23 abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar sari larut dalam
air,. dan penetapan kadar sari larut dalam etanol Depkes RI, 1995. Pemeriksaan karakteristik ekstrak meliputi penetapan kadar air, penetapan
kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam.
3.6.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, ukuran dan tekstur dari simplisia serta pemeriksaan organoleptik dengan
mengamati warna, rasa dan bau dari potongan rimpang temu putih segar.
3.6.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan Mikroskopik terhadap simplisia dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek yang telah diteteskan dengan
larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian dilihat dibawah mikroskop.
3.6.3 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi destilasi toluena. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 mL, pendingin, tabung penyambung,
tabung penerima 5 mL berskala 0,05 mL, alat penampung dan pemanas listrik.
a. Penjenuhan toluen
Dimasukkan 200 mL toluena dan 2 mL air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2
jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 mL.
Universitas Sumatera Utara
24
b. Penetapan kadar air simplisia
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam labu berisi toluen yang dijenuhkan, kemudian labu dipanaskan hati-hati
selama 15 menit, setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air terdestilasi. Kemudian kecepatan destilasi
dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian
tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua
volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1998.
3.6.4 Penetapan kadar sari larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL air-kloroform 2,5 mL kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu
bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.6.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan
Universitas Sumatera Utara
25 penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan
pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.6.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang
habis, pijaran dilakukan pada suhu 600°C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan
yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.6.7 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, lalu dipijar sampai bobot tetap. Kemudian kadar abu yang tidak larut dalam asam
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.7Skrining FitokimiaSimplisia Rimpang Temu Putih
Skrining fitokimia serbuk simplisia rimpang temu putih meliputi pemeriksaan senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan
steroidtriterpenoid.
3.7.1 Pemeriksaan flavanoid
Serbuk simplisia ditimbang 0,5 g, lalu ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, disaring panas-panas melaluikertas saring. Kedalam 5
ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2
Universitas Sumatera Utara
26 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi
warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkoholFarnsworth, 1966.
3.7.2 Pemeriksaan alkaloid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama
2menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat.
Pada masing-masing tabung reaksi : a.
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer b.
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c.
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua daritiga
percobaan diatas Depkes RI, 1995.
3.7.3 Pemeriksaan saponin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian dikocok
kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan buih tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam
klorida 2 N menunjukkan adanya saponin Depkes RI,1995.
3.7.4 Pemeriksaan tanin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml
larutan dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi III klorida 1.Jika terjadi warna
Universitas Sumatera Utara
27 biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth,
1966.
3.7.5 Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran etanol 96-air 7:3 dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 2
jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit,lalu
disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran kloroform-isopropanol 3:2 sebanyak 3 kali.Pada kumpulan sari lapisan isopropanoldiuapkan pada suhu tidak
lebih dari 50
o
C.Sisanya dilarutkan dengan 2 ml metanol untuk larutan percobaan. 0,1 ml larutan percobaan diuapkandiatas penangas air,padasisa ditambahkan 2 ml
air dan 5 tetes Molish, kemudian ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat, terbentuk cincin berwarna ungu padabatas cairan, menunjukkan adanya ikatan
gula Depkes RI, 1995.
3.7.6 Pemeriksaan steroid triterpenoid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dimaserasi dengan 20 ml nheksan selama 2 jam, disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya
ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard melalui dinding cawan.Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau
menunjukkan adanya triterpenoidsteroid Harborne, 1987.
Universitas Sumatera Utara
28
3.8Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih EERTP
Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 caranya adalah
sebagai berikut: Sebanyak 400 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam sebuah bejana,
dituangi dengan 3 L etanol, ditutup, dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk, diserkai, diperas.Ampas diremaserasi
dengan etanol secukupnya hingga diperoleh 4 L. Pindahkan kedalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2
hari.Enaptuangkan atau saring.Pemekatan ekstrak dilakukan dengan alat rotary evaporator pada suhu 40°Csampai diperoleh ekstrak kental.
3.9Uji Efek Penurunan Kadar Asam Urat
Pengujian efek penurunan kadar asam urat per oral meliputi penyiapan hewan percobaan, penetapan dosis bahan uji, pembuatan suspensi Na-CMC 0,5
bv, pembuatan suspensi allopurinol, pembuatan bahan uji, pembuatan penginduksi asam urat dan pengujian efek penurunan kadar asam urat.
3.9.1 Penyiapan hewan percobaan
Hewan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan berat 180-220 g dibagi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus.Hewan
percobaan diaklimatisasi selama satu minggu untuk penyesuaian lingkungan pada kandang yang memiliki ventilasi yang baik dan selalu dijaga
kebersihannya.Hewan yang sehat ditandai dengan kenaikan berat badan dan memperlihatkan gerak yang lincah.
Universitas Sumatera Utara
29
3.9.2 Penetapan dosis bahan uji
Berdasarkan orientasi dosis yang telah dilakukan dosis ekstrak etanol rimpang temu putih yang digunakan adalah 600 mgKgBB, dosis ini adalah dosis
yang paling baik untuk penurunan kadar asam urat.
3.9.3 Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5
Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5 bv dilakukan dengan cara sebagai berikut: Sebanyak 500 mg Na-CMC ditaburkan kedalam lumpang yang berisi air
suling panas sebanyak 10 ml. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus hingga berbentuk gel dan diencerkan dengan sedikit air
kemudian dituangkan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan air suling sampai batas tanda.
3.9.4 Pembuatan suspensi allopurinol dosis 10 mgkgBB
Ditimbang 1 tablet allopurinol dengan berat 150 mg lalu digerus. Diambil 15 mg serbuk allopurinol kemudian digerus dengan penambahan suspensi Na-
CMC 0,5 sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0,5.
3.9.5 Pembuatan suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih EERTPdosis 400, 600 dan 800 mgkgBB
Masing- masingditimbang 400, 600 dan 800 mg ekstrak etanol rimpang temu putih kemudian digerus dengan penambahan suspensi Na-CMC 0,5
sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml,dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0,5.
Universitas Sumatera Utara
30
3.9.6 Pembuatan suspensi kafein sebagai penginduksi asam urat dosis135 mgkgBB
Ditimbang135 mg kafein kemudian digerus dengan penambahan suspensi Na-CMC 0,5 sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml,
dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0,5.
3.9.7 Pembuatan jus hati ayam
Ditimbang 150 g hati ayam lalu dicuci hingga bersih kemudian diblender sampai halus tanpa penambahan air.
3.9.8Pengujian efek penurunan kadar asam urat
Tikus dipuasakan ± 12 jam sebelum pengujian, dengan tetap diberikan air minum. Pada hari pengujian masing-masing hewan ditimbang dan dihitung dosis.
Kelompok hewan uji terdiri dari: 1.
Diberi suspensi Na-CMC 0,5 dosis 2 ml. 2.
Diberi suspensi allopurinol dosis 10 mgKgBB. 3.
Diberi suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 400 mgKgBB. 4.
Diberi suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 600 mgKgBB. 5.
Diberi suspensi ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 800 mgKgBB. Semua hewan yang akan diuji diukur dulu kadar asam urat normal yaitu
1,6-3,2 mgdL Mazzali et al., 2002, lalu tikus diinduksi dengan suspensi kafein 135 mgkgBB selama 6 hari dan jus hati ayam 10 mlkg BB secara oral selama 15
hari.Setelah diperoleh tikus dalam keadaan hiperurisemia yaitu pada kadar asam urat lebih dari 3,2, pada hari keenam semua tikus diberi perlakuan selama9 hari
berdasarkan kelompok.Pengambilan darah dilakukan sebanyak lima kali yaitu pada hari sebelum tikus diberi induksi, pada hari keenam sebelum tikus diberi
Universitas Sumatera Utara
31 perlakuan, pada hari kesembilan, hari kedua belas dan hari kelima belas, darah
diambil melalui ekor azizahwatiet al., 2005.
3.9.9Penggunaan alat pengukur kadar asam urat
Kadar asam urat diukur dengan menggunakan test strip yang bekerja secara enzimatis. Prosedur penggunaannya :
a. sesuaikan kode yang terdapat dalam label dengan yang terdapat dalam vial test
strip. b.
setelah sesuai masukkan kode ke dalam alat pengukur. c.
masukkan test strip untuk menghidupkan layar. d.
darah disentuhkan pada strip, kemudian darah akan mengalir sampai ke zona reaksi dengan otomatis.
e. setelah 20 detik hasil pengukuran kadar asam urat ditampilkan pada layar.
3.10Analisis data
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program Statistic Product and Service Solutions SPSSVersi 15. Pertama data dianalisis untuk
menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian dianalisis dengan one- way analysis of variance ANOVA untuk menentukan perbedaan rata-rata
diantara kelompok.Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji post hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di “Herbarium Bogoriense” Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong menyebutkan
bahwa tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan temu putih Curcuma zedoaria Christtm. Roscoe famili Zingiberaceae. Hasil identifikasi tumbuhan
dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2 Hasil Karakterisasi Tumbuhan
Berdasarkan hasil karakterisasi tumbuhan, hasil makroskopik rimpang temu putih dicirikan dengan rimpang induk bentuknya jorong membulat, mengeluarkan
rimpang cabang dan tumbuh ke arah samping yang ukurannya lebih kecil, irisan rimpang bewarna putih kekuningan, beraroma aromatik, berasa pahit, panjang
daun 25-70 cm dan lebar daun 8-14 cm.Hasil makroskopik tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Hasil mikroskopik serbuk simplisia tanaman rimpang temu putih terdapat fragmen sel-sel parenkim, butir-butir pati, jaringan gabus, serta berkas pembuluh
kayu.Hasil mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2.1 Hasil pemeriksaan karakteristik
Hasil pemeriksaan karakteristikdari serbuk simplisia rimpang temu putih dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 4.1 Hasil karakteristik serbuk simplisia rimpang temu putih No
Parameter Hasil
1. 2.
3. 4.
5. Penetapan kadar air
Penetapan kadar sari larut air Penetapan kadar sari larut etanol
Penetapan kadar abu total Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
7,65 8,13
18,44 3,76
0,14
Monografi dari simplisia rimpang temu putih tidak ditemukan di buku Materia Medika Indonesia MMI, sehingga tidak ada acuan untuk menentukan
parameter simplisia tersebut.Hasil perhitungan pemeriksaan karakteristik simplisia dapat dilihat pada Lampiran 7.
4.2.2 Hasil skrining fitokimia
Hasil skrining serbuk simplisia rimpang temu putih dapat dilihat padaTabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol rimpang
temu putih
No Golongan Senyawa
Hasil
1 Alkaloid
+ 2
Flavonoid +
3 Tanin
+ 4
SteroidTriterpenoid +
5 Saponin
- 6
Glikosida +
Keterangan: + : Positif - : Negatif
Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia diperoleh simplisia mengandung alkaloid, penambahan pereaksi Mayer, Bourchardat maupun
Dragendroff terbentuk endapan; mengandung glikosida, penambahan pereaksi
Universitas Sumatera Utara
34 Molish dan asam sulfat pekat membentuk cincin ungu; tidak mengandung
saponin, tidak terbentuknya busa Ditjen POM, 1995; mengandung flavonoid, terbentuknya warna jingga pada lapisan amil alkohol; mengandung tanin dengan
penambahan FeCl
3
memberikan warna hijau Fransworth, 1966; mengandung steroid, penambahan pereaksi Liebermann-Burchad membentuk warna hijau
Robinson, 1995. Golongan senyawa kimia yang diduga memiliki efek penurunan kadar asam urat adalah flavonoid dan tanin . Kemampuan senyawa
flavonoid tersebut dalam menurunkan kadar asam urat adalah dengan menghambat enzim xantin oksidasesehingga hipoxantin dan guanin tidak dapat
membentuk xantin lalu xantin tidak dapat mengoksidase menjadi asam urat Susanti, 2006. Hal ini disebabkan karena flavonoid adalah senyawa pereduksi
yang baik untuk menghambat reaksi oksidasi baik secara enzimatis maupun non enzimatis Harbone, 1984 sedangkan tanin dapat menurunkan kadar asam urat
dengan cara meningkatkan konsentrasi asam urat dalam urin Hatano, 1990.
4.3Uji Penurunan Kadar Asam Urat
Pada penelitian ini menggunakan tikus putih jantan galur Wistar, Setelah dilakukan orientasi dengan variasi dosis suspensi ekstrak etanol rimpang temu
putih EERTP 400, 600 dan 800 mgkg BB, dipilih dosis yang memberikan efek penurunan kadar asam urat optimum yaitu dengan nilai penurunan kadar asam
urat mendekati nilai penurunan kadar asam urat suspensi allopurinol dengan dosis 10 mgkgBB sebagai kontrol positif. Pada EERTP dosis 600 mgkg BB
memberikan efek yang paling baik dibandingkan dosis yang lainnya.Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
35 dilakukan percobaan untuk masing-masing kelompok, dimana setiap kelompok
diulangi sebanyak 5 kali yaitu pada 5 ekor tikus. Uji efek penurunan kadar asam uratekstrak etanol rimpang temu putih per
oral dilakukan dengan cara menginduksi agar tikus mengalami hiperurisemia dengan kafein 135 mgkg BB dan jus hati ayam 10 mlkg BB, pengukuran asam
urat dengan menggunakan alat pengukur asam urat Easy Touch
®
. Digunakan kafein sebagai zat penginduksi asam urat karena kafein adalah
alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metil yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga dapat meningkatkan kadar asam
urat didalam tubuh Azizahwatiet al., 2005. Jus hati ayam digunakan juga sebagai penginduksi asam urat, karena hati ayam tersebut mengandung senyawa xantin
dimana senyawa xantin berasal dari katabolisme makanan yang mengandung asam nukleat, adanya purin yang cukup tinggi didalam darah akan memicu
terbentuknya asam urat dengan adanya enzim xantin oksidaseFitrya dan Muharni, 2014.
Penurunan kadar asam urat pada percobaan ini menggunakan pembanding yaitu allopurinol. Allopurinol dipilih sebagai pembanding karena merupakan obat
sintetik yang umum digunakan untuk menurunkan asam urat melalui mekanisme kerja urikostatik yaitu menghambat pembentukan asam urat,sehingga produksi
asam urat yang dihasilkan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
36 Hasil perhitungan standar deviasi penurunan kadar asam urat yang diperoleh
dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil standar deviasi penurunan kadar asam urat KAU
Kelompo k
Uji KAU
puasa sebelum
diinduksi mg dL
KAU puasa
sesudah diinduksi
mg dL Kadar Asam Urat ± SD mgdL
Hari ke-0 Hari ke-6
Hari ke-9
Hari Ke-12
Hari ke-15
KontrolC MC
0,5 BB 2,36±0,11
4,64±0,11 5,20±0,12
5,62±0,14 6,16±0,16
Suspensi allopurin
ol 10 mgkgB
B 2,26±0,26
4,16±0,18 3,22±0,19
2,18±0,16 1,74±0,18
Suspensi EERTP
400 mgkgB
B 2,28±0,13
4,62±0,13 4,12±0,10
3,34±0,11 2,22±0,14
Suspensi
EERTP
600 mgkgB
B 2,30±0,12
4,52±0,16 3,34±0,18
2,26±0,20 1,80±0,20
Suspensi EERTP
800 mgkgB
B 2,28±0,13
4,72±0,21 3,86±0,37
2,98±0,13 2,06±0,11
Keterangan: : Berbeda signifikan dengan CMC-Na :Berbeda signifikan dengan Allopurinol 10 mgkg BB
Universitas Sumatera Utara
37 Hasil rata-rata kadar asam urat yang diperoleh dari setiap perlakuan dapat
dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1 Grafik kadar asam urat KAU versus waktu pada berbagai
perlakuan. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa EERTP dosis 600 mgKgBB
memiliki efek terhadap penurunan kadar asam urat, hal ini dapat dilihat dengan membandingkannya dengan pemberian suspensi CMC 0,5 bv, dimana kadar
asam urat terus meningkat sedangkan pada ekstrak yang diuji menunjukkan adanya penurunan kadar asam urat.
Pada hari ke-0 sebelum diinduksi dengan kafein dan jus hati ayam, dilakukan pengukuran kadar asam urat puasa. Kemudian pada hari ke-6 dilakukan
pengukuran kadar asam urat darah pada tikus. Tikus mengalami hiperurisemia awal, lalu dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-
masing yaitu diberikan suspensi CMC 0,5 dosis 2 ml, suspensi allopurinol 10 mgkg BB, suspensi EERTP 400 mgkg BB, suspensi EERTP 600 mgkgBB, dan
1 2
3 4
5 6
7
3 6
9 12
15 CMC Kontrol negatif
Suspensi Allopurinol kontrol positif Suspensi EERTP 400 mgkgbb
Suspensi EERTP 600 mgkgbb Suspensi EERTP 800 mgkgbb
Waktu Hari
K ad
ar A
sa m
U ra
t m
g d
L
Universitas Sumatera Utara
38 suspensi EERTP 800 mgkg BB, kadar asam urat mengalami kenaikan. Hal ini
disebabkan kafein dan jus hati ayam meningkatkan purin sehingga kadar asam urat di dalam darah tikus meningkat.
Pada hari ke-9, ke-12, dan ke-15 kelompok yang diberikan suspensi allopurinol 10 mgkgBB, suspensi EERTP 400 mgkg BB, suspensi EERTP 600
mgkg BB, dan suspensi EERTP 800 mgkg BB memberikan efek penurunan kadar asam urat, kelompok yang diberikan suspensi CMC 0,5 bv tidak
memberikan efek penurunan kadar asam urat kadar asam urat meningkat. Semakin tinggi penurunan kadar asam urat maka semakin tinggi persen
penurunannya, begitu juga sebaliknya. Data penurunan kadar asam urat dianalisa secara statistik dengan metode
ANOVA lalu dilanjutkan dengan uji Tukey HSD untuk semua perlakuan dari hari ke-0 sampai hari ke-15.
Uji Tukey HSD pada hari ke-0sebelum diinduksi dengan kafein dan jus hati ayam, menunjukkan hasil bahwa kelompok perlakuan yang diberikan
suspensi EERTP 400 mgkg BB, 600 mgkg BB, 800 mgkg BB,suspensi allopurinol 10 mgkg BB dan suspensi CMC-Na 0,5 bv memiliki penurunan
kadar asam urat yang tidak berbeda secara signifikan, dengan nilai signifikansi 0,861 p0,05.
Uji Tukey HSD pada hari ke-6 dengan menunjukkan hasil bahwa kelompok perlakuan yang diberikan suspensi EERTP 400 mgkg BB, 800 mgkg
BB,suspensi allopurinol 10 mgkg BB dan suspensi CMC-Na 0,5 bv memiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda secara signifikan, dengan nilai
Universitas Sumatera Utara
39 signifikansi 0,344 p0,05 tapi berbeda secara signifikan dengan suspensi
EERTP 600 mgkg BB. Uji Tukey HSD pada hari ke-9 dengan menunjukkan hasil bahwa
kelompok perlakuan yang diberikan suspensi EERTP 600 mgkg BB dansuspensi allopurinol 10 mgkg BBmemiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda
signifikan, dengan nilai signifikansi 0,906 p0,05,tapi berbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 400 mgkg BB dan 800 mgkg. Suspensi EERTP 400 dan
800 mgkg BBmemiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda signifikan, dengan nilai signifikansi 0,361 p0,05. Suspensi EERTP 400 mgkg BB, 600
mgkg BB, 800 mgkg BB,dan suspensi allopurinol 10 mgkg BB memiliki penurunan kadar asam urat yang berbeda secara signifikan dengan suspensi CMC-
Na 0,5 bv. Uji Tukey HSD pada hari ke-12 dengan menunjukkan hasil bahwa
kelompok perlakuan yang diberikan suspensi EERTP 600 mgkg BB dansuspensi allopurinol 10 mgkg BBmemiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda
signifikan, dengan nilai signifikansi 0,925 p0,05,tapi berbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 400 mgkg BB, 800 mgkg dan suspensi CMC-Na 0,5
bv. Suspensi EERTP 400 mgkg BBberbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 800 mgkg BB dan suspensi CMC-Na 0,5 bv. Suspensi 800 mgkg BBberbeda
signifikansi dengansuspensi EERTP 400 mgkg BB dan suspensi CMC-Na 0,5 bv.
Uji Tukey HSD pada hari ke-15 dengan menunjukkan hasil bahwa kelompok perlakuan yang diberikan suspensi EERTP 600 mgkg BB dansuspensi
allopurinol 10 mgkg BBmemiliki penurunan kadar asam urat yang tidak berbeda
Universitas Sumatera Utara
40 signifikan, dengan nilai signifikansi 0,977 p0,05 tetapi berbeda signifikan
dengan Suspensi EERTP 400 mgkg BB, 800 mgkg BB, dan suspensi CMC-Na 0,5. Suspensi allopurinol 10 mgkg BB tidak berbeda signifikansi
dengansuspensi EERTP 800 mgkg BB dengan nilai signifikansi 0,132 p0,05,dan tidak berbeda signifikan juga dengan suspensi EERTP 400 mgkg
BB dengan nilai signifikansi 0,554 p0,05,tetapisuspensi EERTP 800 mgkg BB berbeda signifikansi dengansuspensi EERTP 600 mgkg BB dan suspensi CMC-
Na 0,5 bv. Suspensi allopurinol 10 mgkg BB berbeda signifikansi dengan suspensi EERTP 400 mgkg BBdan suspensi CMC-Na 0,5 bv.
Dari uraian diatas, efek yang ditunjukkan oleh ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 600 mgkg BB memberikan penurunan asam urat yang lebih
besar bila dibandingkan dengan ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 400 mgkg BB dan ekstrak etanol rimpang temu putih dosis 800 mgkg BB.
Peningkatan dosis obat seharusnya akan meningkatkan respon yang sebanding dengan dosis yang ditingkatkan, namun dengan meningkatnya dosis peningkatan
respon pada akhirnya akan menurun, karena sudah tercapai dosis yang sudah tidak dapat meningkatkan respon lagi Zastrow dan Bourne, 2001.
Penggunaan ekstrak yang terdiri dari berbagai macam komponen senyawa kimia, diharapkan interaksi antar komponen-komponen tersebut dapat
meniadakan efek samping yang sering timbul akibat pemakaian obat-obat sintesis.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a.
hasil penetapan kadar rimpang temu putih terhadap kadar air 7,65, kadar sari larut air 18,44, kadar sari larut etanol 8,13, kadar abu total 3,76, dan
kadar abu tidak larut asam 0,14. b.
golongan senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia rimpang Temu putih dari hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, tanin,
steroidtriterpenoid dan glikosida. c.
dari ketiga dosis suspensi EERTPyaitu 400 mgkg BB, 600 mgkg BB dan 800 mgkg BB, maka suspensi EERTP 600 mgkg BB yang efektif sama seperti
allopurinol 10 mgkg BB.
4.2 Saran
Dilakukan pengujian toksisitas akut dan kronis untuk menunjang tingkat
keamanan penggunaan dari simplisia rimpang temu putih.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, nama daerah, nama
asing, morfologi tumbuhan dan khasiat tumbuhan. 2.1.1 Rimpang temu putih Curcuma zedoariaChristtm. Roscoe
Tumbuhan dari suku temu-temuan Zingiberaceae telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Seluruh bagian tanaman temu putih mulai dari
daun, bunga, rimpang dapat dimanfaatkan sebagai obat, rimpang temu putih mengandung 1-2,5 minyak atsiri yang berkhasiat sebagai anti kanker Rukmana,
1994.
2.1.2 Sistematika tumbuhan
Sistematika tumbuhan rimpang temu putih menurut Sumarny et al., 2008 adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Kelas
: Monocotyledoneae Bangsa
: Zingiberales Suku
: Zingiberaceae Marga
: Curcuma Spesies
: Curcuma ZedoariaChristtm. Roscoe.
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.3 Nama daerah
Nama daerah dari rimpang temu putih ini adalah
: koneng tegal Sunda, temu pepet Jawa Heyne, 1987.
2.1.4 Nama asing
Di negara Inggris dikenal dengan nama White tumeric,di India dengan nama Ambhalad dandi Spanyol dengan nama Cedoaria.
2.1.5 Morfologi tanaman
Tanamantemu putih tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini mirip
dengan temulawak dan dapat dibedakan dari rimpangnya.Tanaman ini tingginya dapat mencapai 2 m. Batangnya merupakan batang semu yang dibentuk dari
pelepah-pelepah daun yang tumbuh dari rimpangnya, berbentuk silindris dan lunak. Salah satu ciri khas dari spesies ini adalah adanya warna ungu di sepanjang
ibu tulang daun. Helaian daun berbentuk runcing dengan pertulangan menyirip, warnanya hijau muda sampai hijau tua dengan punggung daun bewarna pudar dan
berkilap. Panjang daun 25-70 cm dan lebar 8-15 cm. Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang berwarna putih atau
kuning dengan rasa sangat pahit, rimpangnya keluar akar-akar yang kaku Dalimartha, 2003.
2.1.6Khasiat tanaman
Rimpang temu putih sangat bermanfaat untuk menghambat penyebaran sel kanker dalam tubuh, penurunan kadarasam urat,sebagai antioksidan, aktivitas
antimikroba
dan penurunan kadar kolestrol. Selain itu oleh peracik jamu dan
Universitas Sumatera Utara
8 industri obat-obatan digunakan sebagai campuran obat- obatan, campuran jamu,
dan kosmetik tradisional, selain itu enak dijadikan lalap Fauziah, 1987.
2.1.7 Kandungan senyawa kimia
Kandungan kimia rimpang temu putih terdiri dari minyak atsiri, kurzerenon zedoarin, polisakarida, dan flavonoid.Minyak atsiri mengandung
monoterpen dan sesquiterpen. Monoterpen terdiri dari : monoterpen hidrokarbon alfa pinen, D-kamfen, monoterpen alkohol D-borneol, monoterpen keton D-
kamfer, monoterpen oksida sineol. Seskuiterpen pada Curcuma zedoaria terdiri dari berbagai golongan dan berdasarkan penggolongan yang dilakukan terdiri dari
golongan bisabolen, elema, germakran, eudesman, guaian dan golongan spironolakton. Kandungan lain meliputi: etil-p-metoksisinamat, 3,7-dimetillindan-
5-asam karboksilat Windono dkk, 2002.
2.2 Ekstraksi