12 psikomotorik, siswa terlihat lebih aktif dan lebih terarah saat praktikum. Model
POE mejadikan siswa lebih siap saat praktikum. Sebab, siswa sebelum praktikum harus membaca teori dan cara kerja praktikum yang akan mereka lakukan. Jika
siswa membaca teorinya, maka siswa dapat memprediksi hasil praktikum yang akan dilakukan. Selain itu, siswa juga bisa berinteraksi langsung dengan alat dan
bahan. Akibatnya, siswa dapat menguji prediksi melalui pengamatan observe, dan kemudian mengemukakan penjelasan mengenai fenomena yang mereka
temukan explain. Penerapan model pembelajaran POE ini, diharapkan dapat menumbuhkan keterampilan proses sains pada siswa.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Kibirige 2014 menyampaikan bahwa keberhasilan POE dipandang sebagai strategi yang memperhitungkan pendekatan
konstruktivis yang mencakup proses pengajaran reflektif dan partisipasi aktif seperti pendekatan tradisional yang menekankan tulisan dan komunikasi. Model
pembelajaran POE, teknik mengajar yang berpusat pada siswa mengakui konstruksi sosial pengetahuan dan dasar dari semua pembelajaran, yaitu
pengetahuan siswa sebelumnya. Kemudian, POE juga efektif dalam mengidentifikasi miskonsepsi dalam penelitian ini.
Puriyandari 2014 menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Prediction, Observation and Explanation POE dilengkapi lembar kerja siswa
LKS dapat meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa baik dalam
aspek kognitif maupun aspek afektif.
13 Kala 2013 menyampaikan bahwa model POE efektif dalam menangani
masalah siswa dalam memahami konsep terkait pH dan pOH. Rahayu 2013 menyatakan bahwa penggunaan perangkat pembelajaran
model POE dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa. Peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa terjadi karena siswa menjadi lebih terampil dan
terlihat senang dalam membuktikan suatu teori. Pembelajaran dengan model POE, secara umum berjalan dengan baik dan mendapat respon positif dari siswa.
Respon positif peserta didik dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang menyatakan sangat setuju dan setuju.
Anderson 2002 menyatakan bahwa keterampilan proses sains merupakan bagian penting dari ilmiah penyelidikan dan mempromosikan ilmiah literasi di
kalangan siswa. Oleh karena itu, guru sains harus mahir dalam keterampilan proses sains pada banyak tingkat, dan harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman untuk mengajarkan keterampilan proses sains. Penelitian yang dilakukan Vivien 2012 menunjukkan hasil penelitian
bahwa guru memiliki pengetahuan dan pemahaman konseptual terbatas keterampilan proses sains pada saat awal proses pembelajaran. Di sisi lain,
mereka memiliki kinerja yang lebih tinggi pada keterampilan ilmu proses. Sementara mayoritas siswa tidak dapat memberikan definisi yang benar pada tes
keterampilan proses. Temuan ini memiliki implikasi untuk mengajar ilmu pengetahuan, pembelajaran dan pendidikan guru.
Penelitian yang dilakukan Karamustafaoglu 2011 untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains dan keterampilan teknologi siswa dan guru serta untuk
14 menentukan bagaimana efisiensi diagram āIā dalam mengembangkan
keterampilan proses ini. Penelitian Elvan 2010 yang ingin mengetahui bagaimana pengaruh metode
pemecahan masalah pada kemampuan keterampilan proses sains dan prestasi akademik pada mata pelajaran fisika.
Penelitian yang dilakukan Deden 2013 menyatakan bahwa penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keterampilan
proses sains,
khususnya pada
proses mengamati,
mengelompokkan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Gustina 2013 menyimpulkan bahwa pembelajaran POE dapat meningkatkan keterampilan memprediksi dan
penguasaan konsep.
15
2.3 Kerangka Berpikir