16
Sementara itu, dalam kurikulum 2004 untuk SD dan MI, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum meliputi:1 Berkomunikasi secara
efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; 2 Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
bahasa Negara; 3 Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4 Menggunakan bahasa Indonesia untuk mening-katkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan social; 5 Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
meningkat-kan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; 6 Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Tujuan dapat tercapai apabila pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip- prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pem-belajarannya, serta
menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam ke-giatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pembelajar akan belajar
bahasa dengan baik bila: 1 Diperlakukan se-bagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat; 2 Diberi kesempatan berpar-tisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif
dalam berbagai macam akti-vitas; 3 Bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa; 4
Ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran; 5 Jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya;
6 Jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka; dan 7 Jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri.
1.5 Ruang Lingkup dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
17
Berdasar Permendiknas tahun 2006 Nomor 22 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah telah dikemukakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran
Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Diharapkan pada
akhir pendidikan di SDMI, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan
buku sastra dan nonsastra.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis; 2 Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara; 3 Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4 Menggunakan bahasa Indonesia untuk mening-katkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan
sosial; 5 Menik-mati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; 6
Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
1.6 Hakikat Keterampilan Berbicara
Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan 1983:15 misalnya, mengemukakan berbicara adalah kemampuan meng-ucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menya-takan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
18
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab didalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat
digambarkan pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi merupakan terjadi pemindahan pesan dari komunikator
pembicara kepada komunikan pendengar. Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam
simbel yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan.
Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Saluran untuk memindahkan adalah udara. Selanjutnya simbol yang disalurkan
lewat udara diterima oleh komunikan. Karena simbol yang di-sampaikan itu dipahami oleh komunikan, komunikan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang
memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman mukapun dimanfaatkan dalam berbicara.
Faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilitas emosi, misalnya, tidak saja ber-pengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan
oleh alat ucap tetapi juga ber-pengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaran. Berbicara tidak terlepas dari faktor neurologis yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil
dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang berhubungan dengan makan, dan faktor liguistik yang berkaitan
19
dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap disusun menurut aturan tertentu agar bermakna.
Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial homo homine socius
agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya Stewart dan Zimmer Depdikbud, 198485:8 memandang kebutuhan akan komu-nikasi yang efektif dianggap
sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keber-hasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok. Ke-mampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan
dalam berbagai jabatan peme-rintahan, swasta, juga pendidikan. Seorang pemimpin, misalnya, perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat menggerakkan masyarakat
untuk berpartisipasi terhadap program pembangunan. Seorang pedagang perlu menguasai kete-rampilan berbicara agar dapat meyakinkan dan membujuk calon pembeli. Demi-kian
halnya pendidik, mereka dituntut menguasai keterampilan berbicara agar da-pat menyampaikan informasi dengan baik kepada anak didiknya.
1.7 Hakikat Berbicara Santun