Ruang Lingkup

2.2. Ruang Lingkup

Penelitian ini memfokuskan pada keterampilan kejuruan yang dibutuhkan saat ini dan akan dibutuhkan di masa depan yang dapat disediakan lewat pelatihan formal oleh MA dan untuk mengetahui kesenjangan antara ketersediaan tenaga kerja berketerampilan dan permintaan pasar tenaga kerja (baik formal dan informal) untuk keterampilan tertentu. Penelitian ini juga menilai kemampuan MA untuk tetap mengikuti kebutuhan keterampilan local dan menyesuaikan program pengembangan keterampilan mereka.

Program pengembangan keterampilan didasarkan pada kebutuhan untuk memberi siswa bukan hanya keterampilan kejuruan, melainkan juga keterampilan dan pengetahuan kognitif secara umum yang akan member mereka kesempatan lebih baik untuk mendapat pekerjaan di sektor formal atau pekerjaan yang lebih menjanjikan di sektor informal serta untuk mempersiapkan siswa-siswa tertentu untuk melanjutkan pelatihan keterampilan di tingkat yang lebih tinggi.

Filosofi yang mendukung adanya kebutuhan untuk pelatihan keterampilan yang lebih baik di MA yang membantu dalam cakupan penelitian dirancang pada tahap awal penelitian oleh pemegang kepentingan kunci. Prinsip-prinsip tuntunan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Muslim, dalam hal pakaian, perumahan, makanan dan tempat tinggal, serta kebutuhan ekonomi lokal secara umum

2. Mengembangkan program keterampilan madrasah yang selain akan menyediakan pelatihan bagi para siswa, juga akan menghasilkan surplus barang atau jasa yang bisa diperdagangkan di pasar lokal

3. Mengembangkan keterampilan siswa yang bisa mendapatkan pengakuan atau kualifikasi tertentu untuk memperlihatkan kompetensi siswa ketika melamar pekerjaan di bisnis atau industri lokal formal maupun informal.

Prinsip-prinsip ini dirancang saat kelompok penelitian, yang bekerjasama dengan Kemenag, memilih lokasi dan madrasah tertentu untuk studi lapangan dan pemilihan peserta untuk kelompok diskusi terfokus (Focus Group Discussions (FGD)).

2.2.1. Batasan penelitian

Salah satu kebijakan Kemenag adalah untuk merubah sekitar 250 Madrasah Aliyah menjadi institusi kejuruan (Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)). MAK bukanlah bagian dari KAK penelitian sejak awal. Penelitian ini tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk menilai potensi MA yang sudah ada untuk diubah menjadi MAK; meski begitu, penelitian ini bisa menemukan kriteria untuk membentuk MAK berdasarkan studi lapangan yang dilakukan.

Karena banyaknya keterampilan yang sesuai untuk MA, banyaknya variasi di sektor ekonomi lokal dan perbedaan biaya barang dan jasa di setiap wilayah dalam satu negara, penelitian ini tidak mampu menghasilkan model-model yang spesifik untuk mencakup semua jenis program keterampilan dan semua wilayah dalam negara. Sampel yang sudah dipilih digunakan sebagai dasar untuk menentukan pilihan biaya dan kebijakan untuk berbagai model pengembangan keterampilan.

Akuakultur tidak dimasukkan dalam daftar keterampilan kejuruan yang secara resmi diakui oleh Kemenag; namun, sejumlah MA mengajarkan keterampilan ini. Pembicaraan awal dengan pemangku kepentingan menghasilkan pemahaman bahwa hal tersebut adalah wilayah kejuruan yang penting untuk dipelajari. Karenanya, meskipun penelitian khusus tentang akuakultur tidak dimasukkan dalam TOR untuk penelitian ini, studi kasus yang mendalam terkait biaya pengembangan program pelatihan keterampilan akuakultur (serta studi kasus pelatihan keterampilan agrikultur) telah ditambahkan sebagai studi kasus (Annex 2).

Studi ini diperlukan untuk menghasilkan Rencana Jangka Menengah yang Berharga untuk Pengembangan Keterampilan Peningkatan di MA. Karena ada banyak unit biaya untuk keterampilan guru, peralatan, fasilitas dan bahan yang dibutuhkan untuk pelatihan keterampilan di berbagai wilayah di negara ini, tim membatasi untuk membuat estimasi biaya unit untuk berbagai jenis keterampilan. Perkiraan tersebut didasarkan pada data yang diberikan kepada tim oleh sekolah kejuruan menengah di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi (SMKN) yang ditinjau dan disempurnakan dalam FGD dengan pemangku kepentingan utama di 20 kabupaten. Tim peneliti kemudian menghitung rata-rata dari data dan informasi yang diuraikan di atas. Dengan demikian data biaya yang termasuk dalam rencana pengembangan jangka menengah terbatas pada estimasi berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya.