Uji Efek Ekstrak etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christtm.)Roscoe) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Tikus putih jantan yang Diinduksi Kafein Dan Jus Hati Ayam
45
Lampiran 1. Ethical clearance
(2)
46
Lampiran 2. Hasil identifikasi tumbuhan
(3)
47
Lampiran 3. Gambartumbuhan rimpang temu putih
Tumbuhan rimpang temu putih Rimpang temu putih
Rimpang temu putih segar Simplisia rimpang temu putih Serbuk simplisia rimpang temu putih
(4)
48
Lampiran 4.Mikroskopik serbuk simplisia rimpang temu putih
Keterangan: perbesaran 10 x 40, 1 = jaringan gabus, 2 = butir pati, 3 = berkas pembuluh, 4 = parenkim.
(5)
49
Lampiran 5. Bagan alur penelitian
Dicuci dari pengotor sampai bersih Ditiriskan
Ditimbang berat basahnya Pemeriksaan makroskopik
Dirajang dan dikeringkan pada suhu ± 40-50oC dalam lemari pengering
Ditimbang
Dihaluskan dengan blender
Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat sebelum digunakan
Dimaserasi dengan etanol 96%
Dibiarkan selama 5
hari terlindung dari
cahaya, sambil sese sambil sesekali
diaduk Disaring Dimaserasi kembali Ampas dipisahkan Diuapkan dengan rotary evaporator • Pemeriksaan makroskopik • Pemeriksaan mikroskopik
• Pk air
• Pk sari larut air
• Pk sari larut etanol
• Pk abu total
• Pk abu tidak larut dalam asam
Rimpang Temu Putih 6,2 kg
Simplisia
Karakterisasi 400 g Serbuk Simplisia
Maserat II
Ekstrak Kental (56 g)
Kadar Asam Urat (mg/dL)
Uji efek penurunan kadarasam urat
Ampas Maserat I
Skrining Fitokimia Senyawa golongan: • Alkaloid • Glikosida • Flavonoid • Steroid/Triterpenoid • Saponin • Tanin
(6)
50
Lampiran 6.Bagan pengerjaan uji efek antihiperurisemia ekstrak etanol
rimpang temu putih
Dipuasakan semua tikus selama 24 jam
Diukur kadar asam urat puasatikus (1,6-3,2mg/dl) Diinduksi dengan kafein 135 mg/kg BBdan jus hati ayam 2 ml selama 6 hari
Diberikan suspensi CMC 0,5%, sediaan uji dansuspensi Allopurinol selama 9 hari Diukur kadar asam urat darah pada hari ke 9,12, dan 15
25 ekor tikus dibagi 5 kelompok masing-masing 5 ekor
Kel I:
Kontrol CMC 0,5%
Kel II: EERTP 400 mg Kel III: EERTP 600 mg Kel IV: EERTP 800 mg
Kel V: Allopurinol 10
mg/kg BB
Hasil
(7)
51
Lampiran 7.Perhitungan hasil karakterisasi simplisia rimpang temu putih 1. Perhitungan penetapan kadar air simplisia
No Berat Sampel (g) Volume awal (ml) Volume akhir (ml) 1 2 3 5.002 5.005 5,003 2,1 2,5 2,9 2,5 2,9 3,25
1. %Kadar Air = 100%
002 , 5 1 , 2 5 , 2 x − = 7,99%
2. %Kadar Air = 100%
002 , 5 5 , 2 9 , 2 x − = 7,99%
3. %Kadar Air = 100%
003 , 5 9 , 2 25 , 3 x
− = 6,99%
%Kadar air rata-rata =
3 % 99 , 6 % 99 , 7 % 99 ,
7 + +
= 7,65%
% Kadar Air = x 100 %
(8)
52 % 100 20 100 019 , 5 189 , 0 × × g g % 100 20 100 012 , 5 184 , 0 × × g g
2. Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam air
No Berat Sampel (g) Berat Sari (g)
1 2 3 5,012 5,019 5,011 0,184 0,189 0,182
%Kadar Sari larut dalam air = 100% 20 100 x x Sampel Berat Air Sari Berat
1. %Kadar Sari larut air =
=18,36 %
2. %Kadar Sari larut air =
=18,82 %
3. %Kadar Sari larut air = 100% 20 100 011 , 5 182 , 0 × × g g
= 18,16 %
%Kadar Sari larut air rata-rata = 18,44% 3 % 16 , 18 % 82 , 18 % 36 , 18 = + +
(9)
53
3. Kadar sari larut dalam etanol
No Berat Sampel (g) Berat Sari (g)
1 2 3 5,015 5,020 5,012 0,077 0,082 0,086
%Kadar Sari larut dalam etanol = x100% 20 100 x Sampel Berat Etanol Sari Berat
1. %Kadar Sari larut etanol = 100% 20 100 015 , 5 077 , 0 × × g g
= 7,67 %
2. %Kadar Sari larut etanol = 100% 20 100 020 , 5 082 , 0 × × g g =8,16 %
3. %Kadar Sari larut etanol = 100% 20 100 012 , 5 086 , 0 × × g g =8,57 %
%Kadar Sari larut etanol rata-rata = 8,13% 3 % 57 , 8 % 16 , 8 % 67 , 7 = + +
(10)
54
4. Perhitungan penetapan kadar abu total
No Berat Sampel (g) Berat Abu (g)
1 2 3 2,0004 2,0002 2,0005 0,0747 0,0745 0,0765
%Kadar Abu Total = x100%
Sampel Berat
Abu Berat
1. %Kadar Abu Total = 100% 0004 , 2 0747 , 0 × g g
= 3,73 %
2. %Kadar Abu Total = 100% 0002 , 2 0745 , 0 × g g =3,72 %
3. %Kadar Abu Total = 100% 0005 , 2 0765 , 0 × g g
= 3,82 %
% Kadar abu rata-rata = 3,76%
3 % 82 , 3 % 72 , 3 % 73 , 3 = + +
(11)
55
5. Perhitungan kadar abu tidak larut dalam asam
No Berat Sampel (g) Berat Abu (g)
1 2 3 2,0004 2,0002 2,0005 0,0024 0,0032 0,0031
%Kadar Abu = x100%
Sampel Berat
Abu Berat
1. %Kadar Abu = 100%
0004 , 2 0024 , 0 × g g
= 0,12 %
2. %Kadar Abu = 100%
0002 , 2 0032 , 0 × g g
= 0,15 %
3. %Kadar Abu = 100%
0005 , 2 0031 , 0 × g g
= 0,15 %
%Kadar abu rata-rata = 0,14%
3 % 15 , 0 % 15 , 0 % 12 , 0 = + +
(12)
56
(13)
57
Lampiran 8. Tabel konversi dosis
Mencit 20 g
Tikus 200 g
Marmut 400 g
Kelinci 1,2 kg
Kera 4 kg
Anjing 12 kg
Manusia 70 kg Mencit
20g 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9 Tikus
200g 0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0 Marmut
400 g 0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5 Kelinci
1,2 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2 Kera
4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1 Anjing
12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1 Manusia
70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0 (Laurence and Bacharach, 1964)
(14)
58
Lampiran 9.Contoh perhitungan dosis
Contoh perhitungan volume larutan kafein yang diberikan secara oral pada hewan uji tikus
-Dosis kafein untuk tikus = 135 mg/kgBB (p.o.)
-Konsetrasi larutan induksi kafein yang dibuat= 135 mg / 10 ml Mis : BB Tikus = 200 g
a. Jumlah obat yang diberikan = 135 mg/kg bb x BB = 135 mg/kg bb x 200 g = 27 mg
Volume pemberian 1% dari berat badan tikus
Maka untuk berat badan 200 g diberikan bahan uji 2 ml dan bahan yang ditimbang 27 mg dilarutkan dalam labu 10 ml dengan CMC 0,5%.
(15)
59
Lampiran 9.(Lanjutan)
Contoh perhitungan dosis EERTP yang akan diberikan pada tikus.
- Dosis EERTP yang akan dibuat adalah 400 mg/kg BB, 600 mg/kg BB, 800 mg/kg BB
a.Cara rimpang temu putih :
Timbang 400 mg, 600 mg, dan 800 mg , masing-masing dilarutkan dalam 10 ml suspensi CMC
b. Berapa volume ekstrakrimpangtemu putih yang akan diberikan pada tikus ? - Mis : BB Tikus = 200 g
Jumlah EERTP dosis 400 mg/kg bb = x mg g
g 400 1000
200
= 80 mg
Volume larutan yang diberi = x ml mg mg
10 400
80
= 2 ml
Jumlah EERTP dosis 600 mg/kg bb = x mg g
g 600 1000
200
= 120 mg
Volume larutan yang diberi = x ml mg mg
10 600
120
= 2 ml
Jumlah EERTP dosis 800 mg/kg bb = x mg g
g 800 1000
200
= 160 mg
Volume larutan yang diberi = x ml mg mg
10 800
160
= 2 ml
(16)
60
Lampiran 10.Tabel hasil pengukuran kadar asam urat
Perlakuan Berat Badan (g) Kadar asam urat puasa (mg/dL) Hari ke-0 Kadar asam urat setelah induksi (Hari ke-6)
Kadar asam urat (mg/dL)
Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15 Suspensi CMC (kontrol negatif)
192 2.4 4.8 5.3 5.7 6.4
197 2.3 4.6 5.2 5.6 6.2
190 2.5 4.7 5.2 5.6 6.0
193 2.4 4.6 5.3 5.8 6.2
194 2.2 4.5 5.0 5.4 6.0
Rata-rata 193.2 2.36 4.64 5.20 5.62 6.16
Suspensi Allopurinol
(kontrol positif)
193 2.1 4.0 3.3 2.3 1.9
195 1.9 4.0 3.0 2.1 1.6
194 2.5 4.3 3.5 2.4 1.9
195 2.5 4.4 3.2 2.0 1.5
197 2.3 4.1 3.1 2.1 1.8
Rata-rata 194.8 2.26 4.16 3.22 2.18 1.74
Suspensi EERTP
400 mg/kgbb
192 2.5 4.7 4.2 3.4 2.4
195 2.2 4.8 4.2 3.2 2.3
193 2.2 4.5 4.0 3.3 2.2
199 2.3 4.6 4.2 3.5 2.2
194 2.2 4.5 4.0 3.3 2.0
Rata-rata 194.6 2.28 4.62 4.12 3.34 2.22
Suspensi EERTP
600 mg/kgbb
195 2.2 4.5 3.4 2.3 1.8
193 2.3 4.8 3.5 2.5 2.0
194 2.3 4.4 3.2 2.1 1.6
195 2.5 4.5 3.5 2.4 2.0
195 2.2 4.4 3.1 2.0 1.6
Rata-rata 194.4 2.3 4.52 3.34 2.26 1.80
Suspensi EERTP
800 mg/kgbb
198 2.5 4.4 3.5 2.8 1.9
192 2.2 4.8 3.4 3.1 2.1
196 2.2 4.9 4.2 3.1 2.1
193 2.3 4.6 4.1 2.9 2.0
195 2.2 4.9 4.1 3.0 2.2
Rata-rata 194.8 2.28 4.72 3.86 2.98 2.06
(17)
61
Lampiran 11.Gambar hewan percobaan (Tikus putih jantan)
(18)
62
Lampiran 12.Gambar alat pengukur kadar asam urat
(19)
63
(20)
64
(21)
65
(22)
66
(23)
67
(24)
68
(25)
69
(26)
70
(27)
71
(28)
72
(29)
73
(30)
42
DAFTAR PUSTAKA
Azizahwati., Sumali, W., dan Prihandini, K. (2005). Efek Penurunan Kadar Asam Urat dalam Darah Tikus Putih Jantan dari Rebusan Akar Tanaman Akar Kucing (Acalypha indica Linn).Jurnal Bahan Alam Indonesia. 4(1):213-218.
Alexander, D., Alam, G., dan Kondar, W. (2011). Pengaruh Ekstrak Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Kelinci.Majalah Farmasi dan Farmakologi. 15(2): 89-93.
Dalimartha, S. (2003).Tanaman Obat Di Lingkungan Sekitar. Cetakan Pertama.Jakarta: Puspa Swara. Halaman iii.
Depkes RI. (2007). Kotranas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Halaman 1-8.
Dipiro, J. (1997). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 3th.Connecticut: Appleton and lange. Halaman 1755-1760.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 7, 9, 33, 744, 748, 902.
Depkes RI. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Halaman2-24.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia.Jilid VI. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Halaman299-326, 333-340.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1, 9-10.
Fauziah.(1987). Isolasi Rimpang Temu Putih. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 35-36.
Fitrya., dan Muharni.(2014).An Antihyperuricemia Effect of Tunjuk Langit Rhizome(Helmynthostachys zaylanica Linn Hook) on Swiss Male Mice.Traditional Medicine Journal. 19(1): 14-18.
Farnsworth, N.R. (1966).Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences. 55(3): 263-264.
Ganiswara, S. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Halaman 234, 243-244.
Garreth, R.H., dan Grishan C.M. (1995).Biochemistry. Florida:Saunders college publishing. Halaman 871-885.
(31)
43
Garreth, R.H., dan Grishan C.M. (1995).Biochemistry. Florida:Saunders college publishing. Halaman 871-885.
Hawkins, D.W., dan Rahn, D.W. (1997). Pharmacoteraphy:A Pathophysiological approach. 3th Ed.London: Black Well Scientific Publication. Halaman 1755-1760.
Harborne. J.B. (1984).Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, terbitan kedua.Bandung: Penerbit ITB. Halaman 49.
Harborne, J.B. (1987).Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 6-17, 70.
Hermawati.,dan Asri, H. (2014). Berkat Obat Herbal Penyakit Jantung Koroner Kandas.Jakarta: Imprint Agro Media Pustaka. Halaman 49.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia I. Jakarta: Yayasan Sajana Wana Jaya. Halaman 215.
Junaidi, I. (2008). Rematik dan Asam Urat.Cetakan ketiga. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer. Halaman 15-16, 20-24.
Krisnatuti, D. (2001). Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat. Bogor: Penebar Swadaya. Halaman 1-2, 5-6, 8-9.
Laurence, D.R., dan Bacharach, A.L. (1964). Evaluation of Drug Activities: Pharmacometric. New York: Academic Press. Halaman 135-156.
Mutschler, E. (1991). Dinamika Obat. Edisi Kelima. Alih bahasa oleh: Mathilda, B, Widiyanto dan Ana, S. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 217-219. Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe, P.C. (2001). Farmakologi Ulasan
Bergambar. Edisi Kedua. Jakarta: Widya Medika. Halaman 419.
Mazzali. M., Harris., dan Johnson, R.J. (2002). Hyperuricemia induces a primary renal arteriolopathyin rats by a blood pressure independent mechanism.American journal of physiology – Renal physiology.282 (6): 991-997.
Prince, S.A., dan Wilson, L.M. (2006).Patofisiologi, Konsep Klinis Vol 2 Ed 6; Terjemahan Dari Pathophysiologhy, Clinical Concepts Of Desease Processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Jakarta: EGC. Halaman 1402. Rukmana, R. (1994). Kunyit.Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 47-49.
(32)
44
Rodwell, V.W., Murray, R.K., Ganner, D.K., dan Mayes, P.A. (1998). Biokimia Herper Edisi 24.Jakarta: EGC. Halaman 378-393.
Setiawan, I. (2002). Manajemen Strategis. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Halaman 42.
Siswono.(2008). Jaringan Informasi Pangan dan Gizi, Volume XIV.Jakarta: Ditjen Bina Gizi Masyarakat. Halaman 51.
Shaefer, M.S., dan Pierre, A.M. (1992). Clinical Pharmacy an Theraupetic 5 th edition.Maryland: William dan wilkins. Halaman 507-518.
Sumarny, R.D., Parodi dan Darmono. (2008). Pengaruh Pemberian Ekstrak Kering Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc) Per Oral Terhadap Beberapa Parameter Gangguan Ginjal Pada Tikus Putih Jantan.Majalah Farmasi Indonesia. 17(1): 29.
Susanti, H. (2006). Penghambatan Aktivitas Xanthine Oxidase Oleh Fraksi Butanol Herba Suruhan (Peperomia pellucid L). Tesis. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Sutomo.(2003). Penurunan Kadar Asam Urat Pada Ayam Hiperurikemia oleh Fraksi Metanol Daun kepel (Stelechocarpus buranol (bl) hook).Tesis.Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Sunaryo, R. (2005). Perangsangan Susunan Saraf Pusat Dalam Farmakologi dan Terapi.Jakarta: Gaya baru. Halaman 231-233.
Syukri, M. (2007).Asam Urat dan Hiperurisemia. Jakarta: Majalah Kedokteran Nusantara (40) .Halaman 52.
Tan, H.T., dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting Edisi 5.Jakarta: Gramedia. Halaman 674-675.
Voelkel, M.A., dan Wynne, K.M. (2000). Hyperuricaemia in Severe Pulmonary Hypertention.J. chest. Halaman 19-20.
Wijayakusuma, H. (2012). Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, Rempah, Rimpang dan Umbi. Jakarta: Prestasi instan Indonesia. Halaman 7-8.
Windono, M.S., dan Parfiati, N. (2002). Curcuma zedoaria Rosc Kajian Pustaka Kandungan Kimia Dan Aktivitas Farmakologik.Artocarpus. 2 (1): 1-10. World Health Organization. (1998). Quality Control Methods For Medicinal
Plant Material. Switzerland: WHO. Halaman 35-39.
Zastrow, V.M., dan Bourne, R.H. (2001). Reseptor dan Farmakodinamika Obat. Dalam Bertram G. Katzung (Editor). Farmakologi Dasardan Klinik. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 53.
(33)
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi pengumpulan dan pengolahan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatanekstrak etanol rimpang temu putih (EERTP) secara maserasi dan pengujian efek penurunan kadar asam urat dalam darah terhadap tikus putih jantan. Data dianalisis secara ANOVA (Analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD menggunakan program SPSS (Statistical Products and Service Solution).
3.2 Alat
Alat–alat yang digunakan adalah neraca (analitik dan hewan), seperangkat alat destilasi untuk penetapan kadar air, mikroskop (model L-301), alat pengukur kadar asam urat (Easy touch), lemari pengering, spuit 1 ml (Terumo), oral sonde, mortar, stamfer, alat-alat gelas laboratorium, desikator, kandang tikus, kurs porselen bertutup, toples, blender, alumenium foil, waterbath, kaca objek, dan kaca penutup.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe). Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis yaitu etanol 96% (teknis), toluen, allopurinol®(Bernofarm), air suling, kafein (teknis), jus hati ayam, NaCl, dan
(34)
20
CMC-Na (teknis), kloralhidrat, asam klorida, raksa (II) klorida, kloroform, besi (III) klorida, natrium hidroksida, timbal (II) asetat (p.a), asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat (p.a), natrium klorida, kalium iodida, iodium, α-naftol, isopropanol, serbuk seng, serbuk magnesium, metanol.
3.4 Penyiapan Bahan
Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan dan pembuatan simplisia rimpang temu putih.
3.4.1 Pengumpulanbahan
Pengumpulan bahan tumbuhandilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampelyang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temu putih yang diperoleh dari Pusat Pasar Sentral Medan, Provinsi Sumatera Utara.
3.4.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor.
3.4.3 Pembuatan simplisia rimpang temu putih
Rimpang temu putih yang masih segar dibersihkan dari kotoran atau bahan asing lainnya kemudian dicuci dengan air bersih lalu ditiriskan dan ditimbang sebagai berat basah. Lalu diiris dengan ketebalan ± 5 mm lalu dikeringkan dilemari pengering pada suhu 40°C. Setelah kering sampel disortir dan ditimbang sebagai berat kering. Simplisia temu putih kering diblender hingga menjadi serbuk dan ditimbang sebagai berat serbuk simplisia. Lalu disimpan dalam wadah plastik. Diberi etiket dan disimpan ditempat kering (Depkes RI, 1985).
(35)
21
3.5 Pembuatan Pereaksi
3.5.1 Pereaksi besi (III) klorida 1%
Sebanyak 1 g besi (III) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).
3.5.2 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 ml (Depkes RI, 1995).
3.5.3 Pereaksi natrium hidroksida 2 N
Sebanyak 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dengan air suling sebanyak 100 ml (Depkes RI, 1995).
3.5.4 Pereaksi asam klorida 2 N
Sebanyak 17 ml larutan asam klorida pekat ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).
3.5.5 Pereaksi asam sulfat 2 N
Sebanyak 5,5 ml larutan asam sulfat pekat ditambahkan air suling sampai 100 ml (Depkes RI, 1995).
3.5.6 Pereaksi kloralhidrat
Sebanyak 50 g kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling (Depkes RI, 1995).
3.5.7 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida ditimbang kemudian dilarutkan kedalam air suling hingga 60 ml, pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida kemudian dilarutkan ke dalam 10 ml air suling. Larutan pertama dan kedua
(36)
22
dicampurkan kemudian ditambahkan dengan air suling hingga diperoleh larutan sebanyak 100 ml (Depkes RI, 1995).
3.5.8 Pereaksi Mollish
Sebanyak 3 g α-naftol ditimbang, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh larutan sebanyak 100 ml (Depkes RI, 1995).
3.5.9 Pereaksi Dragendorff
Sebanyak 0,8 g bismut (III) nitrat ditimbang, dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat, pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida, dilarutkan dalam 50 ml air suling, kemudian kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan air suling hingga volume larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).
3.5.10 Pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, dilarutkan kedalam air suling secukupnya, lalu ditambahkan 2 g iodium kemudian ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).
3.5.11 Pereaksi Liebermann-Burchard
Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50 bagian volume etanol 96%, kemudian ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian volume asetat anhidrida kedalam campuran, lalu dinginkan (Depkes RI, 1995).
3.6Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Rimpang Temu Putih
Pemeriksaan karakteristik simplisia rimpang temu putih meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar
(37)
23
abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar sari larut dalam air,. dan penetapan kadar sari larut dalam etanol (Depkes RI, 1995).
Pemeriksaan karakteristik ekstrak meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam.
3.6.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, ukuran dan tekstur dari simplisia serta pemeriksaan organoleptik dengan mengamati warna, rasa dan bau dari potongan rimpang temu putih segar.
3.6.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan Mikroskopik terhadap simplisia dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek yang telah diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian dilihat dibawah mikroskop.
3.6.3 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi (destilasi toluena). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 mL, pendingin, tabung penyambung, tabung penerima 5 mL berskala 0,05 mL, alat penampung dan pemanas listrik.
a. Penjenuhan toluen
Dimasukkan 200 mL toluena dan 2 mL air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 mL.
(38)
24
b. Penetapan kadar air simplisia
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam labu berisi toluen yang dijenuhkan, kemudian labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air terdestilasi. Kemudian kecepatan destilasi dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).
3.6.4 Penetapan kadar sari larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL air-kloroform (2,5 mL kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
3.6.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan
(39)
25
penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
3.6.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600°C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
3.6.7 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, lalu dipijar sampai bobot tetap. Kemudian kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
3.7Skrining FitokimiaSimplisia Rimpang Temu Putih
Skrining fitokimia serbuk simplisia rimpang temu putih meliputi pemeriksaan senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan steroid/triterpenoid.
3.7.1 Pemeriksaan flavanoid
Serbuk simplisia ditimbang 0,5 g, lalu ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, disaring panas-panas melaluikertas saring. Kedalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2
(40)
26
ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol(Farnsworth, 1966).
3.7.2 Pemeriksaan alkaloid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada masing-masing tabung reaksi :
a. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer b. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua daritiga percobaan diatas (Depkes RI, 1995).
3.7.3 Pemeriksaan saponin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan buih tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Depkes RI,1995).
3.7.4 Pemeriksaan tanin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%.Jika terjadi warna
(41)
27
biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).
3.7.5 Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran etanol 96%-air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit,lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran kloroform-isopropanol (3:2) sebanyak 3 kali.Pada kumpulan sari lapisan isopropanoldiuapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC.Sisanya dilarutkan dengan 2 ml metanol untuk larutan percobaan. 0,1 ml larutan percobaan diuapkandiatas penangas air,padasisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish, kemudian ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat, terbentuk cincin berwarna ungu padabatas cairan, menunjukkan adanya ikatan gula (Depkes RI, 1995).
3.7.6 Pemeriksaan steroid / triterpenoid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dimaserasi dengan 20 ml nheksan selama 2 jam, disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard melalui dinding cawan.Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukkan adanya triterpenoid/steroid (Harborne, 1987).
(42)
28
3.8Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (EERTP)
Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, (1979) caranya adalah sebagai berikut:
Sebanyak 400 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam sebuah bejana, dituangi dengan 3 L etanol, ditutup, dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk, diserkai, diperas.Ampas diremaserasi dengan etanol secukupnya hingga diperoleh 4 L. Pindahkan kedalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari.Enaptuangkan atau saring.Pemekatan ekstrak dilakukan dengan alat rotary evaporator pada suhu 40°Csampai diperoleh ekstrak kental.
3.9Uji Efek Penurunan Kadar Asam Urat
Pengujian efek penurunan kadar asam urat per oral meliputi penyiapan hewan percobaan, penetapan dosis bahan uji, pembuatan suspensi Na-CMC 0,5% b/v, pembuatan suspensi allopurinol, pembuatan bahan uji, pembuatan penginduksi asam urat dan pengujian efek penurunan kadar asam urat.
3.9.1 Penyiapan hewan percobaan
Hewan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan berat 180-220 g dibagi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus.Hewan percobaan diaklimatisasi selama satu minggu untuk penyesuaian lingkungan pada kandang yang memiliki ventilasi yang baik dan selalu dijaga kebersihannya.Hewan yang sehat ditandai dengan kenaikan berat badan dan memperlihatkan gerak yang lincah.
(43)
29
3.9.2 Penetapan dosis bahan uji
Berdasarkan orientasi dosis yang telah dilakukan dosis ekstrak etanol rimpang temu putih yang digunakan adalah 600 mg/KgBB, dosis ini adalah dosis yang paling baik untuk penurunan kadar asam urat.
3.9.3 Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5%
Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5% (b/v) dilakukan dengan cara sebagai berikut: Sebanyak 500 mg Na-CMC ditaburkan kedalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 10 ml. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus hingga berbentuk gel dan diencerkan dengan sedikit air kemudian dituangkan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan air suling sampai batas tanda.
3.9.4 Pembuatan suspensi allopurinol dosis 10 mg/kgBB
Ditimbang 1 tablet allopurinol dengan berat 150 mg lalu digerus. Diambil 15 mg serbuk allopurinol kemudian digerus dengan penambahan suspensi Na-CMC 0,5% sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0,5%.
3.9.5 Pembuatan suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih (EERTP)dosis 400, 600 dan 800 mg/kgBB
Masing- masingditimbang 400, 600 dan 800 mg ekstrak etanol rimpang temu putih kemudian digerus dengan penambahan suspensi Na-CMC 0,5% sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml,dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0,5%.
(44)
30
3.9.6 Pembuatan suspensi kafein sebagai penginduksi asam urat dosis135 mg/kgBB
Ditimbang135 mg kafein kemudian digerus dengan penambahan suspensi Na-CMC 0,5% sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0,5%.
3.9.7 Pembuatan jus hati ayam
Ditimbang 150 g hati ayam lalu dicuci hingga bersih kemudian diblender sampai halus tanpa penambahan air.
3.9.8Pengujian efek penurunan kadar asam urat
Tikus dipuasakan ± 12 jam sebelum pengujian, dengan tetap diberikan air minum. Pada hari pengujian masing-masing hewan ditimbang dan dihitung dosis. Kelompok hewan uji terdiri dari:
1. Diberi suspensi Na-CMC 0,5% dosis 2 ml. 2. Diberi suspensi allopurinol dosis 10 mg/KgBB.
3. Diberi suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 400 mg/KgBB. 4. Diberi suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 600 mg/KgBB. 5. Diberi suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 800 mg/KgBB.
Semua hewan yang akan diuji diukur dulu kadar asam urat normal yaitu 1,6-3,2 mg/dL (Mazzali et al., 2002), lalu tikus diinduksi dengan suspensi kafein 135 mg/kgBB selama 6 hari dan jus hati ayam 10 ml/kg BB secara oral selama 15 hari.Setelah diperoleh tikus dalam keadaan hiperurisemia yaitu pada kadar asam urat lebih dari 3,2, pada hari keenam semua tikus diberi perlakuan selama9 hari berdasarkan kelompok.Pengambilan darah dilakukan sebanyak lima kali yaitu pada hari sebelum tikus diberi induksi, pada hari keenam sebelum tikus diberi
(45)
31
perlakuan, pada hari kesembilan, hari kedua belas dan hari kelima belas, darah diambil melalui ekor (azizahwatiet al., 2005).
3.9.9Penggunaan alat pengukur kadar asam urat
Kadar asam urat diukur dengan menggunakan test strip yang bekerja secara enzimatis. Prosedur penggunaannya :
a. sesuaikan kode yang terdapat dalam label dengan yang terdapat dalam vial test strip.
b. setelah sesuai masukkan kode ke dalam alat pengukur. c. masukkan test strip untuk menghidupkan layar.
d. darah disentuhkan pada strip, kemudian darah akan mengalir sampai ke zona reaksi dengan otomatis.
e. setelah 20 detik hasil pengukuran kadar asam urat ditampilkan pada layar.
3.10Analisis data
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program Statistic Product and Service Solutions (SPSS)Versi 15. Pertama data dianalisis untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian dianalisis dengan one-way analysis of variance (ANOVA) untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok.Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji post hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.
(46)
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di “Herbarium Bogoriense” Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong menyebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan temu putih (Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) famili Zingiberaceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2 Hasil Karakterisasi Tumbuhan
Berdasarkan hasil karakterisasi tumbuhan, hasil makroskopik rimpang temu putih dicirikan dengan rimpang induk bentuknya jorong membulat, mengeluarkan rimpang cabang dan tumbuh ke arah samping yang ukurannya lebih kecil, irisan rimpang bewarna putih kekuningan, beraroma aromatik, berasa pahit, panjang daun 25-70 cm dan lebar daun 8-14 cm.Hasil makroskopik tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Hasil mikroskopik serbuk simplisia tanaman rimpang temu putih terdapat fragmen sel-sel parenkim, butir-butir pati, jaringan gabus, serta berkas pembuluh kayu.Hasil mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2.1 Hasil pemeriksaan karakteristik
Hasil pemeriksaan karakteristikdari serbuk simplisia rimpang temu putih dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
(47)
33
Tabel 4.1 Hasil karakteristik serbuk simplisia rimpang temu putih
No Parameter Hasil (%)
1. 2. 3. 4. 5.
Penetapan kadar air
Penetapan kadar sari larut air Penetapan kadar sari larut etanol Penetapan kadar abu total
Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
7,65 8,13 18,44
3,76 0,14
Monografi dari simplisia rimpang temu putih tidak ditemukan di buku Materia Medika Indonesia (MMI), sehingga tidak ada acuan untuk menentukan parameter simplisia tersebut.Hasil perhitungan pemeriksaan karakteristik simplisia dapat dilihat pada Lampiran 7.
4.2.2 Hasil skrining fitokimia
Hasil skrining serbuk simplisia rimpang temu putih dapat dilihat padaTabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol rimpang
temu putih
No Golongan Senyawa Hasil
1 Alkaloid +
2 Flavonoid +
3 Tanin +
4 Steroid/Triterpenoid +
5 Saponin -
6 Glikosida +
Keterangan: (+) : Positif (-) : Negatif
Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia diperoleh simplisia mengandung alkaloid, penambahan pereaksi Mayer, Bourchardat maupun Dragendroff terbentuk endapan; mengandung glikosida, penambahan pereaksi
(48)
34
Molish dan asam sulfat pekat membentuk cincin ungu; tidak mengandung saponin, tidak terbentuknya busa (Ditjen POM, 1995); mengandung flavonoid, terbentuknya warna jingga pada lapisan amil alkohol; mengandung tanin dengan penambahan FeCl3 memberikan warna hijau (Fransworth, 1966); mengandung steroid, penambahan pereaksi Liebermann-Burchad membentuk warna hijau (Robinson, 1995). Golongan senyawa kimia yang diduga memiliki efek penurunan kadar asam urat adalah flavonoid dan tanin . Kemampuan senyawa flavonoid tersebut dalam menurunkan kadar asam urat adalah dengan menghambat enzim xantin oksidasesehingga hipoxantin dan guanin tidak dapat membentuk xantin lalu xantin tidak dapat mengoksidase menjadi asam urat (Susanti, 2006). Hal ini disebabkan karena flavonoid adalah senyawa pereduksi yang baik untuk menghambat reaksi oksidasi baik secara enzimatis maupun non enzimatis (Harbone, 1984) sedangkan tanin dapat menurunkan kadar asam urat dengan cara meningkatkan konsentrasi asam urat dalam urin (Hatano, 1990).
4.3Uji Penurunan Kadar Asam Urat
Pada penelitian ini menggunakan tikus putih jantan galur Wistar, Setelah dilakukan orientasi dengan variasi dosis suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih (EERTP) 400, 600 dan 800 mg/kg BB, dipilih dosis yang memberikan efek penurunan kadar asam urat optimum yaitu dengan nilai penurunan kadar asam urat mendekati nilai penurunan kadar asam urat suspensi allopurinol dengan dosis 10 mg/kgBB sebagai kontrol positif. Pada EERTP dosis 600 mg/kg BB memberikan efek yang paling baik dibandingkan dosis yang lainnya.Selanjutnya
(49)
35
dilakukan percobaan untuk masing-masing kelompok, dimana setiap kelompok diulangi sebanyak 5 kali yaitu pada 5 ekor tikus.
Uji efek penurunan kadar asam uratekstrak etanol rimpang temu putih per oral dilakukan dengan cara menginduksi agar tikus mengalami hiperurisemia dengan kafein 135 mg/kg BB dan jus hati ayam 10 ml/kg BB, pengukuran asam urat dengan menggunakan alat pengukur asam urat Easy Touch®.
Digunakan kafein sebagai zat penginduksi asam urat karena kafein adalah alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metil yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat didalam tubuh (Azizahwatiet al., 2005). Jus hati ayam digunakan juga sebagai penginduksi asam urat, karena hati ayam tersebut mengandung senyawa xantin dimana senyawa xantin berasal dari katabolisme makanan yang mengandung asam nukleat, adanya purin yang cukup tinggi didalam darah akan memicu terbentuknya asam urat dengan adanya enzim xantin oksidase(Fitrya dan Muharni, 2014).
Penurunan kadar asam urat pada percobaan ini menggunakan pembanding yaitu allopurinol. Allopurinol dipilih sebagai pembanding karena merupakan obat sintetik yang umum digunakan untuk menurunkan asam urat melalui mekanisme kerja urikostatik yaitu menghambat pembentukan asam urat,sehingga produksi asam urat yang dihasilkan berkurang.
(50)
36
Hasil perhitungan standar deviasi penurunan kadar asam urat yang diperoleh dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil standar deviasi penurunan kadar asam urat (KAU)
Kelompo k Uji KAU puasa sebelum diinduksi (mg/ dL) KAU puasa sesudah diinduksi (mg/ dL)
Kadar Asam Urat ± SD (mg/dL)
Hari ke-0 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari Ke-12 Hari ke-15 KontrolC MC 0,5% BB
2,36±0,11 4,64±0,11 5,20±0,12 5,62±0,14 6,16±0,16 Suspensi
allopurin ol 10 mg/kgB
B
2,26±0,26 4,16±0,18 3,22±0,19 2,18±0,16 1,74±0,18
Suspensi EERTP
400 mg/kgB
B
2,28±0,13 4,62±0,13 4,12±0,10 * #
3,34±0,11
*# 2,22±0,14* # Suspensi EERTP 600 mg/kgB B
2,30±0,12 4,52±0,16*# 3,34±0,18 * 2,26±0,20 * 1,80±0,20* Suspensi EERTP 800 mg/kgB B
2,28±0,13 4,72±0,21 3,86±0,37 *#
2,98±0,13
*# 2,06±0,11* #
Keterangan: (*) : Berbeda signifikan dengan CMC-Na
(#) :Berbeda signifikan dengan Allopurinol 10 mg/kg BB
(51)
37
Hasil rata-rata kadar asam urat yang diperoleh dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1 Grafik kadar asam urat (KAU) versus waktu pada berbagai
perlakuan.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa EERTP dosis 600 mg/KgBB memiliki efek terhadap penurunan kadar asam urat, hal ini dapat dilihat dengan membandingkannya dengan pemberian suspensi CMC 0,5% b/v, dimana kadar asam urat terus meningkat sedangkan pada ekstrak yang diuji menunjukkan adanya penurunan kadar asam urat.
Pada hari ke-0 sebelum diinduksi dengan kafein dan jus hati ayam, dilakukan pengukuran kadar asam urat puasa. Kemudian pada hari ke-6 dilakukan pengukuran kadar asam urat darah pada tikus. Tikus mengalami hiperurisemia awal, lalu dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-masing yaitu diberikan suspensi CMC 0,5% dosis 2 ml, suspensi allopurinol 10 mg/kg BB, suspensi EERTP 400 mg/kg BB, suspensi EERTP 600 mg/kgBB, dan
0 1 2 3 4 5 6 7
3 6 9 12 15
CMC (Kontrol negatif) Suspensi Allopurinol (kontrol positif)
Suspensi EERTP 400 mg/kgbb Suspensi EERTP 600 mg/kgbb
Suspensi EERTP 800 mg/kgbb Waktu (Hari) K ad ar A sa m U ra t (m g /d L )
(52)
38
suspensi EERTP 800 mg/kg BB, kadar asam urat mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan kafein dan jus hati ayam meningkatkan purin sehingga kadar asam urat di dalam darah tikus meningkat.
Pada hari ke-9, ke-12, dan ke-15 kelompok yang diberikan suspensi allopurinol 10 mg/kgBB, suspensi EERTP 400 mg/kg BB, suspensi EERTP 600 mg/kg BB, dan suspensi EERTP 800 mg/kg BB memberikan efek penurunan kadar asam urat, kelompok yang diberikan suspensi CMC 0,5% b/v tidak memberikan efek penurunan kadar asam urat (kadar asam urat meningkat).
Semakin tinggi penurunan kadar asam urat maka semakin tinggi persen penurunannya, begitu juga sebaliknya.
Data penurunan kadar asam urat dianalisa secara statistik dengan metode ANOVA lalu dilanjutkan dengan uji Tukey HSD untuk semua perlakuan dari hari ke-0 sampai hari ke-15.
Uji Tukey HSD pada hari ke-0sebelum diinduksi dengan kafein dan jus hati ayam, menunjukkan hasil bahwa kelompok perlakuan yang diberikan suspensi EERTP 400 mg/kg BB, 600 mg/kg BB, 800 mg/kg BB,suspensi allopurinol 10 mg/kg BB dan suspensi CMC-Na 0,5% b/v memiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda secara signifikan, dengan nilai signifikansi 0,861 (p>0,05).
Uji Tukey HSD pada hari ke-6 dengan menunjukkan hasil bahwa kelompok perlakuan yang diberikan suspensi EERTP 400 mg/kg BB, 800 mg/kg BB,suspensi allopurinol 10 mg/kg BB dan suspensi CMC-Na 0,5% b/v memiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda secara signifikan, dengan nilai
(53)
39
signifikansi 0,344 (p>0,05) tapi berbeda secara signifikan dengan suspensi EERTP 600 mg/kg BB.
Uji Tukey HSD pada hari ke-9 dengan menunjukkan hasil bahwa kelompok perlakuan yang diberikan suspensi EERTP 600 mg/kg BB dansuspensi allopurinol 10 mg/kg BBmemiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda signifikan, dengan nilai signifikansi 0,906 (p>0,05),tapi berbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 400 mg/kg BB dan 800 mg/kg. Suspensi EERTP 400 dan 800 mg/kg BBmemiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda signifikan, dengan nilai signifikansi 0,361 (p>0,05). Suspensi EERTP 400 mg/kg BB, 600 mg/kg BB, 800 mg/kg BB,dan suspensi allopurinol 10 mg/kg BB memiliki penurunan kadar asam urat yang berbeda secara signifikan dengan suspensi CMC-Na 0,5% b/v.
Uji Tukey HSD pada hari ke-12 dengan menunjukkan hasil bahwa kelompok perlakuan yang diberikan suspensi EERTP 600 mg/kg BB dansuspensi allopurinol 10 mg/kg BBmemiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda signifikan, dengan nilai signifikansi 0,925 (p>0,05),tapi berbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 400 mg/kg BB, 800 mg/kg dan suspensi CMC-Na 0,5% b/v. Suspensi EERTP 400 mg/kg BBberbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 800 mg/kg BB dan suspensi CMC-Na 0,5% b/v. Suspensi 800 mg/kg BBberbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 400 mg/kg BB dan suspensi CMC-Na 0,5% b/v.
Uji Tukey HSD pada hari ke-15 dengan menunjukkan hasil bahwa kelompok perlakuan yang diberikan suspensi EERTP 600 mg/kg BB dansuspensi allopurinol 10 mg/kg BBmemiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda
(54)
40
signifikan, dengan nilai signifikansi 0,977 (p>0,05) tetapi berbeda signifikan dengan Suspensi EERTP 400 mg/kg BB, 800 mg/kg BB, dan suspensi CMC-Na 0,5%. Suspensi allopurinol 10 mg/kg BB tidak berbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 800 mg/kg BB dengan nilai signifikansi 0,132 (p>0,05),dan tidak berbeda signifikan juga dengan suspensi EERTP 400 mg/kg BB dengan nilai signifikansi 0,554 (p>0,05),tetapisuspensi EERTP 800 mg/kg BB berbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 600 mg/kg BB dan suspensi CMC-Na 0,5% b/v. Suspensi allopurinol 10 mg/kg BB berbeda signifikansi dengan suspensi EERTP 400 mg/kg BBdan suspensi CMC-Na 0,5% b/v.
Dari uraian diatas, efek yang ditunjukkan oleh ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 600 mg/kg BB memberikan penurunan asam urat yang lebih besar bila dibandingkan dengan ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 400 mg/kg BB dan ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 800 mg/kg BB. Peningkatan dosis obat seharusnya akan meningkatkan respon yang sebanding dengan dosis yang ditingkatkan, namun dengan meningkatnya dosis peningkatan respon pada akhirnya akan menurun, karena sudah tercapai dosis yang sudah tidak dapat meningkatkan respon lagi (Zastrow dan Bourne, 2001).
Penggunaan ekstrak yang terdiri dari berbagai macam komponen senyawa kimia, diharapkan interaksi antar komponen-komponen tersebut dapat meniadakan efek samping yang sering timbul akibat pemakaian obat-obat sintesis.
(55)
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. hasil penetapan kadar rimpang temu putih terhadap kadar air 7,65%, kadar sari
larut air 18,44%, kadar sari larut etanol 8,13%, kadar abu total 3,76%, dan kadar abu tidak larut asam 0,14%.
b. golongan senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia rimpang Temu putih dari hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, tanin, steroid/triterpenoid dan glikosida.
c. dari ketiga dosis suspensi EERTPyaitu 400 mg/kg BB, 600 mg/kg BB dan 800 mg/kg BB, maka suspensi EERTP 600 mg/kg BB yang efektif sama seperti allopurinol 10 mg/kg BB.
4.2 Saran
Dilakukan pengujian toksisitas akut dan kronis untuk menunjang tingkat keamanan penggunaan dari simplisia rimpang temu putih.
(56)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, nama daerah, nama asing, morfologi tumbuhan dan khasiat tumbuhan.
2.1.1 Rimpang temu putih (Curcuma zedoaria(Christtm.) Roscoe)
Tumbuhan dari suku temu-temuan (Zingiberaceae) telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Seluruh bagian tanaman temu putih mulai dari daun, bunga, rimpang dapat dimanfaatkan sebagai obat, rimpang temu putih mengandung 1-2,5% minyak atsiri yang berkhasiat sebagai anti kanker (Rukmana, 1994).
2.1.2 Sistematika tumbuhan
Sistematika tumbuhan rimpang temu putih menurut (Sumarny et al., 2008) adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma Zedoaria(Christtm.) Roscoe).
(57)
7
2.1.3 Nama daerah
Nama daerah dari rimpang temu putih ini adalah: koneng tegal (Sunda), temu pepet (Jawa) (Heyne, 1987).
2.1.4 Nama asing
Di negara Inggris dikenal dengan nama White tumeric,di India dengan nama Ambhalad dandi Spanyol dengan nama Cedoaria.
2.1.5 Morfologi tanaman
Tanamantemu putih tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini mirip dengan temulawak dan dapat dibedakan dari rimpangnya.Tanaman ini tingginya dapat mencapai 2 m. Batangnya merupakan batang semu yang dibentuk dari pelepah-pelepah daun yang tumbuh dari rimpangnya, berbentuk silindris dan lunak. Salah satu ciri khas dari spesies ini adalah adanya warna ungu di sepanjang ibu tulang daun. Helaian daun berbentuk runcing dengan pertulangan menyirip, warnanya hijau muda sampai hijau tua dengan punggung daun bewarna pudar dan berkilap. Panjang daun 25-70 cm dan lebar 8-15 cm. Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang berwarna putih atau kuning dengan rasa sangat pahit, rimpangnya keluar akar-akar yang kaku (Dalimartha, 2003).
2.1.6Khasiat tanaman
Rimpang temu putih sangat bermanfaat untuk menghambat penyebaran sel kanker dalam tubuh, penurunan kadarasam urat,sebagai antioksidan, aktivitas antimikroba dan penurunan kadar kolestrol. Selain itu oleh peracik jamu dan
(58)
8
industri obat-obatan digunakan sebagai campuran obat- obatan, campuran jamu, dan kosmetik tradisional, selain itu enak dijadikan lalap (Fauziah, 1987).
2.1.7 Kandungan senyawa kimia
Kandungan kimia rimpang temu putih terdiri dari minyak atsiri, kurzerenon (zedoarin), polisakarida, dan flavonoid.Minyak atsiri mengandung monoterpen dan sesquiterpen. Monoterpen terdiri dari : monoterpen hidrokarbon (alfa pinen, D-kamfen), monoterpen alkohol borneol), monoterpen keton (D-kamfer), monoterpen oksida (sineol). Seskuiterpen pada Curcuma zedoaria terdiri dari berbagai golongan dan berdasarkan penggolongan yang dilakukan terdiri dari golongan bisabolen, elema, germakran, eudesman, guaian dan golongan spironolakton. Kandungan lain meliputi: etil-p-metoksisinamat, 3,7-dimetillindan-5-asam karboksilat (Windono dkk, 2002).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada drajat kehalusan tertentu (Harborne, 1987).
Hasil ekstraksi disebut ekstrak, yaitu sediaan kental, cair dan kering yang diperoleh dengan caramengekstraksi zat aktif dengan pelarut yang sesuai kemudian menguapkansemua atau hampir semua pelarut yang digunakan pada ekstraksi (Ditjen POM, 1979).
(59)
9
Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan.Zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan kedalam minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Ditjen POM 2000).
Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) ada beberapa cara, yaitu:
a. Cara dingin
Maserasi
Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar, sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator dimana simplisianya terendam dalam pelarut yang selalu baru dan umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Prosesnya perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).
b. Cara panas
Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya dalam jangka waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.
(60)
10 Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu.
Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu 40-50oC.
Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit.
Dekoktasi
Dekoktasi adalah ekstraksi pada suhu 90oC menggunakan pelarut air selama 30 menit.
2.3 Asam Urat
Nama kimia asam urat adalah 2,6,8-trioksipurin. Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari makanan maupun dari asam nuleat endogen (asam deoksiribonukleat/ DNA). Asam urat ini dibawa melalui aliran darah menuju ke ginjal untuk dikeluarkan bersama dengan urin, jika terjadi gangguan eliminasi asam urat melalui ginjal yang disebabkan oleh menurunnya sekresi asam urat kedalam tubuli ginjal, sehingga akan terjadi
(61)
11
peningkatan kadar asam urat dalam darah, hal ini merupakan suatu kondisi yang disebut hiperurisemia (Syukri, 2007).
Gambar 2.1 Struktur asam urat
Hiperurisemia mengakibatkan deposisi Kristal natrium urat dalam jaringan, terutama pada ginjal dan sendi (Mycek, 2001).Hiperurisemia dapat menyebabkan gout dan pirai, yaitu penyakit yang timbul karena meningkatnya kristal-kristal monosodium urat pada sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum dapat mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai gout. Jika tidak diobati, endapan kristal akan menyebabkan kerusakan yang hebat pada sendi dan jaringan lunak (Prince dan Wilson, 2006). British Regional Heart Study menyebutkan, ada faktor resiko hiperurisemia terhadap penyakit kardiovaskuler juga aterotrombosis (Voelkel dan Wynne, 2000).
2.3.1 Metabolisme asam urat
Manusia mengubah nukleosida purin yang utama, adenosin dan guanosin menjadi asam urat yang dieksresikan keluar setelah mengalami beberapa reaksi.Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi ionosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforisasi ikatan N-glikosidat akan melepas senyawa ribose-1-fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanosin selanjutnya membentukxantin dalam reaksi yang dikatalisasi masing-masing oleh enzim
(62)
12
xantin oksidase dan guanase kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisasi oleh enzim xantin oksidase (Rodwell et al., 1987).
Pada mamalia yang tingkatannya lebih rendah, enzim urikase akan memecah asam urat dengan membentuk produk akhir alantoin yang bersifat sangat larut air. Namun karena manusia tidak mengandung enzim urikase, maka produk katabolisme senyawa purin pada manusia adalah asam urat (Rodwell et al., 1987).
2.3.2 Patogenesis asam urat
Asam urat dari purin diproduksi dari 3 sumber yaitu makanan, perombakan asam nukleat dan nukleotida purin, dan sintetis purin.Normalnya rata-rata produksi asam urat sekitar 600-800 mg tiap hari (Dipiro, 1997). Sebagian kecil dari asam urat dipergunakan kembali untuk sintetis protein inti (inti sel), tetapi sisanya dieksresikan melalui ginjal (70%), dan usus (30%) (Tan dan Tjay, 2002).
2.4 Gout
Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai arthritis akut berulang karena endapan monosodium urat pada sekitar jaringan sendi akibat kadar asam urat di persendian. Kristal natrium urat di dalam persendian akan membentuk endapan yang dinamakan tofus. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya terpolarisasi memperlihatkan Kristal natrium urat berbentuk jarum dan bersifat berefringen negatif (tampak berwarna kuning jika sumbu memanjangnya sejajar dengan bidang cahaya terpolarisasi) dalam cairan sendi merupakan tanda diagnostik penyakit gout.(Garreth dan Grishan, 1995).
(63)
13
2.4.1 Klasifikasi gout
Gout dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bentuk primer (90%) dan sekunder (10%). Gout primer adalah gout dimana penyebabnya tidak diketahui atau akibat kelainan proses metabolisme didalam tubuh. Gout sekunder adalah kasus dimana penyebabnya dapat diketahui atau akibat hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit darah tinggi, dehidrasi, efek samping penggunaan obat tertentu dan kecanduan alkohol (Junaidi, 2008).
2.4.2 Pembentukan asam urat
Metabolisme pembentukan asam urat berlangsung dihati.Mekanisme eksresinya melibatkan ginjal dan usus.Asam urat yang dibentuk di hati di eksresikan ke ginjal. Di ginjal, terjadi proses penyaringan dan asam urat ini adalah salah satu yang disaring. Proses penyaringan di ginjal ini bertujuan untuk mengurangi kadar asam urat tubuh agar tetap stabil (Krisnatuti, 2001).
2.5 Obat yang Digunakan Untuk Hiperurisemia
Obat yang digunakan untuk hiperurisemia digunakan obat yang bersifat urikosurik yaitu obat yang dapat meningkatkan eksresi asam urat dan urikostatik yaitu obat yang dapat menghambat pembentukan asam urat.Terapi untuk mengatasi gout umumnya membutuhkan waktu yang lama bahkan satu tahun, sehingga efek samping yang ditimbulkan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit ini sering terjadi seperti gangguan ginjal dan gangguan saluran cerna (Hawkins dan Rahn, 2005).Dengan demikian diperlukan obat hiperurisemia yang memiliki efektivitas dan keamanan yang lebih tinggi.
(64)
14 Contoh obat urikosurik yaitu :
1. Probenesid
Probenesid berefek mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi dan berguna untuk pengobatan hiperurisemia sekunder.Obat ini biasanya di berikan pada dosis 250mg dua kali sehari selama 1-2.Setelah itu dosis dilanjutkan 500 mg setiap 1-2 minggu.
2. Sulfinpirazon
Sulfinpirazon mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi berdasarkan hambatan reabsorpsi tubular asam urat obat ini biasanya diberikan pada dosis 100–200 mg dua kali sehari ditingkatkan sampai 400–800 mg kemudian dikurangi sampai dosis efektif minimal.
3. Salisilat
Salisilat menghambat reabsorpsi dengan hasil akhir peningkatan eksresi asam urat.Efeknya bertambah bila urin bersifat basa. Dengan memberikan NaHCO3, Kelarutan asam urat dalam urin meningkat sehingga tidak terbentuk kristal asam urat dalam tubuli ginjal (Ganiswara, 2007).
Contoh obat urikostatik : Allopurinol
Allopurinol berguna untuk penyakit gout karena menurunkan kadar asam urat. Obat ini bekerja dengan menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat.Melalui mekanisme umpan balik allopurinol menghambat sintesis purin yang merupakan prekursor xantin.Allopurinol sendiri mengalami biotransformasi oleh enzim xantin oksidase
(65)
15
menjadi aloxantin yang masa paruhnya lebih panjang daripada allopurinol, itu sebabnya allopurinol yang masa paruhnya pendek cukup diberikan satu kali sehari (Ganiswara, 2007).
Gambar 2.2 Struktur allopurinol
Mekanisme reaksi allopurinol dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.
Gambar 2.3 Mekanisme Allopurinol Dalam Menurunkan Kadar Asam
Urat(Mutschler, 1991).
Dosis untuk penyakit gout ringan 100-300 mg sehari, 200-600 mg untuk penyakit yang lebih berat. Untuk anak 6-10 tahun: 300 mg sehari dan ank dibawah 6 tahun: 150 mg sehari (Ganiswara, 2007).
Allopurinol dapat ditoleransi dengan baik oleh banyak penderita.Reaksi hipersensitif, terutama kemerahan pada kulit, merupakan efek samping yang paling umum, terjadi sekitar 30% diantara penderita.Reaksi dapat terjadi bahkan
(66)
16
setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian keaadan kronis.Serangan gout akut dapat terjadi lebih sering selama beberapa minggu pertama terapi, karena itu kolkisin dan OAINS harus diberikan secara bersama-sama.Efek samping saluran cerna berupa mual dan diare (Mycek, 2001).
2.5 Kafein
Kafein adalah komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metal yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Penelitian ini digunakan kafein sebagai penginduksi asam urat yang poten dapat menyebabkan hewan coba menjadi hiperurisemia (Azizahwati,et al., 2005).
Gambar 2.4 Struktur kafein
Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai kristal jarum mengkilap putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol (1:75) atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan meningkat dalam air panas (1:6 pada 80°C) atau alkohol panas (1:25 pada 60°C). Kafein diperoleh dari ekstrak-tumbuh tumbuhan berupa biji kopi, teh, coklat dan minuman ringan seperti cola.Kebanyakan orang mengkonsumsi karena efeknya stimulan terhadap daya pikir dan memberikan kenikmatan jika dikomsumsi dalam makanan coklat atau minuman teh, namun efek stimulasi terhadap daya pikir dan konsentrasi
(67)
17
bukan merupakan satu-satunya efek yang dapat diberikan oleh kafein terhadap tubuh kita.Beberapa penelitian mengemukakan bahwa kafein memiliki pengaruh terhadap sistem respirasi manusia. Kafein akan mempengaruhi fungsi ventilasi paru khususnya pada kapasitas vital paru dengan efek relaksasi terhadap otot polos bronkus dan stimulasi terhadap otot pernapasan untuk meningkatkan kapasitas kerjanya (Sunaryo, 2005).
Keracunan kafein kronis, lama kelamaan akan memperlihatkan tanda dan gejala seperti gangguan pencernaan, sukar tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala, jantung berdebar, sesak napas dan kadang sukar buang air besar (Setiawan, 2002).
2.7 Makanan yang mengandung purin
Bahan makanan mempunyai kandungan purin yang sangat tinggi yaitu antara 150-1000 mg dalam setiap 100 gram pangan, contohnya jeroan. Hati ayam merupakan bagian dari jeroan, dalam hati ayam mengandung purin 243 mg per 100 gram.Bahan makanan mempunyai kandungan purin yang sedang yaitu antara 50-150 mg dalam setiap 100 gram pangan, contohnya bayam, kol dan kacang-kacangan.Bahan makanan mempunyai kandungan purin yang rendah yaitu antara 0-150 mg dalam setiap 100 gram pangan, contohnya keju dan telur (Soetomo, 2003).
(68)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam urat merupakan hasil akhir katabolisme purin dalam tubuh yang tidak memiliki fungsi fisiologis sehingga dianggap sebagai produk buangan. Pada kondisi normal, kadar asam urat dalam darah adalah 3,4-7,0 mg/dL pada pria dan 2,4-5,7 mg/dL pada wanita (Hawkins dan Rahn, 1997).Peningkatan kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal disebut dengan hiperurisemia yang dapat menyebabkan akumulasi natriumurat pada persendiaan sehingga menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang dikenal dengan istilah gout (Shaefer dan Pierre, 1992).
Pengobatan penyakit gout bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan sendi serta menurunkan kadar asam urat darah, dapat dilakukan dengan cara diet rendah purin dan terapi medis. Beberapa contoh diet rendah purin tersebut yaitu dengan tidak mengkonsumsi makanan protein tinggi dan kacang-kacangan (Siswono, 2008).
Salah satu obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat adalahallopurinol yang bekerja dengan cara menghambat enzim xantin oksidase untuk mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat (Ganiswara, 1995). Allopurinol memiliki efek samping terutama reaksi alergi kulit, nyeri kepala, serta kerusakan hati dan ginjal (Tan dan Tjay, 2002).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 di dunia setelah Brasil, dari 40.000 jenis flora yang ada di dunia sebanyak 30.000 jenis dijumpai di Indonesia dan 940 jenis
(69)
2
diantaranyadiketahui berkhasiat sebagai obat yang telah dipergunakan dalam pengobatan tradisional secara turun temurun oleh berbagai etnis di Indonesia. Jumlah tumbuhan obat tersebut meliputi sekitar 90% dari jumlah tumbuhan obat yang terdapat dikawasan Asia (Depkes RI, 2007).
Penggunaan obat tradisional di Indonesia pada hakekatnya merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia. Keuntungan dari penggunaan obat tradisional pada prinsipnya adalah efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat modern. Meskipun secara empiris obat tradisional mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, tetapi khasiat dan kemampuannya belum banyak dibuktikan secara ilmiah maupun klinis. Selain itu, belum banyak diketahui senyawa kimia apa yang bertanggung jawab terhadap khasiat obat tradisional tersebut (Wijayakusuma, 2002).
Ada beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat mengatasi penyakit hiperurisemia, salah satunya adalah rimpang temu putih. Penelitian yang telah dilakukan oleh (Alexander, et al., 2011) menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang temu putihdosis 3,6 mg/1,5 kg BB memberikan efek penurunan kadar asam urat yang setara denganallopurinol dosis 58 mg/1,5 kg BB. Rimpang temu putih mengandung monoterpen, sesquiterpene, dan minyak menguap lain seperti zedoarone, curdione, dan curcumin. Rimpang temu putih berkhasiat sebagai hepatoprotektor (pelindung hati), minyak atsiri sebagai antibakteri, curcumin menghambat peradangan dan sebagai antioksidan, ekstrak etanol rimpang temu putih berfungsi menghambat perkembangan sel kanker (Hermawati dan Asri, 2014).Berdasarkan pemanfaatan kandungan senyawa kimia dari rimpang temu putih, penulis tertarik untuk menguji efek ekstrak etanol rimpang temu putih
(70)
3
(Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) terhadap penurunan kadar asam urat tikus putih jantan yang sebelumnya diinduksi dengan kafein dosis 135 mg/kg BB dan jus hati ayam 10 ml/kg BB (Azizahwati et al.,2005; Fitrya dan Muharni, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada dosis berapa ekstrak etanol rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) menurunkan kadar asam urat dan membandingkannya dengan allopurinol.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah:
a. apakah karakteristik simplisia rimpang temu putihyang diteliti sesuai dengan persyaratan Materia Medika Indonesia?
b. apakah golongan senyawa kimia yang terkandung dari hasil skrining serbuksimplisiarimpang temu putih?
c. apakah ekstrak etanol rimpang temu putih memiliki efek yang dapat menurunkan kadar asam urat?
1.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
a. karakteristik simplisia rimpang temu putih yang diperoleh dapat dijadikan sebagai informasi dan acuan pada penelitian selanjutnya karenabelum tercantum dalam MMI (Materia Medika Indonesia).
b. golongan senyawa kimia yang terkandung didalam serbuk simplisia adalah alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin dan steroid/triterpenoid.
(71)
4
c.ekstrak etanol rimpang temu putih memiliki efek yang dapat menurunkan kadar asam urat.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. karakteristik simplisia rimpang temu putih
b. golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia rimpang temu putih
c. ekstrak etanol rimpang temu putih memiliki efek dalam menurunkan kadar asam urat.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikaninformasi mengenai khasiat dari ekstraketanol rimpang temu putih (EERTP) yang digunakan sebagai penurun kadar asam urat dalam darah.
(72)
5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar1.1 Skema kerangka pikir penelitian
Rimpang temu putih
EERTP dosis 400, 600 dan 800 mg/kg BB
Skrining Fitokimia 1. Alkaloid 2. Flavonoid 3. Glikosida 4. Saponin 5. Tanin 6. Triterpenoid/Steroid
Kadar Asam Urat Tikus Putih Jantan
Galur Wistar (mg/dL)
Penurunan Kadar Asam UratTikus Putih Jantan Galur Wistar (mg/dL) Suspensi CMC
0,5% b/v Allopurinol dosis
10 mg/kg BB
Karakterisasi 1. Makroskopik 2. Mikroskopik 3. Pk air
4. Pk sari larut air 5. Pk sari larut etanol 6. Pk abu total
7. Pk abu tidak larut asam
Waktu pengamatan pada hari ke-6,9,12,
dan 15
(73)
vi
EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEIN DAN JUS HATI AYAM
ABSTRAK
Hiperurisemia adalah suatu keadaaan dimana kadar asam urat dalam darah meningkat yang disertai rasa nyeri pada beberapa persendian, seperti ujung ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut, siku dan pergelangan tangan. Secara tradisional rimpang temu putih (Curcuma zedoaria(Christtm.) Roscoe)adalah tanaman obat yang dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti inflamasi, kanker, menghancurkan pembekuan darah dan menurunkan kadar asam urat didalam darah. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia, dan skrining fitokimia golongan senyawa dalam rimpang temu putih dan penurunan kadar asam urat di dalam darah.
Penelitian ini meliputi identifikasi, pengumpulan dan pengolahan bahan, pembuatan simplisia, penetapan kadar air, karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larutair, penetapan kadar sari larutetanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadarabu tidaklarut asam, pembuatan ekstrak dan pengujian efek ekstrak etanol rimpang temu putih terhadap kadar asam urat dalam darah menggunakan kafein dan jus hati ayam sebagai penginduksi asam urat pada tikus. Sebagai kontrol positif digunakan allopurinol 10 mg/kg BB, Na-CMC 0,5% sebagai kontrol negatif dan kelompok perlakuan ekstrak etanol rimpang temu putih dengan dosis 400, 600 dan 800 mg/kg BB yang diberikan secara oral. Data hasil pengujian dianalisis dengan metode analisis variansi (ANOVA), dilanjutkan dengan Post Hock Tukey HSD.
Hasil pemeriksaan karakterisasisimplisia rimpang temu putih diperoleh kadar air 7,65%, kadar sari larutair 8,13% kadar sari yang larutetanol 18,44%kadar abu total 3,76% dankadarabu yang tidaklarutasam 0,14%. Hasil skrining fitokimia simplisia memberikan hasil positif terhadapflavonoid,tanin, steroid/triterpenoid, glikosida dan alkaloid.Kesimpulan dari penelitian ini adalah efek penurunan kadar asam urat suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 600mg/kg BB memberikan efek yang paling baik dan setara dengan allopurinol.
Kata kunci: Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe, asam urat, ekstrak etanol,allopurinol.
(74)
vii
EFFECT OF ETHANOLEXTRACT TEMU PUTIH RHIZOME(Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) OF DECREASED URIC ACID ON WHITE MALE RATS INDUCED CAFFEINE AND JUICE CHICKEN LIVER
ABSTRACT
Hiperuricemia is a situation in which the levels of uric acid in the blood increases accompanied by pain in several join such as the tip of the big toe, ankle, knee, elbow and wrist. Traditionally temu putih rhizome (Curcuma zedoaria(Christtm.) Roscoe)is a medical plant that can cure various diseases such as inflammatory, cancer, destroying blood clots and lowering uric acid levels in the blood. The purpose of this research was to determine the simplex characteristics, and to determine the group of compounds contained in temu putih rhizome and lowering acid levels in the blood.
This research includes identification, collecton and processing of materials, the manufactured of crude, crude characterization includes examining macroscopic, microscopic examination, determination of water content, water soluble extract of the assay, assay of ethanol-soluble extracts, determination of total ash content, ash content determination not acid-soluble, making extract and the examination decrease of uric acid in blood used caffeine and juice chicken liver as uric acid inducer to rat. Allopurinol at dosage 10 mg/kg BW as positive control, Na-CMC 0.5% as negative control and temu putih rhizome ethanol extracts as treatment group with doses 400.600 and 800 mg/kg BW. Test result were analyzed by the method of analysis followed of variance (ANOVA) followed by Post Hoct Tukey HSDmethod.
The result of simplex characterization gave the water content 7.65%, water-soluble extract 8.13%, ethanol-water-soluble extract 18.44%, total ash 3.76%, acid-insoluble ash 0.14%. The result of phytochemical screening of agarwood leaves gave positive results for the presence of flavonoids, steroid/triterpenoids, tannins, glycosides and alcaloids. In conclution uric acid level temu putih rhizome ethanol extracts suspense dose 600 mg/kg BW provides the best uric acid level and is equivalent to allopurinol.
Keywords: Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe, uric acid, ethanol
extract,allopurinol.
(75)
EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH
(Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) TERHADAP
PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH
JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEIN DAN JUS HATI AYAM
SKRIPSI
OLEH:
YUNITA ANDRIANI
NIM121524133
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(76)
EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH
(Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) TERHADAP
PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH
JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEIN DAN JUS HATI AYAM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
YUNITA ANDRIANI
NIM121524133
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(77)
PENGESAHAN SKRIPSI
EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH
(Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) TERHADAP
PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH
JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEIN DAN JUS HATI AYAM
OLEH:
YUNITA ANDRIANI NIM 121524133
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 04 Agustus 2015 Pembimbing I,
Prof.Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001
Pembimbing II,
Aminah Dalimunthe, S.Si, M.Si., Apt. NIP 197806032005012004
PanitiaPenguji,
Dr. Edy Suwarso, S.U, Apt. NIP 130935857
Prof.Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001
Dr. Poppy A.Z. Hasibuan, M.Si., Apt. NIP 197506102005012003
Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt. NIP 195304031983032001
Medan,Agustus 2015 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP195807101986012001
(78)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Uji Efek Ekstrak etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christtm.)Roscoe) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Tikus putih jantan yang Diinduksi Kafein Dan Jus Hati Ayam”.Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si, Apt., sebagai wakil Dekan I Fakultas Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si, Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku ketua penguji, Ibu Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, S.Si., M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini, dan Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku dosen pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.
(79)
v
Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga kepada keluarga tercinta,Ayahanda Andri Fauzi dan Ibunda Siti Marsito tercinta, serta kepada nenek tersayang Hj. Sufni Manan dan abangnda Dedy Effendi, S.H atas doa, dorongan dan semangat baik moril maupun materil kepada penulis selama masa perkuliahan hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa/i farmasi stambuk 2012yang telah membantudan memberi semangat yang tiada henti.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Medan, 04 Agustus2015 Penulis,
Yunita Andriani NIM. 121524133
(80)
vi
EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEIN DAN JUS HATI AYAM
ABSTRAK
Hiperurisemia adalah suatu keadaaan dimana kadar asam urat dalam darah meningkat yang disertai rasa nyeri pada beberapa persendian, seperti ujung ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut, siku dan pergelangan tangan. Secara tradisional rimpang temu putih (Curcuma zedoaria(Christtm.) Roscoe)adalah tanaman obat yang dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti inflamasi, kanker, menghancurkan pembekuan darah dan menurunkan kadar asam urat didalam darah. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia, dan skrining fitokimia golongan senyawa dalam rimpang temu putih dan penurunan kadar asam urat di dalam darah.
Penelitian ini meliputi identifikasi, pengumpulan dan pengolahan bahan, pembuatan simplisia, penetapan kadar air, karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larutair, penetapan kadar sari larutetanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadarabu tidaklarut asam, pembuatan ekstrak dan pengujian efek ekstrak etanol rimpang temu putih terhadap kadar asam urat dalam darah menggunakan kafein dan jus hati ayam sebagai penginduksi asam urat pada tikus. Sebagai kontrol positif digunakan allopurinol 10 mg/kg BB, Na-CMC 0,5% sebagai kontrol negatif dan kelompok perlakuan ekstrak etanol rimpang temu putih dengan dosis 400, 600 dan 800 mg/kg BB yang diberikan secara oral. Data hasil pengujian dianalisis dengan metode analisis variansi (ANOVA), dilanjutkan dengan Post Hock Tukey HSD.
Hasil pemeriksaan karakterisasisimplisia rimpang temu putih diperoleh kadar air 7,65%, kadar sari larutair 8,13% kadar sari yang larutetanol 18,44%kadar abu total 3,76% dankadarabu yang tidaklarutasam 0,14%. Hasil skrining fitokimia simplisia memberikan hasil positif terhadapflavonoid,tanin, steroid/triterpenoid, glikosida dan alkaloid.Kesimpulan dari penelitian ini adalah efek penurunan kadar asam urat suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 600mg/kg BB memberikan efek yang paling baik dan setara dengan allopurinol.
Kata kunci: Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe, asam urat, ekstrak etanol,allopurinol.
(1)
2.1.4 Nama asing ... 7
2.1.5 Morfologi tanaman ... 7
2.1.6 Khasiat tanaman ... 7
2.1.7 Kandungan senyawa kimia ... 8
2.2 Ekstraksi ... 8
2.3 Asam Urat ... 10
2.3.1 Metabolisme asam urat ... 11
2.3.2 Patogenesis asam urat ... 12
2.4 Gout ... 12
2.4.1 Klasifikasi gout ... 13
2.4.2 Pembentukan asam urat ... 13
2.5 Obat yang Digunakan Untuk Hiperurisemia ... 13
2.6 Kafein ... 16
2.7 Makanan yang Mengandung Purin ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
3.1 Rancangan penelitian ... 18
3.2 Alat ... 18
3.3 Bahan ... 18
3.4 Penyiapan Bahan ... 19
3.4.1 Pengumpulan bahan ... 19
3.4.2 Identifikasi tumbuhan ... 19
3.4.3 Pembuatan simplisia rimpang temu putih ... 19
3.5 Pembuatan Pereaksi ... 20
3.5.1 Pereaksi besi (III) klorida 1% ... 20
(2)
3.5.3 Pereaksi natrium hidroksida 2 N ... 20
3.5.4 Pereaksi asam klorida 2 N ... 20
3.5.5 Pereaksi asam sulfat 2 N ... 20
3.5.6 Pereaksi kloralhidrat ... 20
3.5.7 Pereaksi Mayer ... 20
3.5.8 Pereaksi Mollish ... 21
3.5.9 Pereaksi Dragendorff ... 21
3.5.10 Pereaksi Bourchardat ... 21
3.5.11 Pereaksi Liebermann-Burchard ... 21
3.6 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Rimpang Temu Putih. 21 3.6.1 Pemeriksaan makroskopik ... 22
3.6.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 22
3.6.3 Penetapan kadar air ... 22
3.6.4 Penetapan kadar sari larut dalam air ... 23
3.6.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol ... 23
3.6.6 Penetapan kadar abu total ... 24
3.6.7 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam ... 24
3.7 Skrining Fitokimia Simplisia Rimpang Temu Putih ... 24
3.7.1 Pemeriksaan flavonoid ... 24
3.7.2 Pemeriksaan alkaloid ... 25
3.7.3 Pemeriksaan saponin ... 25
3.7.4 Pemeriksaan tanin ... 25
3.7.5 Pemeriksaan glikosida ... 26
3.7.6 Pemeriksaan steroid/ triterpenoid ... 26 3.8 Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (EERTP). 27
(3)
3.9 Uji Efek Penurunan Kadar Asam Urat ... 27
3.9.1 Penyiapan hewan percobaan ... 27
3.9.2 Penetapan dosis bahan uji ... 28
3.9.4 Pembuatan suspensi allopurinol 10 mg/kg BB ... 28
3.9.5 Pembuatan suspensi ekstrak etanol rimpang temuputih (EERTP) dosis 400, 600 dan 800 mg/kg BB ... 28
3.9.6 Pembuatan suspensi kafein sebagai penginduksiasam urat dosis 135 mg/kg BB ... 29
3.9.7 Pembuatan jus hati ayam ... 29
3.9.8 Pengujian efek penurunan kadar asam urat ... 29
3.9.9 Penggunaan alat pengukur kadar asam urat ... 30
3.10 Analisis data ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 31
4.2 Hasil Karakterisasi Tumbuhan ... 31
4.2.1 Hasil pemeriksaan karakteristik ... 31
4.2.2 Hasil skrining fitokimia ... 32
4.3 Uji Penurunan Kadar Asam Urat ... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
5.1 Kesimpulan ... 40
5.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil karakteristik serbuk simplisia rimpang temu putih ... 32 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak
etanolrimpang temu putih ... 32 4.3 Hasil standar deviasi penurunan kadar asam urat (KAU) ... 35
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Skema kerangka pikir penelitian ... 5
2.1 Struktur asam urat ... 11
2.2 Struktur allopurinol ... 15
2.3 Mekanisme allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat ... 15
2.3 Struktur kafein ... 16
4.1 Grafik kadar asam urat (KAU) versus waktu pada berbagaiperlakuan ... 36
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Ethical clearance ... 44
2. Hasil identifikasi tanaman ... 45
3. Gambar tumbuhan rimpang temu putih ... 46
4. Mikroskopik serbuk simplisia rimpang temu putih ... 47
5. Bagan alur penelitian ... 48
6. Bagan pengerjaan uji efek anti hiperurisemia ekstrak etan ol rimpang temu putih ... 49
7. Perhitungan hasil karakterisasi simplisia rimpang temu putih . 50
8. Tabel konversi dosis ... 55
9. Contoh perhitungan dosis ... 56
10. Tabel hasil pengukuran kadar asam urat ... 58
11. Gambar hewan percobaan (Tikus putih jantan) ... 59
12. Gambar alat pengukuran kadar asam urat ... 60