3.4 Analisis Data
3.4.1 Kesesuaian kebijakan program minapolitan
Pemerintah telah menetapkan Kabupaten Gorontalo Utara sebagai salah satu pilot project kebijakan minapolitan perikanan tangkap di Indonesia. Namun
demikian, penentuan pilot project ini perlu dikaji terlebih dahulu untuk mengetahui kesesuaian kebijakan tersebut agar pelaksanaanya efektif. Analisis
kesesuaian program minapolitan didasarkan pada pedoman kebijakan minapolitan yang diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 bahwa daerah yang menjadi kawasan minapolitan memiliki persyaratan sebagai berikut : 1
kesesuaian dengan rencana strategis yaitu; rencana tata ruang wilayah RTRW, rencana zonasi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau RZWP3K, rencana
pengembangan investasi jangka menengah daerah RPIJMD, 2 memiliki komoditas unggulan dengan nilai ekonomi tinggi, 3 letak geografis kawasan
yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan produk unggulan, 4 terdapat unit produksi, pengolahan, pemasaran, permodalan dan jaringan usaha
yang aktif berproduksi, mengolah dan memasarkan yang terkosentrasi di suatu wilayah dan mempunyai mata rantai produksi dan pemasaran yang saling terkait,
5 tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, sarana dan prasarana produksi pengolahan, dan pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga
usaha dan fasilitas penyuluhan, 6 aspek kelayakan lingkungan yang meliputi daya dukung dan daya tampung lingkungan, potensi dampak negatif pada lokasi
dimasa depan, 7 komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas pengelolaan dan pengembangan, 8 keberadaan kelembagaan pemerintah
daerah yang bertanggungjawab dibidang kelautan dan perikanan, 9 ketersediaan data dan informasi penunjang tentang kondisi dan potensi kawasan.
Terpenuhi tidaknya persyaratan minapolitan tersebut bagi suatu kawasan dianalisis secara deskriptif berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama
penelitian. Hasil evaluasi ditampilkan dalam bentuk tabulasi.
3.4.2 Hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE
Penghitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui laju tangkap upaya penangkapan ikan yang didasarkan atas pembagian total hasil tangkapan catch
dengan upaya penangkapan effort. Rumus yang digunakan berdasarkan Gulland 1983 adalah sebagai berikut :
CPUE =
Keterangan : C = hasil tangkapan ton
F = upaya penangkapan trip CPUE = hasil tangkapan per upaya penangkapan tontrip
Sumberdaya ikan yang di analisis meliputi jenis ikan yang dominan tertangkap di perairan Kabupaten Gorontalo Utara yaitu ikan layang, cakalang,
tembang, teri, tuna, lemuru, selar, kembung, tongkol, kuwe, dan kerapu. 3.4.3
Standardisasi alat tangkap
Menurut Gulland 1983 jika terdapat berbagai jenis alat tangkap yang dipergunakan untuk memanfaatkan spesies ikan tertentu di suatu wilayah perairan,
maka salah satunya dapat dianggap sebagai alat tangkap yang standar, sedangkan alat tangkap lainnya distandardisasi terhadap alat tangkap tersebut. Jenis alat
tangkap yang menjadi standar memiliki nilai laju tangkapan rata-rata hasil tangkapan per unit upaya penangkapan terbesar atau merupakan jenis alat
tangkap yang paling dominan dipergunakan di suatu kawasan perairan. Tujuan dari standardisasi alat tangkap adalah untuk meyeragamkan
upaya penangkapan, karena setiap alat tangkap memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Langkah pertama dalam standardisasi yaitu menentukan nilai
CPUE terbesar dari masing-masing alat tangkap dan nilai CPUE terbesar tersebut dijadikan sebagai alat tangkap standar.
Upaya penangkapan dinyatakan sebagai jumlah seluruh satuan perkalian antara kemampuan penangkapan fishing power setiap tahun dengan satuan
waktu penangkapan atau dengan jumlah satuan operasi. Indeks kemampuan penangkapan atau Fishing Power Indeks FPI dari jenis alat tangkap standar
memiliki nilai 1,0 dan untuk jenis alat tangkap lainya memiliki nilai FPI antara