keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, seperti: kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi
dengan lingkungan sekitar dan transportasi. C.
Keluarga Sejahtera II yaitu keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan
sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti: menabung dan memperoleh informasi.
D. Keluarga Sejahtera III yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi keseluruhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yang maksimal dan teratur bagi masyarakat dalam bentuk material, seperti: sumbangan materi untuk kepentingan sosial
kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dan lain sebagainnya.
E. Keluarga Sejahtera III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun pengembangan serta telah memberikan sumbangan
yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.www.bkkbn.go.id
2.10.2 Indikator kesejahteraan
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan, telah dikembangkan beberapa indikator operasional yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tingkat kesejahteraan akan
Universitas Sumatera Utara
digunakan beberapa indikator yang telah digunakan oleh BKKBN, adapun beberapa indikator tersebut adalah sebagai berikut :
A. Keluarga Pra Sejahtera :
Keluarga yang tidak dapat memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga sejahtera :
Keluarga Sejahtera I : 1.
Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing. 2.
Makan dua kali sehari atau lebih. 3.
Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan. 4.
Lantai rumah bukan dari tanah. 5.
Jika anak sakit dibawa ke sarana petugas kesehatan. B.
Keluarga Sejahtera II : 1.
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing-masing.
2. Minimal seminggu sekali keluarga tersebut menyediakan daging
ikan telursebagai lauk pauk. 3.
Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir. 4.
Luas lantai tiap penghuni rumah satu 8 m². 5.
Anggota keluarga sehat dalam keadaan tiga bulan terakhir, sehingga dapat menjalankan fungsi masing-masing.
6. Keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan
tetap.
Universitas Sumatera Utara
7. Bisa baca tulis latin bagi anggota keluarga dewasa yang berumur
10-60 tahun. 8.
Seluruh anak yang berumur 7-15 tahun bersekolah pada saat ini. 9.
Anak hidup dua atau lebih dan saat ini masih memakai alat kontrasepsi.
C. Keluarga Sejahtera III :
1. Keluarga mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan
agama. 2.
Keluarga mempunyai tabungan. 3.
Keluarga biasanya makan bersama minimal sekali dalam sehari. 4.
Turut serta dalam kegiatan masyarakat. 5.
Keluarga mengadakan rekreasi bersama minimal sekali dalam 6 bulan.
6. Keluarga
dapat memperoleh
berita dari
surat kabarradiotelevisimajalah.
7. Anggota keluarga dapat menggunakan sarana transportasi.
D. Keluarga Sejahtera III Plus :
1. Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela untuk kegiatan
sosial masyarakat dalam bentuk materi. 2.
Memenuhi kriteria A dan D.[10] Dengan indikator-indikator tersebut diatas yang telah ditetapkan
pemerintah dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan
Universitas Sumatera Utara
dan pembangunan keluarga sejahtera, maka penulis dapat mengetahui mana yang termasuk keluarga pra sejahtera, sejahtera I, sejahtera II dan sejahtera III serta
sejahtera III plus. www.bkkbn.go.id
2.11Kerangka Konseptual
Dalam kerangka konseptual ini menjelaskan gambaran indikator – indikator
yang akan di teliti seperti dampak konversi perkebunan ke kelapa sawit terhadap sosial dan ekonomi dalam penelitian ini aspek sosialnya yaitu tentang bagaimana
dampak konversi perkebunan karet ke kelapa sawit terhadap lingkungan dan infrastruktur, sedangkan untuk aspek ekonominya adalah tentang bagaimana
tingkat pendapatan masyarakat dan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia,sehingga nantinya dapat menjelaskan berbagai dampak yang terjadi akibat
konversi karet ke kelapa sawit Di Desa Batang Kumu.
Gambar 2.1Kerangka Konseptual
Dampak Konversi Karet Ke Kelapa Sawit
Ekonomi Sosial
Pendapatan Lingkungan
Lapangan kerja Infrastruktur
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.5 Jenis Penelitian