Analisis biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi studi kasus UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang

(1)

(Studi Kasus : UKM Wingko Babat

Cap Kapal Terbang Semarang)

Oleh

WINDA AYUBUDI WULAN KSHESHARIANI

H24070035

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus: UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

UKM Wingko Cap Kapal Terbang merupakan salah satu UKM yang memproduksi makanan khas Kota Semarang yaitu wingko. Selama ini UKM Wingko CKT belum mengelola biaya produksinya dengan baik. Biaya produksi yang tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan kerugian. Pengendalian biaya diperlukan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan efisien. Pengendalian dilakukan dengan membandingkan biaya standar dengan biaya aktual.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui penerapan biaya standar untuk bahan

baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik di UKM Wingko CKT. (2) Menganalisis varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual pada UKM

Wingko CKT. (3) Mengevaluasi varians yang terjadi apakah masih dalam batas pengendalian manajemen UKM Wingko CKT. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data historis UKM Wingko CKT, studi literatur, karangan ilmiah, dan referensi lain yang relevan dengan penelitian ini. Analisis yang digunakan adalah analisis varians biaya standar. Alat pengolah data yang digunakan yaitu Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa standar biaya produksi di UKM Wingko CKT terdiri dari standar biaya bahan baku langsung, standar biaya tenaga kerja langsung, dan standar biaya overhead pabrik. Biaya standar yang diterapkan dalam satu kali produksi untuk bahan baku kelapa sebesar Rp. 144.000, gula pasir Rp. 42.000, tepung ketan Rp. 28.500, mentega Rp. 3.500, nangka Rp. 2.500, durian Rp. 3.750, dan gula jawa sebesar Rp. 2.500. Tarif upah standar tenaga kerja langsung per jam sebesar Rp. 8.150 dengan jam TKL standar selama tiga jam. Biaya standar overhead variabel pabrik dalam satu bulan selama bulan Desember 2010 yaitu biaya kemasan berlogo sebesar Rp. 1.312.500, kertas minyak sebesar Rp. 210.000, gas Rp. 405.000, dan air sebesar Rp. 540.000. Biaya overhead tetap berupa tarif penyusutan oven sebesar Rp. 500 per harinya.

Analisis varians digunakan untuk menghitung varians yang terjadi antara biaya standar dan biaya aktual dari BBL, TKL, dan OHP. Dari hasil analisis varians diketahui bahwa kelapa memiliki varians unfavorable -1,06 %. Gula pasir memiliki varians

unfavorable -0,79 %. Pada tepung ketan terjadi varians unfavorable -12,82 %. Varians

unfavorable juga terjadi pada mentega sebesar -14,67 %. Pada nangka terjadi varians

unfavorable -28,76 %. Durian memiliki varians unfavorable -54,80 %. Sedangkan pada gula jawa terjadi varians favorable -8,13 %. Hasil analisis varians untuk TKL menunjukkan bahwa tarif TKL memiliki varians favorable 18,3 %. Efisiensi TKL memiliki varians unfavorable -26,7 %. Hasil analisis varians overhead variabel menunjukkan bahwa pada biaya kemasan berlogo terjadi varians favorable 0,6 %. Biaya kertas minyak memiliki varians unfavorable -42,9 %. Biaya gas terjadi varians favorable 13,6 %. Terakhir analisis dilakukan pada air yang memiliki varians favorable 50 %. Pada biaya overhead tetap variabel tidak terjadi varians.

Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji t, disimpulkan bahwa varians untuk BBL yang masih dalam batas pengendalian yaitu kelapa, gula pasir, tepung ketan, mentega, dan gula jawa. Sedangkan varians yang diluar batas pengendalian yaitu nangka dan durian. Uji hipotesis pada varians TKL terhadap tarif masih dalam batas pengendalian, sedangkan untuk efisiensi diluar batas pengendalian. Varians yang terjadi pada OHP tidak dilakukan uji menggunakan uji t karena data dihitung selama satu bulan selama bulan Desember 2010.


(3)

(Studi Kasus : UKM Wingko Babat

Cap Kapal Terbang Semarang)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir

untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

WINDA AYUBUDI WULAN KSHESHARIANI

H24070035

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

Nama : Winda Ayubudi Wulan Ksheshariani NIM : H24070035

Menyetujui, Pembimbing

(Farida Ratna Dewi, S.E., M.M.) NIP: 19710307 200501 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen :

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP: 19610123 198601 1 002


(5)

iv

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1990 di Semarang Jawa Tengah dan dibesarkan di Semarang Jawa Tengah. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Winarno Hargyantoro, S.H. dan Endang Saptarini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri Sompok 1 Unggulan Semarang kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Semarang dan Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 1 Semarang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB pada tahun 2007.

Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif dalam organisasi dan kegiatan di kampus IPB diantaranya menjadi Wakil Ketua Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Patra Atlas IPB. Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen seperti Pujangga dan Espresso. Penulis pernah melaksanakan magang di PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.


(6)

v

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat, dan pertolongan-Nya mampu menyelesaikan Skripsi dengan judul

“Analisis Biaya Standar sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus: UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini membahas tentang analisis penyimpangan yang terjadi antara biaya standar yang seharusnya terjadi dengan biaya aktual yang sebenarnya terjadi pada proses produksi wingko di UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang di Semarang. Analisis varians biaya standar diperhitungkan dengan menggunakan metode analisis varians biaya standar dan uji t.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Maret 2011


(7)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Kedua orangtua tercinta, Winarno Hargyantoro, S.H. dan Endang Saptarini atas semua dukungan, bantuan, dan kasih sayang yang tak terhingga. 2. Ibu Farida Ratna Dewi, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu, memberikan dukungan, koreksi, saran, motivasi, dan memberikan pengarahan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, M.E. dan Ibu Ir. Anggraini Sukmawati, M.M. yang telah memberikan saran dalam skripsi ini.

4. Bapak Edi Sulistyono dan Ibu Djuliana dari UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang yang telah membantu dalam memperoleh data penelitian dan memberikan banyak informasi serta pengetahuan mengenai praktik usaha UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang.

5. Seluruh karyawan di UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang atas segala bantuan dalam proses penelitian.

6. Seluruh staf pengajar dan staf penunjang Departemen Manajemen yang telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas dan mempermudah proses dalam penelitian penulis.

7. Andrea Emma Pravitasari, S.P., M.Si yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Teman-teman satu bimbingan (Mevi Flaviana, Indrajit Wicaksana, Dian

Yudo Palupi, Q Ahmada, dan Brilian Agung) yang telah memberikan banyak masukan, semangat, dan bertukar pikiran mengenai skripsi ini.


(8)

vii skripsi ini.

10.Sahabat Patra Atlas IPB (Dela Ayu, Satria Asa Negara, Gunar Widiyanto, Mba Uci, Mas Ardhinta, dan Mas Rozak Ade) yang telah mengajarkan arti persaudaraan dan memberikan semangat kepada penulis.

11.Teman-teman satu atap Shambala Girls di Wisma Shambala 1 (Rice Septiyani, As Syifa Vivekananda, Seny, Dini, Woro, Nidaa, dan Shambala Girls lainnya).

12.Dani, Liena, Norvi, Leily, dan seluruh teman-teman Manajemen 44 atas kebersamaan yang mewarnai hari-hari di Manajemen dan memberikan kenangan yang tidak akan terlupakan.

13.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu selama penyusunan skripsi ini.

Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah didapatkan penulis. Tidak hanya terkait dalam bidang penelitian, tetapi juga berbagai masukan bagi pengembangan diri penulis, terutama pembentukan attitude dan softskills yang baik.

Akhir kata pada skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Bogor, Maret 2011


(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

1.5.Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya ... 5

2.1.1. Pengertian Biaya ... 5

2.1.2. Jenis-jenis Biaya ... 5

2.2. Konsep Biaya Produksi ... 7

2.2.1. Pengertian Biaya Produksi ... 7

2.2.2. Jenis-jenis Biaya Produksi ... 7

2.3. Konsep Biaya Standar ... 8

2.3.1. Pengertian Biaya Standar ... 8

2.3.2. Tipe-tipe Standar ... 9

2.3.3. Tujuan Penetapan Biaya Standar ... 9

2.3.4. Penentuan Biaya Standar ... 9

2.4. Konsep Pengendalian ... 11

2.5. Analisis Varians ... 12

2.6. Usaha Kecil dan Menengah ... 15

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu ... 17

III.METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ... 19

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.3. Pengumpulan Data ... 21

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 21

3.4.1. Metode Analisis Data ... 21


(10)

ix

3.4.3. Uji Hipotesis ... 25

3.4.4. Analisis Deskriptif ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 27

4.1.1. Sejarah UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang ... 27

4.1.2. Tujuan dan Struktur Organisasi ... 28

4.2. Proses Produksi Wingko ... 29

4.3. Penentuan Biaya Standar ... 32

4.4. Biaya Produksi ... 34

4.4.1. Bahan Baku Langsung ... 34

4.4.2. Tenaga Kerja Langsung ... 35

4.4.3. Overhead Pabrik ... 36

4.5. Penetapan Standar ... 37

4.6. Analisis Varians ... 39

4.6.1. Analisis Varians Bahan Baku Langsung ... 39

4.6.2. Analisis Varians Tenaga Kerja Langsung ... 49

4.6.3. Analisis Varians Overhead ... 50

4.7. Uji Hipotesis ... 54

4.7.1. Uji Hipotesis Bahan Baku Langsung... 54

4.7.2. Uji Hipotesis Tenaga Kerja Langsung... 58

4.7.3. Uji Hipotesis Overhead ... 59

4.8. Implikasi Manajerial ... 59

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 61

2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(11)

x

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah per Kabupaten/ Kota Diperinci menurut Lapangan Usaha Industri di Jawa Tengah

Tahun 2005-2008... 3 2. Komposisi Bahan Baku Wingko per Produksi... 34 3. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Produksi Wingko per Produksi 35 4. Overhead Variabel Produksi Wingko Desember 2010... 36 5. Standar Harga Beli Bahan Baku Wingko Bulan Desember 2010... 38 6. Kuantitas Standar Bahan Baku Wingko per Produksi... 39 7. Analisis Varians Rata-Rata Harga Bahan Baku Langsung UKM

Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 40 8. Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Bahan Baku Langsung UKM

Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 43 9. Analisis Varians Total Rata-Rata Bahan Baku Langsung UKM

Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 46 10. Analisis Varians Rata-Rata Tarif Tenaga Kerja Langsung UKM

Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 49 11. Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Tenaga Kerja Langsung UKM

Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 50 12. Analisis Varians Pengeluaran Overhead Variabel Produksi Wingko

Selama Bulan Desember 2010... 51 13. Analisis Varians Efisiensi Overhead Variabel Produksi Wingko


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 20 2. Proses Produksi Wingko... 31


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner Wawancara... 64

2. Struktur Organisasi UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang... 66

3. Realisasi Harga Beli Bahan Baku Wingko Bulan Desember 2010... 67

4. Realisasi Kuantitas Bahan Baku Wingko Bulan Desember 2010... 68

5. Analisis Varians Harga Bahan Baku Kelapa UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 69

6. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Kelapa UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 70

7. Analisis Varians Harga Bahan Baku Gula Pasir UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 71

8. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Gula Pasir UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 72

9. Analisis Varians Harga Bahan Baku Tepung Ketan UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 73

10. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Tepung Ketan UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 74

11. Analisis Varians Harga Bahan Baku Mentega UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 75

12. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Mentega UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 76

13. Analisis Varians Harga Bahan Baku Nangka UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 77

14. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Nangka UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 78

15. Analisis Varians Harga Bahan Baku Durian UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 79

16. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Durian UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 80

17. Analisis Varians Harga Bahan Baku Gula Jawa UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 81

18. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Gula Jawa UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 82

19. Standar Jam Kerja Produksi Wingko Bulan Desember 2010... 83

20. Realisasi Jam Kerja Produksi Wingko Bulan Desember 2010... 84

21. Analisis Varians Tarif Tenaga Kerja Langsung UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 85

22. Analisis Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010... 86

23. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Kelapa... 87

24. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Kelapa... 87

25. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Gula Pasir... 88


(14)

xiii

No. Halaman

27. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Tepung Ketan... 89

28. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Tepung Ketan... 89

29. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Mentega... 90

30. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Mentega... 90

31. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Nangka... 91

32. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Nangka... 91

33. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Durian... 92

34. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Durian... 92

35. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Gula Jawa... 93

36. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Gula Jawa... 93

37. Uji Hipotesis Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja Langsung... 94


(15)

1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan yang berorientasi terhadap laba memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat, salah satunya yaitu perusahaan manufaktur. Menurut Nafarin (2003), perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah suatu bahan menjadi produk tertentu untuk dijual. Proses kegiatan perusahaan manufaktur yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual disebut dengan proses produksi. Proses produksi merupakan hal yang sangat krusial karena di dalamnya terkandung biaya produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Dalam dunia usaha yang semakin berkembang ini, untuk mendapatkan keuntungan yang optimal diperlukan pengendalian terhadap biaya produksi. Hal tersebut perlu dilakukan agar biaya produksi yang digunakan dapat seefisien mungkin. Salah satu metode yang dapat digunakan sebagai alat pengendalian terhadap biaya produksi yaitu dengan menetapkan biaya standar. Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membiayai kegiatan produksi yang paling efisien (Nafarin, 2003). Penetapan biaya standar dapat memberikan pedoman untuk mengetahui biaya yang seharusnya terjadi dalam proses produksi. Proses produksi yang dilaksanakan menjadi faktor penting karena berpengaruh terhadap biaya produksi bagi perusahaan, baik itu perusahaan yang berskala besar maupun perusahaan berskala kecil dan menengah.

Usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional. UKM tidak hanya berperan dalam pertumbuhan perekonomian nasional, tetapi juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil-hasil pembangunan. UKM di Indonesia pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 51.260.000 unit usaha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sumbangan sektor UKM ini terhadap produk domestik bruto mencapai 53 persen (www.vivanews.com). Hal tersebut


(16)

mengindikasikan semakin membaiknya perekonomian Indonesia yang ditunjang dari sektor ini.

Kegiatan perekonomian di Indonesia bertumpu di Pulau Jawa karena Pulau Jawa memiliki iklim yang kondusif untuk kegiatan usaha. Iklim yang kondusif disebabkan karena jumlah penduduk di Pulau Jawa paling padat yang berimbas pada ketersediaan tenaga kerja serta memiliki infrastruktur yang lengkap. Hal ini yang menarik minat pengusaha untuk menanamkan investasi di Pulau Jawa.

Salah satu provinsi yang diminati investor untuk membuka usaha yaitu Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Provinsi Jawa Tengah menempati urutan kedua dalam jumlah usaha yang tidak berbadan hukum menurut Provinsi di Indonesia pada tahun 2004. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2008 terdapat 644.311 perusahaan industri kecil dan menengah dengan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 2,74 juta orang. Jumlah perusahaan industri kecil dan menengah per Kabupaten/Kota diperinci menurut lapangan usaha industri di Jawa Tengah tahun 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah per Kabupaten/Kota Diperinci Menurut Lapangan Usaha Industri di Jawa Tengah tahun 2005-2008

Sektor 2005 2006 2007 2008

1. Makanan, minuman, dan tembakau. 227.518 227.525 227.575 227.644

2. Tekstil, barang dari kulit, dan alas

kaki. 83.248 83.252 83.272 83.294

3. Kayu dan produk lainnya. 108.893 108.894 108.923 108.954

4. Produk kertas dan percetakan. 4.512 4.512 4.512 4.515 5. Produk pupuk, kimia, dan karet. 6.541 6.541 6.542 6.545 6. Produk semen dan penggalian

bukan logam. 171.700 171.703 171.763 171.795

7. Logam dasar besi dan baja. 17 17 17 17

8. Peralatan, mesin, dan perlengkapan

transportasi. 33.140 33.140 33.150 33.158

9. Industri pengolahan lainnya. 8.384 8.384 8.384 8.389

Total 643.953 643.968 644.138 644.311

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, 2010.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah mencatat di Provinsi Jawa Tengah terdapat lebih banyak usaha berskala kecil dan


(17)

menengah. Unit usaha yang paling banyak yaitu UKM di sektor makanan, minuman, dan tembakau. Salah satu UKM dari sektor tersebut adalah UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang.

1.2. Perumusan Masalah

UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang merupakan salah satu unit usaha kecil dan menengah yang memproduksi makanan khas Kota Semarang yaitu wingko babat. Lokasi perusahaan berada di Jalan Wolter Monginsidi (Genuksari) No. 30 Semarang. Wingko babat yang diproduksi ada berbagai macam rasa, yaitu kelapa, nangka, durian, dan gula jawa. Pembuatan wingko babat membutuhkan bahan baku yaitu kelapa, tepung ketan, gula pasir, mentega, dan bahan tambahan yaitu nangka, durian, dan gula jawa.

Biaya produksi UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Selama ini biaya produksi UKM tersebut belum dikelola dengan baik. Biaya produksi yang tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan kerugian. UKM tersebut sebelumnya telah membuat standar biaya produksi yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi wingko babat, tetapi terjadi pelanggaran terhadap standar yang telah ditetapkan. Pengendalian biaya sangat diperlukan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan secara efisien. Pengendalian dilakukan dengan membandingkan antara biaya standar dengan realisasinya. Jika terjadi varians (selisih) antara biaya standar dengan realisasinya perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab terjadinya varians tersebut.

Pentingnya analisis varians antara biaya standar dengan realisasinya untuk pengendalian produksi dalam efisiensi biaya produksi menjadikan peneliti melakukan kajian dengan judul ”Analisis Biaya Standar sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus: UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang)”.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana penerapan biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik di UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang?


(18)

2. Bagaimana varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual pada UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang?

3. Apakah varians yang terjadi masih dalam batas pengendalian manajemen UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui penerapan biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik di UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang.

2. Menganalisis varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual pada UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang.

3. Mengevaluasi varians yang terjadi apakah masih dalam batas pengendalian manajemen UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan alternatif untuk penerapan strategi perusahaan dalam penentuan biaya standar sehingga dapat meningkatkan laba dan meningkatkan kinerja perusahaan. 2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang analisis biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi untuk meningkatkan efisiensi biaya di UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang. Analisis penelitian ini berfokus pada penerapan biaya standar bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik; analisis varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya yang sebenarnya terjadi; dan pengelolaan dalam mengendalikan biaya produksi. Penelitian ini hanya membahas satu produk unggulan dari UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang yaitu wingko babat.


(19)

2.1. Konsep Biaya

2.1.1. Pengertian Biaya

Menurut Bustami dan Nurlela (2006), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006). Kuswadi (2005) mendefinisikan biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga, baik yang berkaitan dengan usaha pokok perusahaan maupun tidak.

Menurut Horngren, dkk. (2008), biaya didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. Biaya yang dibebankan pada produk membantu keputusan penetapan harga dan untuk menganalisis bagaimana tingkat profitabilitas produk yang berbeda.

2.1.2. Jenis-jenis Biaya

Kuswadi (2005) mengklasifikasikan pembebanan biaya ke dalam biaya langsung dan biaya tidak langsung.

1. Biaya Langsung

Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang langsung dibebankan pada objek atau produk, misalnya bahan baku langsung, upah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi, biaya iklan, ongkos angkut, dan sebagainya.

2. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang sulit atau tidak dapat dibebankan secara langsung dengan unit produksi, misalnya gaji pimpinan, gaji mandor, biaya iklan untuk lebih dari


(20)

satu macam produk, dan sebagainya. Biaya tidak langsung disebut juga biaya overhead.

Kuswadi (2005) juga menggolongkan pola perilaku biaya yaitu 1. Biaya Tetap

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah dalam rentang waktu tertentu, berapapun besarnya penjualan atau produksi perusahaan.

2. Biaya Variabel

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dalam rentang waktu dan sampai batas-batas tertentu jumlahnya berubah-ubah secara proporsional.

3. Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang sulit digolongkan ke dalam kedua jenis biaya di atas (tidak termasuk ke dalam biaya tetap atau biaya variabel).

Kedua jenis biaya berikut digolongkan pada saat penetapannya dan digunakan untuk tujuan perencanaan dan pengendalian yang terdiri atas (Kuswadi, 2005):

1. Biaya yang Ditetapkan (Predetermined Cost)

Biaya yang ditetapkan adalah biaya yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan analisis masa lalu atau prediksi masa datang. Biaya yang ditetapkan dilakukan untuk penyusunan standar dan atau anggaran.

2. Biaya Historis (Historical Cost)

Biaya historis adalah biaya yang besarnya dihitung setelah ada realisasi.

2.2. Konsep Biaya Produksi

2.2.1. Pengertian Biaya Produksi

Wibowo (2008) mendefinisikan produksi sebagai usaha yang bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan atau barang menjadi bahan atau barang lain yang berbeda bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah. Mulyadi (2000) mendefinisikan biaya


(21)

produksi sebagai biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap untuk dijual. Biaya produksi (production cost) adalah biaya pabrik ditambah dengan harga pokok sediaan produk dalam proses awal atau harga pokok produk jadi periode ini ditambah dengan harga pokok sediaan produk dalam proses akhir (Nafarin, 2003). Menurut Hansen dan Mowen (2006), biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi menurut Bustami dan Nurlela (2006) adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2.2.2. Jenis-jenis Biaya Produksi

Menurut Nafarin (2003), dalam suatu produksi terdapat unsur harga pokok produk berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut dengan biaya utama (prime cost). Biaya utama adalah biaya yang langsung berhubungan dengan produk. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut biaya konversi (conversion cost) . Biaya konversi adalah biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk.

Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis biaya, yaitu (Rony, 1990):

1. Biaya Bahan Baku Langsung

Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya bahan baku langsung jika bahan tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat atau diukur secara jelas dan mudah serta dapat ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam wujud produksi yang dihasilkan.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya tenaga kerja langsung jika biaya itu dikeluarkan atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada tenaga kerja yang langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir. Biaya ini dapat ditelusuri karena secara jelas dapat diukur dengan waktu yang


(22)

dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk produksi akhir.

3. Biaya Overhead

Biaya overhead adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena sifatnya sebagai bagian yang memiliki eksistensi dalam produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau sebagai penggerak kegiatan itu sendiri.

2.3. Konsep Biaya Standar

2.3.1. Pengertian Biaya Standar

Secara umum standar diartikan sebagai suatu kesatuan pengukuran yang ditetapkan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan pekerjaan. Standar adalah suatu ukuran kuantitas yang harus dicapai sehubungan dengan adanya operasi atau kegiatan tertentu. Biaya standar dapat diartikan biaya yang diperhitungkan secara wajar harus terjadi di dalam memproduksi suatu barang, jadi biaya standar adalah standar kuantitas input yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit produksi tertentu (Rony, 1990).

Nafarin (2003) mendefinisikan sebagai harga pokok yang ditentukan di muka dan merupakan harga pokok yang seharusnya. Harga pokok yang seharusnya adalah harga pokok yang digunakan sebagai pedoman untuk menilai harga pokok yang sesungguhnya yang paling efisien. Biaya standar adalah biaya yang ditetapkan dengan seksama untuk satu unit keluaran. Menurut Mulyadi (2000), biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.


(23)

2.3.2. Tipe-tipe Standar

Menurut Hansen dan Mowen (2006), standar umumnya diklasifikasikan baik sebagai sesuatu yang ideal maupun yang saat ini dapat tercapai.

1. Standar ideal (ideal standards)

Standar ideal membutuhkan efisiensi maksimum dan hanya dapat dicapai jika segala sesuatu beroperasi secara sempurna. Tidak ada mesin yang rusak, menganggur, atau kurangnya keterampilan yang dapat ditoleransi.

2. Standar yang saat ini dapat tercapai (currently attainable standards)

Standar ini dapat dicapai dengan beroperasi secara efisien. Kelonggaran diberikan untuk kerusakan normal, gangguan, keterampilan yang lebih rendah dari sempurna, dan lainnya.

2.3.3. Tujuan Penetapan Biaya Standar

Menurut Rony (1990), penetapan biaya standar sangat bermanfaat bagi manajemen aktivitas perusahaan karena standar biaya bermanfaat untuk:

1. Pembuatan anggaran.

2. Pengendalian biaya dan mengukur efisiensi.

3. Mendorong upaya kemungkinan pengurangan biaya.

4. Memudahkan dalam pencatatan dan penyiapan laporan biaya. 5. Merencanakan biaya bahan baku, pekerjaan dalam proses maupun

persediaan barang jadi.

6. Sebagai pedoman penetapan harga penawaran dalam tender suatu proyek atau kontrak tertentu.

2.3.4. Penentuan Biaya Standar

Menurut Nafarin (2003), penentuan biaya standar dibagi dalam tiga bagian, yaitu biaya bahan baku langsung standar, biaya tenaga kerja langsung standar, dan biaya overhead pabrik standar.


(24)

1. Biaya Bahan Baku Langsung Standar

Biaya bahan baku langsung standar terdiri atas harga bahan baku langsung standar dan kuantitas bahan baku langsung standar.

i. Harga Bahan Baku Langsung Standar

Harga bahan baku langsung standar adalah taksiran harga bahan baku per unit. Harga bahan baku langsung standar biasanya ditentukan dari daftar harga pemasok (supplier), katalog, atau informasi lain yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga di masa akan datang.

ii. Kuantitas Bahan Baku Langsung Standar

Kuantitas bahan baku langsung standar adalah taksiran sejumlah unit bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Kuantitas bahan baku langsung standar dapat ditentukan dengan menggunakan penyelidikan teknis dan analisis catatan masa lalu. Penyelidikan teknis misalnya dengan mengadakan taksiran yang wajar terhadap bahan baku yang diperlukan untuk satu unit produk atau membuat percobaan operasi produksi. Analisis catatan masa lalu misalnya dengan menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk (pekerjaan) yang sama dalam periode tertentu pada masa lalu.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar

Biaya tenaga kerja langsung standar terdiri atas tarif upah tenaga kerja langsung standar dan jam tenaga kerja langsung standar.

i. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar

Tarif upah tenaga kerja langsung standar adalah taksiran tarif upah tenaga kerja langsung per jam. Tarif upah tenaga kerja langsung standar dapat ditentukan atas dasar perjanjian dengan karyawan dan data upah masa lalu yang dihitung secara rata-rata.


(25)

ii. Jam Tenaga Kerja Langsung Standar

Jam tenaga kerja langsung standar adalah taksiran sejumlah satuan waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk tertentu. Jam tenaga kerja langsung standar dapat ditentukan dengan cara penyelidikan teknis dan analisis catatan masa lalu. Penyelidikan teknis misalnya dengan mengadakan penyelidikan gerak dan waktu, mengadakan taksiran yang wajar, memperhitungkan kelonggaran waktu untuk istirahat, memperhitungkan faktor kelelahan, dan memperhitungkan penundaan kerja yang tidak bisa dihindari. Analisis catatan masa lalu misalnya menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam satu pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang lalu.

3. Biaya Overhead Pabrik Standar

Biaya overhead pabrik standar dapat ditaksir atas dasar kapasitas normal. Misalnya dengan menghitung kapasitas normal dalam satu tahun x unit atau y jam kerja langsung dan biaya overhead pabrik satu tahun yang terdiri atas biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap.

Jam kerja normal atau kapasitas normal adalah jam kerja yang digunakan untuk menentukan standar tarif pembebanan biaya overhead pabrik. Kapasitas normal merupakan suatu tingkat kapasitas operasi yang dapat dicapai dengan pemanfaatan secara maksimal semua input atas fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga pada akhirnya tercapai biaya per unit produk yang serendah mungkin.


(26)

2.4. Konsep Pengendalian

Pengendalian dibutuhkan dalam setiap pekerjaan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan agar sesuai dengan yang direncanakan semula. Pengendalian adalah melihat ke belakang, memutuskan apakah yang sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya (Hansen dan Mowen, 2006). Menurut Rony (1990), pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode, dan langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.

Biaya produksi harus dapat dikendalikan agar tidak terjadi pemborosan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat mengendalikan biaya produksi agar berjalan secara efisien. Menurut Kuswadi (2005), penentuan biaya standar dilakukan untuk mencapai produktivitas yang maksimum dengan biaya serendah-rendahnya.

2.5. Analisis Varians

Varians atau selisih menurut Horngren (2008) adalah perbedaan antara jumlah berdasarkan hasil aktual dan jumlah yang dianggarkan, yakni jumlah aktual dan jumlah yang diperkirakan berdasarkan anggaran. Varians adalah perbedaan yang terjadi antara biaya standar dengan biaya sebenarnya yang mungkin menguntungkan atau sebaliknya.

Kuswadi (2005) mendefinisikan varians adalah selisih antara biaya standar dan biaya aktual. Varians dianggap baik jika biaya aktualnya lebih kecil daripada biaya standar dan sebaliknya. Jumlah varians untuk suatu periode biasanya terdiri atas varians yang baik (favorable) dan varians yang tidak baik (unfavorable). Varians ini berasal dari biaya standar bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Dengan membandingkan biaya standar dan biaya aktual, manajemen diharapkan dapat memperhatikan varians-varians yang terjadi dan dapat mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Horngren (2008) membagi varians ke dalam dua bagian yaitu:


(27)

1. Varians Harga

Varians harga adalah perbedaan antara harga aktual dan harga yang dianggarkan dikali dengan kuantitas masukan aktual, seperti bahan baku yang digunakan atau dibeli.

2. Varians Efisiensi

Varians efisiensi adalah perbedaan antara kuantitas masukan aktual dan anggaran kuantitas masukan yang seharusnya digunakan untuk memproduksi keluaran aktual dikali dengan harga yang dianggarkan.

Analisis varians digunakan untuk evaluasi kinerja. Ada dua hal yang menjadi penilaian menurut Horngren (2008), yaitu:

1. Efektifitas, yaitu tingkat pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Efisiensi, yaitu jumlah relatif masukan yang digunakan untuk mencapai tingkat keluaran tertentu. Makin sedikit masukan yang digunakan untuk mencapai tingkat keluaran tertentu atau semakin banyak keluaran untuk tingkat masukan tertentu maka semakin tinggi efisiensinya.

Penentuan biaya standar dibagi menjadi tiga bagian yaitu biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Maka analisis varians juga terbagi atas varians bahan baku langsung, varians tenaga kerja langsung, dan varians overhead pabrik (Hansen dan Mowen, 2006).

1. Varians Bahan Baku Langsung

Aspek yang menyebabkan varians bahan baku langsung yaitu: a. Varians Harga Bahan Baku Langsung

Varians harga bahan baku (material price variance-MPV) mengukur perbedaan antara berapa yang harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang secara aktual dibayar.

b. Varians Efisiensi Bahan Baku Langsung

Varians penggunaan bahan baku langsung (material usage variance -MUV) mengukur perbedaan antara bahan baku langsung yang secara aktual digunakan dan bahan baku langsung yang seharusnya digunakan untuk output aktual.


(28)

2. Varians Tenaga Kerja Langsung

Aspek yang menyebabkan varians tenaga kerja langsung yaitu: a.Varians Tarif Tenaga Kerja Langsung

Varians tarif tenaga kerja langsung (labor rate variance- LRV) menghitung perbedaan antara apa yang sudah dibayar untuk tenaga kerja langsung dan apa yang seharusnya dibayar.

b.Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung

Varians efisiensi tenaga kerja langsung (labor efficiency variance -LEV) mengukur perbedaan antara jam tenaga kerja yang secara aktual digunakan dan jam tenaga kerja yang seharusnya digunakan.

3. Varians Overhead Pabrik

Varians overhead total yaitu perbedaan antara overhead yang dibebankan dan yang aktual, juga dibagi menjadi beberapa variansi komponen.

a. Varians Overhead Variabel

Overhead variabel diasumsikan bervariasi sejalan dengan perubahan volume produksi.

i. Varians Pengeluaran Overhead Variabel

Varians pengeluaran overhead variabel mengukur pengaruh agregat dari perbedaan antara tarif aktual overhead variabel (actual variable overhead rate-AVOR) dan tarif standar overhead variabel (standard variable overhead rate-SVOR). Tarif aktual overhead variabel adalah overhead variabel aktual dibagi dengan jam aktual.

ii.Varians Efisiensi Overhead Variabel

Varians efisiensi overhead variabel mengukur perubahan dalam konsumsi overhead variabel yang muncul karena penggunaan efisien tenaga kerja langsung.

b. Varians Overhead Tetap

Varians total overhead tetap adalah perbedaan antara overhead tetap aktual dan overhead tetap yang dibebankan, dimana overhead tetap yang dibebankan diperoleh dengan mengkalikan tarif standar overhead tetap dengan jam standar yang diizinkan untuk output aktual.


(29)

i. Varians Pengeluaran Overhead Tetap

Varians pengeluaran overhead tetap didefinisikan sebagai perbedaan antara overhead tetap aktual dan overhead tetap yang dianggarkan. Varansi pengeluaran dapat ditoleransi karena lebih sedikit overhead tetap dikeluarkan daripada yang dianggarkan. ii.Varians Volume Overhead Tetap

Varians volume overhead tetap adalah perbedaan antara overhead tetap yang dianggarkan dan overhead tetap yang dibebankan. Varians volume mengukur pengaruh perbedaan output aktual dari output yang digunakan di awal tahun dan untuk menghitung tarif perkiraan standar overhead tetap.

2.6. Usaha Kecil dan Menengah

Jumlah usaha kecil di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yaitu lebih dari 99,8 persen dari jenis usaha yang ada. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Menurut Undang Undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00. 3. Milik warga negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; dan

5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.


(30)

Menurut Wibowo (2008), ciri-ciri lain yang sering digunakan sebagai ukuran suatu usaha tergolong kecil adalah

1. Usaha dimiliki secara bebas, terkadang tidak berbadan hukum. 2. Operasinya tidak memperlihatkan keunggulan yang mencolok. 3. Usaha dimiliki dan dikelola oleh satu orang.

4. Usaha tidak memiliki banyak karyawan.

5. Modalnya dikumpulkan dari tabungan pemilik pribadi.

6. Wilayah pasarnya bersifat lokal dan tidak terlalu jauh dari pusat usahanya. Indonesia dan negara berkembang lain memandang penting keberadaan usaha kecil. Hal ini disebabkan tiga alasan utama (Wibowo, 2008), yaitu:

1. Kinerja usaha kecil cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif

2. Usaha kecil sangat dinamis, dengan investasi dan inovasi teknologinya usaha kecil mampu mencapai peningkatan produktivitas yang tinggi.

3. Usaha kecil memiliki fleksibilitas yang tinggi sehingga mampu hidup di sela-sela kehidupan usaha besar.

4. Kemampuan usaha kecil dalam menyerap tenaga kerja dan mendukung pendapatan rumah tangga.

Menurut Primiana (2009), terdapat berbagai masalah yang dialami oleh UKM seperti:

1. Permodalan

a. Modal kecil, sulit untuk memenuhi pesanan b. Sulit mendapatkan kredit dari bank

c. Kurang mampu mengadakan perencanaan, pencatatan, dan pelaporan d. Tercampurnya antara keuangan perusahaan dengan keuangan keluarga 2. Pemasaran

a. Kurang dapat melihat peluang pasar/ selera pasar b. Akses terhadap informasi pasar kurang

c. Terbatasnya tempat pemasaran

d. Kemampuan negosiasi yang lemah sehingga berakibat kerugian pada sistem pembayaran


(31)

e. Kurang kerjasamanya dengan perusahaan besar atau sesama UKM f. Kurang mampu merancang strategi bisnis

3. Produksi/ Teknologi

a. Kurangnya pengetahuan tentang bagaimana memproduksi barang yang berkualitas, efisien, dan tepat waktu

b. Tidak adanya transfer teknologi dari usaha besar c. Tidak melakukan riset dan pengembangan

d. Tidak mengerti pentingnya kerjasama dengan pihak supplier e. Tidak adanya proses perbaikan yang berkesinambungan 4. Sumber Daya Manusia

a. Pendidikan rendah

b. Rendahnya jiwa wirausaha c. Keahlian terbatas

d. Rendahnya produktivitas pekerja e. Tidak ada pembagian kerja 5. Pemerintah

a. Kurangnya dukungan dengan berbagai kebijakan yang berpihak pada UKM

b. Kurangnya menciptakan lingkungan usaha yang kondusif

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu

Vitasari (2007) meneliti tentang penerapan analisis varians sebagai kontrol efisiensi biaya produksi pada PT. Mubarokfood Cipta Delicia Kudus. Peneliti menggunakan perhitungan analisis Statistical Quality Control, Kruskal Wallis test, dan analisis varians (selisih). Berdasarkan analisis deskriptif presentase, tingkat efisiensi biaya produksi untuk jenang halus dan jenang merah maupun tingkat efisiensi total biaya produksi jenang menunjukkan adanya perbedaan. Namun setelah dianalisis dengan SQC, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik masih berada pada daerah in control. Dari analisis Kruskal Wallis test diperoleh hasil bahwa H hitung < H tabel yaitu 0,600 < 5,991. Oleh karena itu tidak ada perbedaan yang signifikan antara varians biaya produksi jenang


(32)

tahun 2003-2005 sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya produksinya efisien.


(33)

3.1. Kerangka Pemikiran

Kinerja perusahaan ditentukan oleh bagaimana perusahaan mampu menerapkan fungsi pengendalian yang baik atas aktivitas perusahaan. Biaya produksi yang timbul dari proses produksi juga harus dilakukan pengendalian yang baik agar tidak terdapat varians dan dapat berjalan secara efisien.

UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang merupakan salah satu unit usaha kecil dan menengah yang memproduksi makanan khas Kota Semarang yaitu wingko babat. Biaya produksi UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang ini dalam aktivitasnya dihadapkan pada kemungkinan terjadinya perbedaan antara biaya produksi yang telah ditetapkan dengan biaya produksi yang sebenarnya terjadi.

Biaya yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan menggunakan standar tertentu yang seharusnya terjadi dimaksud dengan biaya standar. Analisis biaya standar menjadi metode yang akan digunakan untuk mempermudah menetapkan harga pokok yang sebenarnya terjadi. Hal ini dapat mempermudah dalam mengendalikan biaya dan dapat mengoptimalkan laba yang ingin didapat.

Penelitian ini mengkaji tentang varians yang terjadi antara biaya standar yang telah ditetapkan dengan realisasi biaya yang sebenarnya terjadi. Analisis varians dilakukan dengan membandingkan standar biaya produksi dengan realisasinya. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis varians dan uji t (t-test). Analisis varians dilakukan untuk mengetahui deskripsi persentase varians yang terjadi apakah dapat ditoleransi atau tidak dapat ditoleransi dan ataukah varians tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan. Uji t (t-test) dilakukan untuk mengetahui apakah varians yang terjadi masih dalam batas pengendalian. Setelah dilakukan analisis, dari hasil analisis tersebut dapat memberikan saran dan rekomendasi


(34)

kepada perusahaan untuk perbaikan manajemen perusahaan. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang

Biaya Produksi

Biaya Bahan Baku

Langsung

Biaya Tenaga Kerja

Langsung

Biaya Overhead

Pabrik

Standar Biaya Produksi

Realisasi Biaya Produksi

Varians Biaya Produksi

Saran/ Rekomendasi

Alat Analisis: - Analisis Varians - Uji t


(35)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pabrik UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang yang berlokasi di Jalan Kinibalu Barat No. 51 RT 03 RW 04 Semarang. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Desember 2010. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data-data yang relevan dari perusahaan yang kemudian diolah dan dievaluasi hasilnya.

3.3. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data perusahaan berupa data historis UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang, studi literatur, karangan ilmiah, serta referensi lain yang relevan dengan penelitian ini. Data historis perusahaan berupa laporan keuangan, data produksi, data pembelian, data penjualan, dan data tentang perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harian selama 30 hari pada bulan Desember 2010.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varians biaya standar. Analisis varians digunakan untuk mengetahui biaya produksi yang sebenarnya terjadi (realisasi) dengan biaya yang telah ditetapkan sebelumnya (standar). Analisis varians memperlihatkan varians yang terjadi antara standar biaya produksi dengan realisasi biaya produksi. Sehingga dapat dicari penyebab dari varians yang telah terjadi dan memberi rekomendasi perbaikan kepada pihak manajemen.

Varians yang terjadi dapat menguntungkan (favorable) atau tidak menguntungkan (unfavorable). Varians dikatakan menguntungkan (favorable) jika biaya aktualnya lebih kecil dari biaya standar. Sedangkan varians dikatakan tidak menguntungkan (unfavorable) jika biaya aktualnya lebih besar dari biaya standar.


(36)

Pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis varians menggunakan alat bantu piranti lunak dari komputer yaitu Microsoft Excel 2007. Data yang telah diolah selanjutkan akan dilakukan pengujian dengan uji t atau disebut sebagai t-test menggunakan SPSS versi 16.

3.4.2. Analisis Varians

Analisis varians digunakan untuk mengukur varians yang terjadi antara biaya standar yang seharusnya terjadi dengan biaya yang sebenarnya terjadi atau realisasi (Hansen dan Mowen, 2006). 1. Penghitungan Varians Bahan Baku Langsung

a. Penghitungan Varians Harga Bahan Baku Langsung

Varians harga bahan baku langsung (material price variance-MPV) dihitung menggunakan rumus:

MPV = (AP – SP) AQ ... (1) Keterangan:

AP = Harga aktual per unit SP = Harga standar per unit

AQ = Kuantitas aktual bahan baku yang digunakan b. Penghitungan Varians Efisiensi Bahan Baku Langsung

Varians efisiensi bahan baku langsung (material usage variance- MUV) dihitung menggunakan rumus:

MUV = (AQ – SQ) SP ... (2) Keterangan:

AQ = Kuantitas aktual bahan baku yang digunakan SQ = Kuantitas standar bahan baku yang diperbolehkan

untuk output aktual SP = Harga standar per unit


(37)

2. Penghitungan Varians Tenaga Kerja Langsung

a. Penghitungan Varians Tarif Tenaga Kerja Langsung

Varians tarif tenaga kerja langsung (labor rate variance- LRV) dihitung menggunakan rumus:

LRV = (AR – SR) AH ... (3) Keterangan:

AR = Tarif upah aktual per jam SR = Tarif upah standar per jam

AH = Jam tenaga kerja langsung aktual yang digunakan b. Penghitungan Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung

Varians efisiensi tenaga kerja langsung (labor efficiency variance- LEV) dihitung menggunakan rumus:

LEV = (AH – SH) SR ... (4) Keterangan:

AH = Jam aktual tenaga kerja langsung yang digunakan SH = Jam standar tenaga kerja langsung yang seharusnya

digunakan

SR = Tarif upah standar per jam 3. Penghitungan Varians Overhead

a. Penghitungan Varians Overhead Variabel

i. Penghitungan Varians Pengeluaran Overhead Variabel

Varians pengeluaran overhead variabel dihitung menggunakan rumus:

VPOV = (AVOR – SVOR) AH ... (5) Keterangan:

VPOV = Varians pengeluaran overhead variabel AVOR = Tarif aktual overhead variabel

(actual variable overhead rate) SVOR = Tarif standar overhead variabel


(38)

AH = Jam aktual tenaga kerja langsung yang digunakan

ii.Penghitungan Varians Efisiensi Overhead Variabel

Varians efisiensi overhead variabel dihitung menggunakan rumus:

VEOV = (AH – SH) SVOR ... (6) Keterangan:

VEOV = Varians efisiensi overhead variabel

AH = Jam aktual tenaga kerja langsung yang

digunakan

SH = Jam standar tenaga kerja langsung yang

seharusnya digunakan

SVOR = Tarif standar overhead variabel (standard variable overhead rate) b. Penghitungan Varians Overhead Tetap

Overhead tetap yang dibebankan dihitung menggunakan rumus:

OTYB = Tarif standar overhead tetap x Jam standar Keterangan:

OTYB = Overhead tetap yang dibebankan

Varians total overhead tetap adalah perbedaan antara overhead tetap aktual dan overhead tetap yang dibebankan. Varians total overhead tetap dihitung menggunakan rumus: VTOT = Biaya aktual overhead tetap – OTYB ... (7) Keterangan:

VTOT = Varians total overhead tetap OTYB = Overhead tetap yang dibebankan

i. Penghitungan Varians Pengeluaran Overhead Tetap Varians pengeluaran overhead tetap pada intinya relatif kecil dan dapat ditoleransi karena lebih sedikit overhead tetap dikeluarkan daripada yang dianggarkan.


(39)

ii.Penghitungan Varians Volume Overhead Tetap Varians volume overhead tetap dihitung menggunakan rumus:

Varians volume = OTYA – OTYB ... (8)

Keterangan:

OTYA = Overhead tetap yang dianggarkan OTYB = Overhead tetap yang dibebankan. 3.4.3. Uji Hipotesis

Uji t (t-test) dilakukan untuk mengukur varians yang terjadi

antara biaya standar yang seharusnya terjadi dengan realisasinya apakah masih dalam batas pengendalian. Uji t (t-test) menggunakan alat bantu berupa piranti lunak Statistical Packages for the Social Sciences SPSS 16.0 beserta analisis deskriptif persentase. Uji t (t-test) bertujuan untuk membandingkan apakah kedua data (variabel) tersebut sama atau berbeda. Langkah-langkah dalam melakukan uji t (t-test) yaitu:

1. Buatlah Ha dan Ho dalam uraian kalimat.

Ho : Varians yang terjadi antara biaya standar dan realisasinya masih dalam batas pengendalian. Ha : Varians yang terjadi antara biaya standar dan realisasinya diluar batas pengendalian.

2. Mencari t hitung. Rumus t :

………..(9)


(40)

Keterangan :

x1 = Rataan nilai biaya standar

x2 = Rataan nilai biaya aktual (realisasi) n1 = Jumlah laporan biaya standar

n2 = Jumlah laporan biaya aktual (realisasi) x1 = Biaya standar

x2 = Biaya aktual (realisasi)

S1 = Simpangan baku x1 (biaya standar) S2 = Simpangan baku x2 (biaya aktual)

3. Tentukan terlebih dahulu taraf signifikan (α) kemudian dicari t tabel dengan ketentuan db = n – 1

Taraf nyata yang digunakan yaitu α = 5 % 4. Tentukan kriteria pengujian.

Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

5. Bandingkan antara t hitung dengan t tabel dan gambar posisinya. 6. Buatlah kesimpulan.

3.4.4. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan uraian atau menjelaskan tentang penyebab terjadinya varians antara biaya standar dengan biaya aktual yang sebenarnya terjadi. Selain itu, analisis deskriptif memberikan penjelasan tentang tindakan korektif yang harus dilakukan untuk memperbaiki varians dan untuk menghindari terjadinya varians di masa yang akan datang.


(41)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah UKM Wingko Cap Kapal Terbang

Kota Semarang merupakan salah satu kota yang kaya akan kulinernya. Kota Semarang tidak hanya dikenal dengan lumpia, bandeng presto, tahu pong, dan moaci kacang, tetapi juga dengan wingko. Wingko merupakan makanan tradisional khas yang terkenal di Kota Semarang yang berbahan utama kelapa. Salah satu perusahaan yang memproduksi wingko di Kota Semarang adalah UKM Wingko Cap Kapal Terbang.

UKM Wingko Cap Kapal Terbang didirikan pada tahun 1997 oleh Edi Sulistyono di rumah tinggalnya di Jalan Kinibalu, Kota Semarang. Usaha ini berawal dari kejelian Edi Sulistyono dalam melihat peluang pasar wingko yang masih sangat terbuka lebar. Edi Sulistyono melihat peluang bahwa wingko merupakan makanan tradisional khas Kota Semarang yang akan selalu dicari oleh wisatawan sebagai oleh-oleh. Selain itu, bahan baku yang digunakan untuk membuat wingko mudah didapatkan. Edi Sulistyono pada awalnya memproduksi wingko sebanyak 100 buah yang diproduksi sendiri dan dibantu oleh istrinya, Djuliana. Wingko ini dijual secara eceran tanpa menggunakan merek. Wingko dijual dengan harga Rp. 75,00 per buah dengan cara dititipkan di warung-warung.

Awal tahun 2000 Edi Sulistyono memberi merek wingko buatannya dengan merek Kapal Terbang. Kapal Terbang berasal dari ide Edi Sulistyono untuk membedakan wingko miliknya dengan wingko lain yang bermerek alat transportasi darat, seperti kapal api, lokomotif, spoor, dan lain-lain. Edi Sulistyono mulai mempromosikan wingkonya dengan membuat selebaran ke calon konsumen. Edi Sulistyono melakukan inovasi pada wingko dengan menambahkan rasa durian dan gula jawa yang semula hanya rasa kelapa dan nangka. Wingko ini menggunakan bahan baku asli tanpa menggunakan


(42)

essence dan bahan pengawet. Wingko dikemas dengan kemasan baru menggunakan kertas yang sudah bermerek dan dikemas dalam doos yang masing-masing berisi 20 buah.

Pada tahun 2005 Edi Sulistyono membuka toko di Jalan Wolter Monginsidi dan memperbanyak produksi wingkonya. Produksi tetap dilakukan di Jalan Kinibalu, tetapi penjualannya dilakukan di toko di dua tempat, yaitu di Jalan Wolter Monginsidi dan Jalan Lamper Tengah, toko milik adiknya. Toko tersebut tidak hanya menjual wingko saja, tetapi juga menjual berbagai macam makanan kecil untuk oleh-oleh. Saat ini proses produksi tetap dilakukan oleh Edi Sulistyono, Djuliana, dan dibantu oleh tiga orang pegawai. Pada hari-hari biasa wingko yang diproduksi sebanyak 700 buah. Sedangkan pada hari-hari libur, terlebih saat hari raya, wingko yang diproduksi dapat mencapai lima kali lipat dari jumlah produksi saat hari biasa. 4.1.2. Tujuan dan Struktur Organisasi

UKM Wingko Cap Kapal Terbang pada awal didirikannya

memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga

membuka lapangan kerja yang berasal dari lingkungan keluarga dan tetangganya sendiri. Semakin lama, usaha ini semakin berkembang, tujuan UKM Wingko Cap Kapal Terbang ini pun juga berkembang. Tujuan UKM Wingko Cap Kapal Terbang yaitu mengembangkan usaha agar menjadi lebih besar dan mampu bersaing di pasar.

UKM Wingko Cap Kapal Terbang memiliki lima orang karyawan termasuk Edi Sulistyono dan Djuliana, istrinya. Seluruh tanggung jawab produksi, keuangan, dan pemasaran dilakukan dan diawasi langsung oleh Edi Sulistyono dan pelaksanaan produksi dilakukan oleh Edi Sulistyono, Djuliana, dan tiga orang karyawannya.

Struktur organisasi yang diterapkan pada UKM Wingko Cap Kapal Terbang yaitu menganut struktur organisasi sederhana. Struktur organisasi sederhana efektif digunakan untuk perusahaan kecil, seperti UKM, dengan satu produk dan dikelola langsung oleh pemiliknya. Struktur organisasi sederhana seperti ini memberi keuntungan berupa


(43)

kecepatan dalam pengambilan keputusan dan mudah dalam pengawasan (Adi, 2007). Bagian dalam struktur organisasi UKM Wingko Cap Kapal Terbang yaitu pemilik dan karyawan.

a. Pemilik

Bertanggungjawab sepenuhnya terhadap aktivitas usaha, baik itu aktivitas produksi, keuangan, pemasaran, maupun yang berkaitan dengan karyawan.

b. Karyawan

Mengerjakan proses produksi dari awal sampai produk jadi dan siap untuk dijual.

4.2. Proses Produksi Wingko

Proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Wingko diproduksi sendiri oleh UKM Wingko Cap Kapal Terbang setiap hari. Jenis rasa wingko yang diproduksi ada empat macam yaitu rasa kelapa, rasa nangka, rasa durian, dan rasa gula jawa. UKM Wingko Cap Kapal Terbang setiap hari memproduksi semua jenis rasa wingko tersebut. Terkecuali, pada saat buah durian sedang tidak musim atau harganya terlalu mahal, maka wingko rasa durian ini tidak diproduksi. Wingko yang dihasilkan 700 buah dengan jumlah produksi tetap setiap harinya. Wingko dijual dalam doos, masing-masing doos berisi 20 wingko. Jadi wingko yang siap dijual setiap harinya berjumlah 35 doos.

Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan wingko terdiri dari: 1. Kelapa

Kelapa merupakan bahan baku utama dalam pembuatan wingko. Bahan baku kelapa dibeli dari penjual kelapa di pasar tradisional Peterongan Semarang yang jumlahnya sesuai dengan jumlah wingko yang akan diproduksi pada hari ini. Kelapa dibeli setiap hari dengan tujuan agar kualitas dan kesegaran kelapa selalu terjamin. Pemilik menetapkan standar sendiri untuk kelapa yang akan digunakan dalam proses produksi wingko. Kelapa yang digunakan yaitu kelapa yang memiliki tingkat kematangan yang sedang, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Pengujian dilakukan


(44)

sendiri oleh penjual kelapa di pasar tradisional dan pemilik usaha berdasarkan kenampakan luar kelapa.

2. Gula Pasir

Gula pasir merupakan bahan baku lain dalam pembuatan wingko. Gula pasir memberikan rasa manis dan warna putih kecoklatan pada wingko setelah matang. Gula pasir dibeli di toko gosir Saudara di dekat lokasi produksi. Kriteria gula pasir yang digunakan dalam proses pembuatan wingko yaitu gula pasir lokal yang berwarna putih dan bersih. Pemilik memilih gula pasir lokal karena alasan harga yang lebih murah daripada gula pasir yang sudah bermerek. Gula pasir yang berwarna putih dan bersih dipilih karena warna gula pasir akan mempengaruhi hasil jadi wingko yang diproduksi.

3. Tepung Ketan

Tepung ketan merupakan bahan baku lain selain gula pasir. Bahan baku tepung ketan ini juga dibeli di toko grosir Saudara di dekat lokasi produksi. Pemilik menetapkan kriteria dalam membeli tepung ketan yaitu tepung ketan yang putih, bersih, dan tidak berbau apek. Pengujian ini dilakukan sendiri oleh pemilik berdasarkan kenampakan fisik dan bau pada tepung ketan.

4. Mentega

Bahan baku mentega ini dibeli di toko grosir Saudara di dekat lokasi produksi. Kriteria dalam memilih mentega yang akan digunakan dalam proses produksi yaitu aromanya segar, tidak berjamur, warnanya kuning muda atau pucat hingga kuning tua, dan teksturnya lembut semipadat.

5. Buah (Nangka dan Durian)

Buah nangka dibeli di pasar tradisional Peterongan sedangkan buah durian dibeli di sentra penghasil (perkebunan) durian Bangetayu dekat tempat tinggal pemilik. Buah pada wingko ini berfungsi sebagai penambah rasa dan variasi dari wingko.


(45)

6. Gula Jawa

Gula jawa dibeli di sentra penghasil gula jawa dekat tempat tinggal pemilik. Kriteria gula jawa yang baik yaitu yang berwarna coklat dan teksturnya keras tidak lembek. Gula jawa pada wingko ini berfungsi sebagai penambah rasa dan variasi dari wingko.

Tahapan yang dilakukan untuk memproduksi wingko dimulai dari bahan baku menjadi produk jadi ditunjukkan pada Gambar 2.

Persiapan Bahan Baku Perebusan

Pemanggangan Pencampuran

Pencetakan Wingko Pengemasan


(46)

Pengolahan wingko dimulai dengan mencampurkan air, gula pasir, dan daun pandan kemudian rebus hingga mendidih hingga tekstur agak mengental. Di tempat terpisah, campurkan tepung ketan, kelapa parut, dan mentega lalu aduk hingga semua tercampur rata. Tambahkan rebusan air dan gula tadi ke dalam campuran adonan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga kalis. Siapkan loyang yang sudah diolesi dengan mentega lalu tuang

adonan wingko dan ratakan. Panggang di dalam oven bertemperatur 160oC

selama 20 menit, keluarkan wingko dari oven, olesi permukaanya dengan mentega. Panggang kembali wingko selama 25 menit atau hingga wingko matang dan berwarna kuning kecokelatan. Angkat, dinginkan. Potong-potong wingko, bungkus dengan kertas minyak dan bungkus lagi dengan kertas bermerek Cap Kapal Terbang. Masukkan dalam kemasan bok karton. Wingko siap dipasarkan.

Kegiatan pemasaran wingko produksi UKM Wingko Cap Kapal Terbang dilakukan secara sederhana dan dilakukan oleh pemilik sendiri. Cara promosi yang digunakan yaitu dengan mengandalkan cara promosi word of mouth dan dengan menyebarkan selebaran ke calon konsumen. Daerah pemasaran wingko di wilayah Semarang dan sekitarnya. UKM Wingko Cap Kapal Terbang memiliki dua toko (gerai) untuk menjual produknya, yaitu berada di lokasi strategis Jalan Wolter Monginsidi dan di Jalan Lamper Tengah, Kota Semarang.

4.3. Penentuan Biaya Standar

Penentuan biaya standar pada UKM Wingko Cap Kapal Terbang dibagi dalam tiga bagian, yaitu biaya bahan baku langsung standar, biaya tenaga kerja langsung standar, dan biaya overhead pabrik standar.

1. Biaya Bahan Baku Langsung Standar

Biaya bahan baku langsung standar terdiri atas harga bahan baku langsung standar dan kuantitas bahan baku langsung standar.

a. Harga Bahan Baku Langsung Standar

Harga bahan baku langsung standar ditetapkan berdasarkan tingkat harga rata-rata dari daftar harga toko grosir, tingkat harga yang telah ditetapkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang,


(47)

dan informasi lain yang berhubungan dengan perubahan harga bahan baku.

b. Kuantitas Bahan Baku Langsung Standar

Kuantitas bahan baku langsung standar ditetapkan sendiri oleh pemilik dengan menghitung pemakaian standar jumlah bahan baku per produksi wingko.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar

Biaya tenaga kerja langsung standar terdiri atas tarif upah tenaga kerja langsung standar dan jam tenaga kerja langsung standar.

a. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar

Tarif upah tenaga kerja langsung standar ditetapkan berdasarkan tarif upah yang distandarkan oleh pemilik UKM Wingko Cap Kapal Terbang.

b. Jam Tenaga Kerja Langsung Standar

UKM Wingko Cap Kapal Terbang dalam pembuatan wingko memerlukan waktu selama tiga jam. Proses produksi dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 10.00 tanpa waktu istirahat setiap harinya. 3. Biaya Overhead Pabrik Standar

Biaya overhead pabrik standar terdiri atas biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel.

a. Biaya Overhead Pabrik Tetap Standar

Biaya overhead pabrik tetap standar terdiri atas: - Biaya penyusutan alat produksi berupa oven b. Biaya Overhead Pabrik Variabel Standar

Biaya overhead pabrik variabel standar terdiri atas: - Biaya cetak kertas kemasan dan doos

- Biaya kertas minyak

- Biaya bahan bakar gas LPG


(48)

4.4. Biaya Produksi

Data mengenai biaya produksi di UKM Wingko Cap Kapal Terbang meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. UKM Wingko Cap Kapal Terbang memproduksi empat macam jenis rasa wingko, yaitu rasa kelapa, rasa nangka, rasa durian, dan rasa gula jawa.

4.4.1. Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung yang digunakan untuk memproduksi wingko antara lain: kelapa, gula pasir, tepung ketan, mentega, dan varian penambah rasa yaitu buah nangka, buah durian, dan gula jawa. Dalam satu kali produksi dibutuhkan 36 butir kelapa, 4 kg gula pasir, 3 kg tepung ketan, 0,25 kg mentega, serta masing-masing 0,25 kg nangka, 0,25 kg durian, dan 0,25 kg gula jawa. Berikut ini disajikan komposisi bahan baku untuk pembuatan wingko (Tabel 2).

Tabel 2. Komposisi Bahan Baku Wingko per Produksi Jenis Kelapa

Gula Pasir

Tepung

Ketan Mentega Nangka Durian Gula Jawa Wingko (butir) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)

Kelapa 9 1 0,75 0,0625 0 0 0

Nangka 9 1 0,75 0,0625 0,25 0 0

Durian 9 1 0,75 0,0625 0 0,25 0

Gula Jawa 9 1 0,75 0,0625 0 0 0,25

Total

36 4 3 0,25 0,25 0,25 0,25

Komposisi

Sumber: Data UKM Wingko Cap Kapal Terbang

UKM Wingko Cap Kapal Terbang dalam memproduksi empat jenis rasa wingko menggunakan bahan baku yang sama. Perbedaannya adalah dalam penambahan buah asli, tanpa essence, untuk wingko yang jenis rasa nangka dan durian. Wingko jenis rasa kelapa tidak ada penambahan buah, wingko jenis rasa ini lebih menonjolkan keaslian cita rasa asli wingko. Sedangkan wingko jenis rasa gula jawa dilakukan penambahan gula jawa pada proses pembuatannya.


(49)

4.4.2. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja dalam produksi wingko UKM Wingko Cap Kapal Terbang berjumlah lima orang yang terdiri dari Edi Sulistyono, Djuliana, dan tiga orang karyawan yang berasal dari tetangga dan keluarga sendiri. Satu kali produksi membutuhkan waktu selama kurang lebih tiga jam. Produksi berlangsung dari jam 7 pagi hingga jam 10 pagi. Tarif tenaga kerja berdasarkan upah borongan dan upah mingguan. Upah borongan yaitu upah yang diterima karyawan setiap selesai satu kali produksi. Upah borongan yang diterima sebesar Rp. 9.450/ orang/ produksi. Sehingga upah borongan yang harus dikeluarkan oleh UKM Wingko Cap Kapal Terbang sebesar Rp. 47.250/ produksi untuk lima orang. Upah mingguan yaitu upah yang diterima karyawan setiap minggunya, meskipun ada kegiatan produksi ataupun tidak. Upah mingguan yang diterima sebesar Rp. 105.000/ orang/ minggu. Sehingga upah harian yang harus dikeluarkan UKM Wingko Cap Kapal Terbang sebesar Rp. 15.000 tiap orang. Upah borongan dan upah mingguan ini termasuk dalam upah tenaga kerja langsung. Tarif upah tenaga kerja langsung disajikan selengkapnya pada Tabel 3.

Tabel 3. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Produksi Wingko per Produksi

Jenis Tarif Upah Satuan per Produksi (Rupiah)

per orang total

Upah Borongan 9.450 47.250

Upah Harian 15.000 75.000

Total Tarif Upah 24.450 122.250

Sumber: Data UKM Wingko Cap Kapal Terbang

Produksi pada bulan Desember 2010 dilakukan setiap hari. Jadi dapat dikatakan jika satu produksi sama dengan satu hari maka upah yang diterima oleh setiap karyawan sebesar Rp. 24.450 per produksi.


(50)

4.4.3. Overhead Pabrik

Overhead pabrik terdiri dari overhead tetap dan overhead variabel. Overhead tetap dalam produksi wingko yaitu biaya penyusutan alat produksi berupa oven. Penggunaan alat produksi berupa oven ini dikenakan biaya penyusutan karena oven digunakan untuk proses produksi pemanggangan wingko. Menghitung tarif penyusutan oven menggunakan metode garis lurus sebagai berikut (Horngren, 2008):

Tarif Penyusutan = Nilai Perolehan – Nilai Sisa ... (3) Umur Ekonomis 

Nilai perolehan oven sebesar Rp. 1.850.000 yang memiliki umur ekonomis selama 10 tahun. Nilai sisa yang dimiliki oven tersebut sebesar Rp. 17.500. Jadi tarif penyusutan oven sebesar Rp. 183.250 per tahun. Sehingga tarif penyusutan oven dalam satu hari produksi dapat dihitung sebesar Rp. 500 (dibulatkan).

Tabel 4. Overhead Variabel Produksi Wingko Desember 2010

Overhead Variabel Biaya (Rupiah)

Paket Kemasan 1.312.500

Kertas Minyak 210.000

Gas LPG 3 kg 405.000

Air 540.000

Total Overhead Variabel 2.467.500

Sumber: Data UKM Wingko Cap Kapal Terbang

Overhead variabel dalam produksi wingko terdiri dari kemasan berlogo, kertas minyak, bahan bakar gas LPG untuk pemanggangan dan air. Wingko dikemas dengan tiga jenis kemasan sebelum akhirnya siap dipasarkan. Kemasan pertama yaitu kemasan wingko yang terbuat dari kertas minyak. Kertas minyak yang digunakan berukuran panjang 10 cm dan lebar 5 cm. Berikutnya wingko dikemas menggunakan kertas berlogo UKM Wingko Cap Kapal Terbang. Tiap 20 wingko dikemas lagi


(51)

menggunakan doos berlogo UKM Wingko Cap Kapal Terbang. Total produksi wingko yang dihasilkan berjumlah 700 buah wingko yang dikemas ke dalam 35 doos wingko. Harga kertas minyak yang digunakan sebagai lapisan pertama kemasan tiap wingko sebesar Rp. 100. Biaya kemasan berlogo dan doos berlogo wingko sebesar Rp. 1.250 per doos. Jadi total biaya kemasan yaitu sebesar Rp. 50.750 untuk satu kali produksi.

Gas LPG yang digunakan berupa gas LPG berukuran 3 kg. Setiap produksi membutuhkan satu tabung gas LPG berukuran 3 kg. Air yang digunakan dalam produksi wingko ini adalah air untuk proses perebusan bahan baku wingko yang dibeli per galon. Data biaya overhead variabel produksi wingko disajikan pada Tabel 4. 4.5. Penetapan Standar

Penetapan standar harus dilakukan untuk memberikan pedoman dalam mengetahui biaya dan kuantitas yang seharusnya terjadi dalam proses produksi agar efisien. Standar yang diteliti yaitu standar harga dan standar kuantitas penggunaan proses produksi, yang mencakup bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Berikut disajikan data mengenai standar harga dan kuantitas penggunaan dalam proses produksi pada Tabel 5 dan Tabel 6.


(52)

Tabel 5. Standar Harga Beli Bahan Baku Wingko Bulan Desember 2010 Tanggal

Nama Bahan Baku (dalam Rupiah)

Kelapa Gula Pasir Tepung Ketan Mentega Nangka Durian Gula Jawa (butir) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) 1 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 2 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 3 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 4 4.500 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 5 4.500 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 6 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 7 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 8 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 9 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 10 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 11 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 12 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 13 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 14 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 15 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 16 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 17 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 18 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 19 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 20 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 21 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 22 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 23 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 24 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 25 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 26 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 27 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 28 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 29 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 30 4.000 10.500 9.500 14.000 10.000 15.000 10.000 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang, pasar tradisional, dan agen.

Standar harga beli bahan baku yang digunakan untuk memproduksi wingko didapatkan dari survey langsung dan kemudian dibuat rataan. Survey dilakukan di tiga lokasi, yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang, pasar tradisional, dan toko penjual bahan baku. Ada sedikit


(53)

peningkatan harga kelapa per butirnya dikarenakan tingginya permintaan kelapa sedangkan persediaan kelapa sedang terbatas.

Tabel 6. Kuantitas Standar Bahan Baku Wingko per Produksi Jumlah Kelapa

Gula Pasir

Tepung

Ketan Mentega Nangka Durian Gula Jawa Produksi (butir) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)

700 buah 36 4 3 0,25 0,25 0,25 0,25

Sumber: Data Perusahaan UKM Wingko Cap Kapal Terbang

Standar kuantitas bahan baku yang digunakan sama karena UKM Wingko Cap Kapal Terbang memproduksi wingko dalam jumlah yang sama setiap harinya pada bulan Desember 2010 yaitu sebanyak 700 buah.

Jam kerja standar untuk satu kali produksi yaitu selama tiga jam. Tarif upah standar tenaga kerja langsung setiap harinya yaitu sebesar Rp. 24.450 per orang. Upah tersebut mencakup upah borongan dan upah harian. Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa tarif upah standar per jam yaitu sebesar Rp. 8.150.

Penetapan standar untuk overhead variabel disesuaikan dengan jumlah produksi wingko. Standar pengeluaran dan efisiensi overhead variabel ditentukan sendiri oleh UKM Wingko Cap Kapal Terbang.

4.6. Analisis Varians

Varians antara standar yang telah ditetapkan dengan keadaan aktual yang sebenarnya terjadi dapat diukur dengan menggunakan analisis varians. Perhitungan analisis varians dikenakan pada harga dan efisiensi penggunaan dalam memproduksi wingko. Berikut hasil analisis varians untuk masing masing bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. 4.6.1. Analisis Varians Bahan Baku Langsung

Analisis varians bahan baku langsung terdiri dari varians harga dan varians efisiensi penggunaan.

a. Analisis Varians Harga Bahan Baku Langsung

Analisis varians harga bahan baku langsung rata-rata disajikan dalam Tabel 7.


(54)

Tabel 7. Analisis Varians Rata-Rata Harga Bahan Baku Langsung UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010

Nama Bahan Baku

Analisis Varians Rata-Rata Harga Bahan Baku (Rp) Standar

Harga

Realisasi Harga

Kuantitas Aktual

Analisis

Varians U/F Varians

(SP) (AP) (AQ) (MPV)

Kelapa 4.000 3.933,33 37 -2.466,79 F 1,67 % Gula Pasir 10.500 10.200 4,15 -1.245 F 2,86 %

Tepung Ketan 9.500 10.900 2,95 4.130 U -14,7 % Mentega 14.000 17.450 0,23 793,5 U -24,6 %

Nangka 10.000 11.100 0,29 319 U -11,0 % Durian 15.000 21.500 0,27 1.755 U -43,33 % Gula Jawa 10.000 8.833,33 0,26 -303,33 F 11,67 %

i. Kelapa

Standar harga bahan baku langsung kelapa selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan sebesar Rp. 4.000 dengan rataan realisasi sebesar Rp. 3.933,33. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 2.466,79 dengan rataan persentase varians sebesar 1,67 % yang dapat dikategorikan Favorable (F).

Varians ini dipengaruhi oleh faktor siapa yang melakukan pembelian bahan baku kelapa, kemudahan dalam memperoleh kelapa, diskon yang diberikan, dan kualitas kelapa. Agen yang bertugas dalam melakukan pembelian bertanggung jawab pada realisasi harga beli. Agen pembelian bertugas untuk mencari harga yang termurah dengan kualitas kelapa yang sesuai.

ii. Gula Pasir

Standar harga bahan baku langsung gula pasir selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan sebesar Rp. 10.500 dengan rataan realisasi sebesar Rp. 10.200. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 1.245 dengan rataan persentase varians sebesar 2,86 % yang dapat dikategorikan Favorable (F). Hal ini dapat terjadi karena gula pasir dibeli di toko bahan


(55)

baku langganan yang menjual gula pasir dengan harga yang lebih murah daripada toko bahan baku lainnya.

iii. Tepung Ketan

Standar harga bahan baku langsung tepung ketan selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan sebesar Rp. 9.500 dengan rataan realisasi sebesar Rp. 10.900. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 4.130 dengan rataan persentase varians sebesar 14,7 % yang dapat dikategorikan Unfavorable (U). Hal ini disebabkan karena tepung ketan yang biasa dibeli tidak tersedia di toko tempat biasa membeli bahan baku. Sehingga harus membeli tepung ketan dengan merek yang berbeda. Hal ini berada di bawah kendali dari UKM Wingko Cap Kapal Terbang karena tergantung pada ketersediaan bahan di toko tempat membeli bahan baku. Selain hal tersebut, tidak bisa mendapatkan diskon harga karena kuantitas yang dibutuhkan tidak dalam jumlah yang besar.

iv. Mentega

Standar harga bahan baku langsung mentega selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan sebesar Rp. 14.000 dengan rataan realisasi sebesar Rp. 17.450. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 793,5 dengan rataan persentase varians sebesar 24,6 % yang dapat dikategorikan Unfavorable (U). Hal ini disebabkan pembelian mentega dilakukan di toko bahan baku dengan harga yang relatif lebih mahal daripada standar di pasar tradisional dan Deperindag Kota Semarang.


(1)

Lampiran 27. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Tepung Ketan

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_harga_tepun

gketan 30 1.0900E4 674.66467 123.17635

One-Sample Test

Test Value = 9500

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_harga_tepung

ketan 11.366 29 .000 1400.00000 1148.0761 1651.9239

Lampiran 28. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Tepung Ketan

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_efisiensi_tep

ungketan 30 2.9567 .12507 .02284

One-Sample Test

Test Value = 3

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_efisiensi_tepu


(2)

Lampiran 29. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Mentega

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_harga_mente

ga 30 1.7450E4 530.93931 96.93581

One-Sample Test

Test Value = 14000

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_harga_mente

ga 35.591 29 .000 3450.00000 3251.7440 3648.2560

Lampiran 30. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Mentega

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_efisiensi_me

ntega 30 .2267 .04498 .00821

One-Sample Test

Test Value = 0.25

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_efisiensi_men


(3)

Lampiran 31. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Nangka

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_harga_nangk

a 30 1.1100E4 1398.27480 255.28888

One-Sample Test

Test Value = 10000

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_harga_nangk

a 4.309 29 .000 1100.00000 577.8756 1622.1244

Lampiran 32. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Nangka

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_efisiensi_nan

gka 30 .2967 .13257 .02420

One-Sample Test

Test Value = 0.25

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_efisiensi_nan


(4)

Lampiran 33. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Durian

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_harga_durian 30 2.1500E4 5194.49311 948.38035

One-Sample Test

Test Value = 15000

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_harga_durian 6.854 29 .000 6500.00000 4560.3444 8439.6556

Lampiran 34. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Durian

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_efisiensi_duri

an 30 .2700 .14420 .02633

One-Sample Test

Test Value = 0.25

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_efisiensi_duri


(5)

Lampiran 35. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Gula Jawa

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_harga_gulaja

wa 30 8.8333E3 239.73165 43.76881

One-Sample Test

Test Value = 10000

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_harga_gulaja

wa -26.655 29 .000 -1166.66667 -1256.1839 -1077.1494

Lampiran 36. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Gula Jawa

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_efisiensi_gul

ajawa 30 .2600 .04983 .00910

One-Sample Test

Test Value = 0.25

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_efisiensi_gula


(6)

Lampiran 37. Uji Hipotesis Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja Langsung

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_tarif_tkl 30 6.6600E3 708.94084 129.43430

One-Sample Test

Test Value = 8150

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

penyimpangan_tarif_tkl -11.512 29 .000 -1490.00000 -1754.7229 -1225.2771

Lampiran 38. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja Langsung

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean penyimpangan_efisiensi_TK

L 30 3.8000 .24914 .04549

One-Sample Test

Test Value = 3

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper