menyebabkan suku bunga riil dalam negeri menjadi lebih rendah. Hal ini aliran modal keluar negeri, yang pada gilirannya akan menambah tekanan kepada neraca
pembayaran. Berbeda dengan kebijakan moneter ekspansif, kebijakan moneter
kontraktif dilakukan terutama untuk menjaga kestabilan harga. Selain itu, apabila suatu negara mengalami tekanan neraca pembayaran, kebijakan moneter tersebut
juga dapat membantu mengatasi masalah neraca pembayaran yang dihadapi. Hal ini jika kebijakan moneter tersebut dapat menekan inflasi sedemikian rupa
sehingga meningkatkan daya saing produksi dalam negeri terhadap barang impor dan daya saing barang ekspor di pasaran internasional. Selain itu, penurunan
tingkat inflasi dapat meningkatkan suku bunga riil dalam negeri sehingga dapat mencegah pengaliran modal ke luar negeri Mishkin, 2001.
2.2. Mekanisme Kebijakan Moneter
Mekanisme kebijakan moneter merupakan jalur yang dilalui oleh suatu kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian, terutama
pendapatan nasional Hakim, 2004. Kebijakan moneter di suatu negara menggunakan suatu instrumen moneter yang akan mempengaruhi sasaran antara
untuk mencapai sasaran akhir berupa pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga. Instrumen yang dimiliki Bank Sentral terdiri dari pengelolaan penawaran uang,
tingkat suku bunga dan cadangan minimum perbankan.
Tabel 2.1. Mekanisme Transmisi Standar
Instrumen Sasaran Operasional
Sasaran Antara Sasaran Akhir
1. OPT melalui penjualan surat
berharga 2. Cadangan
minimum bank 3. Kebijakan diskonto
1. Uang Primer 2. Tingkat suku
bunga SBI; PUAB
1. Uang beredar M2 dan M3
2. Kredit perbankan 3. Nilai tukar
1. Pendapatan 2. Inflasi
Sumber : Hakim 2004
Instrumen kebijakan
moter terdiri dari tiga jenis Tabel 2.1 yaitu operasi
pasar terbuka, cadangan minimum bank dan kebijakan diskonto. Berikut adalah penjelasan ketiga instrumen tersebut, antara lain:
1. Operasi Pasar Terbuka OPT Operasi Pasar Terbuka Mishkin, 2001 merupakan intervensi yang
dilakukan bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan membeli atau menjual surat berharga, seperti Sertifat Bank Indonesia SBI dan
Surat Berharga Pasar Uang SBPU. SBI merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sedangka SBPU diterbitkan oleh bank atau
perusahaan. Kedua instrumen ini dikeluarkan pada saat Bank Sentral ingin membekukan likuiditas.
SBI sebagai surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia digunakan untuk melakukan operasi moneter secara tidak langsung. Selain itu,
SBI dapat digunakan untuk mengatur likuiditas jangka pendek dari bank, perusahaan atau masyarakat. Suku bunga SBI merupakan indikator yang terbaik
dalam kebijakan moneter dan terkadang digunakan sebagai alternatif investasi Warjiyo dan Agung, 2002. Bank sentral akan melakukan kebijakan moneter
yang bersifat kontraksi dengan menjual surat berharga dan melakukan kebijakan ekspansi dengan membeli surat berharga.
Terdapat beberapa keuntungan kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen pasar terbuka Mishkin, 2001, diantaranya adalah 1 OPT merupakan
kebijakan moneter yang muncul atas inisiatif dari bank sentral untuk mengontrol jumlah uang beredar; 2 OPT dapat digunakan secara luas, fleksibel dan tepat; 3
OPT sangat mudah dikoreksi atau dibetulkan bila ada kesalahan dalam pengambilan suatu kebijakan; dan 4 OPT dapat diterapkan secara cepat.
2. Giro Wajib Minimum Giro Wajib Minimum GWM atau cadangan minimum bank merupakan
dana yang harus disimpan oleh perbankan pada bank sentral. Besarnya GWM merupakan cerminan dari kebijakan bank sentral dalam menentukan besarnya
jumlah uang yang beredar. GWM jarang digunakan sebagai instruman kebijakan. Kelebihan dengan menggunakan instruman GWM Mishkin, 2001 adalah
memiliki dampak yang sama ke semua bank dan sangat berpengaruh terhadap jumlah uang beredar. Kekurangan penggunaan GWM secara cepat akan
mengakibatkan masalah likuiditas bagi bank-bank yang memiliki excess reserves yang rendah.
3. Tingkat Diskonto Tingkat diskonto merupakan suatu kebijakan untuk mengendalikan uang
beredar dengan merubah tingkat suku bunga. Namun kebijakan ini jarang digunakan. Kebijakan ini hanya dipakai oleh bank, berkaitan dengan fungsi bank
sebagai lender of the last resort, artinya bank sentral sebagai alternatif terakhir
bagi bank untuk memperoleh dana jika kekurangan likuiditas. Biasanya Bank Indonesia akan mengenakan suku bunga diatas rat-rata.
Kekurangan menggunakan instrumen ini sebagai kebijakan moneter Mishkin, 2001, yaitu 1 menimbulkan kebingungan bagi bank sentral untuk
menetapkan tujuannya ketika perubahan tingkat diskonto diumumkan, dan 2 ketika bank sentral menetapkan tingkat diskonto pada level tertentu, akan terjadi
fluktuasi antara suku bunga pasar dengan tingkat diskonto i-i
d
sebagai perubahan suku bunga pasar.
Diantara ketiga instrumen tersebut, OPT yang sering digunakan oleh Bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar Mishkin, 2001.
Instrumen ini akan mempengaruhi sasaran operasional melalui perubahan uang primer atau perubahan tingkat suku bunga baik suku bunga antar PUAB ataupun
suku bunga federal. Kemudian, secara efektif sasaran operasional akan berpengaruh terhadap sasaran antara berupa uang beredar, kredit perbankan
ataupun nilai tukar. Pada akhirnya, kebijakan moneter akan mencapai sasaran akhir berupa pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan peningkatan pendapatan
ataupun inflasi.
2.3. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter