tergangggu baik fisik maupun mentalnya. Kondisi fisikmental individu terganggu jika stimulus yang dihadapinya menuntut penyesuaian diri yang melebihi batas
ambangnya sehingga ia tidak mampu lagi mengatasi lingkungannya. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan muncul simptom-simptom stres seperti gangguan
percernaan migraine, atau keluhan-keluhan psikosomatik lainnya.
6
2.3.2. Karakteristik Pekerja
Pendekatan ini bertolak dari pendapat bahwa individu memiliki ambang stres yang berbeda. Dengan demikian, karakteristik individu akan mempengaruhi kadar
stres yang dihayatinya. Berdasarkan beberapa penelitian, faktor-faktor berikut ini dapat mempengaruhi ambang stres seseorang:
4
1. Usia 2. Jenis kelamin
3. Status pernikahan 4. Kebangsaan dan suku bangsa
5. Taraf hidup 6. Banyaknya perubahan yang dialami semasa hidup
7. Kecenderungan work addict 8. Kecenderungan neurotik dan depresi
9. Fleksibilitas kepribadian 10. Mekanisme pertahanan diri yang dipergunakan
11. Self esteem
12. Makna pekerjaan bagi individu
Afif Kurniawan : Hubungan Waktu Kerja Dengan Terjadinya Stress Pada Pekerja Warung-Warung Kopi…, 2007 USU Repository © 2009
Menurut Greenberg 2004 semakin tua seseorang maka semakin mudah terserang stres, hal ini disebabkan beberapa hal. Pertama, semakin tua seseorang
maka semakin berkurangnya daya tahan tubuh terhadap tekanan dan beban yang diterimanya terutama pada umur 40 tahun keatas dimana semua organ tubuh terjadi
penurunan fungsi.
20
Kedua, Pertambahan umur akan memunculkan pertambahan tanggung jawab dan harapan-harapan, serta tuntutan yang muncul dari orang-orang
disekitar agar melakukan beberapa perubahan dalam kehidupan. Penelitian yang dilakuakan Mulyono 2000 tentang stres psikososial pada
pekerja wanita didapat bahwa penyebab stres yang dialami responden lebih banyak
berasal dari luar perusahaan yaitu adanya masalah-masalah keluarga dan masalah pribadi. Didapatkan adanya perbedaan yang bermakna pada terjadinya stres akut dan
kronis terhadap wanita yang menikah dan tidak menikah, dengan gambaran untuk stres akut banyak pada pekerja yang tidak menikah sedang untuk stres kronis berat
lebih banyak pada pekerja wanita yang menikah.
21
Menurut hasil penelitian, konflik peran lebih dirasakan oleh kaum wanita daripada lelaki. Ada beberapa fenomena sebagai hasil proses sosialisasi yang
menyebabkan perbedaan tersebut. Pertama, sifat permintaan peran. Moen 1992 mengatakan bahwa sifat permintaan peran kerja dan peran keluarga bagi wanita
adalah serentak simultaneous roles, sedangkan peran yang harus dilakukan lelaki lebih bersifat berurutan sequential roles. Peran yang bersifat serentak memerlukan
skala prioritas, sedangkan peran yang berurutan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan sendiri. Prioritas peran ini bisa menimbulkan konflik jika tidak sesuai
dengan dari pelakunya. Kedua, pembagian kerja seksual di dalam rumah yang tidak
Afif Kurniawan : Hubungan Waktu Kerja Dengan Terjadinya Stress Pada Pekerja Warung-Warung Kopi…, 2007 USU Repository © 2009
seimbang. Wanita masih mempunyai tanggung jawab yang lebih tinggi terhadap peran di rumah, baik sebagai suri rumah penyapu rumah, pencuci piring, pencuci
baju, pemasak, dan lain-lain maupun sebagai ibu dan peran ini tidak berkurang walaupun mereka bekerja Hochschild, 1989; Suhatmini dan Bambang, 1991;
Emmons et al., 1990. Dikatakan oleh Ray dan Miller 1994 bahwa penggunaan waktu antara waktu untuk wanita dan lelaki tidak sama. Pada umumnya wanita
mengintegrasikan antara kepentingan profesi, individu, dan keluarga, sedangkan lelaki secara tradisi menggunakan kepentingan pribadi untuk mendukung kepentingan
profesinya. Ketiga, majikan memisahkan urusan kerja dan rumah, artinya majikan menganggap bahwa persoalan di rumah bukan urusan tempat kerja sehingga
kebijakan-kebijakan yang memperingan wanita dalam mengurus keluarga belum diperhatikan.
22
Keluarga yang merupakan kesatuan inti dalam masyarakat, dapat menjadi sumber Stres tersendiri. Meskipun jumlahnya terbatas, setiap anggota keluarga
memiliki perilaku, kebutuhan dan kepribadian yang berbeda-beda. Tidak heranlah bahwa karena perilaku yang kurang terkendalidan tidak mengenakkan, keinginan dan
cita-cita yang tidak jarang berlawanan, dan watak dan sifat-sifat yang tidak dapat dipadukan, maka terjadi konflik antar anggota keluarga.
23
Disamping hal-hal yang datang dari hubungan antar pribadi dan situasi keluarga yang ada, keluarga dapat menjadi sumber stres karena peristiwa-peristiwa
yang berkaitan dengan para anggota keluarga, misalnya bertambahnya anggota keluarga, sakitnya salah satu anggota keluarga, kematian salah satu anggota keluarga
dan lainnya.
23
Afif Kurniawan : Hubungan Waktu Kerja Dengan Terjadinya Stress Pada Pekerja Warung-Warung Kopi…, 2007 USU Repository © 2009
Salah satu teori yang diajukan oleh Rosenman dan Friedman 1974 yang menggolongkan individu kedalam dua pola perilaku yaitu individu tipe A dan
individu tipe B, yang dikaitkan dengan kerentanan individu terhadap penyakit jantung.
4
Individu dengan pola perilaku tipe A lebih mudah terserang penyakit jantung CHD terlepas dari faktor-faktor fisik dan jenis pekerjaan mereka. Dua
karakteristik utama individu dengan pola perilaku tipe A adalah adanya suatu dorongan yasng besar untuk bersaing dan perasaan menetap tentang pentingnya
waktu. Individu dengan pola perilaku tipe A sangat ambisius dan agresif, selalu bekerja untuk mencapai sesuatu, berlomba dengan waktu, beralih dengan cepat dari
suatu pekerjaan kelain pekerjaan, dan terlibat penuh pada tugas-tugas pekerjaannya. Akibatnya, individu dengan pola perilaku tipe A selalu berada dalam keadaan tegang
dan stres. Walaupun pekerjaan relatif bebas dari sumber-sumber stres, mereka membawa stres mereka sendiri dalam bentuk pola perilakunya. Stres selalu timbul
pada saat bekerja maupun pada waktu senggang mereka. Individu dengan pola perilaku tipe B mungkin sama ambisiusnya dengan
individu tipe A, tetapi mereka lebih santai dan menerima situasi seadanya. Individu tipe B bekerja dengan nyaman tanpa usaha untuk memerangi situasi ynag mereka
hadapi secara kompetitif. Dalam menghadapi tekanan waktu, sikap mereka lebih santai sehingga jarak mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan stres
dan tegang. Dengan demikian individu tipe B dapat bekerja sebaik yang dilakukan oleh tipe A tetapi lebih sedikit mengalami akibat-akibat yang menyakitkan dari stres.
Afif Kurniawan : Hubungan Waktu Kerja Dengan Terjadinya Stress Pada Pekerja Warung-Warung Kopi…, 2007 USU Repository © 2009
Sebenarnya, pembagian pola perilaku ini tidak menunjukkan ciri kepribadian yang statis, akan tetapi lebih menggambarkan gaya perilaku yang disertai
dengan beberapa reaksi kebiasaan seseorang dalam menghadapi situasi disekitarnya. House 1973 menambahkan bahwa ciri psikis utama individu tipe A adalah
keinginan untuk mencapai prestasi sosial social achievement yang dapat dianalogikan dengan mencari status status seeking. Glass 1977 menduga bahwa
faktor utama yang menyebabkan timbulnya pola perilaku tipe A adalah keinginan atau obsesi untuk mengendalikan lingkungan. Dengan demikian, permasalahan yang
dihadapi oleh individu tipe A pada tidak bisa tidak melakukan sesuatu sama sekali inactivity. Individu tipe A akan menghayati stres yang relatif lebih besar jika
mereka dibiarkan tanpa diberikan pekerjaan atau aktivitas.
4
2.3.3. Pendekatan Interaksi