BAB II LANDASAN TEORI
A. Desa Dilihat dari Sudut Pandang Politik dan Administrasi Pemerintahan
Desa dipahami sebagai suatu daerah kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa memiliki wewenang
mengadakan pemerintahan sendiri. Pengertian ini menekankan adanya otonomi untuk membangun tata kehidupan desa bagi kepentingan penduduk,
dalam pengertian ini terdapat kesan yang kuat bahwa kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa, hanya dapat diketahui dan disediakan oleh
masyarakat desa dan bukan pihak luar Irwan dkk, 2007 : 14. Keberadaan desa secara yuridis formal diakui dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menurut ketentuan ini desa diberi pengertian sebagai berikut:
a. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan umdang- undang
b. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Dapat dikatakan bahwa yang termuat dalam undang-undang secara
jelas menempatkan desa sebagai suatu organisasi pemerintahan atau organisasi kekuasaan yang secara politis memiliki wewenang tertentu untuk
mengatur warga atau anggota komunitasnya, baik sebagai akibat posisi politisnya yang merupakan bagian dari negara atau hak asal-usul dan adat
istiadat yang dimilikinya Irwan dkk, 2007 : 15. Meskipun terjadi perubahan Undang-Undang dari UU No. 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah diubah menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, namun prinsip dasar sebagai landasan
pemikiran mengenai desa tetap yaitu : a.
Keanekaragaman, yang memiliki makna bahwa istilah Desa dapat disesuaikan dengan asal usul dan kondisi sosial budaya masyarakat
setempat b.
Partisipasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat
agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga Desa
c. Otonomi asli, memiliki makna bahwa sebelum Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdiri, desa sudah ada terlebih dahulu bahkan sejak zaman penjajahan sehingga otonomi asli hanya dimiliki oleh desa saja,
bukan oleh Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten. d.
Demokratisasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di desa harus mengakomodasi aspirasi
masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD e.
Pemberdayaan masyarakat, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di desa ditujukan untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
B. Pemerintahan Desa