15
2.8 Respon Imun terhadap Infeksi Virus
Kresno 2001 menyatakan bahwa virus mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu: 1 Dapat menginfeksi jaringan tanpa menimbulkan respon inflamasi; 2
Dapat berkembang biak dalam sel penyaji tanpa merusaknya; 3 Ada kalanya
mengganggu fungsi khusus sel yang terinfeksi tanpa merusaknya secara nyata; 4 Kadang-kadang virus merusak sel atau mengganggu perkembangan sel kemudian
menghilang dari tubuh. Respon imun terhadap infeksi virus melibatkan respon nonspesifik
maupun spesifik. Ada 2 mekanisme utama respon non-spesifik terhadap virus yaitu: 1 Infeksi virus secara langsung merangsang produksi IFN Interferon oleh
sel-sel terinfeksi; IFN berfungsi menghambat replikasi virus; 2 Sel NK natural killer
melisiskan berbagai jenis sel terinfeksi virus. Sel NK natural killer mampu melisiskan sel terinfeksi virus, walaupun virus menghambat presentasi
antigen dan ekspresi MHC I, karena sel NK cenderung diaktivasi oleh sasaran yang MHC-negatif. Antibodi spesifik mempunyai peranan penting pada awal
terjadinya infeksi, dimana ia dapat menetralkan antigen virus dan melawan virus sitopatik yang dilepaskan oleh sel yang mengalami lisis Kresno 2001.
2.9 Interaksi antara Antigen dan Antibodi
Proses netralisasi dapat terjadi apabila antigen dikenali oleh antibodi. Bagian antigen yang dikenal atau bereaksi dengan antibodi disebut epitop,
sedangkan bagian antibodi yang dapat mengenali antigen disebut paratop. Wibawan et al. 2003 menyatakan bahwa antibodi selalu bersifat spesifik
terhadap antigen tertentu. Sebagai contoh, a paratop antibodi 1 hanya dapat berikatan dengan Epitop antigen I, b Paratop antibodi 2 hanya dapat berikatan
dengan Epitop antigen 2. Keadaan seperti contoh di atas disebut homolog, jadi antibodi 1 homolog dengan antigen 1 dan antibodi 2 homolog dengan antigen 2.
jika antibodi tidak dapat mengenal antigen maka disebut antibodi dan antigen tersebut heterolog, jadi antibodi 1 heterolog terhadap antigen 2 dan antibodi 2
heterolog terhadap antigen 1. Antigen dapat memiliki lebih dari satu epitop, sehingga tubuh dapat
membentuk antibodi terhadap epitop-epitop tersebut. Apabila seluruh antigen
16 disuntikkan ke hewan percobaan, maka di dalam serum hewan tersebut akan
diperoleh antibodi yang dapat berinteraksi terhadap banyak epitop antigen. Antibodi yang demikian disebut antibodi poliklonal. Sedangkan antibodi
monoklonal adalah antibodi yang hanya berikatan dengan satu epitop antigen. Antibodi merupakan suatu produk sel yang dihasilkan oleh sel limfosit B dan
bereaksi spesifik khas terhadap antigen tertentu Wibawan et al. 2003. Antigen dapat dinetralkan dengan cara, antibodi membuat antigen tersebut
menjadi tidak larut di dalam tubuh, karena antigen hanya dapat menimbulkan efek dalam tubuh jika ia larut. Dalam perannya sebagai penetral antigen, maka antibodi
berfungsi sebagai persipitin yang mengendapkan antigen, aglutinin yang menggumpal antigen, inhibin yang menghambat perlekatan antigen antigen
dengan sel target serta sebagai apsonin atau saus agar antigen lebih mudah
difagosit Wibawan et al. 2003.
2.10 Agar Gel Presipitation Test AGPT