1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ikan koi berasal dari negara ”tirai bambu” Jepang. Di Jepang ikan ini lebih dikenal dengan nama Nishikigoi. Ikan koi merupakan ikan hias air tawar yang
memiliki bentuk badan seperti torpedo dengan berbagai variasi warna dan termasuk golongan omnivora. Selain keanekaragaman warna, pola, serta bentuk
tubuh yang unik, ikan koi juga memiliki ketahanan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Kondisi kesehatan ikan koi sangat ditentukan oleh faktor kepadatan
ikan, air, kondisi lingkungan, parasit dan kondisi kesehatan ikan itu sendiri Effendy dan Hersanto 1993. Ikan koi memiliki sepuluh keistimewaan yaitu
merupakan karya seni jepang, raja ikan hias air tawar, ikan pemberani dan tidak takut terhadap apapun, lemah lembut dan jinak, tidak memilih perawat, mudah
menerima pakan, mudah menyesuaikan diri,murah namun indah, warna-warninya
beragam serta bisa menjadi teman seumur hidup Susanto 2002.
Walaupun harga ikan koi relatif mahal, tetapi karena bernilai estetika tinggi menyebabkan banyak sekali orang yang menggemari ikan koi. Oleh karena
itu, ikan koi menjadi komoditi yang sangat prospektif untuk dikembangkan. Selain sebagai alternatif hiburan dan pelepasan stress, ikan koi juga sudah
memiliki kontes resmi yang dilombakan baik domestik maupun internasional. Hal
ini semakin menambah nilai ekonomi dari ikan koi tersebut.
Namun demikian pengembangan ikan koi dewasa ini mengalami gangguan yang sangat berarti. Ratusan hingga ribuan ikan koi mengalami kematian akibat
virus KHV Koi Herpesvirus. Sampai saat ini belum ditemukan cara efektif untuk memberantas KHV Koi Herpesvirus karena informasi patogenitas KHV Koi
Herpesvirus masih sangat terbatas. KHV Koi Herpesvirus ini mampu
menyebabkan kematian pada peternakan ikan koi dengan persentase yang sangat luar biasa yaitu mencapai 95 dan hal ini hanya membutuhkan waktu satu
minggu karena masa inkubasi virus ini yang sangat cepat yaitu maksimal 7 hari Davenport 2001. Kerugian ekonomi yang telah disebabkan KHV Koi
Herpesvirus diperkirakan mencapai ratusan miliar. KHV Koi Herpesvirus
pertama kali menyerang daerah Blitar pada tahun 2002. Meskipun penyebaran KHV Koi Herpesvirus ini cepat yaitu 10-30 kmmg menurut Departemen
2 Kelautan dan Perikanan 2002, tetapi KHV Koi Herpesvirus tidak menular pada
manusia.
Pemanfaatan imunoglobulin Y IgY unggas sebagai kekebalan pasif khususnya untuk pencegahan dan pengobatan sudah banyak dilakukan. Antibodi
asal kuning telur IgY dapat digunakan sebagai imunoterapi untuk memberikan kekebalan pasif pada tubuh Li-Chan 2000. Dibandingkan dengan menggunakan
mamalia seperti kelinci, mencit putih, tikus, babi, dan hewan mamalia besar seperti kuda, kambing, domba dan sapi yang memproduksi imunoglobulin G
IgG, maka ayam petelur sebagai produsen antibodi imunoglobulin Y IgY memiliki potensi yang lebih efektif. Prosedur produksi antibodi pada mamalia
menyebabkan hewan mengalami cekaman stress. Cekaman terjadi saat melakukan imunisasi pada hewan dan pengambilan darah untuk memanen
antibodi. Berkenaan dengan animal welfare dan juga efisiensi biaya, penggunaan telur untuk memproduksi antibodi lebih bisa diterima dibandingkan dengan
penggunaan hewan percobaan Svendsen dan Hau 1995.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon imun ayam Single Comb Brown Leghorn
terhadap Koi Herpesvirus dengan dua metode aplikasi penyuntikan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Koi