Berdasarkan Pasal 1 Kode Etik Jurnalistik bahwa wartawan indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang,
dan tidak beriktikad buruk. Penjelasan pasal tersebut menyebutkan bahwa media dikatakan independen apabila memberitakan perisitwa
atau fakta sesuai dengan hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers
http:www.kajianteori.com201502kode-etik-jurnalistik.html diakses pada 14 Mei Tahun 2016.
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers mengatakan bahwa:
a. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini
dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asa praduga tak bersalah.
b. Pers wajib melayani Hak Jawab
c. Pers wajib melayani Hak Tolak
Apabila perusahaan Pers tidak melakukan fungsi dan peran dalam pasal 5 tersebut di atas, maka dapat dikenakan sanksi sebagaimana
diatur dalam pasa 18 ayat 2 bahwa Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2, serta Pasal 13 dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah http:dpr.go.id diakses pada 20 Mei 2016. Berdasarkan
penjelasan tersebut, apabila pers dalam memberitakan peristiwa dan
opini yang tidak sesuai norma-norma agama, rasa kesusilaan dan asas praduga tak bersalah, maka pers dapat dikenakan pidana denda.
4. Netralitas dan Independensi Media
Netralitas dan independensi media menurut Jurnal Dewan Pers edisi 9 Juni 2014 memiliki pengertian sebagai sesuatu yang berimbang,
akurat, dan tidak memihak kecuali kepada kepentingan publik. Netralitas disini menunjukkan bahwa media tidak berpihak dalam
menyampaikan berita terutama terkait berita tentang konflik. Sedangkan independensi adalah kebebasan ruang redaksi dalam
memroduksi suatu berita tanpa adanya tekanan dari pihak manapun. Prinsip keadilan dan berimbang menurut Changara 2009: 88 dimana
Media cetak dan lembaga penyiaran yang menyediakan rubrik khusus untuk pemberitaan kampanye harus berlaku adil dan berimbang kepada
seluruh peserta pemilu. Pernyataan tersebut menjadi salah satu dasar keberadaan surat kabar dalam memberikan penyajian berita yang netral
dan independen. Netralitas dan independensi merupakan indikator suatu surat kabar dapat dikatakan profesional. Selain itu netralitas dan
independensi juga merupakan salah satu karakter organisasi dalam sistem politik yang demokratis.
Netralitas dan independensi media di Indonesia pada saat pelaksanaan
pemilihan kepala daerah tahun 2015 bersumber dari adanya PKPU Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2015. Isi
peraturan tersebut adalah peran media sebagai media iklan kampanye
harus memberikan prosi yang sama baik dari segi waktu dan ukuran penanyangan iklan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sikap
yang sama bagi setiap calon adil. Selain itu, peran media dalam membentuk opini publik melalui pemberitaan dan penyiaran
https:data.kpu.go.idindex.php data.kpu.go.id. diakses pada 20 Mei 2016.
Kode Etik Jurnalistik wartawan Indonesia. Pada bab II tentang cara
pemberitaan pasal 5 yang menyatakan bahwa wartawan Indonesia dalam menyajikan berita harus berimbang dan adil, mengutamakan
kecermatan dibandingkan kecepatan serta mencampuradukan fakta dari opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini wartawan agar
disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya. Kode etik tersebut tersebut mengamanatkan bahwa media harus bersikap netral
dan independen
dalam pemberitaannya
http:www.kajianteori.com201502kode-etik-jurnalistik.htmldiakses pada 14 Mei Tahun 2016.
Artinya kode etik jurnalistik wartawan Indonesia telah mengatur secara
tegas bahwa media dalam menyajikan berita harus menggunakan prinsip netralitas yaitu media harus seimbang dalam menyajikan berita
serta menjauhkan fakta dari opini wartawan. Tujuannya untuk mewujudkan kinerja wartawan agar semakin baik. Selanjutnya dalam
pelaksanaan pemilihan umum media yang netral adalah media yang