Batang : Segi tiga, bersayap tiga, berlekuk atau bergerigi, berduri tajam, menyerupai akar lekat, kaku, hijau.
Bunga : Tunggal, tersebar, di ujung batang atau di batang, panjang 30-40 cm, tangkai silindris, bersegi, dengan seludah
bunga, panjang 14-18 cm, warna hijau kekuningan; didasar kadang-kadang berwarna merah, bunga berumah
satu, mahkota berlepasan, panjang 13-15 cm, bagian tengah putih, dipinggir putih atau merah muda.
Buah : Bentuk elips, panjang 7,5-12 cm, diameter 5,5-8 cm, lunak warna merah dengan sisik kehijauan.
Biji : Bulat, elips, lunak, hijau.
Akar : Serabut, berwarna coklat kemerahan Depkes RI, 1999.
2.1.6 Kandungan kimia
Buah naga mengandung senyawa kimia seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A dan polifenol. Selain itu, buah naga juga merupakan sumber protein
dan karbohidrat. Secara lengkap zat-zat gizi yang terkandung dalam buah naga dan nilai gizinya setiap 100 g bahan yang dapat dimakan adalah sebagai berikut:
protein 0,53 g; karbohidrat 11,50 g; serat 0,71 g; asam 0,139 g;vitamin C dan beta-karoten 9,4 mg; kalsium 134,50 mg; fosfor 8,7 mg; magnesium 60,40 mg;
dan air 90,20 Cahyono, 2009.
2.1.7 Kegunaan buah naga
Adapun kegunaan buah naga dapat digolongkan, sebagai berikut: 1.
Buah naga untuk bahan makanan dan minuman
Universitas Sumatera Utara
Kapasitasnya sebagai bahan makanan, umumnya yang dikonsumsi daging buah segar yang dipotong-potong sebagai makanan penutup dan kapasitasnya
sebagai bahan minuman, umumnya dikonsumsi dalam bentuk jus dan sari buah 2.
Buah naga untuk pengobatan terapi. Buah naga mengandung senyawa kimia vitamin C, vitamin E, vitamin A
dan senyawa polifenol dapat berfungsi sebagai antioksidan dalam menangkap radikal bebas. Kandungan lainnya adalah serat yang mampu menurunkan kadar
kolesterol dalam darah dan di saluran pencernaan mengikat asam empedu untuk dikeluarkan bersama tinja. Adapun protein, karbohidrat, kalsium fosfor,
magnesium dan air berfungsi sebagai penyeimbang kadar gula darah bagi
penderita kencing manis Cahyono, 2009. 2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-
bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu Harborne, 1987.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya maserasi. Maserasi adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari, dimana cairan akan
berdifusi dengan dinding sel yang mengandung zat aktif. Pengadukan dilakukan untuk menjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi antara larutan di luar sel dan
di dalam sel, sehingga larutan yang terpekat didesak keluar dinding sel dan di dalam sel Ditjen POM, 1986.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Radikal bebas