mengemukakan bahwa penilaian terhadap layanan bimbingan kelompok lebih bersifat “dalam proses”, hal ini dapat dilakukan melalui:
1. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan
berlangsung. 2.
Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas 3.
Mengungkapkan kegunaan layanan bagi anggota kelompok, dan perolehan anggota sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.
4. Mengungkapkan minat dan sikap anggota kelompok tentang
kemungkinan kegiatan lanjutan. 5.
Mengungkapkan tentang kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan layanan.
Dari uraian penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dan penilaian layanan kegiatan bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis,
baik melalui essay, daftar cek, daftar isian sederhana, serta ungkapan perasaan secaralangsung pada setiap akhir pertemuan. Evaluasi dan penilaian layanan
bimbingan kelompok dalam penelitian ini digunakan sebagai titik ukur untuk melihat seberapa besar pemahaman dan perkembangan siswa mengenai hubungan
sosial antar teman sebaya dalam setiap pertemuan. Berdasakan penjelasan yang telah disampaiakan tentang hubungan sosial
antar teman sebaya maka untuk selanjutnya akan dijelaskan tentang upaya meningkatkan hubungan sosial antar teman sebaya melalui layanan bimbingan
kelompok.
2.4 Upaya Meningkatkan Hubungan Sosial Antar Teman Sebaya
Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Wonopringgo Pekalongan.
Upaya individu dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui proses sosial, Sebagai manusia yang sedang tumbuh dan
berkembang remaja terus melakukan interaksi sosial baik antara remaja maupun terhadap lingkungan lain. Salah satu tugas dari perkembangan masa remaja yang
tersulit adalah hubungan dengan penyesuaian sosial Hurlock, 1990: 213, remaja harus menyesuaiakan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya
belum pernah ada dan harus menyesuaiakan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah.
Pada usia remaja kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupannya. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai
anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok
teman sebaya. Remaja akan merasa sangat menderita manakala suatu saat tidak diterima atau bahkan diasingkan oleh kelompok teman sebayanya. Penderitaannya
akan lebih mendalam dari pada tidak diterima oleh keluarganya sendiri. Kohesivitas kelompok sangat kuat dan toleransi antar anggota kelompok sangat
tinggi. Di sekolah siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lainya. Siswa sebagai peserta didik yang berada dalam proses perkembangan dan proses pembentukan kepribadian membutuhkan hubungan
sosial yang baik dengan lingkungan, seperti memiliki sahabat dekat, dipercaya dalam posisi tanggung jawab tertentu, memiliki penyesuaian sosial yang baik,
berinteraksi dengan teman sebaya, memiliki keterampilan sosial yang baik, sehingga dapat melakukan kontak sosial yang berkaitan dengan kerjasama yang
baik dengan orang lain dan dapat melakukan komunikasi dengan efektif baik verbal maupun non verbal.
Peserta didik sebagai pribadi yang berbeda sering terjadi perubahan tingkah laku yang negatif seperti timbul kurang kerjasama kontak sosial siswa,
komunikasi yang kurang efekti sehingga sering timbul perselisihan, hal itu dapat menimbulkan masalah yang berhubungan dengan interaksi sosial dilingkungan
sekolah. Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang mengandung unsur
psikopaedagogis yang memanfaatkan dinamika kelompok, dengan jumlah anggota kelompok dibatasi 10-15 orang, sehingga memungkinkan pemimpin kelompok
dapat melakukan pendekatan personal, serta dilakukan secara berkesinambungan yang berisi pemberian informasi tentang cara meningkatkan hubungan sosial
secara lebih mendalam. Hal ini senada dengan pendapat Romlah 2001: 3 yang menyatakan bahwa kegiatan bimbingan kelompok ini merupakan penyampaian
informasi yang tepat mengenai masalah pendidikan, pemahaman pribadi, dan masalah hubungan antar pribadi. Informasi tersebut diberikan dengan tujuan untuk
memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri individu dan pemahaman terhadap orang lain
.
Prayitno 1995: 178 menjelaskan bahwa tujuan umum bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan bersosialisasi siswa khususya
kemampuan berkomunikasi peserta layanan, sedangkan tujuan khusus bimbingan kelompok adalah membahas topik-topik tertentu mengandung permasalahan
aktual, serta melatih individu untuk mampu berbicara di depan orang banyak,
mengeluarkan pendapat, ide
,
saran, tanggapan, perasaan, mampu bertenggang rasa, menghargai pendapat orang lain, mengendalikan emosi, serta bertanggung
jawab atas pendapat yang dikemukakannya. Bimbingan kelompok diduga merupakan layanan yang tepat untuk
memberikan konstribusi pada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi terutama masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial, karena masalah
tersebut yang harus secepatnya ditangani agar tidak menghambat siswa dalam belajar dan proses sosial disekolah. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok,
siswa sebagai anggota kelompok akan mempunyai hak yang sama untuk melatih diri dalam mengemukakan pendapatnya, membahas topik masalah secara tuntas,
saling menukar informasi, memberi saran, berbagi pengalaman dan diskusi, sehingga dapat dijadikan tempat untuk meningkatkan hubungan sosial siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok diduga dapat digunakan sebagai tempat untuk meningkatkan hubungan sosial
antar teman sebaya di sekolah.
2.5 Kerangka Berfikir Pelaksanaan Layanan Bimbingan