Hubungan Waktu Kerja Dengan Terjadinya Stres Pada Pekerja Warung-Warung Kopi Di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Tahun 2007

(1)

HUBUNGAN WAKTU KERJA DENGAN TERJADINYA STRES PADA

PEKERJA WARUNG-WARUNG KOPI DI SEKITAR

JALAN SAMANHUDI MEDAN

TAHUN 2007

SKRIPSI

Oleh :

AFIF KURNIAWAN

NIM : 021000062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

HUBUNGAN WAKTU KERJA DENGAN TERJADINYA STRES PADA

PEKERJA WARUNG-WARUNG KOPI DI SEKITAR

JALAN SAMANHUDI MEDAN

TAHUN 2007

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

AFIF KURNIAWAN

NIM : 021000062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul :

HUBUNGAN WAKTU KERJA DENGAN TERJADINYA STRES PADA PEKERJA WARUNG-WARUNG KOPI DI SEKITAR

JALAN SAMANHUDI MEDAN TAHUN 2007

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :

AFIF KURNIAWAN NIM : 021000062

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal 31 Juli 2007 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

Dra. Lina Tarigan, Apt, MS NIP. 131803345

Penguji II

dr. Mhd. Makmur Sinaga. MS NIP. 131655401

Penguji I

Ir. Kalsum, M.Kes NIP. 131964120

Penguji III

Dr. Halinda Sari Lubis. MKKK NIP. 132148541

Medan, Agustus 2007 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas sumatera Utara Dekan

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131124053


(4)

HUBUNGAN WAKTU KERJA DENGAN TERJADINYA STRES PADA

PEKERJA WARUNG-WARUNG KOPI DI SEKITAR

JALAN SAMANHUDI MEDAN

TAHUN 2007

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan waktu kerja dengan terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan, dengan sampel berjumlah 61 orang. Data untuk penelitian diperoleh dengan data primer, yaitu dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuesioner stress test dari lauralewis.com. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf nyata (g) 5 persen.

Dari hasil pengukuran stres terhadap pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan, ditemukan kejadian stres pada pekerja malam hari yakni 33 orang (54,10 %) dan pada pekerja siang hari 4 orang (6,65 %)

Hasil uji uji Chi Square dengan taraf nyata (g) 5 persen menunjukkan bahwa adanya hubungan waktu kerja dengan kejadian stres, dengan 2H (=18,,510) lebih besar dari pada 2C (=3,841).

Berdasarkan penelitian ini disaran agar

pekerja di warung-warung kopi

disarankan agar melakukan gaya hidup sehat seperti memakan makanan empat

sehat lima sempurna, berolah raga, istirahat yang cukup dan bagi pemerintahan

setempat diharapkan memberikan perhatian kepada pekerja warung kopi.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama

: Afif Kurniawan

Tempat/Tinggal Lahir

: Gadut (Payakumbuh)/14 April 1984

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Jamin Ginting Gg. Sempurna No. 40 Medan

Merdeka

Riwayat Pendidikan

1.

1990-1996

: SD N 63 Andalas Kab. 50 Kota – Sumbar

2.

1996-1999

: SLTP N 5 Luhak Kab. 50 Kota – Sumbar

3.

1999-2002

: SMU N 1 Gunung Melintang – Sumbar

4.

2002- 2007

: Fakultas Kesehtan Masyarakat USU

Riwayat Organisasi

1.

Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

FKM-USU Periode 2003-2004

2.

Ketua Umum HMI Komisariat FKM-USU Periode 2004-2005

3.

Bendahara Umum Badan Pengelola Latihan (BPL) HMI Cabang Medan

Periode 2005-2006

4.

Ketua Bidang Pembinaan Anggota HMI Cabang Medan Periode

2005-2006


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Hubungan Waktu Kerja dengan Terjadinya Stres Pada Pekerja

Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Saman Hudi Medan Tahun 2007.

Penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu sarat yang

ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini,

terutama pada Ibu Dra. Lina Tarigan Apt, MS selaku Dosen Pembimbing

Skripsi I, dan Ibu

Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi II, yang

penuh perhatian dan kesabarannya memberikan bimbingan, petunjuk serta pengarahan pada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan Apt, MS selaku Kepala Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Seluruh dosen Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah membantu dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar serta sivitas akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh pekerja warung kopi di jalan Samanhudi Medan yang telah memberikan kerjasama dan informasinya selama melakukan penelitian dilapangan.

7. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan, perhatian yang tulus, doa dan berupaya memahami perjalanan pendidikan, serta buat abang Adi, Uni Iin


(7)

dan adikku Haikal dan kelurgaku yang lainnya, terima kasih atas doa dan dukungannya.

8. Saudara-saudaraku di HMI dan UKMI Ad-Dakwah USU yang selalu yang membina dan memberi motivasi dengan sabar dan mengingatkan atas kekhilafanku, semoga Allah selalu bersama kita semua.

Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juni 2007

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stres... 5

2.2. Proses Stres ... 6

2.3. Karakteristik Stresor di Lingkungan Kerja ... 8

2.3.1. Kakteristik Obyektif Situasi Kerja ... 9

2.3.2. Karakteristik Pekerja... 13

2.3.3. Pendekatan Interaksi ... 17

2.4. Gejala Stres ... 20

2.5. Efek Kerja Malam ... 22

2.6. Irama Sirkadian ... 24

2.7. Kerangka Konsep ... 26

2.8. Hipotesa Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3. Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1. Populasi ... 27

3.3.2. Sampel... 27

3.4. Metoda Pengumpulan Data ... 27

3.5. Defenisi Operasional Variabel ... 28

3.6. Aspek Pengukuran ... 29

3.7. Teknik Analisa Data... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... .30

4.2 Karakteristik Responden ... 30


(9)

4.4 Uji Statistik Hubungan Antara Waktu Kerja dengan Terjadinya Stres... 36 4.4.1 Uji Normalitas... 36 4.4.2 Uji Independensi ... 36 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Waktu Kerja dan Gejala-gejala Stres ... 38 5.2 Waktu Kerja dan Stres ... 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ...41

6.2 Saran ...41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN • Kuisioner

• Rekapitulasi Jawaban Responden

• Karakteristik Responden dan Pengukuran Stres • Output Uji Statistik dengan SPSS Versi 11.0 • Surat Keterangan Selesai Penelitian


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik ...31 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gejala-Gejala Stres dalam Pengukuran

Stres Fisik pada Pekerja Malam Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya

Stres pada Tahun 2007 ...32 Tabel 4.3 Distribusi Frekuesi Gejala-Gejala Stres dalam Pengukuran

Stres Fisik pada Pekerja Siang di Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya

Stres pada Tahun 2007...33 Tabel 4.4 Distribusi Frekuesi Gejala-Gejala Stres dalam Pengukuran

Stres Mental pada Pekerja Malam di Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya

Stres pada Tahun 2007...34 Tabel 4.5 Distribusi Frekuesi Gejala-Gejala Stres dalam Pengukuran

Stres Fisik pada Pekerja Siang di Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya

Stres pada Tahun 2007...35 Tabel 4.6 Distribusi Waktu Kerja Pekerja pada Warung-Warung Kopi

di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.5.Latar Belakang

Sehat merupakan sebuah kondisi sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif sosial ekonomi, untuk itu perlu dilakukan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat yaitu dengan meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehalibilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesenambungan, sesuai dengan UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992.1

Kesehatan adalah hak semua orang, akan tetapi prisip-prinsip untuk hidup sehat sering bertentangan dengan aktivitas yang dilakukan, misalnya pekerjaan. Bagi masyarakat pada sekarang ini, pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting. Bagi masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan berupa uang atau jasa, ataupun dalam rangka mengembangkan dirinya. Pada kenyataannya, sebagian besar pekerjaan cenderung memiliki konotasi paksaan, baik yang ditimbulkan dari dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. Pekerjaan juga seringkali meliputi penggunaan waktu dan usaha di luar keinginan individu pekerja.

Banyak pekerja yang melakukan pekerjaan rutin, yang tidak atau hanya sedikit menuntut inisiatif dan tanggungjawab, dengan sedikit untuk maju atau berpindah kejenis pekerjaan lain. Banyak juga pekerja yang melakukan tugas yang


(12)

berada jauh dibawah kemampuan intelektual mereka atau yang mereka anggap berada dibawah tingkat pendidikan yang telah mereka peroleh.

Bekerja pada malam hari merupakan salah satu pekerjaan mempunyai resiko akan kesehatan pekerja. Suma’mur (1993) menyatakan bahwa kerja malam perlu mendapat perhatian karena irama faal manusia terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan akibat kerja malam relatif sangat besar, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, kurang tidur, timbul reaksi psikologis dan pengaruh-pengaruh kerja malam biasanya bersifat kumulatif.2

Stres merupakan suatu respon adaptif tenaga kerja terhadap situasi dan terjadinya di lingkungan kerja dan hal ini yang mengakibatkan tuntutan khusus baik dari fisik maupun psikologis pekerja tersebut. Dengan demikian berarti ada suatu stimulus yang memiliki potensi bahaya dan mencakup persepsi terhadap ancaman yang muncul serta perbandingan antara tuntutan yang menekan individu dan kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut. Pada akhirnya hal ini dapat menimbulkan ketidak-seimbangan untuk terjadinya gangguan psikologis dan perilaku.3

Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di warung-warung kopi disekitar jalan Samanhudi Medan yang buka pada malam hari mulai jam 19.00 malam hingga jam 05.00 dini hari dan bekerja selama tujuh hari dalam satu minggu. Pekerja di tempat ini bekerja pada malam hari, secara alamiah manusia bekerja pada siang hari dan tidur pada malam hari. Dengan perubahan pola kerja di malam hari dan tidur pada siang hari tentu akan menghadapi berbagai masalah.


(13)

Hal tersebutlah mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai gambaran terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.

1.6.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang maka dirumuskan masalah yaitu bagaimana hubungan waktu kerja dengan terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.

1.7.Tujuan Penelitian 1.7.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan waktu kerja dengan terjadinya stres pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.

1.7.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan waktu kerja dengan terjadinya stres kerja pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.

1.8.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi pekerja yang bekerja dan pemilik warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.


(14)

2. Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian lapangan. 3. Menjadi masukan bagi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Definisi Stres

Berbagai defenisi mengenai stres telah dikemukakan oleh para ahli dengan versinya masing-masing, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan defenisi lainnya terdapat inti persamaannya. Selye (1976) mendefinisikan stres sebagai ‘the nonspesific response of the body to any demand‘, Lazarus (1976) mendefinisikan ‘stres occurs where there are demands on the person which tax or exceed his adjustive resources’ 4 sedangkan Looker, Terry dan Gregson, Olga., 2005 mendefinisikan ‘stres sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidak kesesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya’.3

Dari ketiga defenisi di atas tampak bahwa stres lebih dianggap sebagai respon individu terhadap tuntutan yang dihadapinya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan fisiologis dan tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial.17

Hans Selye juga menambahkan bahwa tidak ada aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang dapat mengakibatkan stres, tetapi semua itu tergabung dalam suatu susunan total yang mengancam keseimbangan (homeostatis) individu.5

Hans Selye (1950) mengembangkan konsep yang dikenal dengan Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrome) yang menjelaskan bila seseorang pertama kali mengalami kondisi yang mengancamnya, maka mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) pada tubuh diaktifkan. Kelenjar-kelenjar tubuh


(16)

memproduksi sejumlah adrenalin cortisone dan hormon-hormon lainnya serta mengkoordinasikan perubahan-perubahan pada sistem saraf pusat. Jika tuntutan-tuntutan berlangsung terus, mekanisme pertahanan diri berangsur-angsur akan melemah, sehingga organ tubuh tidak dapat beroperasi secara adekuat. Jika reaksi-reaksi tubuh kurang dapat berfungsi dengan baik, maka hal itu merupakan awal munculnya penyakit “gangguan adaptasi”. Penyakit-penyakit tersebut muncul dalam bentuk maag, serangan jantung, tekanan darah tinggi, atau keluhan-keluhan psikosomatik lainnya.5

2.2. Proses Stres

Lazarus dan Launier (1978) mengemukakan tahapan-tahapan proses stres sebagai berikut :5

1. Stage of Alarm

Individu mengidendentifikasi suatu stimulus yang membahayakan. Hal ini akan meningkatkan kesiapsiagaan dan orientasinyapun terarah kepada stimulus tersebut.

2. Stage of Appraisals

Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang mengenainya. Penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman individu tersebut.

Tahapan penilaian ini dibagi menjadi dua, yaitu : a. Primary Cognitive Appraisal

Adalah proses mental yang berfungsi mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari sudut implikasinya terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan, merugikan, atau membahayakan individu tersebut.


(17)

b. Secondary Cognitive Appraisal

Adalah evaluasi terhadap sumber daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi oleh pengalaman individu pada situasi serupa, persepsi individu terhadap kemampuan dirinya dan lingkungannya serta berbagai sumberdaya pribadi dan lingkungan.

3. Stage of Searching for a Coping Strategy

Konsep ‘coping’ diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengelola tuntutan-tuntutan lingkungan dan tuntutan-tuntutan int internal serta mengelolah konflik antara berbagai tuntutan tersebut. Tingkat kekacauan yang dibangkitkan oleh satu stresor (sumber stres) akan menurun jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengelola atau menghadapi stresor tersebut, yaitu dengan menerapkan strategi ‘coping’ yang tepat. Strategi yang akan digunakan ini dipengaruhi oleh pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks situasi dimana stres tersebut berlangsung.

4. Stage of The Stres Response

Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang akut, seperti sedih, cemas, marah, dan panik. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak adekuat, fungsi-fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan pola-pola neuroendokrin serta sistem syaraf otonom bekerja terlalu aktif. Reaksi-reaksi seperti ini timbul akibat adanya pengaktifan yang tidak adekuat dan Reaksi- reaksi-reaksi untuk menghadapi stres yang berkepanjangan.

Dampak dari keadaan ini adalah bahwa individu mengalami disorganisasi dan kelelahan baik mental maupun fisik.


(18)

Disamping membagi stres kedalam tahap-tahap di atas, Lazarus juga membedakan istilah-istilah harm-loss, threat, dan challenge. Harm-loss dan threat memiliki konotasi negatif. Keduanya dibedakan berdasarkan perspektif waktunya. Harm-loss digunakan untuk menerangkan stres yang timbul akibat antisipasi terhadap suatu situasi. Baik stres akibat harm-loss maupun threat pada umumnya akan dapat berupa gangguan fisiologis maupun gangguan psikologis. Di lain pihak, challenge (tantangan) berkonotasi positif. Artinya, stres yang dipicu oleh situasi-situasi yang dipersepsikan sebagai tantangan oleh individu tidak diubah menjadi strain. Dampaknya tehadap tingkah laku individu, misalnya tampilan kerjanya, justru positif.

2.3. Karakteristik Stresor di Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja, sebagaimana lingkungan-lingkungan lainnya, juga menuntut adanya penyesuaian diri dari individu yang menempatinya. Dengan demikian, dalam lingkungan kerja ini individu memiliki kemungkinan untuk mengalami suatu keadaan stres. Stres kerja dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan tegang yang dialami di dalam suatu organisasi. Stres ini dapat merupakan akibat dari lingkungan fisik, sistem dan teknik dalam organisasi, interaksi sosial interpersonal, isi atau struktur pekerjaan, tingkah laku individu sebagai anggota, dan aspek-aspek organisasi lainnya.14

Secara umum terdapat tiga buah pendekatan untuk membahas masalah stres dalam ruang lingkup organisasi. Pendekatan pertama berorientasi pada karakteristik obyektif dari berbagai situasi kerja yang dapat menimbulkan stres. Pendekatan kedua mengacu pada karakteristik individu sebagai penyebab utama stres. Dan pendekatan


(19)

ketiga meninjaunya melalui acuan interaksi antara situasi obyektif dan karakteristik individu.

Gambar 2.1: Model Stres dalam Pekerjaan (Modifikasi dari Model Cooper, C.L)16 2.3.1. Karakteristik Obyektif Situasi Kerja

Pendekatan ini bertolak dari konsep stres sebagai suatu kondisi/situasi yang mampu menimbulkan pergolakan, kekacauan, atau perubahan yang bersifat reaktif


(20)

dalam diri individu. Dengan perkataan lain, pendekatan ini mengacu kepada konsep stres sebagai stimulus. Ada atau tidaknya stres dan bobot stres dapat diduga dari karakteristik stimulus yang dihadapi individu. Stimulus yang mampu menimbulkan stres ini biasa disebut stresor.

Secara umum, konsep stres sebagai suatu stimulus digunakan untuk menerangkan situasi-situasi yang memiliki karakteristik baru, intense (kuat), berubah-ubah dengan cepat, dan terjadi tanpa diduga sebelumnya. Situasi lain yang dapat menjadi stresor memiliki karakteristik sebagai berikut :5

1. Stimulus deficit (kurangnya stimulasi lingkungan)

2. Absence of expected stimuli (ketidakhadiran stimulus yang diharapkan) 3. Highly persistent stimulations (stimulasi monoton)

4. Kelelahan 5.Kejenuhan

Dalam lingkungan kerja, konsep stres sebagai suatu stimulus sering digunakan untuk membahas situasi-situasi kerja yang dapat menimbulkan stres pada para pekerja.

Situasi-situasi tersebut adalah sebagai berikut :5 a. Karakteristik Fisik Lingkungan Kerja

1. Situasi kerja yang berpolusi 2. Noise (kebisingan)

3.Terlalu panas atau terlalu dingin

4. Rancangan sistem manusia-mesin yang buruk 5. Situasi kerja yang mengancam keselamatan fisik


(21)

b. Karakteristik Waktu Kerja

1.Pekerjaan-pekerjaan yang waktunya tidak menentu 2. Terlalu sering lembur

3. Deadlines (batas waktu) 4. Time pressures

c. Karakteristik Lingkungan Sosial dan Organisasi 1. Iklim politis yang kurang sehat

2. Kualitas supervisi yang buruk 3. Relasi atasan-bawahan yang buruk 4. Tugas-tugas monoton

5. Machine pacing (kecepatan mesin) 6. Beban kerja yang berlebihan 7. Tanggung jawab yang terlalu besar 8. Kurang penghargaan terhadap hasil kerja d. Karakteristik Perubahan Dalam Pekerjaan

1. Pemutusan hubungan kerja 2. Pensiun

3. Demosi

4. Adanya perubahan kualitatif dalam jabatan 5. Promosi yang terlalu dini

6. Perubahan pada pola shift

7. Situasi dimana tidak ada perubahan sama sekali


(22)

Untuk menjelaskan bagaimana karakteristik-karakteristik di atas menimbulkan stres pada pekerja, berikut ini dikemukakan sebuah ilustrasi. Dengan adanya perkembangan teknologi, proses industri sekarang ini banyak menggunakan mesin-mesin dengan teknologi yang canggih. Mesin-mesin tersebut memiliki cara kerja yang otomatis dengan kecepatan kerjanya sendiri. Adanya keadaan ini menimbulkan perasaan tidak mengenakkan pada diri pekerja. Pertama, otomatisasi membuat pekerja hanya memiliki peranan yang relatif kecil dalam proses produksi karena sebagian besar pekerjaan telah diambil alih oleh mesin, dan ini membuat pekerja merasa kurang dihargai. Kedua, pekerja harus menyesuaikan diri dengan kecepatan kerja mesin yang seringkali membuatnya harus memusatkan perhatian secara terus-menerus, yang dapat menimbulkan keletihan baik fisik maupun mental kepada pekerja tersebut. Ketiga, keadaan inipun membuat hubungan sosial pekerja dengan pekerja lainnya menjadi berkurang karena pekerja harus memusatkan perhatiannya kepada mesin. Kesemuanya merupakan sumber stres bagi pekerja tersebut.

Contoh nyata adanya stres akibat kecepatan kerja mesin terdapat pada pekerja lini rakit (assembly line) yang menggunakan peralatan mekanis modern. Penelitian Hinkle pada Bell Telephone Company mendukung pernyataan di atas.6

Dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik di atas, Kagan dan Levi (1971) menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kemampuan genetis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan mempunyai perilaku tertentu untuk mengatasi lingkungannya tersebut. Jika stimulus yang dihadapi individu tidak melebihi batas-batas ambang penyesuainnya maka individu tersebut tidak akan


(23)

tergangggu baik fisik maupun mentalnya. Kondisi fisik/mental individu terganggu jika stimulus yang dihadapinya menuntut penyesuaian diri yang melebihi batas ambangnya sehingga ia tidak mampu lagi mengatasi lingkungannya. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan muncul simptom-simptom stres seperti gangguan percernaan migraine, atau keluhan-keluhan psikosomatik lainnya.6

2.3.2. Karakteristik Pekerja

Pendekatan ini bertolak dari pendapat bahwa individu memiliki ambang stres yang berbeda. Dengan demikian, karakteristik individu akan mempengaruhi kadar stres yang dihayatinya. Berdasarkan beberapa penelitian, faktor-faktor berikut ini dapat mempengaruhi ambang stres seseorang:4

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Status pernikahan

4. Kebangsaan dan suku bangsa 5. Taraf hidup

6. Banyaknya perubahan yang dialami semasa hidup 7. Kecenderungan work addict

8. Kecenderungan neurotik dan depresi 9. Fleksibilitas kepribadian

10. Mekanisme pertahanan diri yang dipergunakan 11. Self esteem

12.Makna pekerjaan bagi individu


(24)

Menurut Greenberg (2004) semakin tua seseorang maka semakin mudah terserang stres, hal ini disebabkan beberapa hal. Pertama, semakin tua seseorang maka semakin berkurangnya daya tahan tubuh terhadap tekanan dan beban yang diterimanya terutama pada umur 40 tahun keatas dimana semua organ tubuh terjadi penurunan fungsi.20 Kedua, Pertambahan umur akan memunculkan pertambahan tanggung jawab dan harapan-harapan, serta tuntutan yang muncul dari orang-orang disekitar agar melakukan beberapa perubahan dalam kehidupan.

Penelitian yang dilakuakan Mulyono (2000) tentang stres psikososial pada pekerja wanita didapat bahwa penyebab stres yang dialami responden lebih banyak berasal dari luar perusahaan yaitu adanya masalah-masalah keluarga dan masalah pribadi. Didapatkan adanya perbedaan yang bermakna pada terjadinya stres akut dan kronis terhadap wanita yang menikah dan tidak menikah, dengan gambaran untuk stres akut banyak pada pekerja yang tidak menikah sedang untuk stres kronis berat lebih banyak pada pekerja wanita yang menikah.21

Menurut hasil penelitian, konflik peran lebih dirasakan oleh kaum wanita daripada lelaki. Ada beberapa fenomena sebagai hasil proses sosialisasi yang menyebabkan perbedaan tersebut. Pertama, sifat permintaan peran. Moen (1992) mengatakan bahwa sifat permintaan peran kerja dan peran keluarga bagi wanita adalah serentak (simultaneous roles), sedangkan peran yang harus dilakukan lelaki lebih bersifat berurutan (sequential roles). Peran yang bersifat serentak memerlukan skala prioritas, sedangkan peran yang berurutan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan sendiri. Prioritas peran ini bisa menimbulkan konflik jika tidak sesuai dengan dari pelakunya. Kedua, pembagian kerja seksual di dalam rumah yang tidak


(25)

seimbang. Wanita masih mempunyai tanggung jawab yang lebih tinggi terhadap peran di rumah, baik sebagai suri rumah (penyapu rumah, pencuci piring, pencuci baju, pemasak, dan lain-lain) maupun sebagai ibu dan peran ini tidak berkurang walaupun mereka bekerja (Hochschild, 1989; Suhatmini dan Bambang, 1991; Emmons et al., 1990). Dikatakan oleh Ray dan Miller (1994) bahwa penggunaan waktu antara waktu untuk wanita dan lelaki tidak sama. Pada umumnya wanita mengintegrasikan antara kepentingan profesi, individu, dan keluarga, sedangkan lelaki secara tradisi menggunakan kepentingan pribadi untuk mendukung kepentingan profesinya. Ketiga, majikan memisahkan urusan kerja dan rumah, artinya majikan menganggap bahwa persoalan di rumah bukan urusan tempat kerja sehingga kebijakan-kebijakan yang memperingan wanita dalam mengurus keluarga belum diperhatikan.22

Keluarga yang merupakan kesatuan inti dalam masyarakat, dapat menjadi sumber Stres tersendiri. Meskipun jumlahnya terbatas, setiap anggota keluarga memiliki perilaku, kebutuhan dan kepribadian yang berbeda-beda. Tidak heranlah bahwa karena perilaku yang kurang terkendalidan tidak mengenakkan, keinginan dan cita-cita yang tidak jarang berlawanan, dan watak dan sifat-sifat yang tidak dapat dipadukan, maka terjadi konflik antar anggota keluarga.23

Disamping hal-hal yang datang dari hubungan antar pribadi dan situasi keluarga yang ada, keluarga dapat menjadi sumber stres karena peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan para anggota keluarga, misalnya bertambahnya anggota keluarga, sakitnya salah satu anggota keluarga, kematian salah satu anggota keluarga dan lainnya.23


(26)

Salah satu teori yang diajukan oleh Rosenman dan Friedman (1974) yang menggolongkan individu kedalam dua pola perilaku yaitu individu tipe A dan individu tipe B, yang dikaitkan dengan kerentanan individu terhadap penyakit jantung.4

Individu dengan pola perilaku tipe A lebih mudah terserang penyakit jantung (CHD) terlepas dari faktor-faktor fisik dan jenis pekerjaan mereka. Dua karakteristik utama individu dengan pola perilaku tipe A adalah adanya suatu dorongan yasng besar untuk bersaing dan perasaan menetap tentang pentingnya waktu. Individu dengan pola perilaku tipe A sangat ambisius dan agresif, selalu bekerja untuk mencapai sesuatu, berlomba dengan waktu, beralih dengan cepat dari suatu pekerjaan kelain pekerjaan, dan terlibat penuh pada tugas-tugas pekerjaannya. Akibatnya, individu dengan pola perilaku tipe A selalu berada dalam keadaan tegang dan stres. Walaupun pekerjaan relatif bebas dari sumber-sumber stres, mereka membawa stres mereka sendiri dalam bentuk pola perilakunya. Stres selalu timbul pada saat bekerja maupun pada waktu senggang mereka.

Individu dengan pola perilaku tipe B mungkin sama ambisiusnya dengan individu tipe A, tetapi mereka lebih santai dan menerima situasi seadanya. Individu tipe B bekerja dengan nyaman tanpa usaha untuk memerangi situasi ynag mereka hadapi secara kompetitif. Dalam menghadapi tekanan waktu, sikap mereka lebih santai sehingga jarak mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan stres dan tegang. Dengan demikian individu tipe B dapat bekerja sebaik yang dilakukan oleh tipe A tetapi lebih sedikit mengalami akibat-akibat yang menyakitkan dari stres.


(27)

Sebenarnya, pembagian pola perilaku ini tidak menunjukkan ciri kepribadian yang statis, akan tetapi lebih menggambarkan gaya perilaku yang disertai dengan beberapa reaksi kebiasaan seseorang dalam menghadapi situasi disekitarnya. House (1973) menambahkan bahwa ciri psikis utama individu tipe A adalah keinginan untuk mencapai prestasi sosial (social achievement) yang dapat dianalogikan dengan mencari status (status seeking). Glass (1977) menduga bahwa faktor utama yang menyebabkan timbulnya pola perilaku tipe A adalah keinginan atau obsesi untuk mengendalikan lingkungan. Dengan demikian, permasalahan yang dihadapi oleh individu tipe A pada tidak bisa tidak melakukan sesuatu sama sekali (inactivity). Individu tipe A akan menghayati stres yang relatif lebih besar jika mereka dibiarkan tanpa diberikan pekerjaan atau aktivitas.4

2.3.3. Pendekatan Interaksi

Teori-teori yang didasari oleh pendekatan ini berpendapat bahwa stres tidak semata-mata disebabkan oleh situasi lingkungan kerja atau semata-mata oleh karakteristik pekerja yang bersangkutan melainkan oleh interaksi antara kedua faktor tersebut. Berdasarkan pendekatan interaksi ini, Cox dan Mackay (1979) mengatakan bahwa stres merupakan hasil penafsiran seseorang mengenai keterlibatannya dalam lingkungannya, baik secara fisik maupun secara psikososial. Stres atau ketegangan timbul sebagai suatu hasil ketidakseimbangan antara persepsi orang tersebut mengenai tuntutan yang dihadapinya dan persepsinya mengenai kemampuannya untuk menanggulangi tuntutan tersebut. Ini berarti bahwa tidak ada stresor yang berifat universal. Stimulus yang sama dapat menyebabkan intensitas stres yang berbeda atau bahkan tidak menyebabkan stres sama sekali pada individu yang


(28)

mempersepsi dirinya mampu menghadapi stres tersebut. Dengan demikian, yang menjadi pokok bahasan adalah persepsi individu terhadap situasi dan partisipasi aktif individu dalam interaksi yang berlangsung. Dengan perkataan lain, cara individu menghadapi stres lebih penting daripada Frekuensi dan kadar stres itu sediri.4

Salah satu model teori interaksi yang cukup populer berasal dari French (1982), yang disebutnya “the Person Enviromental fit Model”. Menurut French, stres terdapat pada kotak G dalam model P-E nya, yaitu sebagai “Subjective Person-Environment Fir”. Dalam hal ini, konsep stres dari Mc.Grath, yang menekankan masalah persepsi.

Dalam model P-E stres tidak timbul akibat stresor lingkungan semata melainkan merupakan hasil persepsi individu terhadap kemampuan dan motivasinya untuk menghadapi stresor tersebut. Faktor persepsi dalam model tersebut merupakan faktor yang paling menentukan bobot stres dari suatu situasi.

French mengemukakan bahwa stres yang dipersepsi dapat dikurangi melalui dua mekanisme, yaitu “Social Support” dan “Ego Defence”. Artinya, jika individu memperoleh dukungan sosial yang memadai dari lingkungan dan/atau menggunakan ego defence yang tepat, stres dapat menurun intensitasnya.

Dengan demikian, berdasarkan model P-E dari French, usaha-usaha yang diarahkan untuk menurunkan intensitas stres dapat dilakukan melalui perubahan persepsi dan pembeian dukungan sosial. Cobb (1976) telah memberikan bukti yang mengesankan bahwa di dalam suatu krisis, yang nyata-nyata merupakan suatu situasi penuh stres, dukungan sosial dapat melindungi manusia dari aneka ragam kondisi patologis.6


(29)

Menurut Lieberman dkk, secara teoritis peran dukungan sosial adalah sebagai berikut:4

1. Social resources dapat mengurangi peluang terjadinya situasi yang mampu membangkitkan stres

2. Bila situasi tersebut terjadi juga, interaksi dengan ‘significant orthers’ dapat memodifikasikan persepsi individu terhadap situasi tersebut. Dengan demikian, intensitas stres yang timbul dapat dikurangi

3. Tingkat stres yang dialami oleh individu erat hubungannya dengan tingkat perubahan yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, dalam hal ini adalah perubahan peran. Social resources dapat mengubah persepsi individu tentang relasi antara perannya yang terancam dengan situasi yang menimbulkan stres. 4. Social resources dapat mengubah persepsi individu tentang strategi ‘coping’

yang tepat, misalnya dengan cara mempengaruhi individu untuk menggunakan strategi tertentu.

5. Social resources dapat memodifikasikan dampak stresor yang mengikis harga diri dan keyakinan individu.

6. Social resources berpengaruh langsung terhadap tingkat adaptasi yang dimiliki individu

Dengan demikian, dukungan sosial tidak saja dapat meredam dampak stres melainkan juga dapat mengurangi peluang terjadinya stres.


(30)

2.4. Gejala Stres

Tanda-tanda dan gejala-gejala stres berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya. Namun beberapa gejala bersifat umum. Seperti cepat marah atau suka murung. Pola respon yang umum biasanya tergantung kepada masing-masing orang, misalnya respon emosional yang paling umum terhadap kesibukan kantor adalah rasa ingin marah ketika tiba di rumah.

Breth (2000) mengemukakan bahwa tanda-tanda lain yang cukup jelas dari stres adalah kebiasaan yang mengulur-ulur waktu, tidak mampu mengambil keputusan dengan cepat, terutama jika sebelumnya sangat piawai di bidang ini yang terjadi sebenarnya adalah kepercayaan diri yang dipengaruhi oleh stres dan mengambil keputusan yang menyenangkan.7

Smet B. (1994) menambahkan bahwa gejala lainnya dalah takut berpisah dan kehilangan, takut akan kematian, disorientasi, depresi, dan agresif.8

Pada waktu mengalami stes menurut Breth (2000), tindakan dan perilaku mungkin akan berubah drastis, barangkali akan mulai membentuk kebiasaan-kebiasaan yang buruk, seperti minum alkohol atau kopi secara berlebihan, makan berlebihan, sakit kepala, radang kulit, diare, kelelahan, tekanan darah tinggi, dan rasa mual adalah gejala umum dari stres.7

Secara spesifik Breth (2000) mebagi gejala stres dalam 5 (lima) aspek, antara lain:7

1. Gejala Fisik

Sakit kepala, sakit nyeri lambung, mudah kaget, banyak berkeringat, gangguan pola tidur, lesu, kaku leher di belakang sampai punggung, dada rasa panas dan


(31)

nyeri, rasa tersumbat dikerongkongan, nafsu makan menurun, mual, muntah, gejala kulit (abses), gangguan menstruasi, keputihan, kejang-kejang, pingsan serta jantung berdebar-debar.

2. Gejala Emosional

Cepat marah dan murung, cemas dan panik, takut, sering menangis, emosi berlebihan, tertawa gelisah, merasa tak berdaya, selalu mengkritik diri sendiri dan orang lain, depresi serta merasa diabaikan.

3. Gejala Perilaku/Tindakan

Menurunnya gairah, pemakaian alkohol yang berlebihan, meningkatkan konsumsi rokok atau kopi, keracunan atau tindakan agresif, gangguan pada kebiasaan makan, ganguan tidur, gangguan seksual, kecendrungan menyendiri, dan absen dari tempat kerja serta mudah mengalami kecelakaan.

4. Gejala Intelektual

Pemikiran irasional, kebiasaan menunda pengambilan keputusan, lemahnya daya ingat, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan perspektif, berfikir negatif, putus asa/perasaan tidak berdaya, menyalahkan diri sendiri, bungung/pikiran kacau.

5. Gejala Interpersonal

Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau tidak memenuhinya, suka mencari-cari kesalahan orang lain atau menyerang orang dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi dan mempertahankan diri serta mendiamkan orang lain.


(32)

2.5. Efek Kerja Malam

Fish (2000) mengemukakan bahwa efek bekerja pada (shift) malam hari pada pekerja antara lain: 9

1. Efek Fisiologis

a. Kualitas tidur: tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menembus kurang tidur selama kerja malam.

b. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasan mengantuk dan lelah.

c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek Psikososial

Efek ini menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan gangguan aktivitas kelompok dalam masyarakat.

Saksono (1991) manambahkan bahwa pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan ada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam diperlukan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat perpartisipasi aktif dalam kegaitan tersebut, akibatnya tersisih dari lingkungan masyarakat.10

3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurutnya kinerja dapat mengakibatkan


(33)

kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan

Kerja malam menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cendrung terjadi pada usia 40-45 tahun. Kerja malam juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah.18

Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif.18

Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stres dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang


(34)

dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami seseorang itu sudah berdi sekitar jalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.18

Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stres dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.18

2.6. Irama Sirkadian

Irama sirkadian (circadian rhythms) adalah pertukaran secara teratur karakteristik mental dan fisik dalam satu hari. Circadian berasal hari kata latin yang artinya putaran satu hari. Irama sirkadian diatur oleh suprachiasmatic nucleus atau sering disebut SCN yang berada didalam hipotalamus. Kerja irama sirkadian dipengaruhi oleh cahaya matahari, karena cahaya mempengaruhi produksi hormon melatonin. Pada tubuh yang normal jumlah melatonin berkurang setelah hari mulai gelap.11

Cahaya ditangkap oleh fotoreseptor didalam retina dan membuat sinyal yang dibawa saraf optic ke SCN, dan SCN yang merupakan bagian dari hipotalamus dapat mempengaruhi fungsi pengaturan tidur, temperature tubuh, sekresi hormon, produksi urin, dan tekanan darah.11


(35)

Gambar 2.2: Circadian Rhythms 12

Fungsi fisiologis tubuh seperti denyut jantung, oksigen yang dikonsumsi, suhu tubuh, tekanan darah, produksi adrenalin, sekresi urin, kapasitas fisik dan mental secara nyata iramanya berbeda waktu yang sama. Pada umumnya fungsi tubuh meningkat pada pagi hari, mulai melemah pada siang hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan.12

Mc. Cormick menyatakan bahwa circadian rhythm setiap individu berbeda dalam penyesuaian kerja malam. Pola aktifitas tubuh akan terganggu bila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam.13


(36)

2.7. Kerangka Konsep

Waktu Kerja 1. Siang

(07.00-18.00) 2. Malam

(19.00-05.00)

Stres

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.3: Kerangka Konsep

2.8. Hipotesa Penelitian

Ho : Tidak terdapat hubungan antara waktu kerja dengan terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.

Ha : Terdapat hubungan antara waktu kerja dengan terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik, dengan disain cross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan dan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja pada warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan. Pekerja melakukan pekerjan pada siang hari (06.00-18.00) dan malam hari (18.00-06.00) dengan orang yang beda. Jumlah yang bekerja pada malam hari berjumlah 53 orang, sedangkan yang bekerja pada siang hari hanya 18 orang.

3.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan total populasi (total sampling), dengan total 71 orang. Dalam pengambilan data dilapangan hanya 61 responden yang dapat di wawancarai. Hal ini disebabkan 10 orang responden tidak bersedia untuk untuk diwawancarai.

Afif Kurniawan : Hubungan Waktu Kerja Dengan Terjadinya Stress Pada Pekerja Warung-Warung Kopi…, 2007 27


(38)

3.4. Metoda Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan cara data primer yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner penilaian stres berdasarkan gejala-gejala stres dari Stress Test dalam lauralewis.com (kuisioner terlampir).

3.5. Defenisi Operasional Variabel

Pedoman awal untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan fokus penelitian, digunakan definisi operasional yang dikembangkan dalam uraian di bawah ini.

1. Pekerja adalah orang yang bekerja di warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan Kota,

2. Waktu kerja adalah jadwal kerja responden yang dibedakan dengan waktu kerja siang yaitu dari pukul 07.00 sampai dengan 18.00 WIB sore harinya dan waktu kerja malam yaitu dari pukul 19.00 sampai dengan 05.00 WIB dini harinya. Waktu kerja merupakan variabel nominal

3. Stres adalah respon yang timbul akibat bekerja, dilihat dari hasil penilaian stres terhadap aspek fisik dan emosional pekerja. Stres merupakan variabel ordinal.

3.6. Aspek Pengukuran

Data primer yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan yaitu dengan Uji Stres Mental dan Uji Stres Fisik (Lewis, 2001) untuk memberikan gambaran sejauh mana tingkat stres yang dialami pekerja. Pada kuesioner ini responden diminta untuk


(39)

memberikan jawaban ya (bobot 1) atau tidak (bobot 0) atas sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan gejala stres yang dialami pekerja.19

Dari hasil pembobotan, dilakukan distribusi skoring dengan kriteria sebagai berikut:

• Skor < 14 : tidak stres • Skor >14 : stres

3.7 Teknik Analisa Data

Pengolahan data dilakukan denga cara: 1. Editing

Pada tahap ini dilakukan pemeriksan data yang telah diperoleh untuk dilakukan pembetulan data yang keliru dan melengkapi data yang kurang. 2. Coding

Pada tahap ini dilakukan pemberian kode pada setiap jawaban kuisioner yang telah diisi.

3. Tabulating

Memindahkan data dari daftar pertanyaan kedalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

4. Analisa Data

Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif analitik, yaitu analisa deskriptif dengan memberikan gambaran tentang keadaan variabel bebas dan analisa analitik menggunakan uji tabel silang (crosstab test).


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Warung-warung kopi tempat penelitian ini dilakukan merupakan jenis usaha informal yang berada di Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun. Pekerja melakukan pekerjan pada siang hari (07.00-18.00) dan malam hari (19.00-04.00) dengan orang yang beda. Jumlah yang bekerja pada malam hari berjumlah 53 orang, sedangkan yang bekerja pada siang hari hanya 18 orang.

Pada umumnya pekerja di tempat penelitian ini melakukan beberapa aktivitas seperti memasak makanan, membuat minuman, dan menyajikan makanan/minuman kepada pelanggannya. Pekerja malam pada umumnya tidak melakukan pekerjaan yang lain pada siang harinya, mereka bekerja di warung kopi dari pukul 19.00 hingga pukul 04.00 dini hari dan kembali kerumah untuk beristirahat dan pada sore harinya menyediakan bahan olahan dan meracik bumbu, sebaliknya pekerja siang hari bekerja di warung kopi dari pukul 07.00 hingga 06.00 sore harinya, dan mereke umumnya menyediakan bahan olahan dan meracik bumbu pada pagi harinya sebelum berangkat ke warung kopi

4.2 Karakteristik Responden

Karateristik yang diperoleh dari penelitian ini meliputi; jenis kelamin, umur, masa kerja, pendidikan terakhir, status pernikahan dan waktu kerja. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jenis kelamin yang terbanyak pada responden laki-laki sebanyak 37 orang (60,66 %), kelompok umur < 23 tahun sebanyak 19 orang (31,15


(41)

%), masa kerja terbesar pada kelompok 0-3 tahun sebanyak 29 orang (47,75 %), berpendidikan tingkat SLTA sebanyak 25 orang (40,98 %) dan telah nikah sebanyak 32 orang (52,46 %).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik pada Pekerja Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya Stres pada Tahun 2007

No Karakteristik frekuensi

(orang)

Persentase (%) Jenis Kelamin

1 Laki-laki 37 60,66

2 Perempuan 24 39,34

Total 61 100

Umur(tahun)

1 < 23 19 31,15

2 24 – 31 18 29,51

3 32 – 39 11 18.03

4 > 40 13 21,31

Total 61 100

Masa Kerja(tahun)

1 0 – 3 29 47,75

2 4 – 7 16 26,23

3 8 – 11 8 13,11

4 > 12 8 13,11

Total 61 100

Pendidikan

1 SD 9 14,75

2 SLTP 23 37,70

3 SLTA 25 40,98

4 PT (D1, D2, D3, S1) 4 6,56

Total 61 100

Status Pernikahan

1 Tidak Nikah 29 47,54

2 Nikah 32 52,46

Total 61 100

Waktu Kerja

1 Siang 14 22,95

2 Malam 47 77,05

Total 61 100


(42)

4.3 Pengukuran Stres

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gejala-Gejala Stres dalam Pengukuran Stres Fisik pada Pekerja Malam Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya Stres pada Tahun 2007

No Pertanyaan f

(orang) % 1 Sering menderita sakit kepala sebelah atau migraine 16 34,04 2 Sering merasa letih atau lelah 43 91,49 3 Sering mengalami nyeri lambung 24 51,06 4 Bila bangun anda mengalami kesulitan untuk tidur kembali 23 48,94 5 Sering menderita pembengkakan tenggorokan/sakit menelan 17 36,17 6 Jarang/malas untuk berolah raga 32 68,09 7 Menggerinding gigi/melagakan gigi 6 12,77

8 Nafsu makan kurang 15 31,91

9 Konsumsi tembakau atau alkohol meningkat 14 29,79 10 Jantung sering berdebar-debar 18 38,30 11 Melihatkan tanda kesulitan tidur/tidur gelisah 28 59,57 12 Sering merasa panas dingin atau flu 10 21,28 13 Minum teh atau kopi lebih dari 4 gelas sehari 6 12,77 14 Sering merasa mual bahkan sampai muntah 11 23,40 15 Sering menyadari ketegangan otot 30 63,83

16 Anda gemuk 12 25,53

17 Menghisap rokok lebih dari 10 batang sehari 27 57,45 18 Sering merasa nyeri di dada 12 25,53 19 Mengalami ketegangan secara rutin di bahagian kepala

belakang atau leher 35 74,47

20 Mengalami diare (menceret) pada waktu tertentu 11 23,40 21 Sering mengalami sakit kepala baik ringat ataupun berat 21 44,68 22 Timbul bercak merah atau gatal-gatal pada kulit 5 10,64 23 Sering minum pil tidur/penenang 1 2,13 24 Tangan sering berkeringat 19 40,43 25 Meminum obat penambah semangat/ingatan 4 8,51 Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa gejala terbanyak dari pekerja malam pada pengukuran stres fisik yaitu merasa letih dan lelah sebanyak 43 orang (91,49%), diikuti keluhan ketegangan secara rutin di bahagian kepala belakang sebanyak 35 orang (74,47%) dan malas untuk berolah raga 32 orang (68,09) serta paling sedikit adalah pada pertanyaan sering meminum obat tidur sebanyak 1 orang (2,13%)


(43)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Gejala-Gejala Stres dalam Pengukuran Stres Fisik pada Pekerja Siang di Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya Stres pada Tahun 2007

No Pertanyaan f

(orang) %

1 Sering menderita sakit kepala sebelah atau migraine 2 14,29 2 Sering merasa letih atau lelah 12 85,71 3 Sering mengalami nyeri lambung 11 78,57 4 Bila bangun anda mengalami kesulitan untuk tidur

kembali 9 64,29

5 Sering menderita pembengkakan tenggorokan/sakit

menelan 2 14,29

6 Jarang/malas untuk berolah raga 8 57,14 7 Menggerinding gigi/melagakan gigi 0 0,00

8 Nafsu makan kurang 0 0,00

9 Konsumsi tembakau atau alkohol meningkat 1 7,14 10 Jantung sering berdebar-debar 7 50,00 11 Melihatkan tanda kesulitan tidur/tidur gelisah 10 71,43 12 Sering merasa panas dingin atau flu 1 7,14 13 Minum teh atau kopi lebih dari 4 gelas sehari 0 0,00 14 Sering merasa mual bahkan sampai muntah 3 2,43 15 Sering menyadari ketegangan otot 7 50,00

16 Anda gemuk 2 14,29

17 Menghisap rokok lebih dari 10 batang sehari 6 42,86 18 Sering merasa nyeri di dada 3 21,43 19 Mengalami ketegangan secara rutin di bahagian kepala

belakang atau leher 12 85,71

20 Mengalami diare (menceret) pada waktu tertentu 1 7,14 21 Sering mengalami sakit kepala baik ringat ataupun berat 3 2,43 22 Timbul bercak merah atau gatal-gatal pada kulit 0 0,00 23 Sering minum pil tidur/penenang 0 0,00 24 Tangan sering berkeringat 7 50,00 25 Meminum obat penambah semangat/ingatan 0 0,00

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa gejala terbanyak dari pekerja siang pada pengukuran stres fisik yaitu merasa letih dan keluhan ketegangan secara rutin di bahagian kepala belakang sebanyak 12 orang (85,71%), diikuti sering mengalami nyeri lambung sebanyak 11 orang (78.57%) dan tidur gelisah sebanyak 10 orang (71.43%).


(44)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gejala-Gejala Stres dalam Pengukuran Stres Mental pada Pekerja Malam di Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya Stres pada Tahun 2007

No Pertanyaan f

(orang) % 1 Sering curiga pada orang lain 23 48,94

2 Mudah bingung 28 59,57

3 Takut melakukan sesuatu yang baru 33 70,21 4 Jarang membaca buku atau majalah/koran 23 48,94 5 Merasakan ketegangan diri 17 36,17 6 Jarang mengembangkan ide-ide baru dalam pekerjaan 29 61,70 7 Sering mengkritik diri sendiri 32 68,09 8 Sulit untuk berkonsentrasi /pikiran sering kacau 20 42,55 9 Tidak memiliki hobi apapun 10 21,28 10 Jarang mengungkapakan perasaan anda melalui musik,

seni tarian atau tulisan 8 17,02

11 Sering gagal dalam mengatasi masalah-masalah 25 53,19 12 Anda mudah tersinggung/marah 28 59,57 13 Merasa diri kurang bermanfaat/sering menyesal 24 51,06 14 Malas untuk menghadiri acara-acara ke-masyarakat-an 16 34,04

15 Sering kelupaan 38 80,85

16 Sering ingin menyendiri 12 25,53

17 Sering takut dan cemas 31 65,96

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa gejala terbanyak dari pekerja malam pada pengukuran stres mental yaitu gejala sering lupa sebanyak 38 orang (80.85%), takut melakukan sesuatu yang baru sebanyak 33 orang (71,21%)dan dikuti keluhan sering mengkritik diri sendiri sebanyak 32 orang (68,09%), sedangkan keluhan terkecil pada pertanyaan jarang mengungkapkan perasaan melelui seni sebanyak 8 orang (17,02 %).


(45)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Gejala-Gejala Stres dalam Pengukuran Stres Fisik pada Pekerja Siang di Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya Stres pada Tahun 2007

No Pertanyaan f

(orang)

%

1 Sering curiga pada orang lain 4 28,57

2 Mudah bingung 5 35,71

3 Takut melakukan sesuatu yang baru 9 64,29 4 Jarang membaca buku atau majalah/koran 2 14,29 5 Merasakan ketegangan diri 5 35,71 6 Jarang mengembangkan ide-ide baru dalam pekerjaan 8 57,14 7 Sering mengkritik diri sendiri 14 100,00 8 Sulit untuk berkonsentrasi/pikiran sering kacau 6 42,86 9 Tidak memiliki hobi apapun 0 0,00 10 Jarang mengungkapakan perasaan anda melalui musik,

seni tarian atau tulisan 1 7,14

11 Sering gagal dalam mengatasi masalah-masalah 4 28,57 12 Anda mudah tersinggung/marah 3 21,43 13 Merasa diri kurang bermanfaat/sering menyesal 5 35,71 14 Malas untuk menghadiri acara-acara ke-masyarakat-an 2 14,29

15 Sering kelupaan 9 64,29

16 Sering ingin menyendiri 2 14,29

17 Sering takut dan cemas 4 28,57

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa gejala terbanyak dari pekerja siang pada pengukuran stres mental yaitu gejala keluhan sering mengkritik diri sendiri sebanyak 14 orang, dan dikuti sering lupa dan takut melakukan sesuatu yang baru sebanyak 9 orang (64,29%), dan tidak memiliki hobi apapun sebanyak 8 orang (17,02%).


(46)

Tabel 4.6 Distribusi Waktu Kerja Pekerja pada Warung-Warung Kopi di Sekitar Jalan Samanhudi Medan Berdasarkan Terjadinya Stres pada Tahun 2007

Stres Tidak Stres Total

Kategori

f (orang) % f (orang) % f (orang) %

Siang 4 6,56 10 16,39 14 22,95

Malam 33 54,10 14 22,95 47 77,05

Total 37 60,66 24 39,34 61 100

Dari tabel di atas dapat diketahui dari pekerja pada malam hari mengalami stres sebanyak 33 orang (60,66%) dan pekerja siang yang mengalami stres sebanyak 4 orang.

4.4 Uji Statistik Hubungan Antara Waktu Kerja dengan Terjadinya Stres

4.4.1 Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah populasi waktu kerja dengan terjadinya stres berdistribusi normal atau tidak maka dapat diuji dengan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf nyata ( g ) 5%. Dari output SPSS versi 11.0 test of noramality pada lampiran yang diuji dengan Uji Kolmogorov Smirnov, dapat dianalisa bahwa baik waktu kerja siang ataupun malam, tingkat signifikansi atau nilai probabilitasnya berada di atas 0,05 (0,443 dan 0,442 lebih besar dari 0,05), maka dapat diketahui bahwa distribusi kedua sampel adalah normal.15

4.4.2 Uji Independensi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara waktu kerja dengan terjadinya stres maka digunakan Uji Chi-Square dengan taraf nyata (g) 5%. Dari hasil output SPSS versi 11.0 Chi-Squere Test pada lampiran diketahu bahwa

χ

H2 = 7,838


(47)

Ü Titik Kritis : χC2 =χα2;(b1)(k1)02,05;(21)(21)02,05;1 = 3,841 Ü Daerah Kritis : Tolah Ho, jika

χ

H2 >

χ

C2,

Ternyata :

χ

H2 (=7,838)> 2

C

χ

(=3,841), artinya Ho ditolak

Ü Kesimpulan : Hasil uji menunjukkan pada taraf nyata ( g ) 5 % bahwa terdapat hubungan antara waktu kerja dengan terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.


(48)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Waktu Kerja dan Gejala-gejala Stres

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 61 responden dapat diperhatikan bahwa gejala terbanyak dari 47 orang pekerja malam pada pengukuran stres fisik yaitu merasa letih dan lelah sebanyak 43 orang (91,49%), diikuti keluhan ketegangan secara rutin di bahagian kepala belakang sebanyak 35 orang (74,47%) dan malas untuk berolah raga 32 orang (68,09%) serta paling sedikit adalah pada pertanyaan sering meminum obat tidur sebanyak 1 orang (2,13%), sedangkan dari 14 orang pekerja siang gejala yang paling banyak muncul yaitu merasa letih dan keluhan ketegangan secara rutin di bahagian kepala belakang sebanyak 12 orang (85,71%), diikuti sering mengalami nyeri lambung sebanyak 11 orang (78.57%) dan tidur gelisah 10 orang (71.43%).

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 61 responden dapat diperhatikan bahwa gejala terbanyak dari 47 orang pekerja malam pada pengukuran stres mental yaitu gejala sering lupa sebanyak 38 orang (80.85%), takut melakukan sesuatu yang baru sebanyak 33 orang (71,21%) dan dikuti keluhan sering mengkritik diri sendiri sebanyak 32 orang, sedangkan keluhan terkecil pada pertanyaan jarang mengungkapkan perasaan melelui seni sebanyak 8 orang (17,02 %), sedangkan dari 14 orang pekerja siang gejala yang paling banyak yaitu sering mengkritik diri sendiri sebanyak 14 orang, dan dikuti sering lupa dan takut melakukan sesuatu yang baru sebanyak 9 orang (64,29%), dan tidak memiliki hobi apapun sebanyak 8 orang (17,02 %).


(49)

Bekerja pada malam hari merupakan salah satu pekerjaan mempunyai resiko akan kesehatan pekerja. Suma’mur (1993) menyatakan bahwa kerja malam perlu mendapat perhatian karena irama faal manusia terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan akibat kerja malam relatif sangat besar, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, kurang tidur, timbul reaksi psikologis dan pengaruh-pengaruh kerja malam biasanya bersifat kumulatif.2

Menurut Terry Beehr dan John Newman (1978) gejala stress kerja berupa Gejala Psikologis (Mental): kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, memendam perasaan, komunikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri. Gejala fisik dari stres yaitu meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin, gangguan gastrointestinal, misalnya gangguan lambung, mudah terluka, mudah lelah secara fisik, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit, kepala pusing, migrain, kanker, ketegangan otot, masalah tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur).18

5.2 Waktu Kerja dan Stres

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 61 responden dapat diperhatikan bahwa, persentase terjadinya stres pada pekerja malam lebih besar (54,10 %) dibanding persentase terjadinya stres pada pekerja siang (6,65 %), dan dari


(50)

hasil uji statistik (menggunakan uji Chi Square) taraf nyata ( g ) 5 % dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara waktu kerja dengan terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Balatif (2002) pada sebuah industri soft drink di Kota Medan dimana shift kerja malam paling berpengaruh terhadap terjadinya stres pada tenaga kerja.10 Hal senada juga disampaikan dalam hasil penelitian Firdaus (2005) di bagian produksi pabrik kelapa sawit PTPN 4 Tebing Tinggi.

Fungsi fisiologis tubuh seperti denyut jantung, oksigen yang dikonsumsi, suhu tubuh, tekanan darah, produksi adrenalin, sekresi urin, kapasitas fisik dan mental secara nyata iramanya berbeda waktu yang sama. Pada umumnya fungsi tubuh meningkat pada pagi hari, mulai melemah pada siang hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan.12

Mc. Cormick menyatakan bahwa circadian rhythm setiap individu berbeda dalam penyesuaian kerja malam. Pola aktifitas tubuh akan terganggu bila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam.13


(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan didapat kesimpulan bahwa:

1.Terdapat terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan sebesar 37 orang (60,66 %).

2.

Terdapat hubungan antara waktu kerja dengan terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan

6.2 Saran

Dari hasil kesimpulan di atas, disaran bagi pekerja di warung-warung

kopi disarankan agar melakukan istirahat yang cukup.

Afif Kurniawan : Hubungan Waktu Kerja Dengan Terjadinya Stress Pada Pekerja Warung-Warung Kopi…, 2007 41


(52)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 1992. UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992. 2. Suma’mur, P.K. 1993. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.

Cetakan Sembilan. Jakarta: CV. Haji Masagung.

3. Looker, Terry dan Gregson, Olga., 2005. Managing Stress: Mengatasi Stres secara Mandiri. Cetakan I

4. Goldberger, Leo & Shlomo Breznizt. 1982. Handbook of Stress, New York: The Free Press.

5. Leila, Gustiarti. 2002. Stres dan Kepuasan Kerja. USU digital Library. 6. Fraser, T.M. 1985. Stress & Kepuasan Kerja, Jakarta: PT. Pustaka

Binaman Pressindo, LPPM.

7. Breth. G. 2000. Mengenal dan Menanggulangi Stres: Seri Mengenal Diri. Jakarta: PT: Prehallindo.

8. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia.

9. Fish, D. 2002. The Impact of Shift Work. Australia: http://www.healthservice.or.id.

10. Balatif, F. 2002. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Terjadinya Stres pada Tenaga Kerja Industri Soft Drink di PT “X” Medan, KAP Pasca Sarjana USU.

11. De Leersnyder, H. 2006. Sleep and Circadian Rhythms., http://www.cidpusa.org/carcadian.htm. Mei 2006

12. Anonim. 2006. Circadian Rhythms.http://library.thinkquest.org/ 26618/en-2.4.1=rhythms in activity.htm

13. Cormick, Mc. 2000. Biological Rhythms: how do they affect us? http://health.iafrica.com/deconline/general/biorhythms, Mei 2000 14. Direktur Kesehatan Jiwa Depkes RI. 2004. Stres dan Pekerjaan. Jakarta:

Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penilaian Resiko dalam Bidang K3.


(53)

15. Santoso, Singgih. 2001. SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Gramedia.

16. Mundar, Asyar S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.

17. Andraeni, Novitasari. 2005. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan PT. H.M. Sampoerna Tbk

Surabaya. Surabaya: Unversitas Airlangga

http://www.damandiri.or.id.

18. Rini, Jacinta F. 2002. Stress Kerja. Jakarta: http://www.e-psikologi.com. 19. Lewis, L. 2001. Management Stress. http://www.lauralewis.com/archives/

article6-986.html, September 2001.

20. Greenberg, Jerrold S. 2004. Comprehensive Stress Management. 8th edition.New York: The McGraw-Hill Companies.

21. Mulyono. 2000. Stres Psikososial Pada Pekerja Wanita Status Nikah di PT. Tulus Tritunggal Gresik. http://www.libunair@indo.net.id, Januari 2007.

22. Suhatmini Hardyastuti. 2001. Pengurangan Konflik Peran Kerja dan Peran Keluarga: Siapa Pelakunya? .Center for Population and Policy Studies. Gadjah Mada University.


(1)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Waktu Kerja dan Gejala-gejala Stres

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 61 responden dapat

diperhatikan bahwa gejala terbanyak dari 47 orang pekerja malam pada pengukuran

stres fisik yaitu merasa letih dan lelah sebanyak 43 orang (

91,49

%), diikuti keluhan

ketegangan secara rutin di bahagian kepala belakang sebanyak

35

orang (

74,47

%) dan

malas untuk berolah raga

32 orang (68,09%) serta

paling sedikit adalah pada

pertanyaan sering meminum obat tidur sebanyak 1 orang (

2,13

%), sedangkan dari 14

orang pekerja siang gejala yang paling banyak muncul yaitu merasa letih dan keluhan

ketegangan secara rutin di bahagian kepala belakang sebanyak 12 orang (

85,71

%),

diikuti sering mengalami nyeri lambung sebanyak

11

orang (

78.57

%) dan tidur gelisah

10

orang (71.43%).

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 61 responden dapat

diperhatikan bahwa gejala terbanyak dari 47 orang pekerja malam pada pengukuran

stres mental yaitu gejala sering lupa sebanyak 38 orang (

80.85

%), takut melakukan

sesuatu yang baru sebanyak 33 orang (71,21%) dan dikuti keluhan sering mengkritik

diri sendiri sebanyak 32 orang, sedangkan keluhan terkecil pada pertanyaan jarang

mengungkapkan perasaan melelui seni sebanyak 8 orang (17,02 %), sedangkan dari

14 orang pekerja siang gejala yang paling banyak yaitu sering mengkritik diri sendiri

sebanyak 14 orang, dan dikuti sering lupa dan takut melakukan sesuatu yang baru

sebanyak 9 orang (64,29%), dan tidak memiliki hobi apapun sebanyak 8 orang (17,02

%).


(2)

Bekerja pada malam hari merupakan salah satu pekerjaan mempunyai resiko

akan kesehatan pekerja. Suma’mur (1993) menyatakan bahwa kerja malam perlu

mendapat perhatian karena irama faal manusia terganggu, metabolisme tubuh tidak

dapat beradaptasi, kelelahan akibat kerja malam relatif sangat besar, alat pencernaan

kurang berfungsi secara normal, kurang tidur, timbul reaksi psikologis dan

pengaruh-pengaruh kerja malam biasanya bersifat kumulatif.

2

Menurut Terry Beehr dan John Newman (1978) gejala stress kerja berupa

Gejala Psikologis (Mental):

kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif,

memendam perasaan, komunikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa

terasing dan mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental,

menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas

dan kreativitas, kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya

diri.

Gejala fisik

dari stres yaitu meningkatnya detak jantung dan tekanan darah,

meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin, gangguan gastrointestinal,

misalnya gangguan lambung, mudah terluka, mudah lelah secara fisik, gangguan

kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit,

kepala pusing, migrain, kanker, ketegangan otot, masalah tidur (sulit tidur, terlalu

banyak tidur).

18

5.2 Waktu Kerja dan Stres

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 61 responden dapat

diperhatikan bahwa, persentase terjadinya stres pada pekerja malam lebih besar

(54,10 %) dibanding persentase terjadinya stres pada pekerja siang (6,65 %), dan dari


(3)

hasil uji statistik (menggunakan uji Chi Square) taraf nyata (

g

) 5 % dapat diambil

sebuah kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara waktu kerja dengan terjadinya

stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Balatif (2002) pada sebuah industri soft drink di Kota Medan dimana shift kerja

malam paling berpengaruh terhadap terjadinya stres pada tenaga kerja.

10

Hal senada

juga disampaikan dalam hasil penelitian Firdaus (2005) di bagian produksi pabrik

kelapa sawit PTPN 4 Tebing Tinggi.

Fungsi fisiologis tubuh seperti denyut jantung, oksigen yang dikonsumsi,

suhu tubuh, tekanan darah, produksi adrenalin, sekresi urin, kapasitas fisik dan mental

secara nyata iramanya berbeda waktu yang sama. Pada umumnya fungsi tubuh

meningkat pada pagi hari, mulai melemah pada siang hari dan menurun pada malam

hari untuk pemulihan dan pembaharuan.

12

Mc. Cormick menyatakan bahwa circadian rhythm setiap individu berbeda

dalam penyesuaian kerja malam. Pola aktifitas tubuh akan terganggu bila bekerja

malam dan maksimum terjadi selama shift malam.

13


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan didapat kesimpulan bahwa:

1. Terdapat terjadinya stres pada pekerja warung-warung kopi di sekitar jalan

Samanhudi Medan sebesar 37 orang (60,66 %).

2.

Terdapat hubungan antara waktu kerja dengan terjadinya stres pada pekerja

warung-warung kopi di sekitar jalan Samanhudi Medan

6.2 Saran

Dari hasil kesimpulan di atas, disaran bagi pekerja di warung-warung

kopi disarankan agar melakukan istirahat yang cukup.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Departemen Kesehatan RI. 1992. UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992.

2.

Suma’mur, P.K. 1993. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.

Cetakan Sembilan. Jakarta: CV. Haji Masagung.

3.

Looker, Terry dan Gregson, Olga., 2005. Managing Stress: Mengatasi

Stres secara Mandiri. Cetakan I

4.

Goldberger, Leo & Shlomo Breznizt. 1982. Handbook of Stress, New

York: The Free Press.

5.

Leila, Gustiarti. 2002. Stres dan Kepuasan Kerja. USU digital Library.

6.

Fraser, T.M. 1985. Stress & Kepuasan Kerja, Jakarta: PT. Pustaka

Binaman Pressindo, LPPM.

7.

Breth. G. 2000. Mengenal dan Menanggulangi Stres: Seri Mengenal Diri.

Jakarta: PT: Prehallindo.

8.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia.

9.

Fish, D. 2002. The Impact of Shift Work. Australia:

http://

www.healthservice.or.id

.

10.

Balatif, F. 2002. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Terjadinya Stres pada

Tenaga Kerja Industri Soft Drink di PT “X” Medan, KAP Pasca

Sarjana USU.

11.

De Leersnyder, H. 2006. Sleep and Circadian Rhythms.,

http://www.cidpusa.org/carcadian.htm

. Mei 2006

12.

Anonim. 2006. Circadian Rhythms.

http://library.thinkquest.org/

26618/en-2.4.1=rhythms in activity.htm

13.

Cormick, Mc. 2000. Biological Rhythms: how do they affect us?

http://health.iafrica.com/

deconline/general/biorhythms, Mei 2000

14.

Direktur Kesehatan Jiwa Depkes RI. 2004. Stres dan Pekerjaan. Jakarta:

Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penilaian

Resiko dalam Bidang K3.


(6)

15.

Santoso, Singgih. 2001. SPSS: Mengelola Data Statistik Secara

Profesional. Jakarta: PT Gramedia.

16.

Mundar, Asyar S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta:

Universitas Indonesia.

17.

Andraeni, Novitasari. 2005. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi

Kerja dan Kinerja Karyawan PT. H.M. Sampoerna Tbk

Surabaya.

Surabaya: Unversitas Airlangga

http://

www.damandiri.or.id

.

18.

Rini, Jacinta F. 2002. Stress Kerja. Jakarta:

http://www.e-psikologi.com

.

19.

Lewis, L. 2001. Management Stress.

http://www.lauralewis.com/archives/

article6-986.html

, September 2001.

20.

Greenberg, Jerrold S. 2004. Comprehensive Stress Management. 8

th

edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

21.

Mulyono. 2000. Stres Psikososial Pada Pekerja Wanita Status Nikah di

PT. Tulus Tritunggal Gresik.

http://www.libunair@indo.net.id

,

Januari 2007.

22.

Suhatmini Hardyastuti. 2001. Pengurangan Konflik Peran Kerja dan

Peran Keluarga: Siapa Pelakunya? .Center for Population and

Policy Studies. Gadjah Mada University.