Kemudian nilai p value 0,05 sehingga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kedua variabel yang diteliti.
5.2. Pembahasan
Dari hasil analisis data penelitian, dijumpai lebih banyak responden yang berada pada usia dewasa madya 41-60 tahun, yaitu sekitar 91,1 . Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anderson et al 1999 dan Sung et al 2010. Ini dikarenakan semakin meningkatnya usia, maka kejadian hipertensi
juga akan semakin meningkat. Selain itu, dalam penelitian ini, juga dibatasi usianya agar tidak mencapai usia diatas 60 tahun dikarenakan pasien lanjut usia
akan memiliki kecendrungan untuk menderita isolated systolic hypertension sehingga akan menjadikan hasil penelitian bias McEniery, 2007.
Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan pasien hipertensi yang berjenis kelamin perempuan 57,3 sedikit lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki
42,7 . Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gold et al 2001 dan Dubey et al 2002 yang menyatakan bahwa usia pasien hipertensi
adalah 41-60 tahun dengan rata-rata 51 tahun dan pada saat usia tersebut, kebanyakan pasien perempuan sudah mengalami menopause, maka efek protektif
terhadap hipertensi yang ada pada perempuan mulai menghilang. Sesuai dengan artikel yang ditulis oleh Maric 2005, pasien hipertensi pada laki-laki akan lebih
banyak dibandingkan pada perempuan sebelum menopause. Setelah menopause, pasien hipertensi wanita akan sama atau sedikit lebih meningkat dibandingkan
dengan pasien laki-laki. Dari analisis data juga diperoleh responden dengan riwayat hipertensi
tingkat satu 58,1 lebih banyak dibandingkan dengan hipertensi tingkat dua 41,9 . Sama halnya seperti pada laporan penelitian Safdar et al 2004 dan
Jianfeng et al 2004 yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi tingkat satu lebih tinggi dibandingkan dengan hipertensi tingkat dua.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data yang diperoleh, prevalensi kejadian kecemasan pada pasien hipertensi sangat sedikit dimana 68,5 pasien hipertensi tidak mengalami
kejadian kecemasan atau sekitar 44,4 pasien hipertensi yang mengalami kejadian kecemasan minimal. Ini hampir sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wei et al 2006 dimana pada penelitian tersebut, pasien hipertensi yang diteliti juga memiliki kejadian kecemasan yang hampir tidak ada atau jumlahnya
sangat sedikit. Selain itu, data ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kilkkinen et al 2007 dimana kejadian kecemasan pada kebanyakan orang
hanyalah minimal. Pada hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi Spearman,
didapati korelasi Spearman 0,123 dimana angka ini berarti adanya korelasi yang sangat lemah antara tekanan darah terhadap kecemasan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Cheung et al 2005, dituliskan bahwa tidak adanya korelasi yang kuat antara tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan dimana memang hanya terdapat korelasi yang lemah antara tekanan darah terhadap kecemasan. Selain itu, penelitian Whitehead et al
1977 juga menyatakan hal demikian. Berdasarkan peneliti, hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti
gaya hidup, makanan, dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, adanya pasien yang menganggap hipertensi itu tidak penting sehingga
jarang mengontrol tekanan darahnya. Makanan sehari-hari yang dikonsumsi juga mempengaruhi tekanan darahnya sehingga tidak hanya kecemasan yang
mempengaruhi tekanan darahnya dan sebaliknya. Selain itu, banyaknya pasien yang sudah menderita tekanan darah tinggi tetapi tidak pergi ke rumah sakit
sehingga kecemasannya tidak dapat terukur secara murni akibat penyakitnya. Ini menyebabkan ketika pasien datang ke rumah sakit, kecemasannya sudah
berkurang. Selanjutnya, faktor agama dan budaya setempat juga mempengaruhi kecemasan yang terjadi sehingga pasien dapat meredam kecemasan yang
seharusnya terjadi dalam diri pasien. Oleh sebab itu, terjadi korelasi yang sangat lemah dan tidak signifikan pada penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Keterbatasan Penelitian