkapan diri dapat menyebabkan kita mengalami kehilangan materi.

Berg & Derlega (dalam Sheldon, 2009) menyatakan pengungkapan diri merupakan suatu proses mengungkapkan informasi pribadi mengenai seseorang secara verbal. Menurut Dayakisni (2003) pengungkapan diri terbagi atas dua jenis, yaitu deskriptif dan evaluatif. Pengungkapan diri yang bersifat deskriptif artinya individu mengungkapkan fakta tentang dirinya yang mungkin belum diketahui oleh lawan bicara seperti pekerjaan, tempat tinggal, agama, umur. Pengungkapan diri yang bersifat evaluatif artinya individu mengungkapkan pendapat atau perasaan pribadinya misalnya kecemasan individu atas hasil ujian, alasan individu membenci pekerjaannya. Topik-topik dalam pengungkapan diri dapat berupa informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi serta ide yang sesuai dan terdapat dalam diri individu yang bersangkutan.

Kedekatan atau keintiman merupakan elemen terpenting dalam suatu hubungan interpersonal (Dayakisni, 2009). Sheldon (2009) menyatakan bahwa pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah hubungan interpersonal. Sejalan dengan Dayakisni (2009) yang menyatakan bahwa pengungkapan diri dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan suatu hubungan, karena melalui proses mengungkapkan informasi mengenai diri kita, maka kemungkinan dapat membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih intim. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sheldon (2009) bahwa pengungkapan diri juga meningkatkan tingkat kepercayaan interpersonal dengan orang yang menjadi pasangan pengungkapan diri yang kita


(25)

lakukan. Selain itu Altman (dalam Kito, 2005) juga menyatakan bahwa pengungkapan diri juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari suatu hubungan dekat. Hal ini sejalan dengan Devito (1986) yang menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan faktor penting dalam membangun suatu hubungan yang bermakna. Tanpa adanya pengungkapan diri, maka akan sulit membentuk suatu hubungan yang berkualitas.

Hal ini sejalan dengan Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008) menyatakan bahwa proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah hubungan yang kemudian diikuti dengan beberapa proses dimana individu mengungkapkan informasi yang sederhana seperti pendapat (kuantitas) pada interaksi awal dan kemudian informasi yang mendalam (kualitas) ketika hubungan terus berlanjut. Devito (1986) menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada setiap individu dalam melakukan pengungkapan diri dalam hal jumlah, valensi, ketepatan dan kejujuran, keluasan, dan kedalaman informasi yang diungkapkan. Hubungan yang dijalin dengan orang lain juga mempengaruhi frekuensi dan kecenderungan kita untuk mengungkapkan diri dengan orang tersebut. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa seseorang lebih sering melakukan pengungkapan diri kepada orang yang dekat dengan kita, misalnya dengan pasangan, keluarga, atau teman dekat kita.

Sejalan dengan Beebe dkk (2008) yang menyatakan semakin intim hubungan kita yang terbentuk dengan orang lain, maka semakin intim sifatnya informasi yang kita ungkapkan dengan orang tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilbert (dalam Kito, 2005), dimana hasil penelitian


(26)

tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkatan pengungkapan diri yang dilakukan terhadap pasangan dan teman. John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pertemanan yang mewakili suatu kualitas hubungan, yaitu reciprocity, receptivity, dan association.

Devito (2008) menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini merupakan tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.

Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai penerima primer. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak memeproleh suatu hal dari hubungan yang tercipta. Pada tipe pertemanan yang ketiga yaitu association, adalah pertemanan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini, terdapat keramahan dalam hubungan ini tetapi tidak intens.

Raven dan Rubin (dalam Dayakisni, 2009) menyatakan bahwa proses pengungkapan diri pada individu juga memiliki kecenderungan mengikuti norma


(27)

resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang seimbang. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti kita memperlakukan mereka. Menurut Taylor (2009) menyatakan bahwa anonimitas yang terdapat dalam interaksi secara online memudahkan seseorang untuk mengungkapkan informasi personalnya, hal ini mungkin karena individu merasa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat mereka melakukan interaksi secara online.

Maka dari itu peneliti ingin melihat bagaimana hubungan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna situs jaringan social facebook.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi khususnya pada bidang psikologi sosial dan psikologi komunikasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk


(28)

melakukan penelitian selanjutnya berkaitan dengan topik tipe-tipe pertemanan dan pengungkapan diri pada para pengguna facebook.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada individu pengguna facebook mengenai hubungan antara tipe pertemanan dengan pengungkapan diri yang dilakukan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi para pengguna facebook, agar berhati-hati dan teliti dalam melakukan pengungkapan diri, khususnya dalam interaksi komunikasi yang dilakukan secara online.

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini berisi tinjauan teoritis yang sesuai dengan variable-variabel dalam penelitian yaitu kesepian dan pengungkapan diri, hubungan antar variable, kerangka berffikir, dan hipotesa penelitian.


(29)

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini berisi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional variable, sampel dan teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, validitas dan realibilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, serta metode analisis data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data

Bab ini berisi pengolahan data penelitian meliputi gambaran umu subjek penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian, dan hasil tambahan penelitian.

BAB V : Kesimpulan, Saran, dan Diskusi

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, diskusi penelitian, dan saran-saran yang diperlukan baik secara teoritis maupun praktis untuk lebih menyempurnakan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengungkapan Diri

1. Defenisi pengungkapan diri

Wrightsman (dalam Dayakisni, 2009) menyatakan pengungkapan diri merupakan suatu proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain. Selain itu Morton (dalam Dayakisni, 2009) juga menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang kita sukai atau hal-hal yang kita sukai atau kita benci.

Canary (dalam Taylor,dkk, 2009) mengungkapkan pengungkapan diri sebagai suatu percakapan dimana kita berbagai informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain. Sedangkan Gardner (2002) menyatakan pengungkapan diri sebagai suatu bentuk tindakan bertukar informasi dengan orang lain mengenai diri yang mencakup keadaan pribadi, disposisi, pengalaman masa lalu dan rencana masa depan


(31)

Menurut Devito(1986) pengungkapan diri merupakan sebuah bentuk komunikasi dimana informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan kita beritahukan kepada orang lain. Devito (1985) juga menyatakan beberapa aspek yang terkandung dalam defenisi ini, yang mencakup :

a. Pengungkapan diri merupakan suatu bentuk komunikasi

b. Pengungkapan diri adalah informasi, dimana informasi yang dimaksudkan sebagai sesuatu hal yang belum diketahui sebelumnya oleh si pendengar, dengan kata lain informasi tersebut adalah pengetahuan baru.

c. Pengungkapan diri adalah informasi mengenai seseorang, yang meliputi isi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang atau mengenai orang lain yang dekat dengan kita yang memiliki hubungan ketergantungan signifikan dengan kita.

d. Pengungkapan diri mencakup informasi yang normalnya disembunyikan. Hal ini bukan hanya sekedar informasi yang belum diungkapkan sebelumnya, namun mengenai informasi yang sebelumnya tidak kita ungkapkan dan berusaha untuk menyimpan rahasia tersebut. e. Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Dalam

melakukan pengungkapan diri, komunikasi yang dilakukan sedikitnya diantara dua orang, karena pengungkapan diri bukan merupakan komunikasi intrapersonal.

Oleh karena beragamnya pendapat para ahli akan pengertian pengungkapan diri, maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri adalah


(32)

sebuah bentuk tindakan dimana kita memberitahukan mengenai informasi pribadi kita kepada orang lain,seperti keadaan pribadi, perasaan, pendapat, pengalaman masa lalu dan juga harapan di masa depan.

2. Dimensi-dimensi pengungkapan diri

Pengungkapan diri berbeda-beda pada setiap individu dalam lima dimensi pengungkapan diri sebagai berikut (Devito, 1986):

a. Jumlah

Jumlah dari pengungkapan diri dapat diukur dengan mengetahui frekuensi pengungkapan diri yang dilakukan individu dan durasi waktu yang diperlukan untuk megutarakan pernyataan pengungkapan diri tersebut kepada orang lain. Pengungkapan diri yang baik ditandai dengan frekuensi yang banyak dan hanya membutuhkan sedikit waktu untuk dapat mengutarakan suatu pernyataan yang diinginkan.

b. Valensi

Valensi merupakan hal-hal positif atau negatif yang dinyatakan dalam pengungkapan diri. Individu dapat mengungkapkan diri mengenai hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, memuji atau menjelekkan hal-hal yang ada dalam dirinya. Pengungkapan diri yang baik melibatkan pernyataan hal-hal yang menyenangkan maupun hal-hal yang tidak menyenangkan oleh individu.


(33)

Ketepatan pengungkapan diri individu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan individu tentang dirinya. Individu yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang dirinya akan dapat mengungkapkan diri dengan lebih tepat. Pengungkapan diri dapat bervariasi jika dilihat dari segi kejujurannya. Individu dapat mengungkapkan hal yang sebenarnya atau cenderung melebih-lebihkan, mengabaikan hal yang penting, atau berbohong. Pengungkapan diri yang baik adalah ketika individu dapat memberikan pernyataan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa melebih-lebihkan atau mengurangi informasi sehingga orang lain dapat mengetahui situasi yang akurat.

d. Keluasan

Kemampuan individu untuk mengungkapkan diri sesuai dengan keluasan yang diinginkan, seberapa besar kemampuan individu dalam mengontrol informasi yang akan diungkapkan kepada orang lain. Pengungkapan diri yang baik ditandai dengan kemampuan individu untuk mengungkapkan diri sesuai dengan seberapa luas informasi yang ingin diungkapkan. Semakin akrab suatu hubungan ditandai dengan semakin luasnya informasi yang diungkapkan.

e. Kedalaman

Seberapa besar kedalaman individu dalam mengungkapkan dirinya, apakah individu hanya mengungkapkan diri yang bersifat permukaan atau juga mengungkapkan hal-hal yang bersifat sangat pribadi atau intim. Pengungkapan diri yang baik bagi suatu hubungan akrab adalah individu


(34)

mampu mengungkapkan hal-hal yang bersifat sangat pribadi dan khusus tentang dirinya.

3. Tahapan pengungkapan diri

Dalam proses hubungan interpersonal terdapat tahap-tahap yang berbeda dalam pengungkapan diri. Menurut John Powell (dalam Beebe, 2008), pengungkapan yang kita lakukan mengenai informasi diri kita berkembang berdasarkan tahapan berikut ini:

a. Level 5 : Cliché communication.

Pada tahapan ini, pertama kali kita membangun kontak verbal dengan orang lain dengan mengucapkan sesuatu yang memberitahukan kepada orang tersebut bahwa kita menerima kehadirannya. Biasanya dengan mengucapkan kata “Halo” atau “Apa kabar?” merupakan pertanda untuk memulai suatu hubungan, walaupun singkat dan bersifat mendasar.

b. Level 4: Facts and biographical information.

Setelah menggunakan frase cliché dan memberikan respon untuk membangun interaksi, biasanya kita melanjutkan dengan mengungkapkan informasi mengenai diri kita yang sifatnya tidak mengancam, misalnya nama kita, tempat tinggal, atau usia.

c. Level 3 : Attitudes and personal ideas.

Setelah kita menyebutkan nama dan informasi dasar lainnya, biasanya kita mulai untuk membicarakan mengenai informasi pribadi kita, misalnya sikap kita mengenai pekerjaan atau sekolah atau topik yang bersifat aman


(35)

lainnya. Pada tahapan ini, informasi yang diungkapkan tidak terlalu terbuka dan tidak terlalu mengancam, namun kita mulai untuk mengatakan mengenai hal-hal yang kita sukai atau tidak sukai atau pendapat kita mengenai topik-topik yang tidak bersifat kontroversial.

d. Level 2 : Personal feelings.

Pada tahapan ini, kita mendiskusikan topik-topik dan hal-hal yang sifatnya lebih pribadi. Setelah kita membina rapport dengan seseorang, kemudian kita memberitahukan mengenai ketakutan kita, rahasia-rahasia, dan sikap kita. Secara bertahap semakin meningkat, dan kita mengambil resiko ketika kita memberitahukan informasi ini kepada orang lain, dan dalam tahapan ini dibutuhkan adanya rasa percaya untuk memberitahukan perasaan-perasaan pribadi ini.

e. Level 1 : Peak communication

Powell juga menyebut tahap ini dengan sebutan “gut level” yang dianggap sebagai tahapan akhir dari pengungkapan diri, dan tahapan ini jarang sekali dicapai. Hanya dengan teman yang sangat dekat saja kita akan mengungkapkan beberapa informasi pribadi kita. Powell juga menyatakan bahwa terdapat kemungkinan dimana kita tidak mencapai tahapan kedekatan ini dengan pasangan hidup, keluarga, atau anak kita. Tahapan ini jarang terjadi karena membutuhkan kepercayaan dan melibatkan resiko ketika kita terlalu terbuka.


(36)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pengungkapan diri (Devito, 1986):

a. Pengungkapan diri yang dilakukan orang lain : efek dyad

Secara umum, pengungkapan diri bersifat resiprok, yang memiliki makna bahwa pengungkapan diri cenderung terjadi ketika oranglain telah melakukan pengungkapan diri sebelumnya. Hal ini merupakan efek dyad, ketika individu melakukan pengungkapan diri, maka orang lain akan melakukan pengungkapan diri sebagai respon dari pengungkapan diri yang dilakukan sebelumnya. Pengungkapan diri pasangan menyatakan secara tidak langsung bahwa dalam proses pengungkapan diri terdapat efek spiral (saling berhubungan) dimana setiap pengungkapan diri individu diterima sebagai stimulus untuk penambahan pengungkapan diri orang lain. Pengungkapan diri diantara kedua individu akan semakin baik jika orang yang mendengarkan bersikap positif dan menguatkan.

b.Jumlah pendengar

Sejumlah ketakutan yang dimiliki individu dalam mengungkapkan diri membuat pengungkapan diri akan lebih efektif jika dilakukan dalam jumlah pendengar yang sedikit. Lebih mudah bagi individu untuk menghadapi reaksi satu orang daripada reaksi kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang. Satu pendengar, akan memudahkan individu untuk mengontrol apakah pengungkapan diri individu harus dilanjutkan atau dihentikan dibandingkan sejumlah pendengar yang memiliki sejumlah


(37)

respon. Jumlah pendengar lebih dari satu akan menghasilkan variasi respon dan apa yang diungkapkan individu akan dianggap sebagai hal yang umum karena banyak orang yang tahu.

c. Topik

Sidney M. Jourard menyatakan bahwa pengungkapan diri mengenai uang, kepribadian, dan fisik lebih jarang dibicarakan daripada tentang minat, sikap, dan pendapat serta pekerjaan.

d. Nilai

Nilai yaitu hal-hal positif atau negatif yang diungkapkan. Pengungkapan diri tentang hal-hal yang positif akan lebih disukai daripada pengungkapan diri tentang hal-hal yang negatif. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang menunjukkan bahwa individu akan mengembangkan ketertarikan pada individu yang mengungkapkan infromasi diri yang bersifat positif.

e. Jenis kelamin

Banyak penelitian yang mengindikasikan bahwa perempuan lebih terbuka daripada laki, namun tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam jumlah atau kualitas pengungkapan diri individu menikah. f. Ras, kebangsaan, dan umur

Individu kulit hitam lebih jarang mengungkapkan diri dibandingkan individu kulit putih. Individu di negara Amerika lebih mengungkapkan diri daripada individu di Jerman, Inggris, atau Timur Tengah. Selain itu pengungkapan diri mengingkat pada usia 17-50 tahun dan menurun setelah usia tersebut.


(38)

g. Hubungan yang dijalin dengan orang lain

Hubungan yang dijalin dengan orang lain akan mempengaruhi kemungkinan dan frekuensi pengungkapan diri yang dilakukan. Selain itu individu cenderung melakukan pengungkapkan diri kepada orang yang bersifat hangat, penuh pemahaman, memberi dukungan, dan mampu menerima individu apa adanya. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa individu lebih sering melakukan pengungkapan diri dengan orang yang dekat dengan kita, misalnya pasangan (suami/istri), keluarga, atau teman dekat.

5. Fungsi pengungkapan diri

Menurut Derlega dan Grzelak (dalam Dayakisni, 2009) terdapat lima fungsi pengungkapan diri, yaitu :

a. Ekspresi (Expression)

Terkadang kita mengalami suatu kekecewaan atau kekesalan dalam menjalani kehidupan, baik itu yang menyangkut pekerjaan ataupun yang lainnya. Untuk membuang semua kekesalan itu biasanya kita akan merasa senang bila bercerita pada seorang teman yang sudah kita percaya. Dengan pengungkapan diri kita mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.

b. Penjernihan Diri (Self-Clarification)

Dengan saling berbagi rasa serta menceritakan perasaan dan masalah yang sedang kita hadapi kepada orang lain, kita berharap agar dapat


(39)

memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain akan masalah yang kita hadapi sehingga pikiran kita akan menjadi lebih jernih dan kita dapat melihat duduk persoalannya dengan lebih baik.

c. Keabsahan Sosial (Social Validation)

Setelah kita selesai membicarakan masalah yang sedang kita hadapi, biasanya pendengar kita akan memberikan tanggapan mengenai permasalahan tersebut. Sehingga dengan demikian, kita akan mendapatkan suatu informasi yang bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan kita., dan kita berharap dapat memperoleh dukungan sosial atau sebaliknya. d. Kendali Sosial (Social Control)

Seseorang dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi mengenai keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan kontrol sosial.

e. Perkembangan Hubungan (Relationship Development)

Saling berbagi rasa dan informasi mengenai diri kita kepada orang lain serta saling mempercayai merupakan saran yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan sehingga akan semakin meningkatkan derajat keakraban.

6. Dampak negatif pengungkapan diri

Pengungkapan diri dapat memperkuat rasa suka dan mengembangkan suatu hubungan, namun pengungkapan diri juga mengandung resiko (Derlega,


(40)

dalam Taylor, 2009). Taylor (2009) menyatakan beberapa resiko yang terjadi saat mengungkapkan diri, meliputi :

a. Pengabaian

Ketika mengawali suatu hubungan, kita mungkin berbagi sedikit informasi dengan orang lain. Ketika pengungkapan diri yang kita lakukan dibalas oleh pengungkapan diri oleh orang lain, maka hubungan pun berkembang. Namun terkadang juga ada orang lain yang tidak peduli atau mengabaikan dengan pengungkapan diri yang kita lakukan dan sama sekali tidak tertarik untuk mengenal kita.

b. Penolakan

Informasi diri yang kita ungkapkan mungkin menimbulkan penolakan sosial. Misalnya, seorang mahasiswa mungkin tidak akan mengatakan kepada teman sekamarnya bahwa ia menderita epilepsi, karena ia khawatir jika ia mengungkapkan informasi ini maka ia akan mengalami penolakan dari teman-temannya.

c. Hilangnya kontrol

Terdapat kemungkinan dimana informasi mengenai diri kita yang kita ungkapkan kepada orang lain dimanfaatkan untuk menyakiti kita atau mengontrol perilaku kita.

d. Pengkhianatan

Ketika kita mengungkapkan informasi personal kepada seseorang, kita sering berasumsi, atau bahkan secara tegas meminta, agar informasi


(41)

tersebut dirahasiakan. Namun, ada kalanya orang tersebut berkhianat dan memberitahukan informasi personal kita kepada orang lain.

B. Teman

Sejak masa kanak-kanak, sebagian besar orang mulai membangun hubungan pertemanan dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang sama. Hubungan pertemanan ini cenderung terdiri dari rasa saling suka yang didasarkan pada afek positif. Secara umum, memiliki teman merupakan hal yang positif, sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga dapat memberikan efek negative jika teman bersifat antisosial, menarik diri, tidak supo rtif, argumentative, atau tidak stabil (Hartup & Stevens dalam Baron, 2005).

Ketika suatu hubungan akrab sudah terbentuk, maka akan membuat individu menghabiskan waktu untuk bersama lebih banyak, berinteraksi satu sama lain pada situasi yang lebih bervariasi, menjadi self-disclosing, saling memberikan dukungan emosional, dan membedakan antara teman dekat dengan teman yang lain (Kenney & Kashy, dkk dalam Baron, 2005).

1. Definisi teman

Menurut Yager (2006) teman adalah seseorang yang kita sukai dan menyukai kita, dan orang tersebut memiliki hubungan yang hangat dengan kita.


(42)

2. Pertemanan

Devito (1986) menyatakan pertemanan adalah salah satu bentuk hubungan interpersonal diantara adua individu yang bersifat produktif, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling menghargai.

Menurut Ahmadi (2007) pertemanan merupakan suatu hubungan antarpribadi yang akrab atau intim yang melibatkan individu sebagai suatu kesatuan.

3. Tipe-tipe pertemanan

John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pertemanan, yaitu:

a. Reciprocity

Devito (2008) menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini merupakan tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.

b. Receptivity

Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai


(43)

penerima primer. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak memeproleh suatu hal dari hubungan yang tercipta.

c. Association

Pada tipe pertemanan yang ketiga yaitu association, adalah sebuah hubungan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah hubungan pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini, terdapat keramahan tetapi tidak intens.

4. Karakteristik pertemaman

Keith Davis(dalam Devito, 1986) menyatakan terdapat 8 karakteristik hal penting dalam sutau pertemanan, yaitu :

1. Enjoyment

Teman menikmati kebersamaan yang terjalin 2. Acceptance

Teman menerima satu sama lain apa adanya, seorang teman tidak memiliki kecenderungan untuk mengubah temannya menjadi orang lain.

3. Trust

Teman saling percaya satu sama lain dalam melakukan hal yang disukainya.

4. Respect

Teman saling menghargai satu sama lain. 5. Mutual assistance


(44)

Teman dapat menjadi pendamping dan memberikan satu sama lain. 6. Confiding

Teman saling membagi perasaan dan pengalaman. 7. Understanding

Teman mengerti hal apa yang penting dan mengerti alasannya temannya berperilaku tertentu. Seorang teman merupakan prediktor yang baik dalam menentukan perilaku dan perasaan temannya.

8. Spontaneity

Seorang teman tidak melakukan dalam self-monitoring, seorang teman dapat mengekspresikan perasaannya secara spontan, tanpa khawatir bahwa hal tersebut akan menyebabkan hambatan dalam pertemanannya.

5. Faktor yang mempengaruhi keputusan membina pertemanan

Huyck (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mengatakan bahwa ada empat faktor yang dapat mempengaruhi dua orang untuk memutuskan membina suatu pertemanan, yaitu :

1. Kedekatan mereka satu sama lain

2. Kesamaan akan kesukaan mereka terhadap sesuatu dan perilaku mereka

3. Penghargaan terhadap kepribadian yang mereka miliki 4. Daya tarik fisik diantara mereka


(45)

C. Acquitance

Menurut Pogrebin (1987) aquitance adalah orang-orang yang kita kenali nama atau wajahnya, orang asing yang familiar (familiar stranger) yang kita temui dan saling bertukar senyum ketika bertemu di jalan, ataupun orang-orang yang berurusan dengan kita ketika kita berada di tempat-tempat umum: misalnya tukang pos, pengantar koran, dan lain-lain.

Pada interaksi dengan orang-orang ini kita biasanya mulai merespon dengan lebih terbuka dan dengan lebih ekspresif dibandingkan dengan orang-orang yang pertama kali baru kita temui, namun masih berhati-hati dalam melakukan interaksi. Komunikasi yang terbentuk masih bersifat tidak pribadi. Terdapat kecenderungan yang rendah untuk membicarakan masalah pribadi, fantasi, harapan yang tidak tercapai, masalah keluarga, ataupun kondisi keuangan. Empati dan rasa kebersamaan pun sulit untuk terbentuk, dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kita miliki mengenai orang tersebut (Devito, 1986).

Maka dapat disimpulkan bahwa aquitance adalah orang-orang yang hanya kita kenali nama atau wajahnya saja yang merupakan orang asing yang familiar (familiar stranger) yang sering kita temui namun tidak ada komunikasi yang intens yang terjadi dan tidak saling mengenal lebih jauh.

D. Facebook

Facebook merupakan sebuah situs jaringan sosial yang terbentuk pada Februari 2004 oleh seorang mahasiswa Harvard, Mark Zuckerberg. Awalnya facebook diperuntukkan khusus bagi mahasiswa Universitas Harvard, namun


(46)

kemudian telah dapat digunakan oleh seluruh masyarakat dunia (Anonimous, 2009).

Aplikasi yang terdapat dalam facebook memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan informasi personal, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya, dan facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya (Stutzman dalam Limperos dkk, 2008).

Sheldon (2009) menyatakan bahwa perkembangan facebook begitu pesat, dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009, facebook mendapat peringkat pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya. Begitu juga di Indonesia, jumlah pengguna aktif facebook terus meningkat, hingga Mei 2010 jumlah pengguna aktif facebook di Indonesia telah mencapai angka 28.000.000 orang.

E. Hubungan Antara Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity Dan Association Dengan Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah hubungan interpersonal (Sheldon, 2009). Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008) menyatakan bahwa proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah hubungan interpersonal yang kemudian diikuti dengan


(47)

beberapa proses dimana individu mengungkapkan informasi yang sederhana seperti pendapat (kuantitas) pada interaksi awal dan kemudian informasi yang mendalam (kualitas) ketika hubungan terus berlanjut.

Devito (1986) menyatakan bahwa pengungkapan diri berbeda-beda pada setiap individu yang terbagi dalam lima dimensi pengungkapan diri, meliputi jumlah, valensi, ketepatan dan kejujuran, keluasan, dan kedalamannya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah hubungan yang dijalin dengan orang lain.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilbert (dalam Kito, 2005), dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkatan pengungkapan diri yang dilakukan terhadap pasangan dan teman. Menurut Devito teman adalah sebuah hubungan interpersonal diantara adua individu yang bersifat produktif, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling menghargai.

John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe hubungan pertemanan yang mewakili suatu kualitas hubungan pertemanan, yaitu reciprocity, receptivity, dan association.

Devito (2008) menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity merupakan tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.


(48)

Pada tipe receptivity, pertemanan dikaraktreristikkan dengan adanya ketidakseimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai penerima primer. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak memeproleh suatu hal dari hubungan yang tercipta (Devito, 1986).

Pada tipe association, pertemanan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini, terdapat keramahan tetapi tidak intens (Devito, 1986).

Penelitian menyatakan bahwa seseorang lebih sering melakukan pengungkapan diri kepada orang yang dekat dengan kita, misalnya dengan pasangan, keluarga, atau teman dekat kita. Selain itu beberapa penelitian lain juga menemukan bahwa kita akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan orang yang kita sukai dan sebaliknya kita tidak akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan orang yang kita sukai. Individu juga cenderung mengungkapkan diri pada orang yang bersifat hangat, penuh pemahaman, memberi dukungan, dan mampu menerima individu apa adanya (Devito, 1986).

Devito (1986) menyatakan bahwa hubungan yang terbentuk antara individu dengan orang lain mempengaruhi frekuensi dan kecenderungan kita untuk mengungkapkan diri dengan orang tersebut. Hal ini berkaitan dengan dimensi jumlah dalam dimensi pengungkapan diri yang menekankan pada frekuensi pengungkapan diri.


(49)

Sejalan dengan Beebe dkk (2008) yang menyatakan semakin intim hubungan kita yang terbentuk dengan orang lain, maka semakin intim sifatnya informasi yang kita ungkapkan dengan orang tersebut.

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tipe pertemanan reciprocity,receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook. Makna dari adanya hubungan ini adalah jika pengguna facebook memiliki tipe pertemanan reciprocity, receotivity dan association maka tingkat pengungkapan dirinya tinggi.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional kuantitatif, dimana penelitian korelasional menurut Azwar (2000) bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan tipe-tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna situs jaringan sosial facebook.

Dalam penelitian jenis ini, data yang dikumpulkan hanya untuk memverifikasi dan menggambarkan ada tidaknya hubungan antarvariabel yang diteliti, namun tidak dapat menerangkan sebab-sebab hubungan tersebut (Hadi, 2000).

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk dapat menguji hipotesis penelitian terlebih dahulu diidentifikasi variable-variabel penelitian. Identifikasi variable dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung


(51)

2. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association”.

B. Definisi Operasional 1. Pengungkapan diri

Pengungkapan diri dapat diartikan sebagai suatu bentuk tindakan mengungkapkan keadaan pribadi, perasaan, pendapat, atau informasi mengenai diri yang mencakup pengalaman masa lalu dan juga rencana masa depan kepada orang lain.

Tingkat pengungkapan diri diukur dengan menggunakan skala pengungkapan diri, yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi pengungkapan diri yang dikemukakan oleh Devito (1986). Dimensi-dimensi pengungkapan diri meliputi :

f. Jumlah

Menekankan pada jumlah pengungkapan diri yang dinyatakan dalam frekuensi/seberapa sering individu tersebut melakukan pengungkapan diri kepada orang lain dan durasi/jumlah waktu yang digunakan individu tersebut dalam melakukan pengungkapan diri.

g. Valensi

Menekankan pada informasi yang berupa pendapat, perasaan atau pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang diungkapkan oleh individu mengenai dirinya kepada orang lain.


(52)

h. Ketepatan dan kejujuran

Mengukur apakah individu melakukan pengungkapan diri secara tepat dan jujur sesuai dengan keadaan diri tanpa melebih-lebihkan atau mengurangi informasi mengenai dirinya.

i. Keluasan

Menekankan pada kemampuan individu untuk mengontrol seberapa luas informasi yang akan disampaikan kepada orang lain, semakin akrab suatu hubungan ditandai dengan semakin luasnya informasi yang diungkapkan. j. Kedalaman

Mengukur seberapa dalam informasi yang diungkapkan oleh individu, apakah informasi tersebut bersifat pribadi atau umum.

Tingkat pengungkapan diri dapat dilihat dari skor nilai yang diperoleh dari skala tersebut. Jika semakin tinggi nilai skala, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan diri yang dilakukan. Demikian pula sebaliknya, jika semakin rendah nilai skala, maka semakin rendah tingkat pengungkapan diri yang dilakukan.

2. Pertemanan

Devito (1986) menyatakan pertemanan sebagai salah satu bentuk hubungan interpersonal diantara dua individu yang bersifat produktif, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling menghargai.


(53)

John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pertemanan, yaitu:

d. Reciprocity

Tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Hubungan yang tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.

e. Receptivity

Tipe pertemanan yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai penerima primer.

f. Association

Tipe pertemanan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar, terdapat keramahan dalam hubungan ini tetapi tidak intens.

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel

Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang


(54)

memiliki dan menggunakan facebook yang ada di kota Medan. Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka subjek subjek penelitia yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk menentukan sifat-sifat serta ciri-ciri yang dikendalikan dari populasi. Sampel harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

Subjek penelitian menurut Azwar (2001) adalah sumber utama data penelitian, yaitu mereka yang memiliki data mengenai variable yang akan diteliti. Karakteristik subjek penelitian diperlukan untuk menjamin homogenitasnya. Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Individu yang memiliki dan menggunakan facebook

b. Berusia 18- 40 tahun, yang merupakan individu yang berada pada masa dewasa awal (Hurlock, 1980).

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka penulis hanya memilih sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang disebut dengan sampel (Hadi, 2000). Karakteristik sampel yang digunakan sama dengan karateristik populasi. Mengenai jumlah sampel penelitian tidak ada batasan berapa jumlah ideal yang seharusnya dalam suatu penelitian. Statistika menganggap bahwa sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Semakin banyak jumlah sampel akan semakin baik karena diharapkan dapat diperoleh skor-skor yang variasinya menyebar secara normal.


(55)

Jumlah subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 orang (Azwar, 2000).

2. Metode pengambilan sampel

Pengambilan sampel atau sampling menurut Kerlinger (dalam Hasan, 2002) merupakan proses pengambilan suatu bagian dari populasi atau semesta. Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar benar-benar mewakili populasi.

Teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu agar diperoleh sampel yang dapat mewakili populasi (Hadi, 2000).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonrandom secara insidental yang berarti setiap anggota populasi tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat terpilih menjadi anggota sampel dimana pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian (Hadi, 2000).

Menurut Hadi (2000) teknik incidental sampling memiliki kelebihan dan kelemahan di dalam membuat kesimpulan dari suatu penelitian. Kelebihan teknik ini adalah kemudahan di dalam menemukan sampel, menghemat waktu, tenaga, biaya, dan adanya keterandalan ssubjektifitas peneliti yaitu kemampuan peneliti


(56)

untuk melihat bahwa subjek yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik subjek penelitian yang telah ditetapkan. Kelemahan teknik ini adalah tidak dapat memberikan taraf keyakinan yang tinggi sehingga sulit untuk menarik kesimpulan ataupun menggeneralisasikannya ke populasi lain. Selain itu keterandalan subjektifitas peneliti juga memiliki rasio kemungkinan terjadinya bias dalam pemilihan sampel.

D. Metode Pengumpulan Data

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Hadi, 2000). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala psikologi yang berbentuk skala Likert dengan empat pilihan jawaban. Skala psikologi digunakan mengingat bahwa data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologi yang ingin diungkap secara tidak langsung melalui aspek-aspek yang diterjemahkan dalam butir-butir pernyataan.

Menurut Hadi (2000), skala merupakan suatu alat ukur dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi sebagai berikut:

1. Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya


(57)

3. Interpretasi subyek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Penelitian ini menggunakan dua buah skala psikologi yaitu: skala pengungkapan diri dan skala kulaitas pertemanan.

1. Skala pengungkapan diri

Skala pengungkapan diri dikembangkan peneliti berdasarkan dimensi-dimensi pengungkapan diri yang dikemukakan oleh Devito(1986) yaitu: jumlah, valensi, ketepatan/kejujuran, keluasan dan kedalaman.

Skala ini berbentuk skala likert yang terdiri atas aitem yang mendukung dan tidak mendukung dengan empat pilihan jawaban. Untuk dimensi valensi, ketepatan/kejujuran, keluasan, dan kedalaman pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian skala untuk aitem yang mendukung adalah nilai 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS), nilai 2 untuk pilihan jawaban Sesuai (S), dan nilai 1 untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian skala untuk aitem yang tidak mendukung adalah nilai 4 untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), nilai 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), nilai 2 untuk jawaban Sesuai (S), dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS).

Khusus untuk dimensi jumlah, pilihan jawaban yang tersedia adalah Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang (K), dan Tidak Pernah (TP). Penilaian skala untuk aitem yang mendukung adalah 4 untuk pilihan jawaban selalu (SL), nilai 3 untuk pilihan jawaban Sering (S), nilai 2 untuk pilihan jawaban Kadang-kadang


(58)

(K), dan nilai 1 untuk pilihan jawaban Tidak Pernah (TP). Penilaian skala untuk aitem yang tidak mendukung adalah nilai 4 untuk pilihan jawaban Tidak Pernah (TP), nilai 3 untuk jawaban Kadang-kadang (K), nilai 2 untuk pilihan jawaban Sering (S), dan nilai 1 untuk pilihan jawaban Selalu (SL).

2. Skala tipe pertemanan

Item-item dalam skala tipe pertemanan ini dikembangkan peneliti berdasarkan karakteristik tipe pertemanan reciprocity, receptivity, dan association yang dikemukakan oleh Reisman (1985). Skala yang digunakan adalah model skala tertutup penskalaan subjek dengan tiga alternatif jawaban yang langsung mengarah pada salah satu tipe pertemanan yang dianut oleh responden. Tiga alternatif jawaban tidak dibuat secara berurutan dalam sebuah pernyataan namun diacak.

Cara pemberian skornya adalah nilai 1 untuk jenis tipe pertemanan yang dipilih dan nilai 0 untuk jenis tipe pertemanan yang tidak terpilih. Berikut ini blue print yang menyajikan distribusi aitem-aitem skala tipe pertemanan yang dianut oleh pengguna facebook.

Tabel 2

Distribusi aitem-aitem tipe pertemanan yang dianut pengguna facebook No. Tipe Pertemanan Indikator Perilaku Aitem 1. Reciprocity Saling mengasihi 1,2,13,16,20

Setia 3,14,7,12


(59)

Kejujuran dan saling percaya 5,6,9,11,15 2. Receiptivity Kasih sayang sekedarnya 1,2,13,16,20

Tidak saling setia 3,14,7,12

Pengorbanan semampunya 4,8,10,17,18,19 Tidak saling jujur dan tidak

saling percaya

5,6,9,11,15

3. Association Tidak terdapat kasih sayang 1,2,13,16,20 Tidak terdapat kesetiaan 3,14,7,12 Tidak terdapat pengorbanan 4,8,10,17,18,19 Tidak terdapat rasa saling

percaya

5,6,9,11,15

E. Uji Coba Alat Ukur 1. Validitas alat ukur

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji alt ukur dalam menjalankan fungsinya. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan tujuan seberapa jauh alat ukur yang digunakan dapat mengengungkap dengan tepat pada sampel yang dikenakan dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya (Azwar, 1997).


(60)

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau content validity yaitu sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement) dalam proses telaah soal. Pendapat professional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Daya beda aitem dan Reliabilitas alat ukur

Dalam praktek pengukuran, ada 2 syarat ilmiah yang harus dimiliki suatu alat ukur agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

a. Daya beda aitem

Daya beda aiatem atau daya diskriminasi aitem merupakan parameter paling penting pada skala psikologi (Azwar, 2000). Daya beda aitem dapat membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan indicator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan. Prinsip yang dijadikan dasar pemilihan aitem yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur skala seperti yang dikehendaki oleh peneliti. Pada penelitian ini teknik analisa daya beda aitem yang digunakan adalah dengan menggunakan korelasi product moment.

Menurut Azwar (2007) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Apabila aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi sama dengan atau lebih besar daripada 0.30


(61)

jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk dijadikan skala, maka kita dapat memilih aitem-aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi tertinggi. Sebaliknya apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0.30 menjadi 0.25. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan batasan rix ≥0.275

b. Realibilitas

Azwar (2000) menyatakan bahwa realibilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Realibilitas adalah merupakan alat ukur yang menunjukkan derajat keajegan atau konsisteensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbedan (Hadi, 2000). Realibilitas alat ukur dihitung dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal dimana prosedurnya hanya melakukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefesiensi tinggi (Azwar, 2000). Jadi realibilitas adalah tingkat konsistensi atau keterpercayaan hasil pengukuran. Teknik yang digunakan adalah teknik koefisien alpha cronbach yang menggunakan SPSS 17 for Windows Version.

3. Hasil uji coba alat ukur

Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa yang ingin diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau


(62)

dengan kata lain dapat menunjukkan keadaaan sebenarnya (Azwar, 2007). Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur.

Uji coba alat ukur penelitian dilakukan terhadap 120 orang responden yang memiliki dan menggunakan facebook yang berusia diantara 18-40 tahun. Uji coba alat ukur dilakukan selama 1 hari yakni pada tanggal 2 Desember 2010. Dari 120 skala yang disebar, yang kembali 109 skala, dan yang bisa dipakai hanya 100 skala.

1. Hasil uji coba skala pengungkapan diri

Data yang diperolah dari skala yang dapat dipakai dianalisa dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS 17 for Windows Version dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Pada skala pengungkapan diri yang disebarkan, terdapat 60 aitem. Tabel 2 menunjukkan blueprint skala pengungkapan diri sebelum ujicoba

Tabel 3. Blue Print Skala Pengungkapan Diri Sebelum Uji Coba No Dimensi

Pengungkapan Diri

Aitem

Jumlah % Favorable Unfavorable

Nomor Jumlah Nomor Jumlah

1. Jumlah 1,3,5,

7,9,11

6 2,4,6, 8,10,12

6 12 20

2. Valensi 13,21,29, 37,45,52

6 17,24,34, 38,49,60

6 12 20

3. Ketepatan/ kejujuran

15,26,32, 40,50,56

6 14,22,30, 43,54

5 11


(63)

42,46,53,58 39,48,55 5. Kedalaman 18,23,31,

44,51,59

6 20,25,35, 41,47,57

6 12 20

Total 31 29 60 100%

Skala pengungkapan diri ini diolah melalui empat kali perhitungan agar memperoleh realibilitas yang memenuhi standar ukur dan daya beda aitem ≥0.275. Realibilitas alpha cronbach yang diuji cobakan adalah 0.876.

Perhitungan realibiltas ini menyebabkan sebanyak 30 aitem pada skala pengungkapan diri ini gugur yang dikaibatkan tidak terpenuhinya standar ukur dan indeks daya beda aitem. Penyebaran 30 aitem yang gugur pada setiap dimensi adalah 8 aitem pada dimensi jumlah, 5 aitem pada dimensi valensi, 3 aitem pada dimensi ketepatan dan kejujuran, 7 aitem pada dimensi keluasan, dan 7 aitem pada dimensi kedalaman. Sehingga hanya sebanyak 30 aitem yang dapat digunakan untuk penelitian. Penyebaran 30 aitem pada setiap dimensi adalah 4 aitem pada dimensi jumlah, 7 aitem pada dimensi valensi, 8 aitem pada dimensi ketepatan dan kejujuran, 6 aitem pada dimensi keluasan, dan 5 aitem pada dimensi kedalaman. Berikut Tabel 4 menunjukkan 30 aitem yang tersisa dan gugur.

Tabel 4. Blue Print Skala Pengungkapan Diri Setelah Uji Coba No Dimensi

Pengungkapan Diri

Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

Nomor Jumlah Nomor Jumlah 1. Jumlah 1,3,5,

7,9,11

2 2,4,6, 8,10,12

2 4


(64)

37,45,52 38,49,60 3. Ketepatan/

kejujuran

15,26,32, 40,50,56

6 14,22,30, 43,54

2 8

4. Keluasan 16,27,36, 42,46,53,58

5 19,28,33, 39,48,55

1 6

5. Kedalaman 18,23,31, 44,51,59

3 20,25,35, 41,47,57

2 5

Total 20 10 30

Keterangan tabel :

Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya diskriminasi yang diinginkan pada masing-masing dimensi dan merupakan aitem yang dipakai.

Setelah memperoleh aitem yang sesuai dengan daya diskriminasi dan realibiltas yang memenuhi standar ukur, peneliti melakukan penomoran aitem yang baru untuk skala pengungkapan diri yang digunakan untuk penelitian, sebagaimana tertera pada tabel 5.

Tabel 5. Blue Print Skala Pengungkapan Diri untuk Penelitian No Dimensi

Pengungkapan Diri

Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

Nomor Jumlah Nomor Jumlah 1. Jumlah 3 (1),7 (4) 2 2 (3),10

(2)

2 4

2. Valensi 13 (5),21 (14),29 (20),45 (24)

4 17

(10),24 (18),60 (27)

3 7


(1)

Kami tidak terlalu ingin mencampuri hanya memberikan respon, penghiburan, atau komentar sekedarnya pada statusnya.

Mencari tahu melalui pesan (mengirim pesan ke

inbox) atau mengkomentari status dan kami akan

saling memberikan kata-kata penguatan dan semangat agar bangkit kembali.

Sekedar tahu bahwa sedang mengalami kesedihan,

namun tidak merespon statusnya.

8. Ketika ada kejadian atau pengalaman yang di alami, maka ketika chatting dengan teman yang dikenal

melalui facebook:

Kami ingin saling membagikan dan menceritakan

setiap kejadian atau pengalaman yang kami alami saat chatting.

Jika di tanya, barulah saya atau teman saya akan

menceritakan, dan tidak menceritakan semuanya secara lengkap.


(2)

Kami menceritakannya namun tidak terlalu mendetail, karena kami merasa tidak perlu untuk menceritakan secara lengkap.

9. Saat chatting, ketika saya atau teman yang dikenal

melalui facebook sedang membutuhkan saran, maka:

Karena kami saling mempercayai dan dapat

diandalkan maka kami akan saling bertanya, meminta masukan dan saran.

Mengabaikan dan tidak merespon lebih lanjut.

Memberikan respon semampunya karena kami tidak

terlalu ingin mencampuri masalah masing-masing.

10. Biasanya saat chatting, pembicaraan yang saya

lakukan dengan teman yang dikenal melalui

facebook:

Pembicaraan kami berjalan monoton, karena hanya

direspon dengan seadanya.

Kami saling berbagi pengalaman yang kami dapat dan menceritakan kejadian-kejadian yang kami alami.

Kami hanya menyapa dan menanyakan kabar, namun


(3)

11. Ketika saya chatting dengan teman yang dikenal

melalui facebook, maka:

Kami sekedar bertegur sapa saja dan tidak merespon lebih lanjut.

Kami akan saling merespon dalam chat dan

menceritakan semua tentang diri kami apa adanya.

Menjawab jika ditanya saja namun tidak berlanjut dan berusaha mengambil jarak untuk tidak terlalu dekat.

12. Pertemanan yang saya jalin dengan teman yang

dikenal melalui facebook membuat kami:

Mengenal dan mengetahui sebatas nama dan

biodatanya di profil saja.

Cukup mengenal, merespon secukupnya, tanpa ingin

terlibat lebih jauh satu sama lain.

Saling mengenal satu sama lain, sehingga membuat kami berusaha membantu satu sama lain, ketika membutuhkan bantuan.


(4)

13. Ketika saya atau teman yang dikenal melalui

facebook menyatakan status sedang senang karena

suatu keberhasilan, maka:

Cukup puas dengan mengetahui bahwa ia sedang

bahagia, namun tidak meresponi statusnya.

Kami mengkomentari status dan menyatakan

kebahagiaan karena keberhasilan yang dicapai dan saling menyemangati agar kami sama-sama berhasil.

Mengkomentari status dan memberikan ucapan

selamat sekedarnya.

14. Saat chatting di facebook, jika saya atau teman yang

dikenal melalui facebook membutuhkan teman untuk

berbicara dan mengungkapkan kegundahan, maka:

Kami saling merespon curahan hati, menemani chat

hingga merasa lega dan tenang.

Menolak secara halus dan memberikan alasan untuk tidak menemani chat.

Berusaha menemani dan merespon semampunya,


(5)

15. Ketika teman yang dikenal melalui facebook mengundang ke acara yang akan diadakannya melalui undangan online, maka :

Kami akan meresponi undangan tersebut, dan saling mengkonfirmasi mengenai kehadiran, dan bertanya lebih lanjut dengan memberi comment pada undangan tersebut.

Mengabaikan undangan yang diberikan, dan tidak

memberikan konfirmasi mengenai kedatangan.

Meresponi undangan yang diberikan, namun tidak

tertarik untuk membahasnya lebih lanjut.

16. Ketika teman yang dikenal melalui facebook

memberikan friend suggest kepada saya, dan mengajak untuk berkenalan, maka:

Mengabaikan dan menolak untuk mengkonfirmasi

ajakannya.

Mencari tahu dan mengkonfirmasi untuk berteman

dengan temannya dan saling mengenalkan dengan teman lainnya.

Merespon sekedarnya dan tidak ingin terlalu


(6)

17. Ketika saya atau teman yang dikenal melalui

facebook merayakan hari besar agamanya, maka:

Tidak menuliskan atau memberi ucapan selamat

berhari raya di wallnya.

Memberikan ucapan selamat berhari raya sekedarnya.

Menuliskan di wall dan saling memberikan ucapan

selamat berhari raya.

Mohon periksa kembali jawaban anda,

jangan sampai ada yang terlewatkan