Nilai ekspor tahun 2008, sebesar US 6.023.295.600 dengan volume ekspor 2.283.153,8 ton, produksi dunia diperkirakan laju pertumbuhannya 2,5 pertahun
dan perdagangan dunia tumbuh 2,6 BPS, 2009.
2.6 Potensi dan Perkebangan Karet Di Indonesia
Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi produsen utama karet dunia walaupun saat ini masih kedua setelah Thailand, apabila berbagai permasalahan
utama yang dihadapi perkebunan karet dapat diatasi dan agribisnisnya dikembangkan serta dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan
potensial yang cukup besar untuk pengembangan karet terutama di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timurdan Papua.
Berdasarkan hasil penelitian karet ditanami pada elevasi 500 meter di atas permukaan laut, dan daerah beriklim kering dengan curah hujan kurang dari 1500
mmtahun. Thomas dalam Damanik, 2012 Sehingga akan menambah peluang untuk pertambahan areal pertanaman
karet, NegaraThailand, India dan China juga sedang diteliti pengembangan karet di daerah semiarid, elevasi tinggi dan daerah subtropis Vijayakumar dalam
Damanik, 2012. Disisi lain situasi perkaretan dunia beberapa tahun terahir mengalami kondisi yang sangat baik sehingga harga karet terus meningkat karena
bertambahnya permintaan khususnya karet alam, terkait kondisi harga karet dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi, maka perluasan areal perkebunan karet
Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan perlumen dapatkan dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi,
diperkirakan pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama karet dunia
Universitas Sumatera Utara
akan tercapai dengan areal perkebunan karet Indonesia mencapai 4,5 juta Ha dan mampu menghasilkan 3,3 juta ton.
Perkembangan karet alam masih mempunyai harapan untuk tetap bertahan dipasar internasional, industri pabrik ban mobil tidak selamanya memihak pada
karet sintetis,karena sebagian sifat karet alam tidak dimiliki oleh karet sintetis. Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan semakin banyaknya industri ban
radial yang harus memakai karet alam sebagai bahan bakunya, sejak dekade 1980 hingga saat ini permasalahan karet Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan
kualitas karet yang dihasilkan khususnya karet rakyat sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya 600-650 KGKKHaTahun, walaupun demikian, peranan
Indonesia sebagai produsen karet alam dunia masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen pengolahan, sehingga
produktivitas dan mutu hasil akan dapat ditingkatkan secara optimal. Perkembangan cara penyajian karet alam ternyata sangat menarik timbulnya
industri karet dengan spesifikasi teknis merupakan perkembangan yang sangat positif sebagai jawaban yang sangat nyata, demikian pula adanya cara pengepakan
yang baik akan membuka era baru penyajian karet alam, kondisi kemajuan seperti ini menyebabkan para konsumen mulai berpaling lagi ke karet alam, selain hal
tersebut di atas, kemajuan lainyang terjadi pada industri karet alam diantaranya sebagai berikut :
1. Pembuatan karet secara kimia yang menghasilkan karet tahan minyak
pelumas. 2.
Penemuan karet termo-plastik yang berasal dari campuran karet alam dan polipropilen.
Universitas Sumatera Utara
3. Perluasan penggunaan karet alam untuk pembuatan barang bukan ban.
4. Penemuan teknik pencangkokan dari lateks.
5. Perbaikan teknik eksploitasi seperti penggunaan stimulan dan
penyempurnaan alat sadap. Melalui inovasi teknologi seperti di atas secara sungguh-sungguh, bukan
tidak mungkin usaha ini akan memberikan dampak pada kenaikan harga jual dan menurunkan biaya produksi, oleh karena terdapat kecenderungan konsumen akan
kembali pada karet alam maka diperkirakan akan terjadi kekurangan penawaran karet alam, jika berpijak pada asumsi ini maka dapat disimpulkan masa depan
karet alam memiliki prospek yang cukup baik.
2.7 Perkembangan dan Luas Perkebunan Kelapa Sawit Di Provinsi Riau dan Kabupaten Rokan Hulu