Panopticonism dalam Program Keluarga Berencana

6.2 Panopticonism dalam Program Keluarga Berencana

Panopticon merupakan salah satu kontribusi pemikiran Foucault pada sebuah sistem kekuasaan yang diadopsi pada suatu kondisi penjara yang memiliki sebuah sistem pengawasan terpusat dan berbentuk lingkaran, oleh karena itu para tahanan akan senantiasa merasa diawasi oleh sipir setiap waktu namun para tahanan tidak mengetahui kapan mereka diawasi.

Panopticon bekerja pada kekuasaan berdasarkan dengan manifestasi kemahatauan yang dipegang oleh penguasa sehingga para subjek politik akan merasa dirinya terus diawasi tanpa henti. Dalam buku Foucault Diciplin and Punishment menjelaskan bahwa konsep disiplin akan bekerja dengan efektif pada saat sebuah kekuasaan yang mampu melihat mereka secara terus menerus.

Dengan adanya panopticon yang berlangsung pada masyarakat maka setiap orang akan berperilaku disiplin tanpa maupun dengan diawasi, begitu juga sebaliknya bahwa setiap orang yang melakukan kesalahan akan senantiasa ditakuti denga rasa bersalah secara mendalam secara terus menerus.

Kontribusi penting dalam konsep ini adalah bahwa kekuasaan tidak bersifat secara hirarki layaknya sebuah proses kekuasaan yang berjalan secara top-down, namun kekuasaan pada konsep panopticon adalah kekuasaan tunggal yang dapat dipegang oleh siapapun yang bersifat sejajar dan dapat bertukar bahkan bisa terjadi secara sistematis dimanapun pada pos pos kekuasaan yang telah dibentuk.

Panopticon layaknya sebuah mesin yang memiliki sebuah keistimewaan yang luar biasa dimana dapat mengontrol kekuasaan dengan menggunakan manifestasi kedisiplinan yang begitu sistematik, konsep yang terjadi dengan kombinasi ilmu pengetahuan mamapu menciptakan kekuasaan yang tidak dapat dihindarkan kecuali dengan pengetahuan itu sendiri.

Program Keluarga Berencana merupakan suatu konsep yang telah disusun suatu pos pos kekuasaan pada setiap negara dimana pengurangan penduduk sangat dibutuhkan untuk mendaptkan sebuah kualitas bumi yang baik serta lingkungan yang sehat dan seperti yang kebanyakan orang inginkan. Konsep awal adalah stimulus kukuasaan terhadap sebuah riset ilmu sosial yang memiliki karakteristik positivis.

Dengan stimulus ilmu pengetahuan maka untuk berikutnya dalah dengan adanya lobying terhadap pendiri negara dengan memasukkan nilai nilai Dengan stimulus ilmu pengetahuan maka untuk berikutnya dalah dengan adanya lobying terhadap pendiri negara dengan memasukkan nilai nilai

Hasil riset yang bersifat positivis membuat masyarakat enggan melakukan koreksi secara pribadi, tingkat kreativitas manusia akan semakin lemah dengan adanya pemberdayaan yang secara terus menerus dilakukan. Sampai pada tahap ini cukuplah sudah kekuasaan dibalut dengan sebuah ilmu pengetahuan dan hal ini mampu menciptakan wacana wacana dominan yang akan diedarkan secara persuasif terhadap masyarakat.

Wacana dominan yang terbentuk dimasyarakat mampu mengubah pola pikir dan melemahkan nilai kritis pada setiap diri manusia, didukung dengan adanya regulasi dan hukum yang jelas membuat kekuasaan tersebut semakin diselimuti oleh berbagai aspek aspek pos kekuasaan yang mengakibatkan terciptanya sentimen kemahatauan tak terlihat.

Implikasi panopticon pada Program Keluarga Berencana bersifat nyata namun tidak dapat diverifikasi atau dapat disebut dengan visible and unveriviable masyarakat mengetahui bahwa jika tidak mengikuti program tersebut maka akan berakibat hilangnya harapan untuk membentuk keluarga yang sejahtera. Harapan inilah yang terus diawasi namun tidak pernah mengetahui kapan kesejahteraan itu akan mereka dapatkan.

Model panopticon menjadi suatu landasan kekuasaan dapat dilakukan secara individual dimana seseorang dapat mengamati dan mengontrol beberapa orang, namun objek kekuasaan tidak dapat melihat penguasa tersebut hal ini karena power yang terbentuk merupakan power faceless.

Konsep kekuasaan dengan model panopticon membuat sebuah disiplin dapat dilakukan namun tanpa adanya kekerasan, tingkah laku disiplin dapat berjalan dengan pengawaasan atau tanpa pengawasan. Power yang dibawa konsep panopticon mampu melahirkan superpower yang dapat mengawasi banyak orang, kemahatauan yang dimilikinya tidak memiliki wajah terhadap objek yang diawasi.

Pada program keluarga berencana konsep ini berjalan dengan sangat lembut, bagaimana tidak mereka berjalan dengan dukungan hampir di semua lini ilmu pengetahuan serta didukung disemua lini golongan masyarakat. Kalimat persusif hingga penekanan administratif kependudukan sempat terjadi pada tahun 90 an dan bahkan kalimat persusif tersebut masih berdengung di telinga hingga saat ini dijadikan slogan sebuah tagline institusi negara.

Masyarakat pada umumnya tidak ingin melakukan kajian ilmiah dibidang perencanaan keluarga, mereka akan langsung mnerima apa yang telah disampaikan oleh para penyuluh dalam mengikuti program tersebut, namun disinilah harapan itu mulai diambil alih oleh penguasa dimana tidak akan mendapat nilai kesejahteraan hidup jika tidak mengikuti program tersebut, lebih tragisnya kesejahteraan yang ditawarkan oleh penguasa merupakan kesejahteraan yang nilainya masih sebuah harapan bukan sebuah kepastian.

Masyrakat merasa terawasi dengan keadaan ini, mereka lebih memilih ikut program tersebut dari pada kehilangan sebuah kesejahteraan yang mereka impikan, proses panopticon yang dirasakan masyarakat bukanlah sebuah hak yang mereka miliki dirampas melainkan lebih berarah ke sebuah harapan yang mereka kacaukan dengan segala ilmu pengetahuan yang mereka temukan.

Hilangnya harapan masyarakat terhadap kesejahteraan yang mereka impikan tidak terlepas dari faktor luar seperti adanya krisis pekerjaan, ekonomi serta kesenjangan sosial yang memang jelas terlihat pada lingkungan mereka, namun itu semua juga sudah tertata oleh penguasa untuk memberikan contoh kongkrit jika tidak mengikuti program yang mereka jalankan. Sesuatu hal yang telah dipesan sudah tertata oleh penguasa dan pengambilan sebuah harapan masyarakat dengan konsep panopticon sebagai upaya untuk mendisiplinkan penduduk dalam menciptakan mahakarya yang telah mereka bangun di jauh hari.

Hilangnya harapan untuk membentuk keluarga sejahtera seperti yang dijanjikan oleh penguasa adalah sebuah bentuk hukuman atas keputusan yang diambil oleh masyarakat yang tidak mengikuti aturan serta mendukung suksesnya program tersebut.

Jika dilihat dari sistem yang telah dibentuk oleh penguasa bahwa keluarga sejahtera tidak hanya semata mata adalah orang yang mengikuti program tersebut, hal ini tentu masih memiliki faktor lain yang ada dilingkungan mereka, sayangnya lingkungan yang ada pada masyarakat tersebut juga sudah dilakukan manifestasi kekuasaan oleh penguasa. Jadi dapat diibarat masyarakat keluar untuk tidak Jika dilihat dari sistem yang telah dibentuk oleh penguasa bahwa keluarga sejahtera tidak hanya semata mata adalah orang yang mengikuti program tersebut, hal ini tentu masih memiliki faktor lain yang ada dilingkungan mereka, sayangnya lingkungan yang ada pada masyarakat tersebut juga sudah dilakukan manifestasi kekuasaan oleh penguasa. Jadi dapat diibarat masyarakat keluar untuk tidak