Hubungan Sosial Antar Teman Sebaya

negatif dari hasil penerimaan maupun penolakan teman sebaya itu. Arti penting penerimaan dan penolakan teman sebaya ini kaitannya dengan penelitian adalah sebagai bahan referensi peneliti untuk meningkatkan hubungan sosial siswa dengan teman sebayanya.

2.2.3 Hubungan Sosial Antar Teman Sebaya

Perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktu remaja dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. Berbeda halnya dengan masa anak-anak, hubungan teman sebaya remaja lebih didasarkan pada hubungan persahabatan. Menurut Bloss dalam Desmita, 2009: 220 pembentukan persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek-aspek pengendalian psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri sendiri dan munculnya phallic conflicts. Erikson dalam Desmita, 2009: 220 memandang tren perkembangan ini dari perspektif normative-life-crisis, dimana teman memberikan feedback dan informasi yang konstruktif tentang self-definision dan penerimaan komitmen. Pada prinsipnya hubungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan remaja. Menurut Alisyahbana dalam Ali dan Asroi, 2005: 85 „hubungan sosial diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orang- orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Sedangkan menurut Sunarto dan Hartono 2002: 126 menjelaskan bahwa „hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan, dimana setiap individu berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik kelompok kecil maupun kelompok masyarakat luas‟. Syamsu dalam Yusuf, 2006: 122 juga mengemukakan bahwa „hubungan sosial adalah cara individu dalam menyesuaikan diri terhadap norma- norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan saling komunikasi dan bekerja sama‟. Berdasarkan pada pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas mengenai pengertian hubungan sosial maka dapat dipahami bahwa hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya, dimana setiap individu berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, baik norma- norma kelompok, moral, maupun tradisi. Pentingnya teman sebaya dalam perkembangan sosial remaja diketahui satu contoh klasik pada literatur psikologi. Dua ahli teori yang berpengaruh, yaitu Piaget dan Sullivan dalam Desmita, 2009: 220, menekankan bahwa melalui hubungan teman sebaya anak dan remaja belajar tentang hubungan timbal balik yang simetris. Anak mempelajari prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan teman sebaya. Mereka juga mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan. Studi-studi kontemporer tentang remaja, juga menunjukan bahwa hubungan yang positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian yang positif Santrock dalam Desmita, 2009: 220. Hartup dalam Desmita, 2009: 220 mencatat bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-fungsi sosial psikologis yang penting bagi remaja. Bahkan dalam studi lain ditemukan bahwa hubungan teman sebaya yang harmonis selama masa remaja, dihubungan dengan kesehatan mental yang positif pada usia setengah baya Hightower dalam Desmita, 2009: 220. Enam fungsi positif dari teman sebaya menurut Kelly dan Hansen dalam Desmita, 2009: 220 yaitu: 1 Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi dengan teman sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan-pertentangan dengan cara-cara yang lain selain dengan tindakan agresi langsung. 2 Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru mereka. Dorongan yang diperoleh remaja dari teman-teman sebaya mereka akan menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka. 3 Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara- cara yang lebih matang. Melalui percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka memecahkan masalah. 4 Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin. Sikap-sikap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin terutama dibentuk melalui interaksi dengan teman sebaya. Remaja belajar mengenai tingkah laku dan sikap-sikap yang mereka asosiasikan dengan menjadi laki-laki dan perempuan muda. 5 Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Umumnya orang dewasa mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang apa yang benar dan apa yang salah. Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba menggambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar. Proses mengevaluasi ini dapat membantu remaja mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka. 6 Menigkatkan harga diri self-esteem Menjadi orang yang disukai oleh sejumlah besar teman-teman sebayanya membuat remaja merasa enak atau senang tentang dirinya. Sejumlah ahli teori lain menekankan pengaruh negatif dari teman sebaya terhadap perkembangan anak-anak dan remaja. Bagi sebagian anak dan remaja, ditolak atau diabaikan oleh teman sebaya, menyebabkan munculnya perasaan kesepian atau permusuhan. Di samping itu, penolakan oleh teman sebaya dihubungkan dengan kesehatan mental dan problem kejahatan. Sejumlah ahli teori juga menjelaskan budaya teman sebaya remaja merupakan suatu bentuk kejahatan yang merusak nilai-nilai dan kontrol orang tua. Lebih dari itu, teman sebaya dapat memperkenalkan remaja pada alkohol, obat-obatan narkoba, kenakalan, dan berbagai bentuk perilaku yang dipandang orang dewasa sebagai mala daptif Santrock dalam Desmita, 2009: 221. Meskipun selama masa remaja kelompok teman sebaya memberikan pengaruh yang besar, namun orang tua tetap memainkan peranan yang penting dalam kehidupan remaja, hal ini karena hubungan dengan teman sebaya memberikan pemunuhan akan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dalam perkembangan remaja Savin-williams Berndt dalam Desmita, 2009:222. Misalnya dalam hal kemajuan sekolah da rencana karier misalnya, remaja sering bercerita dengan orang tuanya. Orang tua menjadi sumber penting yang mengarahkan dan menyetujui dalam pembentukan tata nilai dan tujuan-tujuan masa depan. Sedangkan dengan teman sebaya remaja belajar tentang hubungan- hubungan sosial diluar keluarga. Mereka berbicara tentang pengalaman- pengalaman dan minat-minat yang lebih bersifat pribadi., sepert masalah pacaran dan pandangan-pandangan tentang seksualitas. Dalam masalah-masalah yang menjadi minat pribadinya ini umumnya remaja merasa lebih enak berbicara dengan teman-teman sebayanya. Mereka percaya bahwa teman sebaya akan memahami perasaan-perasaan mereka dengan lebih baik dibandingkan dengan orang-orang dewasa. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial antar teman sebaya diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi atau berinteraksi terhadap teman-teman sebaya disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya, dimana setiap individu berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan kehidupan sosial teman sebaya, baik norma-norma kelompok, moral, maupun tradisi. Penerimaan atau penolakan kelompok teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pikiran, sikap, perasaan, perbuatan-perbuatan dan penyesuaian diri remaja. Akibat langsung dari penerimaan teman sebaya bagi seseorang remaja adalah adanya rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan bagi kelompoknya. Hal yang demikian ini akan menimbulkan rasa senang, gembira, puas bahkan rasa bahagia. Hal yang sebaliknya dapat terjadi bagi remaja yang ditolak oleh kelompoknya yakni adanya frustasi yang menimbulkan rasa kecewa akibat penolakan atau pengabaian itu.

2.3 Layanan bimbingan kelompok