Telah diuji pada Tanggal 25 Agustus 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS
Anggota :
1. Prof. Dr. Syafruddi Kalo, SH, M.Hum 2. Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH
3. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum 4. Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Berbagai perundang-undangan nasional mengatur peran serta masyarakat publik dalam proses penegakan hukum dengan cara melaporkannya kepada aparat
penegak hukum atau menjadi saksi dalam suatu proses persidangan dan hal ini tentu membutuhkan kebranian dan keteguhan hati agar suatu kebenaran dapat terungkap.
Namun suasana yang kontradiksi terjadi bahwa para pengungkap fakta whistleblower yakni saksi, pelapor atau korban tersebut mendapat serangan balik
dari pihak yang dilaporkan bahkan yang lebih ironis terjadi, para pengungkap fakta whistleblower ini akhirnya menjadi tersangka atau terdakwa. Perlindungan bagi
saksi penguingkap fakta whistleblowermerupakan bagian dari upaya penegakan hukum yang sekaligus sebagai jaminan penghormatan dan perlindungan hak-hak
asasi manusia. Jaminan perlindungan kepada para pengungkap fakta whistleblower baik kepada saksi atau pelapor dan korban sebagai bagian dari warga Negara wajib
diberikan oleh Negara sebagaimana diatur dalam. Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik International Covenan on Civil and Political Right tahun 1966
yang telah diratifikasi oleh Negara Republlik Indonesia dan konsekuensinya beberapa ketentuan dalam system peradilan pidana harus mengalami perubahan. Salah satu
bentuk perubahan itu antara lain dengan disahkannya oleh legislasi pusat Undang- Undang RI No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban pada tanggal
11 Agustus 2006. Diberlakukannya undang-undang ini sebagai ketentuan khusus lex specialis
mengenai perlindugnan bagi para pengungkap fakta whistleblowers, diharapkan mampu menciptakan keseimbangan untuk menutupi kekurangan didalam
system hukum kita berkaitan dengan terabaikannya elemen saksi dan korban dalam Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana Undang-Undang RI No. 8 tahun
1981. KUHAP sebagai hasil karya agung bangsa Indonesia itu lebih cenderung mengatur hak-hak tersangka atau terdakwa.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep perlindungan hukum bagi para pengungkap fakta whistleblower, bentuk perlindungan hukum bagi
para pengungkap fakta whistleblower dan hambatan-hambatan secara normatif dalam perlindungan bagi pengungkap fakta whistleblower di dalam penerapan
Undang-Undang RI No.13 Tahun 2006. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan yuridis normatif yaitu dengan melakukan analisis terhadap
terhadap permasalahan dan penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum in casu
Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2006 serta mengacu pada asas-asas hukum umum yang terdapat dalam peraturan perundang-undang nasional. Penelitian yuridis
normatif menggunakan data sekunder. Data yang diambil berdasarkan studi
kepustakaan library research yakni dengan mengumpulkan dan mempelajari Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2006, buku-buku literatur, peraturan perundang-
undangan serta karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan masalah perlindungan
Universitas Sumatera Utara
bagi para pengungkap fakta whistleblower. Dengan demikian metode penelitian ini bersifat deskriptif analisis.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengaturan perlindungan hukum bagi saksi pengungkap fakta whistleblower dalam Udnang-Udnang RI No. 13
Tahun 2006 menganut konsep protection of cooperating person perlindungan bagi pribadi yang bekerjasama dengan penegak hukum. Menerapkan prinsip tersebut
dalam Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2006 sangat penting terutama untuk memudahkan pembuktian terhadap tindak pidana yang digolongkan extra ordinary
crime
dimana suatu tindak pidana dilakukan dengan modus operandi sistematis dan terorganisir. Konsep ini prinsipnya mirip dengan mekanisme plea bargaining di
Amerika Serikat. Disamping itu dalam undang-undang ini diamanatkan adanya Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK sebagai lembaga yang mandiri
untuk menetukan pemberian perlindungan dan bantuan bagi para pengungkap fakta whistleblower berupa perlindungan hukum dan perlindungan khusus. LPSK inilah
yang menjadi roh atau jiwa dari Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2006. Berlakunya Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2006 tentunya diprediksikan akan mengalami
hambatan-hambatan secara normatif dalam hal pemberlakuan konsep protection of cooperating person
maupun asas atau prinsip immunitas kekebalan yakni untuk tidak dituntut secara pidana dan perdata bagi para pengungkap fakta whistleblower.
Perlindungan hukum bagi para pengungkap fakta whistleblower diharapkan bukan menimbulkan masalah hukum baru yakni terjadinya disparitas dalam penegakan
hukum itu sendiri dan pelanggaran asas hukum umum yakni asas praduga tidak bersalah presumption of innocence. Hal ini sangat penting diperhatikan oleh aparat
penegak hukum sehingga pemberlakuannya terhadap suatu kasus pidana wajib delakukan dengan prinsip kehati-hatian.
Kata Kunci : Perindungan hukum, para pengungkap fakta
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
There are any national acts that regulate the public participation in law enforcement process by make a report to the law officer or to be witness in acourt
session process and this require brave and the commitment for the just. Nevertheless, there is a contradiction in which the whistleblower i.e witness, reporter or victim will
attacked by anyone who reported and even the whistleblower is a part of the law enforcement in addition as the honor guarantee and protection on human basic
rights. Protection for the whistleblower either witness or reporter and victim as citizen must provided by the state as mentioned in International Covenant on Civil
and Political Right of 2006 that ratified by Republic of Indonesia and its consequences, there are any terms in the crime court system must be revised. One of
them is the validation by national legislation the Act of RI No. 13 of 2006 concerning to the Witness and Victim Protection on 11 August 2006. The implementation of this
act as special terms lex specialis for the whistleblower will build a balance to eliminate the weakness in our law system that related to the witness and victim
elements in Crime procedure Law Act of RI No. 8 of 1981. KUHAP Crime Procedure Law as “great work” of Indonesia anly regulate the rights of defendant
or suspected.
The objective of this research is study the law protection concept for the whistleblower, the form of law protection for the whistleblower and any normative
obstacles in law protection for whistleblower in application of Act of RI No. 13 of 2006. The applied method in this research is a normative juridical approach, i.e. by
do the analysis on the problems and research by approach the law principles in casu Act of RI No. 13 of 2006 and refers to the public law principles in the national
regulations. The normative juridical research applies the secondary data. The data collected by library research i.e study the Act of RI No. 13 of 2006, literatures, acts
and scientific works that related to the law protection for whistleblower. Therefore, this is a descriptive analysis research.
Based on the results of study, it is indicated that the law protection for the whistleblower in Act of RI No. 13 of 2006 based on the protection of cooperating
person concept. The implementation of this principle in Act of RI No. 13 of 2006 is very necessary to make easiness the proof of crime that classified into extra ordinary
crime in which one of crime is conducted by systematical and organized operation mdus. Principally, this concept is similar to ple bargaining mechanism in USA. In
addition, this act requires the witness and victim protection agency LPSK as independent agent to determine the protection and assistance to the whistleblower
such as law protection and special protection. This LPSK is a spirit of Act of RI No. 13 of 2006.
Universitas Sumatera Utara
In the implementation of Act of RI no. 13 of 2006 is predicated wiil found any normative obstacles in the implementation of protection of cooperating person or
immunity principle i.e the whistleblower is not claim either in civil or crime act. Law protection for the whistleblower is hope did not cause the new law case i.e the
disparity in the law enforcement. The implementation of immunity principle in this act as exceptional on public law principles, i.e a recognition on presumption of
innocence for a defendant or suspected. This must be considered by the law enforcement officers in which its implementation on a crime case must be handled
carefully. The important think in implementation of Act of RI No. 13 of 2006 that implementation of law protection for the whistleblower is based on the national
condemnation concept in the restorative justice.
Keywords : Law Protection, whistleblowers
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis penulis panjatkan kapada Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga sehingga dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini dengan judul ” Perlindungan Hukum Bagi Saksi Pengungkap Fakta Whistleblower Dalam Perkara Pidana Analisis Yuridis Terhadap Undang-Undang
No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban”. Tesis ini disususn sebagai tugas akhir dan syarat untuk menempuh ujian Sarjana
Strata-2 guna memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Ilmu Hukum di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna karena kemampuan penulis yang sangat terbatas. Untuk itu dengan segenap kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatmya membangun dari semua pihak untuk penyempurnaannya dikemudian hari.
Pada kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum dan Bapak Syafruddin S.
Hasibuan, SH, MH selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, bimbingan dan curahan ilmu yang diberikan selama penulisan tesis ini dengan
penuh ketelitian dan kesabaran.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulus- tulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH. SpA K, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara. 2.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Program Magister Ilmu
Hukum Sekolah Pascasarjana USU dan juga selaku Ketua Komisi Pembimbing yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum dan Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum selaku dosen
penguji. 5.
Para Dosen dan staf pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Hukum USU yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengembangkan wawasan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum. 6.
Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan dukungan bagi penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara. 7.
Asisten Tindak Pidana Umum Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Bapak Siwoyo, SH, MH dan Bapak T. Suhaimi, SH yang telah memberikan kesempatan dan
dukungan bagi penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Kasi Penuntut pada Asisten Tindak Pidana Umum pada Kejaksaan Tinggi Sumatera
Utara Bapak T. Othmansyah, SH, M.Hum dan Bapak Sumurung P. Simaremare,
Universitas Sumatera Utara
SH, MH yang memberikan dukungan bagi penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Bapak Dr. P. Barus, MS dan Ibu Dj. Sembiring, selaku Bapak dan Mertua yang telah
memberikan kesempatan dan dukungan secara moril dan materil yang tiada terhingga, dan Ibu R. Lumban Siantar orang tua penulis, yang mendukung penulis di
dalam doa, untuk mengikuti Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Alm M. Sinaga, Ayahanda penulis :”hari ini telah kuwujudkan salah satu mimpi-
mimpi kita. ”
10. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan kontribusi kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
11. Keluarga besar : G. Barus, ST, MT, Ipda Pol T. Keliat, SH, Gus Anita Barus, ST
dan adik-adik Hendra, Sunawar, Rio, Irawaty dan Roma yang memberikan perhatian dan dorongan bagi penulis selama mengikuti Program Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara khususnya dalam penyelesaian tesis ini. 12.
Saudarai INIKRIS FH USU, sebagai wadah ’pencerahan’ bagi penulis dan untuk segala bantuan serta dukungan dalam penyelesaian tesis ini.
13.
Teristimewa dengan penuh rasa kasih sayang kepada istri tercinta : Henny Triana Barus, SH, SPn,
atas cinta dan doanya yang tulus serta kesediaannya mendampingi penulis baik dalam keadaan suka maupun duka. Dan dengan penuh haru serta kasih
sayang mendalam penulis sampaikan kepada anakku : Jeremy Hartanta Sinaga dan Jonathan Andrew Desta Sinaga,
yang selama penulis mengikuti Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara telah banyak kehilangan waktu untuk
Universitas Sumatera Utara
bermanja, bermain dan bersenda guruau yang seharusnya sudah menjadi hak-mu selama ini.
Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Medan, September 2008 Penulis,
HOPLEN SINAGA
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Nama : HOPLEN SINAGA
Tempat Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 26 Mei 1973
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Pendidikan : 1. Sekolah Dasar RK Yos Sudarso Sei Agul,
Medan Lulus tahun 1973 2. Sekolah Menengah Menengah Permata
Negeri 14, Medan Lulus tahun 1988
3. Sekolah Menengah Atas, Markus Medan
Lulus tahun 1991 4. kultas Hukum Universitas Sumatera
Utara Lulus tahun 1997 5. Penerimaan Formasi CPNS Kejaksaan
RI T.A. 19981999 dari Program S-1 Strata Satu, lulus Tahun 1999
6. Pendidikan Pembentukkan Jaksa PPJ di Diklat Kejaksaan Agung RI, Lulus