11 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson

Tabel 3.11 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson

Durbin – Watson (DW) Kesimpulan < dL

Terdapat autokorelasi (+) dL sampai dU

Tanpa kesimpulan dU sampai 4 – dU

Tidak terdapat autokorelasi

4 – dU sampai 4 – dL Tanpa kesimpulan > 4 – dL

Ada autokorelasi (-)

Gambar 3.1 Grafik Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson

Adapun hasil analisis uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik untuk setiap variabel menunjukkan hasil yang po sitif da n da pat di lakukan analisis lanjutan yaitu u ji ko relasi da n u ji r egresi. Adapun un tuk lebih jelasnya mengenai u ji asumsi d asar da n u ji a sumsi k lasik dapat d ilihat pada bagian lampiran.

4. Analisis Data

Dalam a nalisis data m enggunakan teknik s tatistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan u ntuk analisis da ta, pertama, teknik Dalam a nalisis data m enggunakan teknik s tatistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan u ntuk analisis da ta, pertama, teknik

a. Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Teknik s tatistik d eskriptif d igunakan u ntuk mengidentifikasi karakteristik sampel s erta m engetahui tingkat kategori un tuk s etiap variabel dalam hal ini yaitu efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif balanced scorecard terhadap mutu pembelajaran siswa d i MAN M aguwoharjo S leman. Teknik a nalisis data ini menggunakan da ta dari hasil p enelitian yang d igambarkan melalui tabel de skripsi da ta, tabel d istribusi frekuensi da ta dan tabel silang (crosstabs)

1) Tabel Deskripsi Data

Pada b agian in i akan d ijelaskan karakteristik sampel penelitian melalui t abel deskripsi berdasarkan pe ngelompokkan kategori tertentu seperti jenis kelamin, umur, kelas, dan jurusan.

2) Tabel Distribusi Frekuensi Data

Pada b agian ini ak an a kan d ijelaskan d istribusi frekuensi tingkatan ka tegori u ntuk setiap variabel melalui t abel frekuensi untuk m engetahui kategori da ri s etiap variabel yang sebelumnya telah dilakukan pengkategorian.

3) Tabel Silang (Crosstabs)

Pada ba gian ini a kan d ijabarkan hu bungan variabel independen de ngan variabel de penden de ngan menyilangkan Pada ba gian ini a kan d ijabarkan hu bungan variabel independen de ngan variabel de penden de ngan menyilangkan

b. Teknik Analisis Statistik Inferensial

Teknik statistik inferensial d igunakan u ntuk menguji hubungan dan kontribusi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Teknik ini menggunakan uji korelasi dan uji regresi.

1) Uji Korelasi

a) Uji Korelasi Bivariate

Uji korelasi bivariate digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan a ntara dua va riabel. Lebih l anjut, untuk m enguji signifikansi da ri po la hubungan yang terjadi ketentuan dari h asil pengujiannya adalah sebagai berikut : (1) Jika ni lai p-value < α (0.05) maka ko relasinya signifikan d i

angka kepercayaan 95%. (2) Jika nilai p-value > α (0.05) maka korelasinya tidak signifikan di angka kepercayaan 95%. Mengenai besarnya ko efisien ko relasi da pat d ikategorikan seperti yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.12 Koefisien Korelasi 121 Interval Koefisien

Tingkat hubungan 0,00 – 0,20

Sangat rendah atau sangat lemah 0,20 – 0,40

Rendah atau lemah 0,40 – 0,70

Sedang atau cukup 0,70 – 0,90

Kuat atau tinggi 0,90 – 1,00

Sangat kuat atau sangat tinggi

b) Uji Korelasi Parsial

Uji ko relasi pa rsial di gunakan un tuk mengetahui a da tidaknya hubungan dan seberapa kuat hubungan yang terjadi antara variabel independen dan variabel dependen dengan mengendalikan variabel lain yang dianggap memiliki pe ngaruh ( dibuat konstan/tetap). 122 Korelasi pa rsial ini d ilakukan setelah ko relasi

bivariate sebagai s yarat da lam menguji ke linearan hubungan variabel i ndependen terhadap variabel dependen. A dapun skenario 123 dan pengambilan keputusannya sebagai berikut:

(1) Apabila nilai r yx = nilai r yx.z , m aka v ariabel i ndependen (X) benar-benar b erpengaruh s ecara l inear terhadap variabel

Anas Sudi jono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: R ajaGrafindo P ersada, 2010), hlm. 193.

Duwi P riyatno, Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS (Yogyakarta: Gava Media, 2013), hlm. 23

Rebecca D avis, Statistics: A Tool for Social Research (Belmont: W adsworth Publishing Company, 1996), hlm. 239-240

Gambar 3.2 Skema Skenario Pertama Hasil Uji Korelasi Parsial

(2) Apabila nilai r yx > nilai r yx.z , m aka v ariabel i ndependen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) karena dimediasi atau diintervensi oleh variabel kontrol (Z) atau variabel kontrol (Z) m emperkuat h ubungan variabel independen ( X) de ngan variabel dependen (Y).

Gambar 3.3 Skema Skenario Kedua Hasil Uji Korelasi Parsial

(3) Apabila nilai r yx < nilai r yx.z , maka variabel independen (X) dan variabel ko ntrol ( Z) masing-masing mempunyai pe ngaruh secara l inear terhadap variabel dependen ( Y) a tau v ariabel kontrol ( Z) m emperlemah hubungan va riabel independen ( X) dengan variabel dependen (Y).

Gambar 3.4 Skema Skenario Ketiga Hasil Uji Korelasi Parsial

Dari ke tiga s kenario d i atas, apa bila terjadi s kenario y ang ketiga maka perlu diukur berapa besar pengaruh tiap-tiap variabel

dari X dan Z terhadap Y melalui analisis regresi. 124 Apabila terjadi skenario pe rtama juga da pat di lanjutkan pa da an alisis r egresi

sedangkan apa bila t erjadi s kenario ke dua, m aka an alisis r egresi hanya d igunakan u ntuk mengetahui besaran ko ntribusinya da n untuk membuktikan bahwa variabel Z memang memiliki pengaruh yang lebih kuat daripada variabel X terhadap variabel Y.

2) Uji Regresi Linear

a) Uji Regresi Linear Sederhana

Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi satu variabel independen terhadap satu variabel de penden. U ji r egresi linear s ederhana merupakan analisis t indak lanjut dari u ji ko relasi. Rumus yang d igunakan adalah sebagai berikut:

124 Rinduan Zain, disampaikan dalam Workshop Metodologi Penelitian Dosen MPI FITK UIN Sunan Kalijaga pada Kamis, 8 Oktober 2015

Y=α + βX

(Y adalah v ariabel de penden yang diramalkan, α adalah konstanta, β adalah ko efisien r egresi, d an X adalah v ariabel independen). Adapun u ntuk mengetahui s eberapa besar ko ntribusi variabel independen da lam memprediksi variabel d ependen

dapat di lihat pa da h asil R square (R 2 ) yang d iperoleh pa da output analisis da ta melalui S PSS pa da t abel model summary.

Adapun t abel ANOVA d igunakan u ntuk menjelaskan variasi nilai va riabel i ndependen apakah m emiliki pengaruh y ang signifikan t erhadap v ariabel de penden. D an un tuk tabel coefficients digunakan u ntuk membuat pe rsamaan r egresi yang akan m enjelaskan dan m enganalisis s eberapa besar ko ntribusi variabel indepeden da lam memprediksi variabel d ependen didasarkan pa da ko ndisi yang s udah d itentukan s ebelumnya seperti ketika berada pada kategori efektif atau tidak efektif dan ketika berada pada kategori tinggi atau rendah. Oleh karena itu, dapat diketahui h asilnya apa kah v ariabel i ndependen s ebagai variabel pr ediktor m ampu a tau t idak mampu memberikan kontribusi positif/negatif terhadap perubahan variabel dependen.

b) Uji Regresi Linear Berganda

Uji r egresi linear b erganda digunakan u ntuk mengetahui seberapa besar pe rsentase ko ntribusi dua atau lebih variabel independen t erhadap satu variabel de penden. Setelah a nalisis po la hubungan da lam bentuk korelasi, selanjutnya d ilakukan a nalisis beberapa besaran at au kisaran pe ngaruh dua a tau l ebih variabel independen terhadap variabel de penden de ngan menggunakan teknik regresi linear b erganda. R umus yang digunakan a dalah sebagai

berikut 125 : Y=α +β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4

(Y adalah variabel dependen yang diramalkan, α adalah ko nstanta, β 1,

β 2 , β 3 , da n β 4 adalah koefisien regresi, dan X 1 ,X 2 ,X 3 ,dan X 4 adalah variabel independen).

Hal d i atas berlaku ketika variabel ko ntrol t idak mengintervensi hu bungan va riabel i ndependen dengan va riabel dependen. Namun, apabila s kema y ang terjadi m enunjukkan sebaliknya ya itu variabel ko ntrol mengintervensi hu bungan variabel independen de ngan variabel dependen, m aka v ariabel kontrol j uga diikutkan da lam analisis r egresi linear b erganda ka rena variabel kontrol d i s ini t ernyata memiliki ko ntribusi terhadap variabel dependen yang cukup signifikan. Oleh karena itu, kedudukan variabel

kontrol ( Z) be rubah menjadi variabel independen ke lima ( X 5 ) ya ng

125 Duwi Priyatno, Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), hlm. 52 125 Duwi Priyatno, Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), hlm. 52

Y=α +β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4 +β 5 X 5

(Y adalah variabel dependen yang diramalkan, α adalah ko nstanta, β 1,

β 2 , β 3 , β 4, β 5 adalah ko efisien r egresi, da n X 1 , X 2 , X 3 , X 4, X 5 adalah variabel independen).

Teknik ini d igunakan u ntuk mengetahui besarnya ko ntribusi variabel independen terhadap va riabel de penden juga u ntuk menguji hipotesis yang telah dipaparkan. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut :

a) Jika besarnya ni lai a ngka signifikan l ebih kecil da ri 0, 05 pa da taraf kepercayaan 95% (p-value < α 0.05), maka H 0 ditolak dan H a diterima.

b) Jika be sarnya nilai a ngka s ignifikan lebih besar da ri 0, 05 pa da taraf ke percayaan 95% ( p-value < α 0.05), maka H a ditolak da n

H 0 diterima. Adapun untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel independen dalam memprediksi variabel dependen dapat dilihat pada

hasil R square (R 2 ) yang diperoleh pada output analisis data melalui SPSS pada tabel model summary. Adapun tabel ANOVA digunakan

untuk menjelaskan variasi nilai variabel independen apakah memiliki pengaruh yang s ignifikan t erhadap variabel de penden. Dan u ntuk

tabel coefficients digunakan untuk membuat persamaan regresi yang akan m enjelaskan dan m enganalisis seberapa b esar ko ntribusi variabel indepeden dalam memprediksi variabel de penden didasarkan pa da kondisi yang sudah d itentukan s ebelumnya seperti ketika berada pa da ka tegori efektif a tau t idak efektif da n ketika berada pa da ka tegori tinggi atau rendah. Oleh karena itu, dapat diketahui h asilnya apakah v ariabel i ndependen sebagai v ariabel prediktor m ampu atau t idak mampu memberikan kontribusi positif/negatif terhadap perubahan variabel dependen.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini s ecara u mum membahas ef ektivitas pe nerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) da lam pe rspektif balanced scorecard (BSC) t erhadap mutu pembelajaran siswa ke las X I da n ke las X II di M AN M aguwoharjo. D ari judul t ersebut t erbagi menjadi empat v ariabel i ndependen y aitu MBS dalam

perspektif pe langgan (X 1 ), MBS dalam pe rspektif ke uangan (X 2 ), MBS dalam perspektif pr oses internal (X 3 ), s erta MBS dalam p erspektif pe mbelajaran d an pertumbuhan (X 4 ), variabel de penden yaitu mutu pe mbelajaran (Y) serta un tuk menguji k elinearan hu bungan/pengaruh a ntara va riabel independen da n va riabel dependen dilakukan dengan memasukkan variabel kontrol yaitu budaya madrasah (Z).

Lebih lanjut, s ub-variabel da ri t iap-tiap variabel y aitu pertama, su b- variabel d ari variabel MBS dalam pe rspektif p elanggan ( X 1 ) me liputi customer core measurement (tingkat kepuasan pelanggan) dan customer value propositions (tingkat kepuasan pemicu kinerja). Kedua, sub-variabel dari variabel MBS dalam

perspektif ke uangan ( X 2 ) a dalah pe nyediaan a nggaran s ecara r utin. Ketiga, su b- variabel da ri variabel MBS dalam perspektif p roses internal ( X 3 ) m encakup inovasi, proses, dan layanan pur na jual. Keempat, sub-variabel dari variabel MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (X 4 ) meliputi kepuasan terhadap proses pembelajaran serta kemampuan kerja dan sistem informasi. Adapun sub- variabel da ri variabel de penden yakni mutu pembelajaran (Y) terdiri dari proses

Pembahasan da lam bab ini d iawali de ngan a nalisis s tatistik de skriptif berupa de skripsi da n ka rakteristik s ampel, frekuensi da ta, serta t abel silang (crosstabs). Hasil olah d ata yang telah d iperoleh da ri pe nelitian di M AN Maguwoharjo se bagai o bjek pe nelitian digunakan u ntuk memetakan ko mposisi sampel/responden d an memetakan t ingkat distribusi f rekuensi untuk setiap variabel ba ik independen (X), dependen ( Y), s erta ko ntrol ( Z) serta menyilangkannya dengan va riabel dummy seperti ke las da n jurusan berdasarkan data hasil penelitian. Dilanjutkan dengan analisis tabel silang untuk setiap variabel independen (X) dan variabel kontrol (Z) dengan variabel dependen (Y).

Kemudian d ilanjutkan de ngan a nalisis s tatistik inferensial berupa a nalisis korelasi yang terdiri dari korelasi bivariate dan korelasi parsial. Korelasi bivariate digunakan u ntuk mengetahui seberapa kua t h ubungan variabel independen ( X) dengan variabel de penden ( Y) s edangkan ko relasi p arsial d igunakan un tuk menguji a pakah hubungan a ntara va riabel independen ( X) de ngan variabel dependen (Y) benar-benar linear atau tidak dengan memasukkan variabel kontrol sebagai a lat un tuk pe ngujian. S elanjutnya, a nalisis r egresi d ilakukan u ntuk mengetahui da n memprediksi s eberapa besar ko ntribusi variabel independen ( X) dalam me mprediksi v ariabel de penden ( Y). D ari ke dua a nalisis s tatistik inferensial ini d igunakan s ebagai bahan da lam melakukan u ji hipotesis da n mengambil/menarik ke simpulan a tau de ngan ka ta l ain d igunakan u ntuk Kemudian d ilanjutkan de ngan a nalisis s tatistik inferensial berupa a nalisis korelasi yang terdiri dari korelasi bivariate dan korelasi parsial. Korelasi bivariate digunakan u ntuk mengetahui seberapa kua t h ubungan variabel independen ( X) dengan variabel de penden ( Y) s edangkan ko relasi p arsial d igunakan un tuk menguji a pakah hubungan a ntara va riabel independen ( X) de ngan variabel dependen (Y) benar-benar linear atau tidak dengan memasukkan variabel kontrol sebagai a lat un tuk pe ngujian. S elanjutnya, a nalisis r egresi d ilakukan u ntuk mengetahui da n memprediksi s eberapa besar ko ntribusi variabel independen ( X) dalam me mprediksi v ariabel de penden ( Y). D ari ke dua a nalisis s tatistik inferensial ini d igunakan s ebagai bahan da lam melakukan u ji hipotesis da n mengambil/menarik ke simpulan a tau de ngan ka ta l ain d igunakan u ntuk

Setelah itu, hasil dari analisis data baik statistik deskriptif maupun statistik inferensial ini d ilakukan pe mbandingan de ngan literatur y ang berupa pe ndapat para a hli atau pe nulis buku, jurnal, a rtikel, s erta h asil pe nelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Apabila hasil pe nelitian s ejalan atau cocok dengan teori yang t erdapat da lam literatur s ebelumnya, maka interpretasi at au temuan d i lapangan da pat mempertegas t eori yang ada at au

dengan ka ta lain H a diterima. S ebaliknya, a pabila hasil pe nelitian t idak sesuai dengan teori yang t elah ad a da lam literatur, maka interpretasi at au temuan d i lapangan da pat membantah t eori yang a da da n da pat m emberikan ko ntribusi

dalam pe ngembangan pe mahaman baru t erkait de ngan topik p enelitian a tau H 0 diterima dengan melakukan analisis sebab-sebab yang melatarbelakangi mengapa hal tersebut bisa terjadi.

A. Karakteristik Sampel

1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.0 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Laki-laki

36,8% Valid Perempuan

100,0% Total

Total s ampel berjumlah 171 s iswa yang terdiri d ari 63 siswa la ki- laki dan 108 siswa perempuan. Berdasarkan besaran jumlah sampel tersebut, maka d apat d isimpulkan bahwa r esponden d idominasi o leh s iswa perempuan daripada siswa laki-laki.

2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Kelas dan Jurusan

Tabel 4.1 Deskripsi Sampel berdasarkan Kelas Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

51,5% Valid XII

Tabel 4.2 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jurusan Jurusan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Agama

39,2% Valid IPS

Dari keseluruhan jumlah responden sebesar 171 s iswa, sebanyak 88 siswa atau sebesar 51, 5% diambil dari ke las XI dan sisanya 83 siswa atau 48,5% di ambil da ri ke las X II. D engan de mikian, r esponden ke las X I jumlahnya lebih banyak daripada responden kelas XII dengan selisih hanya

5 siswa atau 3%. Dari t otal 171 r esponden s ebanyak 22 s iswa b erasal da ri jurusan Agama, 45 siswa berasal da ri jurusan I PA, da n s isanya 104 s iswa berasal dari jurusan I PS. J adi, r esponden da ri jurusan I PS l ebih mendominasi dibandingkan dari jurusan Agama dan IPA. Hal ini dikarenakan jurusan IPS 5 siswa atau 3%. Dari t otal 171 r esponden s ebanyak 22 s iswa b erasal da ri jurusan Agama, 45 siswa berasal da ri jurusan I PA, da n s isanya 104 s iswa berasal dari jurusan I PS. J adi, r esponden da ri jurusan I PS l ebih mendominasi dibandingkan dari jurusan Agama dan IPA. Hal ini dikarenakan jurusan IPS

3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur

Tabel 4.3 Deskripsi Sampel berdasarkan Umur Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Dari jumlah ke seluruhan r esponden sebanyak 171 s iswa, da pat dipetakan bahwa responden memiliki rentang umur antara 15 tahun sampai

21 tahun. Rinciannya ya itu 4 r esponden berumur 15 tahun, 31 r esponden berumur 16 t ahun, 86 r esponden berumur 17 t ahun, 42 r esponden berumur

18 t ahun, 7 r esponden berumur 19 t ahun, da n 1 r esponden berumur 21 tahun. Dengan kata lain, responden didominasi siswa berumur 17 tahun.

B. Analisis Frekuensi

1. Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Pelanggan

Berdasarkan i nformasi da ri t abel 4. 4, tingkat e fektivitas penerapan MBS dalam p erspektif pe langgan ke las X I da n ke las X II MAN Maguwoharjo Sleman termasuk dalam kategori efektif. Hal ini berdasarkan Berdasarkan i nformasi da ri t abel 4. 4, tingkat e fektivitas penerapan MBS dalam p erspektif pe langgan ke las X I da n ke las X II MAN Maguwoharjo Sleman termasuk dalam kategori efektif. Hal ini berdasarkan

87 responden atau sebesar 50,9% menyatakan efektif dan sisanya sebanyak

84 responden atau sebesar 49,1% menyatakan tidak efektif.

Tabel 4.4 Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tidak Efektif

49,1% Valid Efektif

2. Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Keuangan

Tabel 4.5 Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Keuangan

Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tidak Efektif

34,5% Valid Efektif

Tabel 4.5 menginformasikan t ingkat e fektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif ke uangan ke las X I da n ke las XII MAN M aguwoharjo Sleman. D ari da ta t abel d iperoleh informasi bahwa t ingkat e fektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif ke uangan masuk da lam ka tegori e fektif. Hal ini d idasarkan pa da d ata yang d iperoleh da ri r esponden s ejumlah 17 1 responden dengan responden yang menyatakan efektif adalah sebanyak 112 responden atau sebesar 65,5% s edangkan sisanya s ebanyak 59 responden atau sebesar 34,5% menyatakan tidak efektif.

3. Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Proses Internal

Tabel 4.6 Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Proses Internal

Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tidak Efektif

42,7% Valid Efektif

Dari t abel 4. 6 diperoleh informasi bahwa t ingkat e fektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal kelas X I da n k elas X II MAN M aguwoharjo Sleman berada pa da k ategori e fektif. H al ini berdasarkan da ta yang d iperoleh da ri r esponden de ngan jumlah 171 responden yakni s ebanyak 98 responden at au sebesar 57,3% b erpendapat efektif sedangkan s isanya s ebanyak 73 r esponden a tau s ebesar 42, 7% berpendapat tidak efektif.

4. Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Tabel 4.7 Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tidak Efektif

40,9% Valid Efektif

Berdasarkan informasi tabel 4.7 tingkat efektivitias penerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan kelas X I da n ke las X II MAN M aguwoharjo Sleman termasuk dalam ka tegori efektif. H al i ni Berdasarkan informasi tabel 4.7 tingkat efektivitias penerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan kelas X I da n ke las X II MAN M aguwoharjo Sleman termasuk dalam ka tegori efektif. H al i ni

5. Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Balanced Scorecard (Akumulasi Va riabel X 1 ,

X 2 ,X 3 , dan X 4 )

Tabel 4.8 Frekuensi Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Balanced Scorecard

Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif BSC

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tidak Efektif

50,3% Valid Efektif

Berdasarkan informasi d ari t abel 4. 8, ketika ke empat v ariabel independen sebagai s ubfaktor da ri MBS dalam pe rspektif balanced scorecard (BSC) d igabungkan t ernyata t ingkat e fektivitasnya nyaris seimbang, n amun hasil yang d idapatkan t ermasuk da lam ka tegori t idak efektif dengan data yang masuk sebanyak 86 responden atau sebesar 50,3%. Adapun s elisihnya hanya satu responden atau 0,6% saja jika d ibandingkan dengan yang masuk da lam k ategori e fektif yaitu s ebanyak 85 r esponden atau sebesar 49,7%.

Dengan de mikian, da pat d ikatakan t ingkat e fektivitas penerapan MBS dalam perspektif balanced scorecard (BSC) kelas XI dan kelas XII di MAN M aguwoharjo S leman sedikit mendekati tidak e fektif, na mun tidak terpaut terlalu jauh diantara hasil kedua kategori tersebut.

6. Frekuensi Tingkat Mutu Pembelajaran

Tabel 4.9 Frekuensi Tingkat Mutu Pembelajaran

Tingkat Mutu Pembelajaran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Rendah

32,2% Valid Tinggi

Tabel 4.9 menunjukkan t ingkat m utu pe mbelajaran ke las X I da n kelas X II MAN M aguwoharjo Sleman. Adapun dari informasi tabel da pat disimpulkan bahwa tingkat mutu pembelajaran berada pada kategori tinggi. Hal ini berdasarkan dari data responden yang berjumlah 171 responden, 116 responden at au sebesar 67, 8% b erpendapat m utu pembelajarannya masuk pada ka tegori t inggi sedangkan s isanya 55 r esponden a tau s ebesar 32, 2% berpendapat mutu pembelajarannya termasuk dalam kategori rendah.

7. Frekuensi Tingkat Kualitas Budaya Madrasah

Tabel 4.10 Frekuensi Tingkat Kualitas Budaya Madrasah

Tingkat Kualitas Budaya Madrasah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Rendah

30,4% Valid Tinggi

Tabel 4.10 menunjukkan tingkat kualitas budaya madrasah di MAN Maguwoharjo Sleman didasarkan pada survei responden kelas XI dan kelas

XII. B erdasarkan informasi t abel d isimpulkan b ahwa t ingkat kua litas budaya madrasah d i M AN M aguwoharjo Sleman masuk da lam k ategori tinggi. Secara lebih rinci hal ini dijelaskan dari data responden sejumlah 171 responden yakni sebanyak 119 r esponden a tau s ebesar 69, 6% menilai XII. B erdasarkan informasi t abel d isimpulkan b ahwa t ingkat kua litas budaya madrasah d i M AN M aguwoharjo Sleman masuk da lam k ategori tinggi. Secara lebih rinci hal ini dijelaskan dari data responden sejumlah 171 responden yakni sebanyak 119 r esponden a tau s ebesar 69, 6% menilai

C. Analisis Tabel Silang (Crosstabs)

1. Pemetaan Kelas dengan Jurusan

Penelitian ini mengambil r esponden ke las X I da n ke las X II M AN Maguwoharjo S leman. T iap-tiap kelas m emiliki tiga j urusan y aitu j urusan Agama, jurusan I PA, da n jurusan I PS. A dapun un tuk ke las X I d iambil sebanyak 88 responden, rinciannya 10 siswa atau sebesar 11,4% berasal dari jurusan Agama, 24 s iswa atau sebesar 27,3% berasal dari jurusan IPA, dan

54 siswa atau sebesar 61, 4% berasal d ari jurusan I PS. U ntuk ke las XII diambil s ebanyak 83 r esponden, r inciannya 12 s iswa a tau s ebesar 14, 5% berasal da ri jurusan Agama, 21 siswa a tau s ebesar 25, 3% b erasal da ri jurusan IPA, dan 50 siswa atau sebesar 60,2% berasal dari jurusan IPS.

Adapun s ecara ke seluruhan ga bungan da ri ke las XI da n ke las X II, jumlah total responden yang diambil sebanyak 171 siswa. Untuk responden yang berasal dari j urusan Agama s ebanyak 22 s iswa a tau s ebesar 12, 9%, responden yang berasal da ri jurusan I PA s ebanyak 45 s iswa a tau s ebesar 26,3%, da n r esponden yang berasal da ri jurusan I PS s ebanyak 104 s iswa atau sebesar 60,8%.

Tabel 4.11 Crosstabs antara Kelas dengan Jurusan

Kelas * Jurusan Crosstabulation

Jurusan

Total

Agama IPA

IPS

10 24 54 88 XI % within Kelas 11,4% 27,3% 61,4% 100,0% Kelas

Count

12 21 50 83 XII % within Kelas 14,5% 25,3% 60,2% 100,0%

Count

171 Total % within Kelas 12,9% 26,3% 60,8% 100,0%

Count

2. Pemetaan Tingkat Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Balanced Scorecard (BSC), Tingkat Mutu Pembelajaran d an T ingkat K ualitas B udaya Madrasah B erdasarkan Kelas

a. Pemetaan T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Pelanggan Berdasarkan Kelas

Tabel 4. 12 menunjukkan t ingkat e fektivitas p enerapan MBS dalam p erspektif pe langgan berdasarkan ke las yaitu ke las X I da n ke las

XII MAN Maguwoharjo Sleman. Berdasarkan informasi dari tabel di atas diperoleh tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif pelanggan untuk ke las X I mayoritas r esponden menyatakan tidak e fektif yakni sebanyak 48 siswa dari total 88 siswa atau persentasenya sebesar 54,5%. Adapun yang menyatakan efektif sebanyak 40 siswa atau persentasenya hanya s ebesar 45,5%. Sebaliknya, tingkat e fektivitas p enerapan MBS dalam p erspektif pe langgan u ntuk ke las XII mayoritas responden justru menyatakan efektif yaitu sebanyak 47 siswa dari total 83 siswa de ngan persentase sebesar 56, 6%. A dapun s isanya s ebanyak 36 siswa da ri 83 siswa menyatakan tidak efektif dengan persentase sebesar 43,4%.

Tabel 4.12 Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan Berdasarkan Kelas Kelas * Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan

Crosstabulation

Tingkat Efektivitas Penerapan Total MBS dalam Perspektif Pelanggan

Efektif Count

Tidak Efektif

48 40 88 XI % within Kelas

45,5% 100,0% Kelas Count

36 47 83 XII % within Kelas

56,6% 100,0% Count

84 87 171 Total % within Kelas

Secara u mum, t ingkat e fektivitas penerapan MBS dalam perspektif pe langgan berdasarkan ke las yaitu ke las X I da n ke las X II, mayoritas r esponden menyatakan efektif d engan jumlah r esponden sebanyak 87 siswa dari total 171 siswa dengan persentase sebesar 50,9% sedangkan s isanya sebanyak 84 siswa m enyatakan tidak efektif at au persentasenya sebesar 49,1%.

b. Pemetaan T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis

Sekolah (MBS) dalam Perspektif Keuangan Berdasarkan Kelas

Tabel 4. 13 menunjukkan t ingkat e fektivitas p enerapan MBS dalam perspektif ke uangan berdasarkan da ta ke las X I da n ke las X II MAN M aguwoharjo S leman. D ari da ta tabel da pat diperoleh informasi bahwa t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif k euangan untuk ke las XI mayoritas r esponden yakni sebanyak 58 siswa da ri total

88 siswa at au dengan pe rsentase s ebesar 65,9% berpendapat efektif. Sisanya sebanyak 30 siswa dengan persentase sebesar 34,1% menyatakan tidak efektif. Adapun t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam perspektif keuangan untuk kelas XII mayoritas responden yakni 54 siswa 88 siswa at au dengan pe rsentase s ebesar 65,9% berpendapat efektif. Sisanya sebanyak 30 siswa dengan persentase sebesar 34,1% menyatakan tidak efektif. Adapun t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam perspektif keuangan untuk kelas XII mayoritas responden yakni 54 siswa

Tabel 4.13 Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan Berdasarkan Kelas Kelas * Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan

Crosstabulation

Tingkat Efektivitas Penerapan Total MBS dalam Perspektif

Keuangan Tidak Efektif

Efektif Count

30 58 88 XI % within Kelas

65,9% 100,0% Kelas Count

29 54 83 XII % within Kelas

65,1% 100,0% Count

59 112 171 Total % within Kelas

Adapun secara u mum, mayoritas r esponden menyatakan t ingkat efektivitas p enerapan MBS dalam p erspektif ke uangan a dalah efektif. Dari total 171 r esponden, mayoritas responden yang menyatakan efektif sebanyak 112 siswa at au persentasenya s ebesar 65,5%. S edangkan sebagian responden ya ng lain yang menyatakan tidak e fektif, hanya sebanyak 59 siswa atau dengan persentase sebesar 34,5%.

c. Pemetaan T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Proses Internal Berdasarkan Kelas

Tabel 4. 14 menunjukkan t ingkat e fektivitas p enerapan MBS dalam p erspektif pr oses internal berdasarkan ke las yakni ke las X I da n Kelas XII MAN Maguwoharjo Sleman. Berdasarkan informasi dari tabel diperoleh t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal untuk kelas X I m ayoritas responden m enyatakan e fektif ya kni Tabel 4. 14 menunjukkan t ingkat e fektivitas p enerapan MBS dalam p erspektif pr oses internal berdasarkan ke las yakni ke las X I da n Kelas XII MAN Maguwoharjo Sleman. Berdasarkan informasi dari tabel diperoleh t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal untuk kelas X I m ayoritas responden m enyatakan e fektif ya kni

Tabel 4.14 Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal Berdasarkan Kelas Kelas * Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal

Crosstabulation

Tingkat Efektivitas Penerapan Total MBS dalam Perspektif Proses

Internal

Efektif Count

Tidak Efektif

36 52 88 XI % within Kelas

59,1% 100,0% Kelas Count

37 46 83 XII % within Kelas

55,4% 100,0% Count

73 98 171 Total % within Kelas

Secara u mum, t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam perspektif proses internal berdasarkan kelas yaitu kelas XI dan kelas XII, mayoritas r esponden menyatakan e fektif d engan jumlah r esponden sebanyak 98 siswa dari total 171 siswa dengan persentase sebesar 57,3% sedangkan s isanya sebanyak 73 siswa m enyatakan tidak efektif at au persentasenya sebesar 42,7%.

d. Pemetaan T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Pembelajaran dan P ertumbuhan Berdasarkan Kelas

Berdasarkan informasi da ri t abel 4. 15 t ingkat e fektivitas penerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran d an pertumbuhan untuk kelas X I berada pa da ka tegori e fektif. D ari t otal 88 s iswa k elas X I, mayoritas r esponden menyatakan t ingkar e fektivitas pe nerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran da n p ertumbuhan be rada pa da ka tegori efektif de ngan r esponden sebanyak 48 siswa a tau dengan pe rsentase sebesar 54, 5%. S edangkan s isanya s ebanyak 40 siswa m enyatakan berada pada kategori tidak efektif atau persentasenya 45,5%. Untuk kelas

XII juga mayoritas menyatakan tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran d an pertumbuhan adalah efektif de ngan jumlah

53 siswa dari total 83 siswa atau sebesar 63,9%. Sebaliknya, siswa kelas

XII y ang menyatakan tidak efektif s ebanyak 30 siswa at au sebesar 36,1%. Adapun secara umum, tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan kelas XI dan kelas XII berada pada kategori efektif. Dengan proporsi responden dari total sejumlah 171 siswa, ya ng menyatakan efektif sebanyak 101 siswa atau sebesar 59,1% sedangkan sisanya yang menyatakan tidak efektif sebanyak 70 siswa atau sebesar 40,9%.

Tabel 4.15 Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran

dan Pertumbuhan Berdasarkan Kelas Kelas * Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan Crosstabulation

Tingkat Efektivitas Penerapan MBS Total dalam Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan Tidak Efektif

Efektif Count

40 48 88 XI % within Kelas

54,5% 100,0% Kelas Count

30 53 83 XII % within Kelas

63,9% 100,0% Count

70 101 171 Total % within Kelas

e. Pemetaan Tingkat Mutu Pembelajaran Berdasarkan Kelas

Tabel 4.16 merupakan da ta t ingkat m utu pe mbelajaran u ntuk kelas X I da n k elas X II. U ntuk ke las X I, da ri informasi t abel d apat dijelaskan bahwa tingkat mutu pembelajaran berada pada kategori tinggi dengan jumlah r esponden s ebanyak 59 siswa d ari t otal 88 siswa a tau sebesar 67% s edangkan s isanya s ebanyak 29 s iswa a tau 33% m asih rendah. U ntuk ke las X II, mutu p embelajaran juga berada pa da ka tegori tinggi dengan proporsi jumlah responden sebanyak 57 siswa dari total 83 siswa a tau s ebesar 68, 7% s edangkan s ebaliknya 26 s iswa a tau s ebesar 31,3% berada pada kategori rendah.

Dari t abel 4.16 dapat disimpulkan b ahwa m utu pembelajaran kelas XI dan kelas XII secara umum berada pada kategori tinggi. Hal ini diperoleh da ri informasi d i tabel bahwa d ari 171 r esponden, 116 siswa atau sebesar 67,8% berpendapat bahwa mutu pembelajaran kelas XI dan kelas X II s udah t inggi. Adapun sebaliknya, s ebanyak 55 siswa a tau

32,2% m enyatakan bahwa mutu pe mbelajaran k elas X I da n ke las X II masih rendah.

Tabel 4.16 Tingkat Mutu Pembelajaran Berdasarkan Kelas Kelas * Tingkat Mutu Pembelajaran Crosstabulation

Tingkat Mutu Pembelajaran Total

% within Kelas

% within Kelas

% within Kelas

f. Pemetaan Tingkat Kualitas Budaya Madrasah Berdasarkan Kelas

Tabel 4.17 menunjukkan hasil kualitas budaya madrasah kelas XI dan k elas X II M AN M aguwoharjo S leman. Kualitas budaya madrasah untuk ke las X I berada pa da ka tegori t inggi dengan pr oporsi da ta sebanyak 64 s iswa da ri t otal 88 s iswa atau s ebesar 72, 7%. S isanya sebanyak 24 s iswa a tau 27, 3% menilai kualitas b udaya madrasah tergolong rendah. Adapun kualitas budaya madrasah untuk kelas XII juga berada pada kategori tinggi dengan proporsi data sebanyak 55 siswa dari total 83 siswa a tau s ebesar 66, 3% da n sisanya 28 s iswa a tau s ebesar 33,7% menilai kualitas budaya madrasah masih tergolong rendah.

Secara u mum, ku alitas budaya madrasah ke las X I dan ke las XII sudah cukup tinggi dengan mayoritas responden yang menyatakan tinggi sebanyak 119 siswa d ari total 171 siswa atau sebesar 69, 6% sedangkan Secara u mum, ku alitas budaya madrasah ke las X I dan ke las XII sudah cukup tinggi dengan mayoritas responden yang menyatakan tinggi sebanyak 119 siswa d ari total 171 siswa atau sebesar 69, 6% sedangkan

Tabel 4.17 Tingkat Kualitas Budaya Madrasah Berdasarkan Kelas Kelas * Tingkat Kualitas Budaya Madrasah Crosstabulation

Tingkat Kualitas Budaya Madrasah Total

Tinggi Count

Rendah

24 64 88 XI % within Kelas

72,7% 100,0% Kelas Count

28 55 83 XII % within Kelas

66,3% 100,0% Count

52 119 171 Total % within Kelas

3. Pemetaan Tingkat Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Balanced Scorecard (BSC), Tingkat Mutu Pembelajaran d an T ingkat K ualitas B udaya Madrasah B erdasarkan Jurusan

a. Pemetaan T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Pelanggan Berdasarkan Jurusan

Berdasarkan informasi t abel 4.18 tingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif p elanggan ke las X I dan k elas XII M AN Maguwoharjo S leman berdasarkan jurusan berada pada kategori efektif. Hal ini berdasarkan aku mulasi d ata r esponden dari s emua jurusan d i kelas X I d an ke las X II s ebanyak 87 siswa d ari total 171 siswa a tau sebesar 50, 9% menyatakan t ingkat e fektivitas p enerapan MBS dalam perspektif pelanggan adalah efektif sedangkan sisanya sebanyak 84 siswa atau sebesar 49,1% m enyatakan t ingkat e fektivitas p enerapan MBS dalam perspektif pelanggan adalah tidak efektif.

Tabel 4.18 Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan Berdasarkan Jurusan Jurusan * Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan

Crosstabulation

Tingkat Efektivitas Penerapan Total MBS dalam Perspektif Pelanggan

Efektif Count

Tidak Efektif

14 8 22 Agama % within Jurusan

36,4% 100,0% Count

22 23 45 Jurusan IPA % within Jurusan

51,1% 100,0% Count

48 56 104 IPS % within Jurusan

53,8% 100,0% Count

84 87 171 Total % within Jurusan

Adapun u ntuk tingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam perspektif pelanggan kelas XI dan kelas XII MAN Maguwoharjo Sleman berdasarkan jurusan ternyata semua jurusan s ecara kompak menyatakan masuk da lam ka tegori efektif, kecuali j urusan A gama. Untuk j urusan Agama da ri t otal 22 r esponden, ka tegori t idak efektif me ndominasi sebanyak 14 responden at au sebesar 63,6% s edangkan sisanya berpendapat masuk da lam k ategori e fektif sebanyak 8 r esponden at au sebesar 36, 4%. U ntuk j urusan I PA da ri t otal 45 r esponden, yang berpendapat efektif s ebanyak 23 responden atau sebesar 51,1% sedangkan y ang b erpendapat tidak e fektif 22 r esponden a tau s ebesar 48,9%. D an t erakhir, u ntuk jurusan I PS da ri total 104 r esponden, sebanyak 56 responden at au sebesar 53,8% b erpendapat m asuk dalam kategori e fektif da n sisanya sebanyak 48 responden atau sebesar 46,2% berpendapat masuk dalam kategori tidak efektif.

b. Pemetaan T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Keuangan Berdasarkan Jurusan

Tabel 4.19 menjelaskan tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif keuangan dilihat berdasarkan jurusan untuk kelas XI dan kelas

XII MAN M aguwoharjo S leman. Secara u mum, semua jurusan di ke las

XI da n ke las X II ko mpak berpendapat ba hwa p enerapan MBS dalam perspektif keuangan masuk dalam kategori efektif dengan data responden yang berpendapat efektif s ebanyak 1 12 responden atau sebesar 65, 5% dari t otal 171 r esponden sedangkan yang berpendapat tidak e fektif sebanyak 59 responden atau sebesar 34,5%.

Tabel 4.19 Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan Berdasarkan Jurusan Jurusan * Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan Crosstabulation

Tingkat Efektivitas Penerapan Total MBS dalam Perspektif Keuangan

Efektif Count

Tidak Efektif

10 12 22 Agama % within Jurusan

54,5% 100,0% Count

13 32 45 Jurusan IPA % within Jurusan

71,1% 100,0% Count

36 68 104 IPS % within Jurusan

65,4% 100,0% Count

59 112 171 Total % within Jurusan

Tingkat ef ektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif ke uangan untuk kelas XI dan kelas XII MAN Maguwoharjo Sleman, semua jurusan secara b ersama-sama berpendapat pa da ka tegori e fektif. A dapun untuk jurusan Agama da ri t otal 22 r esponden, s ebanyak 12 r esponden a tau sebesar 54, 5% berpendapat masuk da lam k ategori e fektif sedangkan sisanya sebanyak 10 r esponden a tau s ebesar 45, 5% berpendapat masuk Tingkat ef ektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif ke uangan untuk kelas XI dan kelas XII MAN Maguwoharjo Sleman, semua jurusan secara b ersama-sama berpendapat pa da ka tegori e fektif. A dapun untuk jurusan Agama da ri t otal 22 r esponden, s ebanyak 12 r esponden a tau sebesar 54, 5% berpendapat masuk da lam k ategori e fektif sedangkan sisanya sebanyak 10 r esponden a tau s ebesar 45, 5% berpendapat masuk

c. Pemetaan T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif P roses I nternal B erdasarkan Jurusan

Berdasarkan informasi t abel 4. 20 tingkat e fektivitas penerapan MBS dalam p erspektif pr oses internal kelas X I dan ke las X II di MAN Maguwoharjo Sleman berdasarkan jurusan berada pada kategori e fektif. Hal ini berdasarkan aku mulasi d ata r esponden dari s emua jurusan d i kelas X I d an ke las X II s ebanyak 98 siswa d ari total 171 siswa a tau sebesar 57, 3% menyatakan t ingkat e fektivitas penerapan MBS dalam perspektif pr oses internal adalah efektif sedangkan s isanya sebanyak 73 siswa atau sebesar 42,7% menyatakan tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif proses internal adalah tidak efektif.

Adapun u ntuk tingkat e fektivitas penerapan M BS da lam perspektif pr oses internal kelas XI da n ke las X II MAN Ma guwoharjo Sleman berdasarkan jurusan ternyata semua jurusan berpendapat masuk dalam ka tegori e fektif. U ntuk jurusan Agama da ri t otal 22 r esponden, yang berpendapat masuk da lam kategori e fektif s ebanyak 13 r esponden Adapun u ntuk tingkat e fektivitas penerapan M BS da lam perspektif pr oses internal kelas XI da n ke las X II MAN Ma guwoharjo Sleman berdasarkan jurusan ternyata semua jurusan berpendapat masuk dalam ka tegori e fektif. U ntuk jurusan Agama da ri t otal 22 r esponden, yang berpendapat masuk da lam kategori e fektif s ebanyak 13 r esponden

27 responden atau sebesar 60% sedangkan yang berpendapat tidak efektif sebanyak 18 r esponden a tau s ebesar 40 %. D an terakhir, un tuk jurusan IPS dari total 104 responden, sebanyak 58 responden atau sebesar 55,8% berpendapat masuk da lam ka tegori efektif da n s isanya s ebanyak 46 responden atau sebesar 44,2% berpendapat masuk dalam ka tegori tidak efektif.

Tabel 4.20 Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal Berdasarkan Jurusan Jurusan * Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal Crosstabulation

Tingkat Efektivitas Penerapan Total MBS dalam Perspektif Proses

Internal Tidak Efektif

Efektif Count

9 13 22 Agama % within Jurusan

59,1% 100,0% Count

18 27 45 Jurusan IPA % within Jurusan

60,0% 100,0% Count

46 58 104 IPS % within Jurusan

55,8% 100,0% Count

73 98 171 Total % within Jurusan

d. Pemetaan T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Pembelajaran dan P ertumbuhan Berdasarkan Jurusan

Tabel 4.21 menjelaskan tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan d ilihat b erdasarkan jurusan untuk kelas XI dan kelas XII MAN Maguwoharjo Sleman. Secara umum, Tabel 4.21 menjelaskan tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan d ilihat b erdasarkan jurusan untuk kelas XI dan kelas XII MAN Maguwoharjo Sleman. Secara umum,

70 responden atau sebesar 40,9%.

Tabel 4.21 Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran

dan Pertumbuhan Berdasarkan Jurusan Jurusan * Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran

dan Pertumbuhan Crosstabulation

Tingkat Efektivitas Penerapan Total MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Efektif Count

Tidak Efektif

12 10 22 Agama % within Jurusan

45,5% 100,0% Count

19 26 45 Jurusan IPA % within Jurusan

57,8% 100,0% Count

39 65 104 IPS % within Jurusan

62,5% 100,0% Count

70 101 171 Total % within Jurusan

Tingkat ef ektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif pembelajaran d an pertumbuhan u ntuk kelas X I d an k elas X II d i M AN Maguwoharjo Sleman ternyata semua j urusan b erpendapat m asuk pada kategori efektif, kecuali j urusan A gama. A dapun pe njelasannya, un tuk jurusan A gama da ri total 22 r esponden, s ebanyak 12 r esponden a tau sebesar 54, 5% be rpendapat masuk dalam k ategori t idak efektif sedangkan sisanya s ebanyak 10 responden atau sebesar 45,5% berpendapat masuk dalam kategori efektif. Untuk jurusan IPA dari total

45 responden, y ang be rpendapat efektif s ebanyak 26 responden atau 45 responden, y ang be rpendapat efektif s ebanyak 26 responden atau

e. Pemetaan Tingkat Mutu Pembelajaran Berdasarkan Jurusan

Tabel 4.22 menerangkan tingkat mutu pembelajaran kelas XI dan kelas X II M AN M aguwoharjo S leman be rdasarkan jurusan yang a da. Secara u mum, t ingkat mutu pembelajaran berada pa da k ategori yang tinggi de ngan pe rolehan d ata r esponden sebanyak 116 r esponden da ri total 171 responden atau sebesar 67,8% dan sebaliknya sisanya sebanyak

55 responden atau sebesar 32,2% menyatakan tingkat mutu pembelajaran berada pada kategori yang rendah.

Tabel 4.22 Tingkat Mutu Pembelajaran Berdasarkan Jurusan Jurusan * Tingkat Mutu Pembelajaran Crosstabulation

Tingkat Mutu Pembelajaran Total

% within Jurusan

59,1%

40,9% 100,0%

11 34 45 Jurusan IPA

Count

% within Jurusan

% within Jurusan

% within Jurusan

32,2%

67,8% 100,0%

Adapun t ingkat mutu pe mbelajaran u ntuk ke las XI da n ke las X II MAN Maguwoharjo Sleman tidak semua jurusan berpendapat pada kategori yang t inggi, hanya jurusan I PA da n I PS s aja sedangkan jurusan a gama berpendapat s ebaliknya. A dapun pe njelasannya, mutu pe mbelajaran u ntuk

jurusan Agama dari total 22 responden, sebanyak 13 responden atau sebesar 59,1% berpendapat masuk da lam k ategori yang r endah s edangkan s isanya hanya sebanyak 9 r esponden atau sebesar 40,9% berpendapat masuk dalam kategori yang t inggi. S elanjutnya, mutu pe mbelajaran u ntuk jurusan I PA dari t otal 45 responden, y ang be rpendapat t inggi sebanyak 34 r esponden atau sebesar 75, 6% s edangkan yang be rpendapat r endah hanya 1 1 responden at au sebesar 24, 4%. D an t erakhir, mutu pembelajaran untuk jurusan I PS dari total 104 r esponden, sebanyak 7 3 responden atau sebesar 70,2% be rpendapat masuk da lam ka tegori tinggi dan sisanya s ebanyak 31 responden atau sebesar 29,8% berpendapat masuk dalam kategori rendah.

f. Pemetaan Tingkat Kualitas Budaya Madrasah Berdasarkan Jurusan

Tabel 4. 23 menjelaskan kua litas b udaya madrasah berdasarkan jurusan u ntuk ke las X I da n ke las X II M AN Maguwoharjo S leman. Secara u mum, semua jurusan d i kelas X I da n kelas X II berpendapat bahwa ku alitas budaya madrasah masuk dalam ka tegori yang tinggi dengan data responden yang berpendapat tinggi sebanyak 119 responden atau sebesar 69,6% dari total 171 responden sedangkan yang berpendapat rendah sebanyak 52 responden atau sebesar 30,4%.

Adapun ku alitas budaya madrasah u ntuk ke las X I dan ke las XII MAN M aguwoharjo S leman, t idak s emua jurusan berpendapat pa da kategori yang tinggi hanya jurusan IPA dan IPS saja sedangkan jurusan Agama justru berada pada keadaan seimbang. Adapun rinciannya, untuk kualitas budaya madrasah pa da jurusan a gama d ari total 22 r esponden, Adapun ku alitas budaya madrasah u ntuk ke las X I dan ke las XII MAN M aguwoharjo S leman, t idak s emua jurusan berpendapat pa da kategori yang tinggi hanya jurusan IPA dan IPS saja sedangkan jurusan Agama justru berada pada keadaan seimbang. Adapun rinciannya, untuk kualitas budaya madrasah pa da jurusan a gama d ari total 22 r esponden,

11 r esponden atau s ebesar 50% . U ntuk kua litas b udaya m adrasah pada jurusan I PA da ri total 45 r esponden, yang be rpendapat tinggi s ebanyak

34 r esponden a tau s ebesar 75, 6% s edangkan yang berpendapat r endah hanya 11 r esponden atau s ebesar 24, 4%. D an t erakhir, un tuk kualitas budaya madrasah pada jurusan IPS dari total 104 responden, sebanyak 74 responden atau sebesar 71,2% be rpendapat masuk dalam k ategori yang tinggi da n s isanya sebanyak 30 responden atau sebesar 28,8% berpendapat masuk dalam kategori yang rendah.

Tabel 4.23 Tingkat Kualitas Budaya Madrasah Berdasarkan Jurusan Jurusan * Tingkat Kualitas Budaya Madrasah Crosstabulation

Tingkat Kualitas Budaya Madrasah Total

Tinggi Count

Rendah

11 11 22 Agama % within Jurusan

50,0% 100,0% Count

11 34 45 Jurusan IPA % within Jurusan

75,6% 100,0% Count

30 74 104 IPS % within Jurusan

71,2% 100,0% Count

52 119 171 Total % within Jurusan

4. Analisis Tabel Silang (Crosstabs) antara Tingkat Efektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Balanced Scorecard (BSC) dan T ingkat K ualitas B udaya M adrasah dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

a. Analisis Tabel Si lang (Crosstabs) antara T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Pelanggan dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

Dari tabel silang antara tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif pelanggan dengan tingkat mutu pembelajaran dapat diketahui bahwa ke tika t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif Dari tabel silang antara tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif pelanggan dengan tingkat mutu pembelajaran dapat diketahui bahwa ke tika t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif

Tabel 4.24 Crosstabs antara Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Pelanggan dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan * Tingkat Mutu Pembelajaran Crosstabulation

Tingkat Mutu Total Pembelajaran Rendah Tinggi

Count

% within Tingkat

Tidak Efektif Efektivitas Penerapan Tingkat

MBS dalam Perspektif

Efektivitas

Pelanggan

Penerapan MBS

13 74 87 dalam Perspektif

Count

Pelanggan

% within Tingkat

Efektif

Efektivitas Penerapan

MBS dalam Perspektif Pelanggan

Count

% within Tingkat

Total

Efektivitas Penerapan

MBS dalam Perspektif Pelanggan

Hasil ini menunjukkan bahwa t inggi r endahnya t ingkat mutu pembelajaran dipengaruhi o leh tingkat e fektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan. K etika p enerapan MBS dalam p erspektif pelanggan d ilaksanakan da ri t idak e fektif menjadi e fektif, ha l ini ternyata b erdampak pa da pe nurunan mutu pe mbelajaran u ntuk yang Hasil ini menunjukkan bahwa t inggi r endahnya t ingkat mutu pembelajaran dipengaruhi o leh tingkat e fektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan. K etika p enerapan MBS dalam p erspektif pelanggan d ilaksanakan da ri t idak e fektif menjadi e fektif, ha l ini ternyata b erdampak pa da pe nurunan mutu pe mbelajaran u ntuk yang

Untuk mengetahui hubungan antara t ingkat e fektivitas penerapan MBS dalam perspektif pelanggan dengan mutu pembelajaran dilakukan d engan membandingkan besar pr obabilitas yang t erjadi. Berdasarkan t abel chi-square tests, pa da ko lom Asymp. Sig. (2-sided) diperoleh nilai sebesar 0,000 atau probabilitas lebih kecil dari 0,05 pada

angka ke percayaan 95% . J adi, da pat d itarik ke simpulan H a diterima yang artinya t erdapat h ubungan a ntara t ingkat efektivitas pe nerapan MBS dalam perspektif pelanggan dengan mutu pembelajaran.

Tabel 4.25 Chi-Square Tests antara Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Pelanggan dengan Tingkat Mutu Pembelajaran Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-

sided)

sided) sided)

Pearson Chi-Square a 24,073 1 ,000

Continuity Correction b 22,493 1

,000

Likelihood Ratio

24,983 1

,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear

23,932 1

,000

Association N of Valid Cases

171

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,02. b. Computed only for a 2x2 table

b. Analisis Tabel Si lang (Crosstabs) antara T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Keuangan dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

Berdasarkan da ri hasil t abel s ilang antara t ingkat ef ektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif ke uangan dengan t ingkat mutu

pembelajaran dapat diketahui bahwa ketika tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif keuangan berjalan tidak e fektif, hasilnya tingkat mutu pembelajaran berada pa da ka tegori r endah dengan pe rsentase sebesar 50,8% (30 s iswa) dibandingkan de ngan ka tegori tinggi ya ng sebesar 49, 2% ( 29 s iswa). Sebaliknya, k etika t ingkat e fektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif ke uangan berjalan s ecara e fektif, ternyata tingkat mutu pe mbelajaran berada pa da kategori t inggi d engan persentase s ebesar 77, 7% ( 87 s iswa) d ibandingkan de ngan ka tegori rendah yang hanya sebesar 22,3% (25 siswa).

Tabel 4.26 Crosstabs antara Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Keuangan dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan * Tingkat Mutu Pembelajaran Crosstabulation

Tingkat Mutu Total Pembelajaran Rendah Tinggi

Count

% within Tingkat

Tingkat Tidak Efektif Efektivitas Penerapan 50,8% 49,2% 100,0% Efektivitas

MBS dalam Perspektif

MBS dalam

Count

% within Tingkat

Keuangan Efektif

Efektivitas Penerapan

MBS dalam Perspektif Keuangan

Count

% within Tingkat

Total

Efektivitas Penerapan

MBS dalam Perspektif Keuangan

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat mutu pembelajaran dipengaruhi oleh tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif keuangan. Hal ini berdasarkan besaran persentase Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat mutu pembelajaran dipengaruhi oleh tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif keuangan. Hal ini berdasarkan besaran persentase

Tabel 4.27 Chi-Square Tests antara Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Keuangan dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-

sided)

sided) sided)

Pearson Chi-Square a 14,412 1 ,000

Continuity Correction b 13,134 1

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear

Association N of Valid Cases

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,98. b. Computed only for a 2x2 table

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat efektivitas penerapan MBS dalam p erspektif keuangan d engan mutu pembelajaran d ilakukan dengan membandingkan besar pr obabilitas yang t erjadi. B erdasarkan tabel chi-square tests, pada kolom Asymp. Sig. (2-sided) diperoleh ni lai sebesar 0, 000 a tau pr obabilitas lebih ke cil d ari 0, 05 pa da a ngka

kepercayaan 9 5%. J adi d apat d itarik ke simpulan H a diterima y ang artinya t erdapat h ubungan antara t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam perspektif keuangan dengan mutu pembelajaran.

c. Analisis Tabel Si lang (Crosstabs) antara T ingkat E fektivitas Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Proses Internal dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

Dari tabel silang antara tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif pr oses internal de ngan t ingkat mutu pe mbelajaran da pat diketahui bahwa ke tika t ingkat e fektivitas pe nerapan MBS dalam perspektif pr oses internal berada pa da ka tegori tidak efektif, t ernyata tingkat mutu pe mbelajarannya menunjukkan k ategori t inggi. S esuai dengan informasi tabel, pe rsentase u ntuk ka tegori tinggi sebesar 52, 1% (38 siswa) sedangkan pe rsentase un tuk ka tegori rendah sebesar 47,9% (35 siswa). A dapun k etika t ingkat ef ektivitas p enerapan MBS dalam perspektif pr oses internal berada p ada kategori efektif, d idapatkan hasil tingkat mutu pembelajarannya juga meningkat dan masuk pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 79,6% (78 siswa) dibandingkan dengan kategori rendah yang hanya sebesar 20,4% (20 siswa).

Tabel 4.28 Crosstabs antara Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Proses Internal Tingkat Mutu Pembelajaran

Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal * Tingkat Mutu Pembelajaran Crosstabulation

Tingkat Mutu Total Pembelajaran Rendah Tinggi

Count

% within Tingkat

Tingkat Tidak Efektif Efektivitas Penerapan 47,9% 52,1% 100,0% Efektivitas

MBS dalam Perspektif

Penerapan

Proses Internal

MBS dalam

20 78 98 Perspektif

Count

% within Tingkat

Proses Internal Efektif

Efektivitas Penerapan

MBS dalam Perspektif Proses Internal

Total

Count

% within Tingkat Efektivitas Penerapan

MBS dalam Perspektif Proses Internal

Hasil i ni m enunjukkan b ahwa tinggi rendahnya tingkat m utu pembelajaran dipengaruhi oleh tingkat efektivitas penerapan MBS dalam perspektif pr oses internal. Ketika pe nerapan MBS dalam pe rspektif proses internal d ilaksanakan da ri t idak efektif menjadi efektif, t ernyata tingkat m utu pe mbelajaran un tuk ka tegori r endah menurun yaitu da ri 47,9% ( 35 s iswa) menjadi 20, 4% ( 20 s iswa). Sebaliknya, t ingkat m utu pembelajaran u ntuk ka tegori t inggi meningkat c ukup s ignifikan da ri 52,1% (38 siswa) menjadi 79,6% (78 siswa).

Tabel 4.29 Chi-Square Tests antara Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Proses Internal dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-

sided)

sided) sided)

Pearson Chi-Square a 14,540 1 ,000

Continuity Correction b 13,305 1

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear

Association N of Valid Cases

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,48.

b. Computed only for a 2x2 table

Untuk mengetahui hu bungan a ntara tingkat efektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal de ngan mutu pe mbelajaran dilakukan de ngan membandingkan besar pr obabilitas yang t erjadi. Berdasarkan t abel chi-square tests, pa da ko lom Asymp. Sig. (2-sided) Untuk mengetahui hu bungan a ntara tingkat efektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal de ngan mutu pe mbelajaran dilakukan de ngan membandingkan besar pr obabilitas yang t erjadi. Berdasarkan t abel chi-square tests, pa da ko lom Asymp. Sig. (2-sided)

d. Analisis Tabel Si lang (Crosstabs) antara T ingkat E fektivitas Penerapan M anajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif Pembelajaran dan P ertumbuhan de ngan T ingkat M utu Pembelajaran

Berdasarkan da ri hasil t abel s ilang antara t ingkat ef ektivitas penerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan tingkat mutu pembelajaran da pat d iketahui bahwa k etika t ingkat efektivitas pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pertumbuhan be rjalan tidak e fektif, ha silnya tingkat mutu pe mbelajaran berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 57,1% (40 siswa) dibandingkan d engan ka tegori tinggi sebesar 42,9% ( 30 siswa). Sebaliknya, ke tika tingkat e fektivitas p enerapan MBS dalam pe rspektif pembelajaran dan pe rtumbuhan berjalan secara e fektif, t ernyata tingkat mutu pembelajaran juga me njadi me ningkat drastis dan berada pa da kategori tinggi dengan persentase sebesar 85,1% (86 siswa) dibandingkan dengan yang berada pada kategori rendah yaitu hanya sebesar 14,9% (15 siswa).

Tabel 4.30 Crosstabs antara Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan * Tingkat Mutu Pembelajaran Crosstabulation

Tingkat Mutu Total Pembelajaran

Rendah Tinggi

Count

% within Tingkat

Tingkat

Efektivitas Penerapan

Tidak Efektif Efektivitas

57,1% 42,9% 100,0% Penerapan

MBS dalam Perspektif

Pembelajaran dan

MBS dalam

% within Tingkat

dan

Efektivitas Penerapan

Pertumbuhan Efektif

MBS dalam Perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan

Count

% within Tingkat Efektivitas Penerapan

Total

MBS dalam Perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat mutu pe mbelajaran ternyata d ipengaruhi oleh tingkat e fektivitas penerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Hal ini berdasarkan besaran persentase y ang diperoleh b ahwa m utu pembelajaran mengalami pe nurunan dari 57,1% ( 40 siswa) menjadi 14,9% ( 15 siswa) u ntuk ka tegori r endah ke tika penerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran da n p ertumbuhan be rjalan efektif, s edangkan mutu pembelajaran mengalami p eningkatan yang c ukup s ignifikan dari 42,9% (30 siswa) menjadi 85,1% (86 siswa) untuk kategori tinggi ketika Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat mutu pe mbelajaran ternyata d ipengaruhi oleh tingkat e fektivitas penerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Hal ini berdasarkan besaran persentase y ang diperoleh b ahwa m utu pembelajaran mengalami pe nurunan dari 57,1% ( 40 siswa) menjadi 14,9% ( 15 siswa) u ntuk ka tegori r endah ke tika penerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran da n p ertumbuhan be rjalan efektif, s edangkan mutu pembelajaran mengalami p eningkatan yang c ukup s ignifikan dari 42,9% (30 siswa) menjadi 85,1% (86 siswa) untuk kategori tinggi ketika

Tabel 4.31 Chi-Square Tests antara Tingkat Efektivitas Penerapan MBS dalam

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan dengan Tingkat Mutu

Pembelajaran

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-

sided)

sided) sided)

Pearson Chi-Square a 33,892 1 ,000

Continuity Correction b 31,981 1

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear

Association N of Valid Cases

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,51.

b. Computed only for a 2x2 table

Untuk mengetahui hu bungan a ntara tingkat efektivitas penerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan de ngan mutu pembelajaran dilakukan dengan membandingkan besar probabilitas yang terjadi. Berdasarkan tabel chi-square tests, pa da kolom Asymp. Sig. (2- sided) diperoleh nilai sebesar 0,000 atau probabilitas lebih kecil dari 0,05

pada angka kepercayaan 95%. Jadi, dapat ditarik kesimpulan H a diterima yang artinya terdapat hubungan antara tingkat efektivitas penerapan MBS dalam p erspektif pe mbelajaran da n pertumbuhan d engan mutu pembelajaran.

e. Analisis T abel Si lang (Crosstabs) antara T ingkat K ualitas B udaya Madrasah dengan Tingkat Mutu Pembelajaran

Berdasarkan dari hasil tabel silang antara tingkat kualitas budaya madrasah dengan t ingkat mutu pembelajaran d apat di ketahui bahwa Berdasarkan dari hasil tabel silang antara tingkat kualitas budaya madrasah dengan t ingkat mutu pembelajaran d apat di ketahui bahwa

Tabel 4.32 Crosstabs antara Tingkat Kualitas Budaya Madrasah dengan

Tingkat Mutu Pembelajaran

Tingkat Kualitas Budaya Madrasah * Tingkat Mutu Pembelajaran Crosstabulation

Tingkat Mutu Total Pembelajaran

Rendah Tinggi

Count

% within Tingkat

Rendah

63,5% 36,5% 100,0% Tingkat Kualitas

Kualitas Budaya

Madrasah

Budaya Madrasah

Count

% within Tingkat

Tinggi

Kualitas Budaya

Madrasah Count

% within Tingkat

Total

Kualitas Budaya

Madrasah

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat mutu pe mbelajaran t ernyata d ipengaruhi o leh t ingkat kualitas budaya madrasah. Hal ini berdasarkan besaran persentase yang diperoleh bahwa mutu pembelajaran mengalami penurunan dari 63,5% (33 siswa) menjadi 18,5% ( 22 siswa) un tuk ka tegori r endah ke tika budaya Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat mutu pe mbelajaran t ernyata d ipengaruhi o leh t ingkat kualitas budaya madrasah. Hal ini berdasarkan besaran persentase yang diperoleh bahwa mutu pembelajaran mengalami penurunan dari 63,5% (33 siswa) menjadi 18,5% ( 22 siswa) un tuk ka tegori r endah ke tika budaya

Untuk mengetahui hubungan a ntara t ingkat kua litas budaya madrasah dengan mutu pembelajaran dilakukan dengan membandingkan besar pr obabilitas yang terjadi. Berdasarkan tabel chi-square tests, pada kolom Asymp. Sig. (2-sided) diperoleh ni lai s ebesar 0, 000 a tau probabilitas lebih ke cil d ari 0, 05 pa da angka k epercayaan 95% . J adi,

dapat d itarik ke simpulan H a diterima yang a rtinya t erdapat h ubungan antara tingkat kualitas budaya madrasah dengan mutu pembelajaran.

Tabel 4.33 Chi-Square Tests antara Tingkat Kualitas Budaya Madrasah dengan

Tingkat Mutu Pembelajaran

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-

sided)

sided) sided)

Pearson Chi-Square a 33,547 1 ,000

Continuity Correction b 31,517 1

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear

Association N of Valid Cases

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,73.

b. Computed only for a 2x2 table

D. Analisis Korelasi

1. Analisis Korelasi Bivariate (r yx )

Analisis ko relasi bivariate atau ko relasi s ederhana ini dilakukan untuk mengetahui hu bungan tiap-tiap variabel i ndependen dengan va riabel dependen a pakah s ignifikan a tau t idak s ignifikan. S elain itu, a nalisis ini Analisis ko relasi bivariate atau ko relasi s ederhana ini dilakukan untuk mengetahui hu bungan tiap-tiap variabel i ndependen dengan va riabel dependen a pakah s ignifikan a tau t idak s ignifikan. S elain itu, a nalisis ini

a. Korelasi Bivariate Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Pelanggan dengan Mutu Pembelajaran

Dari tabel Correlations dapat diketahui bahwa hubungan variabel independen y akni penerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan ( X 1 ) terhadap t erhadap variabel d ependen yakni mutu pe mbelajaran ( Y) menunjukkan a danya hubungan pa da ka tegori yang s edang pa da a ngka kepercayaan 95% de ngan nilai pearson correlation (r yx ) sebesar 0, 455. Nilai yang positif me nunjukkan korelasi yang bersifat searah dan positif antara penerapan MBS dalam perspektif pe langgan dengan m utu pembelajaran yakni ke tika penerapan MBS dalam pe rspektif pelanggan semakin t inggi maka mutu pe mbelajaranpun juga a kan s emakin meningkat serta berlaku sebaliknya.

Tabel 4.34 Korelasi Bivariate Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan dengan Mutu Pembelajaran Correlations

Indeks Penerapan Indeks Mutu

MBS dalam

Pembelajaran

Perspektif Pelanggan

Indeks Penerapan MBS ** Pearson Correlation 1 ,455 dalam Perspektif

,000 Pelanggan

Sig. (2-tailed)

171 171 Pearson Correlation ** ,455 1 Indeks Mutu

,000 Pembelajaran

Sig. (2-tailed)

171 171 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Karena an gka pearson correlation (r yx ) b ernilai positif ma ka korelasi antara penerapan MBS dalam perspektif pelanggan dengan mutu pembelajaran termasuk korelasi yang bersifat s earah d an po sitif yakni ketika penerapan MBS dalam perspektif pelanggan semakin tinggi hal ini akan d iikuti de ngan mutu pembelajaran y ang a kan m eningkat juga dan berlaku sebaliknya. S elanjutnya u ntuk menguji s ignifikansi ko relasi penerapan MBS dalam perspektif pelanggan dengan mutu pembelajaran dengan melihat dari ni lai s ignifikansi (sig. 2-tailed) da n d iperoleh nilai sebesar 0, 000 kur ang da ri 0, 05 yang a rtinya menunjukkan bahwa korelasinya sangat signifikan.

b. Korelasi Bivariate Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Keuangan dengan Mutu Pembelajaran

Tabel correlations menunjukkan hu bungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif k euangan ( X 2 ) de ngan mutu pe mbelajaran ( Y). Dari tabel da pat d iperoleh nilai pearson correlation (r yx ) sebesar 0, 429 yang a rtinya hu bungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif Tabel correlations menunjukkan hu bungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif k euangan ( X 2 ) de ngan mutu pe mbelajaran ( Y). Dari tabel da pat d iperoleh nilai pearson correlation (r yx ) sebesar 0, 429 yang a rtinya hu bungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif

Tabel 4.35 Korelasi Bivariate Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan dengan Mutu Pembelajaran

Correlations

Indeks Penerapan MBS Indeks Mutu

dalam Perspektif

Indeks Penerapan ** 1 ,429

Correlation

MBS dalam

,000 Perspektif Keuangan

Sig. (2-tailed)

,429 ** 1 Indeks Mutu

Sig. (2-tailed)

171 171 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi korelasi penerapan MBS dalam p erspektif ke uangan de ngan mutu pembelajaran de ngan melihat pada nilai sig. (2 tailed) diperoleh nilai sebesar 0,000 yang dapat disimpulkan bahwa korelasi penerapan MBS dalam perspektif keuangan dengan mutu pembelajaran adalah signifikan.

c. Korelasi Bivariate Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Proses Internal dengan Mutu Pembelajaran

Berdasarkan tabel correlations, dapat diperoleh informasi bahwa hubungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal dengan mutu pe mbelajaran berada p ada ka tegori sedang s ebagaimana Berdasarkan tabel correlations, dapat diperoleh informasi bahwa hubungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal dengan mutu pe mbelajaran berada p ada ka tegori sedang s ebagaimana

Tabel 4.36 Korelasi Bivariate Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal dengan Mutu Pembelajaran Correlations

Indeks Penerapan MBS Indeks Mutu dalam Perspektif Proses

Pembelajaran

Internal

Indeks Penerapan ** Pearson Correlation 1 ,507 MBS dalam

Sig. (2-tailed) ,000 Perspektif Proses

N 171 171 Internal Pearson Correlation ** ,507 1

Indeks Mutu Sig. (2-tailed)

,000 Pembelajaran N

171 171 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Kemudian u ntuk mengetahui seberapa s ignifikan ko relasinya, dilakukan dengan melihat nilai sig. 2-tailed dan didapatkan nilai sebesar 0,000 lebih ke cil d ari 0, 05 yang artinya ko relasi MBS dalam perspektif proses internal dengan mutu pembelajaran adalah signifikan.

d. Korelasi Bivariate Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif P embelajaran dan P ertumbuhan dengan M utu Pembelajaran

Tabel correlations menunjukkan hu bungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan de ngan mutu pembelajaran. D ari t abel d i a tas da pat d iperoleh informasi bahwa hubungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif p embelajaran da n Tabel correlations menunjukkan hu bungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan de ngan mutu pembelajaran. D ari t abel d i a tas da pat d iperoleh informasi bahwa hubungan a ntara penerapan MBS dalam pe rspektif p embelajaran da n

Selanjutnya u ntuk mengetahui s ignifikansi ko relasi penerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan de ngan mutu pembelajaran d ilakukan de ngan melihat pa da nilai sig. 2-tailed dan didapatkan ni lai 0,000 l ebih ke cil dari 0,05 y ang m enunjukkan b ahwa korelasinya adalah signifikan.

Tabel 4.37 Korelasi Bivariate Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan dengan Mutu Pembelajaran Correlations

Indeks Penerapan MBS Indeks Mutu

dalam Perspektif

Pembelajaran

Pembelajaran dan Pertumbuhan

Indeks Penerapan Pearson 1 ** ,562 MBS dalam

Correlation Perspektif

Sig. (2-tailed) ,000 Pembelajaran dan

Pertumbuhan N 171 171 Pearson

,562 ** 1 Indeks Mutu

Correlation Pembelajaran

Sig. (2-tailed) ,000 N

171 171 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Analisis Korelasi Parsial (r yx.z )

Korelasi parsial d igunakan u ntuk menguji ke linearan suatu hubungan/pengaruh a ntara variabel independen terhadap variabel d ependen dengan melibatkan variabel Z a tau va riabel ko ntrol yang d ibuat ko nstan. Korelasi parsial ini dilakukan setelah korelasi bivariate sebagai syarat dalam menguji k elinearan hu bungan/pengaruh variabel independen t erhadap variabel d ependen. Adapun da lam pe ngambilan k eputusannya s ebagai berikut: • Apabila nilai r yx = nilai r yx.z , maka variabel independen (X) benar-benar

berpengaruh secara linear terhadap variabel dependen (Y) atau hubungan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) adalah murni.

• Apabila nilai r yx > nilai r yx.z , maka variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel d ependen ( Y) ka rena d imediasi atau diintervensi o leh variabel ko ntrol ( Z) a tau variabel ko ntrol ( Z) m emperkuat hu bungan variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).

• Apabila nilai r yx < nilai r yx.z , maka variabel independen (X) da n variabel kontrol ( Z) ma sing-masing mempunyai pe ngaruh t erhadap v ariabel dependen (Y) atau variabel kontrol (Z) memperlemah hubungan variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).

a. Korelasi P arsial Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif P elanggan dengan M utu P embelajaran dikontrol oleh Budaya Madrasah

Berdasarkan t abel correlations, s etelah di lakukan uj i ko relasi parsial a ntara pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan da n mutu Berdasarkan t abel correlations, s etelah di lakukan uj i ko relasi parsial a ntara pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan da n mutu

Tabel 4.38 Korelasi Parsial Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan dan Mutu Pembelajaran dengan Variabel Kontrol Budaya Madrasah

Correlations

Control Variables Indeks Penerapan Indeks Mutu MBS dalam

Pembelajaran Perspektif Pelanggan

Indeks Penerapan

1,000 ,187 MBS dalam

Indeks Pelanggan Df 0 168

Budaya

,187 1,000 Madrasah Indeks Mutu

Untuk lebih jelasnya hasil pe rbandingan ko relasi bivariate dan korelasi pa rsial v ariabel penerapan ma najemen berbasis sekolah dalam perspektif pe langgan ( X 1 ) de ngan mutu pe mbelajaran ( Y) melibatkan

variabel budaya madrasah (Z) dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 4.0 Skema Hasil Perbandingan r yx dan r yx.z Variabel X 1

dengan Variabel Y Melibatkan Variabel Z

r yx = 0,455

yx. r z =

Dari hasil p erbandingan pada skema d i atas d iperoleh nilai r yx = 0,455 lebih besar da ri nilai r yx.z = 0, 187 (r yx >r yx.z ). Oleh ka rena itu, kesimpulan y ang dapat diambil i alah h ubungan va riabel pe nerapan

manajemen berbasis sekolah dalam perspektif p elanggan ( X 1 ) de ngan mutu pembelajaran ( Y) terjadi k arena d iintervensi/dimediasi o leh variabel budaya madrasah (Z), sebagaimana dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Gambar 4.1 Skema Hubungan Variabel X 1 dengan Variabel Y

Dimediasi Variabel Z

b. Korelasi P arsial Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif K euangan dengan M utu P embelajaran dikontrol oleh Budaya Madrasah

Tabel correlations menunjukkan korelasi antara penerapan MBS dalam perspektif keuangan dan mutu pembelajaran dengan dikontrol oleh Tabel correlations menunjukkan korelasi antara penerapan MBS dalam perspektif keuangan dan mutu pembelajaran dengan dikontrol oleh

Tabel 4.39 Korelasi Parsial Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan dan Mutu Pembelajaran dengan Variabel Kontrol Budaya Madrasah

Correlations

Control Variables Indeks Penerapan Indeks Mutu MBS dalam

Pembelajaran Perspektif Keuangan

1,000 ,206 Indeks Penerapan

Correlation

Significance

MBS dalam . ,007

(2-tailed)

Indeks Perspektif Keuangan Df 0 168 Budaya

,206 1,000 Madrasah Indeks Mutu

Untuk l ebih j elasnya h asil perbandingan korelasi bivariate dan korelasi pa rsial v ariabel penerapan ma najemen berbasis sekolah dalam perspektif ke uangan ( X 2 ) de ngan mutu pe mbelajaran ( Y) melibatkan

variabel budaya madrasah (Z) dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 4.2 Skema Hasil Perbandingan r yx dan r yx.z Variabel X 2

dengan Variabel Y Melibatkan Variabel Z

r yx = 0,429

yx. r z =

Dari hasil p erbandingan pada skema d i atas d iperoleh nilai r yx = 0,429 lebih besar da ri nilai r yx.z = 0, 206 (r yx >r yx.z ). O leh ka rena itu, kesimpulan y ang dapat diambil i alah h ubungan va riabel pe nerapan

manajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif keuangan (X 2 ) de ngan mutu pembelajaran ( Y) terjadi k arena d iintervensi/dimediasi o leh variabel budaya madrasah (Z), sebagaimana dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Gambar 4.3 Skema Hubungan Variabel X 2 dengan Variabel Y

Dimediasi Variabel Z

c. Korelasi P arsial Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif P roses In ternal dengan Mutu P embelajaran dikontrol oleh Budaya Madrasah

Tabel correlations memberikan informasi tentang korelasi penerapan MBS dalam p erspektif pr oses internal de ngan mutu Tabel correlations memberikan informasi tentang korelasi penerapan MBS dalam p erspektif pr oses internal de ngan mutu

Tabel 4.40 Korelasi Parsial Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal dan Mutu Pembelajaran dengan Variabel Kontrol Budaya Madrasah

Correlations

Control Variables Indeks Penerapan Indeks Mutu MBS dalam

Pembelajaran Perspektif Proses

Internal

Indeks Penerapan

1,000 ,243 MBS dalam

Correlation

Significance

. ,001 Perspektif Proses

(2-tailed)

Indeks Internal Df 0 168

Budaya

,243 1,000 Madrasah Indeks Mutu

Untuk l ebih j elasnya h asil perbandingan korelasi bivariate dan korelasi pa rsial v ariabel penerapan ma najemen berbasis sekolah dalam perspektif proses internal (X 3 ) dengan mutu pembelajaran (Y) melibatkan

variabel budaya madrasah (Z) dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 4.4 Skema Hasil Perbandingan r yx dan r yx.z Variabel X 3

dengan Variabel Y Melibatkan Variabel Z

r yx = 0,507

yx. r z =

Dari hasil p erbandingan pada skema d i atas d iperoleh nilai r yx = 0,507 lebih b esar dari nilai r yx.z = 0, 243 (r yx >r yx.z ). O leh ka rena itu, kesimpulan y ang dapat diambil i alah h ubungan va riabel pe nerapan

manajemen berbasis sekolah dalam perspektif pr oses internal ( X 3 ) dengan mutu pembelajaran (Y) terjadi karena diintervensi/dimediasi oleh variabel budaya madrasah (Z), sebagaimana dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Gambar 4.5 Skema Hubungan Variabel X 3 dengan Variabel Y

Dimediasi Variabel Z

d. Korelasi P arsial Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam P erspektif P embelajaran dan P ertumbuhan dengan M utu Pembelajaran dikontrol oleh Budaya Madrasah

Tabel correlations menunjukkan hubungan p enerapan MBS dalam p erspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan d engan mutu Tabel correlations menunjukkan hubungan p enerapan MBS dalam p erspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan d engan mutu

Tabel 4.41 Korelasi Parsial Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran serta Pertumbuhan dan Mutu Pembelajaran dengan Variabel Kontrol Budaya Madrasah Correlations

Control Variables Indeks Indeks Mutu Penerapan Pembelajaran MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Indeks Penerapan Correlation 1,000 ,240 MBS dalam

Pembelajaran dan Indeks Budaya

Df 0 168 Pertumbuhan Madrasah

,240 1,000 Indeks Mutu

Untuk l ebih j elasnya h asil perbandingan korelasi bivariate dan korelasi pa rsial v ariabel penerapan ma najemen berbasis sekolah dalam perspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan ( X 4 ) de ngan mutu pembelajaran (Y) melibatkan variabel budaya madrasah (Z) dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 4.6 Skema Hasil Perbandingan r yx dan r yx.z Variabel X 4

dengan Variabel Y Melibatkan Variabel Z

r yx = 0,562

yx. r z =

0, 240

Dari hasil p erbandingan pada skema d i atas d iperoleh nilai r yx = 0,562 l ebih besar dari nilai r yx.z = 0, 240 (r yx >r yx.z ). O leh ka rena itu, kesimpulan y ang dapat diambil i alah h ubungan va riabel pe nerapan manajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif pe mbelajaran d an

pertumbuhan ( X 4 ) de ngan mutu pe mbelajaran ( Y) t erjadi ka rena diintervensi/dimediasi oleh va riabel b udaya ma drasah ( Z), sebagaimana dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Gambar 4.7 Skema Hubungan Variabel X 4 dengan Variabel Y

Dimediasi Variabel Z

Dari hasil ke seluruhan pe rbandingan a nalisis ko relasi bivariate dan ko relasi pa rsial ke empat variabel pe nerapan MBS dalam pe rspektif balanced scorecard terhadap mutu pembelajaran ternyata diperoleh hasil nilai r yx lebih besar daripada nilai r yx.z (r yx >r yx.z ). Hal ini menunjukkan

bahwa ke empat variabel pe nerapan MBS dalam pe rspektif balanced scorecard tidak berkontribusi s ecara l inear terhadap variabel m utu pembelajaran, akan tetapi diintervensi oleh variabel kontrol yaitu budaya madrasah. Dengan kata lain, mutu pembelajaran bisa berubah tinggi atau rendah oleh penerapan MBS dalam perspektif balanced scorecard, ketika di le mbaga pendidikan dalam h al in i di M AN M aguwoharjo Sleman memberdayakan budaya madrasah. Sebaliknya, mutu pembelajaran akan berada pa da ko ndisi stagnan atau tetap ketika di M AN M aguwoharjo Sleman tidak memberdayakan budaya madrasah.

E. Analisis Regresi Linear

Berdasarkan ha sil analisis ko relasi s ebelumnya ternyata ko ntribusi penerapan m anajemen be rbasis sekolah dalam pe rspektif balanced scorecard

yang meliputi perspektif pelanggan (X 1 ), perspektif keuangan ( X 2 ), perspektif proses internal (X 3 ), serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (X 4 ) tidak

secara langsung memengaruhi mutu pembelajaran ( Y), a kan t etapi d imediasi atau diintervensi o leh va riabel ko ntrol yaitu budaya madrasah ( Z). H al ini dikarenakan ko ntribusi variabel ko ntrol berupa buda ya madrasah lebih be sar

dibandingkan ke empat v ariabel y ang lain yaitu variabel X 1 (penerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan), v ariabel X 2 (penerapan MBS dalam p erspektif keuangan), va riabel X 3 (penerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal), serta v ariabel X 4 (penerapan MBS dalam p erspektif pe mbelajaran dan pertumbuhan).

Oleh ka rena itu, an alisis r egresi linear s ederhana d igunakan hanya sebagai ko mplemen saja u ntuk mengetahui ko ntribusi d an fungsinya sebagai variabel pr ediktor terhadap va riabel kr iterium. Adapun a nalisis r egresi linear berganda digunakan untuk mengetahui kontribusi keempat variabel penerapan MBS dalam pe rspektif balanced scorecard dan b udaya madrasah t erhadap mutu pembelajaran serta membuktikan kebenaran bahwa kontribusi penerapan manajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif balanced scorecard terhadap mutu pembelajaran diintervensi oleh budaya madrasah.

1. Analisis Regresi Linear Sederhana

a. Regresi L inear Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS)

dalam Perspektif Pelanggan terhadap Mutu Pembelajaran

Tabel 4.42 Model Regresi Linear Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan terhadap Mutu Pembelajaran

Model Summary

Model

R Square

Adjusted R

Std. Error of Square the Estimate

a. P redictors: ( Constant), I ndeks P enerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan

Tabel model summary di atas menunjukkan besarnya hubungan dan kontribusi penerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan t erhadap mutu pembelajaran. Berdasarkan informasi dari tabel d iperoleh nilai R s ebesar 0,455 y ang a rtinya bahwa penerapan MBS dalam p erspektif pe langgan memiliki hubungan yang masuk da lam k ategori s edang. A dapun nilai koefisien de terminasi ( R square) s ebesar 0, 207 yang da pat di ambil pengertian bahwa ko ntribusi penerapan MBS dalam perspektif pe langgan Tabel model summary di atas menunjukkan besarnya hubungan dan kontribusi penerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan t erhadap mutu pembelajaran. Berdasarkan informasi dari tabel d iperoleh nilai R s ebesar 0,455 y ang a rtinya bahwa penerapan MBS dalam p erspektif pe langgan memiliki hubungan yang masuk da lam k ategori s edang. A dapun nilai koefisien de terminasi ( R square) s ebesar 0, 207 yang da pat di ambil pengertian bahwa ko ntribusi penerapan MBS dalam perspektif pe langgan

Tabel 4.43 ANOVA Kontribusi Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan terhadap Mutu Pembelajaran

ANOVA a

Model

Sum of

Df Mean Square

F Sig.

Square s

Regression b ,440 1 ,440 44,090 ,000 1 Residual

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran b. Predictors: (Constant), Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan

Selanjutnya untuk menguji model r egresi, dapat dilakukan dengan melihat ni lai F hitung serta ni lai s ignifikansi pa da tabel ANOVA. D alam output tabel ANOVA diperoleh nilai F hitung sebesar 44,090 dengan nilai signifikansi 0, 000 kur ang da ri 0, 05 pa da a ngka ke percayaan 95% .

Kesimpulan yang dapat di ambil ialah H 0 ditolak yang a rtinya ko ntribusi variabel penerapan MBS dalam perspektif pe langgan a dalah s ignifikan dalam memprediksi variabel mutu pembelajaran.

Tabel 4.44 Koefisien Regresi Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan terhadap Mutu Pembelajaran

Coefficients a

Model

Unstandardized

Standardized T Sig.

Coefficients

Coefficients

B Std. Error

Beta

2,954 ,004 Indeks Penerapan

1 MBS dalam

,455 6,640 ,000 Perspektif Pelanggan

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran

Kemudian u ntuk menentukan pe rsamaan r egresinya d ilakukan dengan melihat pada t abel coefficients sebagai a lat un tuk m elakukan prediksi da n e stimasi. Persamaan r egresi dapat d ilihat pada ko lom B da n Kemudian u ntuk menentukan pe rsamaan r egresinya d ilakukan dengan melihat pada t abel coefficients sebagai a lat un tuk m elakukan prediksi da n e stimasi. Persamaan r egresi dapat d ilihat pada ko lom B da n

Y= α + βX Y = 0,214 + 0,642X

Adapun penjelasan dari persamaan regresi di atas yaitu ketika MBS dalam perspektif pelanggan berjalan pada kondisi tidak efektif maka nilai mutu pembelajaran sebesar 0,856 126 . Adapun ketika MBS dalam perspektif

pelanggan b erjalan dengan efektif m aka ni lai m utu pembelajarannya menjadi 1, 498 127 . Hal in i me ngindikasikan b ahwa j ika MBS dalam

perspektif pe langgan berjalan pa da ko ndisi e fektif maka hasilnya aka n mampu m eningkatkan ni lai m utu pembelajaran s ebesar 0,642 atau sebanyak 2 ka li lipat di bandingkan ke tika MBS dalam pe rspektif pelanggan berjalan tidak efektif.

b. Regresi L inear Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS)

dalam Perspektif Keuangan terhadap Mutu Pembelajaran

Berdasarkan t abel model summary besarnya pe ngaruh pe nerapan MBS dalam perspektif keuangan terhadap mutu pembelajaran dapat dilihat pada nilai R square yaitu 0, 184 a tau ko ntribusinya s ebesar 18, 4% da n sisanya sebesar 81, 6% d ikontribusikan oleh va riabel yang lain. A dapun penyebab r endahnya ko ntribusi penerapan MBS dalam pe rspektif

126 Y = 0,214 + 0,642(1) = 0,856 127 Y = 0,214 + 0,642(2) = 1,498 126 Y = 0,214 + 0,642(1) = 0,856 127 Y = 0,214 + 0,642(2) = 1,498

Tabel 4.45 Model Regresi Linear Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan terhadap Mutu Pembelajaran

Model Summary

Model

R Square

Adjusted R

Std. Error of Square the Estimate

a. P redictors: ( Constant), I ndeks P enerapan MBS dalam Perspektif Keuangan

Selanjutnya untuk menguji model r egresi, dapat dilakukan dengan melihat ni lai F hitung serta ni lai s ignifikansi pa da tabel ANOVA. D alam output tabel ANOVA diperoleh nilai F hitung sebesar 38,178 dengan nilai signifikansi 0, 000 kur ang da ri 0, 05 pa da a ngka ke percayaan 95% .

Kesimpulan yang dapat di ambil ialah H 0 ditolak yang artinya ko ntribusi variabel penerapan MBS dalam p erspektif k euangan adalah s ignifikan dalam memprediksi variabel mutu pembelajaran.

Tabel 4.46 ANOVA Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan terhadap

Mutu Pembelajaran ANOVA a

Model

Sum of

df Mean

F Sig.

Square s

Square

Regression b ,392 1 ,392 38,178 ,000

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran

b. Predictors: (Constant), Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan

Untuk memperkuat hasil a nalisis ini, ke mudian d ilakukan de ngan melihat pada tabel coefficients. Tabel tersebut digunakan u ntuk membuat persamaan regresi dengan melihat pada kolom B, diperoleh nilai constant

( α) sebesar 0,339 dan nilai MBS dalam perspektif keuangan (β) sebesar 0,472. Dari hasil ini dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Y= α + βX Y = 0,339 + 0,472X

Besarnya nilai signifikansi adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 pada angka k epercayaan 95% yang berarti model pe rsamaan r egresi d i at as dapat digunakan dalam memprediksi variabel mutu pembelajaran.

Tabel 4.47 Koefisien Regresi Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan

terhadap Mutu Pembelajaran Coefficients a

Model

Unstandardized

Standardized T Sig.

Coefficients

Coefficients

B Std. Error

Beta

5,884 ,000 Indeks Penerapan

1 MBS dalam

,429 6,179 ,000 Perspektif Keuangan

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran

Adapun da ri pe rsamaan r egresi t ersebut da pat di jelaskan bahwa ketika penerapan MBS dalam perspektif keuangan dijalankan tidak efektif,

maka ni lai mutu pembelajaran h anya s ebesar 0,811 128 . N amun, ke tika penerapan MBS dalam perspektif keuangan berjalan dengan efektif, maka

nilai mut u pembelajaran akan n aik me njadi 1, 283 129 . J adi, hal ini mengindikasikan s emakin efektif pe nerapan MBS dalam pe rspektif

keuangan, maka mutu pembelajaran juga akan semakin meningkat sebesar

2 kali lipat dibanding ketika penerapan berjalan tidak efektif.

128 Y = 0,339 + 0,472(1) = 0,811 129 Y = 0,339 + 0,472(2) = 1,283 128 Y = 0,339 + 0,472(1) = 0,811 129 Y = 0,339 + 0,472(2) = 1,283

Besarnya kontribusi p enerapan MBS dalam perspektif pr oses internal t erhadap mutu pembelajaran d apat d ilihat pa da t abel model summary dengan memerhatikan p ada ko lom R square. D ari informasi tabel d iperoleh ni lai R square sebesar 0, 257 at au de ngan ka ta l ain kontribusi variabel pe nerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal terhadap mutu pembelajaran ada lah sebesar 2 5,7% s edangkan 74, 3% dikontribusikan oleh variabel yang lain.

Tabel 4.48 Model Regresi Linear Penerapan MBS dalam

Perspektif Proses Internal terhadap Mutu Pembelajaran

Model Summary

Model

R Square

Adjusted R

Std. Error of Square the Estimate

a. P redictors: ( Constant), I ndeks P enerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal

Selanjutnya me nganalisis apakah v ariasi ni lai va riabel prediktor yaitu penerapan MBS dalam perspektif proses internal dapat menjelaskan variasi nilai kriterium yaitu mutu pembelajaran dengan melihat pada tabel ANOVA. Dari data tabel diperoleh nilai F hitung sebesar 58,495 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05 pada angka kepercayaan 95%. Dapat dikatakan b ahwa v ariasi ni lai penerapan MBS dalam pe rspektif proses internal dapat menjelaskan variasi nilai mutu pembelajaran. Dengan

demikian, k esimpulan yang dapat di ambil ialah H 0 ditolak yang a rtinya kontribusi va riabel penerapan MBS dalam pe rspektif proses in ternal adalah signifikan dalam memprediksi variabel mutu pembelajaran.

Tabel 4.49 ANOVA Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal

terhadap Mutu Pembelajaran ANOVA a

Model

Sum of

df Mean Square

F Sig.

Square s

Regression b ,547 1 ,547 58,495 ,000 1 Residual

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran b. Predictors: (Constant), Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal

Berikutnya dilanjutkan dengan menentukan persamaan regresi serta melakukan pe ngujian a pakah pe rsamaan r egresi tersebut da pat di jadikan sebagai alat untuk memprediksi variabel dependen. Dari tabel coefficients persamaan r egresi d ibuat de ngan melihat pa da k olom B , d iperoleh nilai constant ( α) sebesar 0,283 dan nilai MBS dalam perspektif proses internal ( β) sebesar 0,555. Dengan hasil ini dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Y= α + βX Y = 0,283 + 0,555X

Selanjutnya dilakukan pengujian nilai signifikansinya dan diperoleh nilainya sebesar 0,000 kurang dari 0,05. Dengan demikian, persamaan regresi di atas dapat di gunakan s ebagai a lat un tuk memprediksi v ariabel de penden yaitu mutu pembelajaran.

Tabel 4.50 Koefisien Regresi Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal

terhadap Mutu Pembelajaran Coefficients a

Model

Unstandardized

Standardized T Sig.

Coefficients

Coefficients

B Std. Error

Beta

5,229 ,000 Indeks Penerapan

1 MBS dalam

,507 7,648 ,000 Perspektif Proses

Internal a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran

Kemudian dari persamaan regresi di atas menjelaskan bahwa ketika penerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal berjalan t idak e fektif,

maka nilai mutu pembelajaran hanya sebesar 0,338 130 atau hanya mampu meningkatkan mutu pe mbelajaran s ebesar 55 ,5% s edangkan k etika

penerapan MBS dalam pe rspektif proses in ternal be rjalan efektif, ma ka nilai mutu pembelajaran menjadi sebesar 1,393 131 atau meningkatkan mutu

pembelajaran sebesar 111%.

d. Regresi L inear Penerapan Manajemen B erbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terhadap Mutu Pembelajaran

Pada t abel model summary dapat di ketahui besarnya ko ntribusi penerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap mutu pembelajaran dengan memerhatikan pada kolom R square. Hasilnya didapat ni lai R square adalah s ebesar 0, 316 yang artinya ko ntribusi penerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap

130 Y = 0,283 + 0,555(1) = 0,838 131 Y = 0,283 + 0,555(2) = 1,393 130 Y = 0,283 + 0,555(1) = 0,838 131 Y = 0,283 + 0,555(2) = 1,393

Tabel 4.51 Model Regresi Linear Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terhadap Mutu

Pembelajaran

Model Summary

Model

R Square

Adjusted R

Std. Error of Square the Estimate

a. P redictors: ( Constant), I ndeks P enerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Kemudian untuk m enguji apakah v ariasi ni lai va riabel prediktor yakni p enerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran d an pe rtumbuhan dapat m enjelaskan variabel kr iterium yakni mutu pe mbelajaran da pat dilakukan dengan melihat pada tabel ANOVA. Berdasarkan informasi dari tabel diperoleh nilai F hitung sebesar 78,190 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 l ebih ke cil da ri 0, 05 pada an gka ke percayaan 95% . D ari h asil i ni maka da pat d ikatakan bahwa v ariasi ni lai penerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dapat me njelaskan variasi nilai mutu pembelajaran. Oleh karena itu, Kesimpulan yang dapat diambil ialah

H 0 ditolak yang artinya ko ntribusi variabel penerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pe rtumbuhan adalah signifikan da lam memprediksi variabel mutu pembelajaran.

Tabel 4.52 ANOVA Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan terhadap Mutu Pembelajaran ANOVA a

Model

Sum of

df Mean Square

F Sig.

Square s

Regression b ,673 1 ,673 78,190 ,000 1 Residual

Total

Pertumbuhan

Selanjutnya menentukan pe rsamaan r egresinya s ebagai a lat un tuk memprediksi variabel de penden da n menguji ap akah pe rsamaan r egresi tersebut b enar-benar da pat d igunakan at au tidak. P erumusan pe rsamaan regresi d ilakukan de ngan melihat t abel coefficients pada ko lom B . Diperoleh nilai constant ( α) sebesar 0,236 dan nilai MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ( β) sebesar 0,602, dan dari hasil ini dapat dirumuskan persamaan regresinya sebagai berikut:

Y= α + βX Y = 0,236 + 0,602X

Berdasarkan be sarnya ni lai signifikansi ya ng diperoleh ya kni sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka persamaan regresi di atas dapat digunakan s ebagai a lat untuk memprediksi variabel dependen yaitu mutu pembelajaran.

Tabel 4.53 Koefisien Regresi Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran

dan Pertumbuhan terhadap Mutu Pembelajaran Coefficients a

Model

Unstandardized

Standardized T Sig.

Coefficients

Coefficients

B Std. Error

Beta

(Constant)

4,534 ,000 Indeks Penerapan MBS dalam

,562 8,843 ,000 Pembelajaran dan Pertumbuhan

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran

Adapun dari pe rsamaan regresi d i at as da pat d iterangkan bahwa ketika pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan berjalan t idak efektif, maka nilai mutu pembelajarannya a dalah sebesar 0,838 132 atau h anya mampu meningkatkan mutu pe mbelajaran s ebesar

60,2%. D an ke tika pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pertumbuhan b erjalan efektif, ma ka ni lai mut u pembelajarannya

meningkat m enjadi 1, 44 133 atau m eningkatkan mutu pe mbelajarannya menjadi 120,4%.

e. Regresi Linear Budaya Madrasah terhadap Mutu Pembelajaran

Berdasarkan o utput model summary dapat d iketahui bahwa kontribusi budaya madrasah t erhadap mutu p embelajaran de ngan melihat pa da ni lai R square yaitu s ebesar 0,317 y ang a rtinya kemampuan b udaya m adrasah b erkontribusi terhadap m utu pembelajaran sebesar 31,7% dan sisanya sebesar 68,3% dikontribusikan oleh variabel yang lain.

Tabel 4.54 Model Regresi Linear Budaya Madrasah

terhadap Mutu Pembelajaran Model Summary

Model

R Square

Adjusted R

Std. Error of Square the Estimate

,09946 a. Predictors: (Constant), Indeks Budaya Madrasah

1 a ,563 ,317

Selanjutnya, untuk menguji apakah variasi nilai variabel prediktor yakni buda ya madrasah dapat menjelaskan variabel kriterium yakni mutu pembelajaran da pat di lakukan de ngan melihat pa da t abel ANOVA.

132 Y = 0,236 + 0,602 (1) = 0,838 133 Y = 0,236 + 0,602 (2) = 1,44

Berdasarkan informasi da ri tabel d iperoleh ni lai F hitung sebesar 78,548 dan nilai s ignifikansi s ebesar 0, 000 lebih ke cil dari 0, 05. D ari hasil in i maka da pat d ikatakan bahwa va riasi ni lai buda ya m adrasah dapat menjelaskan v ariasi ni lai mut u pembelajaran. Dengan d emikian,

Kesimpulan yang dapat di ambil ialah H 0 ditolak yang artinya ko ntribusi variabel budaya m adrasah adalah s ignifikan da lam memprediksi variabel mutu pembelajaran.

Tabel 4.55 ANOVA Budaya Madrasah terhadap Mutu Pembelajaran ANOVA a

Model

Sum of

df Mean Square

F Sig.

Square s

Regression b ,777 1 ,777 78,548 ,000 1 Residual

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran b. Predictors: (Constant), Indeks Budaya Madrasah

Kemudian menentukan pe rsamaan r egresinya sebagai alat un tuk memprediksi variabel de penden da n menguji ap akah pe rsamaan r egresi tersebut b enar-benar da pat d igunakan at au tidak. P erumusan pe rsamaan regresi d ilakukan de ngan melihat t abel coefficients pada ko lom B . Diperoleh nilai constant ( α) sebesar 0,229 dan nilai budaya madrasah (β) sebesar 0, 675, da n da ri hasil ini da pat d irumuskan pe rsamaan r egresinya sebagai berikut:

Y= α + βX Y = 0,229 + 0,675X

Berdasarkan besarnya nilai signifikansi yang diperoleh yakni sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka persamaan regresi di atas dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi variabel dependen yaitu mutu pembelajaran.

Adapun dari pe rsamaan regresi d i at as da pat d iterangkan bahwa ketika b udaya m adrasahnya m asih rendah, m aka ni lai m utu pembelajarannya a dalah s ebesar 0, 904 134 atau h anya mampu

meningkatkan mutu pe mbelajaran s ebesar 67, 5%. D an ke tika budaya madrasahnya tinggi, maka nilai mutu pembelajarannya meningkat menjadi

1,579 135 atau meningkatkan mutu pembelajarannya menjadi 135%. Tabel 4.56 Koefisien Regresi Budaya Madrasah terhadap Mutu Pembelajaran

Coefficients a

Model

Unstandardized

Standardized T Sig.

Coefficients

Coefficients

B Std. Error

Beta

(Constant)

3,923 ,000 1 Indeks Budaya

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel model summary menunjukkan besar ko ntribusi penerapan MBS dalam e mpat pe rspektif balanced scorecard dan b udaya m adrasah terhadap mutu pembelajaran. Berdasarkan besar nilai R square yakni 0,378, maka da pat d ipahami bahwa ko ntribusi penerapan MBS dalam pe rspektif balanced scorecard yang tercermin dalam keempat variabelnya dan budaya madrasah s ebesar 37, 8% da n s isanya s ebesar 62,2% d ikontribusikan oleh

134 Y = 0,229 + 0,675 (1) = 0,904 135 Y = 0,229 + 0,675 (2) = 1,579 134 Y = 0,229 + 0,675 (1) = 0,904 135 Y = 0,229 + 0,675 (2) = 1,579

Tabel 4.57 Model Regresi Linear Penerapan MBS dalam Perspektif Balanced Scorecard dan Budaya Madrasah

terhadap Mutu Pembelajaran

Model Summary

Model

R Square

Adjusted R

Std. Error of Square the Estimate

,08955 a. Predictors: (Constant), Indeks Budaya Madrasah, Indeks

1 a ,615 ,378

Penerapan MBS dalam Perspektif Keuangan, Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan, Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal, Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Namun, ko relasi penerapan MBS dalam perspektif balanced socred- card dengan mutu pembelajaran termasuk dalam kategori yang cukup kuat. Hal ini da pat diketahui da ri besar ni lai ko efisien kor elasi ga nda ( R) yaitu sebesar 0, 615, y ang menunjukkan hubunganya masuk ka tegori kua t da n arah hubungan empat va riabel yaitu MBS dalam pe rspektif balanced scorecard (BSC) dan va riabel buda ya m adrasah sebagai variabel pr ediktor terhadap variabel mutu pembelajaran s ebagai variabel kr iterium a dalah searah/positif.

Tabel AN OVA dapat d igunakan u ntuk menjelaskan a pakah variasi nilai e mpat variabel penerapan MBS dalam p erspektif balanced scorecard (BSC) y aitu MBS dalam pe rspektif pe langgan, pe rspektif ke uangan, perspektif proses i nternal, s erta pe rspektif pe mbelajaran d an pe rtumbuhan ditambah dengan buda ya madrasah dapat memprediksi variasi nilai variabel mutu pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan menganalisis besarnya nilai F Tabel AN OVA dapat d igunakan u ntuk menjelaskan a pakah variasi nilai e mpat variabel penerapan MBS dalam p erspektif balanced scorecard (BSC) y aitu MBS dalam pe rspektif pe langgan, pe rspektif ke uangan, perspektif proses i nternal, s erta pe rspektif pe mbelajaran d an pe rtumbuhan ditambah dengan buda ya madrasah dapat memprediksi variasi nilai variabel mutu pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan menganalisis besarnya nilai F

dari 0, 05 pa da a ngka ke percayaan 95% yang artinya H 0 ditolak dan H a diterima. J adi, ke simpulannya v ariasi nilai d ari empat v ariabel penerapan MBS dalam pe rspektif balanced scorecard (BSC) dan b udaya madrasah dapat m emprediksi v ariabel mut u pembelajaran. Oleh karena i tu, hal in i mengindikasikan a danya ko ntribusi e mpat v ariabel penerapan MBS dalam perspektif balanced scorecard (BSC) dan b udaya madrasah terhadap variabel mutu pembelajaran.

Tabel 4.58 ANOVA Penerapan MBS dalam Perspektif Balanced Scorecard dan

Budaya Madrasah terhadap Mutu Pembelajaran ANOVA a

Model

Sum of

df Mean Square

F Sig.

Square s

Regression b ,803 5 ,161 20,022 ,000 1 Residual

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran b. Predictors: (Constant), Indeks Budaya Madrasah, Indeks Penerapan MBS dalam

Perspektif Keuangan, Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif Pelanggan, Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif Proses Internal, Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Selanjutnya, menentukan pe rsamaan r egresi ganda da ri t abel coefficients. Berdasarkan informasi tabel pada kolom B, nilai constant ( α) sebesar 0,102 sedangkan nilai penerapan MBS dalam perspektif pelanggan adalah 0, 084, ni lai penerapan MBS dalam p erspektif keuangan a dalah 0,058, nilai penerapan MBS dalam perspektif proses internal adalah 0,168, nilai pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan Selanjutnya, menentukan pe rsamaan r egresi ganda da ri t abel coefficients. Berdasarkan informasi tabel pada kolom B, nilai constant ( α) sebesar 0,102 sedangkan nilai penerapan MBS dalam perspektif pelanggan adalah 0, 084, ni lai penerapan MBS dalam p erspektif keuangan a dalah 0,058, nilai penerapan MBS dalam perspektif proses internal adalah 0,168, nilai pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan

Y= α+β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 Y = 0,102 + 0,084X 1 + 0,058X 2 + 0,168X 3 + 0,216X 4 + 0,325X 5

Berdasarkan persamaan r egresi d i atas, uji ko efisien r egresi budaya madrasah sebesar 0,008 kurang dari 0,05 yang berarti signifikan, sedangkan uji ko efisien regresi pa da nilai constant, penerapan MBS dalam perspektif

pelanggan ( β 1 ), penerapan MBS dalam perspektif keuangan ( β 2 ), penerapan MBS dalam pe rspektif proses internal ( β 3 ) s erta pe nerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ( β 4 ) tidak signifikan karena nilai signifikansi lebih dari 0, 05. O leh ka rena itu, m odel pe rsamaan r egresi berganda d i atas t idak da pat di gunakan unt uk m emprediksi m utu pembelajaran.

Tabel 4.59 Koefisien Regresi Penerapan MBS dalam Perspektif Balanced

Scorecard dan Budaya Madrasah terhadap Mutu Pembelajaran Coefficients a

Model

Unstandardized

Standardized t Sig.

Coefficients

Coefficients

B Std. Error

Beta

1,395 ,165 Indeks Penerapan MBS dalam

,055 ,607 ,545 Perspektif Pelanggan Indeks Penerapan 1 MBS dalam

,049 ,545 ,587 Perspektif Keuangan Indeks Penerapan MBS dalam

,143 1,517 ,131 Perspektif Proses

Internal

Indeks Penerapan MBS dalam Perspektif

,188 1,678 ,095 Pembelajaran dan Pertumbuhan Indeks Budaya

a. Dependent Variable: Indeks Mutu Pembelajaran

Hasil yang diperoleh d ari p ersamaan r egresi berganda d i at as ternyata tidak sesuai atau berbeda dengan hasil yang diperoleh pada regresi sederhana. H al ini d isebabkan ka rena mutu pembelajaran d ikontribusikan pengaruhnya o leh penerapan MBS dalam perspektif pe langgan, penerapan MBS dalam p erspektif keuangan, penerapan MBS dalam perspektif pr oses internal, serta pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pertumbuhan secara tidak langsung tetapi dimediasi oleh budaya madrasah. Terlihat ba hwa ko ntribusi dari budaya m adrasah adalah yang paling signifikan dan hal ini mengindikasikan bahwa secara langsung dan simultan budaya m adrasah berkontribusi p ada mutu pe mbelajaran ka rena budaya madrasah selain sebagai m ediator, j uga s ecara i ndependen memengaruhi mutu pembelajaran. H al ini dibuktikan dengan hasil korelasi parsial antara penerapan m anajemen be rbasis sekolah dan mutu pe mbelajaran de ngan melibatkan va riabel kontrol budaya madrasah yang ternyata juga memiliki pengaruh secara independen ke tika d ilakukan u ji ko relasi parsial de ngan mutu pembelajaran. Selain itu, hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien regresi y ang ha silnya ni lai koefisien r egresi b udaya m adrasah memiliki nilai pa ling tinggi yaitu sebesar 0,325 dan nilai signifikansi yang kurang da ri 0, 05 dibandingkan de ngan ke empat v ariabel independen Hasil yang diperoleh d ari p ersamaan r egresi berganda d i at as ternyata tidak sesuai atau berbeda dengan hasil yang diperoleh pada regresi sederhana. H al ini d isebabkan ka rena mutu pembelajaran d ikontribusikan pengaruhnya o leh penerapan MBS dalam perspektif pe langgan, penerapan MBS dalam p erspektif keuangan, penerapan MBS dalam perspektif pr oses internal, serta pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pertumbuhan secara tidak langsung tetapi dimediasi oleh budaya madrasah. Terlihat ba hwa ko ntribusi dari budaya m adrasah adalah yang paling signifikan dan hal ini mengindikasikan bahwa secara langsung dan simultan budaya m adrasah berkontribusi p ada mutu pe mbelajaran ka rena budaya madrasah selain sebagai m ediator, j uga s ecara i ndependen memengaruhi mutu pembelajaran. H al ini dibuktikan dengan hasil korelasi parsial antara penerapan m anajemen be rbasis sekolah dan mutu pe mbelajaran de ngan melibatkan va riabel kontrol budaya madrasah yang ternyata juga memiliki pengaruh secara independen ke tika d ilakukan u ji ko relasi parsial de ngan mutu pembelajaran. Selain itu, hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien regresi y ang ha silnya ni lai koefisien r egresi b udaya m adrasah memiliki nilai pa ling tinggi yaitu sebesar 0,325 dan nilai signifikansi yang kurang da ri 0, 05 dibandingkan de ngan ke empat v ariabel independen

F. Pembahasan

1. Kontribusi P enerapan M anajemen B erbasis Sekolah (MBS) d alam Perspektif Pelanggan terhadap Mutu Pembelajaran

Berdasarkan hasil an alisis da ta yang telah d ibahas s ebelumnya, hubungan a ntara pe nerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) da lam perspektif pe langgan de ngan mutu pe mbelajaran a dalah po sitif dan be rada pada ka tegori sedang pada a ngka ke percayaan 9 5% dengan ni lai pearson correlation (r yx ) s ebesar 0, 455. N amun, s etelah d ilakukan a nalisis ko relasi parsial dengan m emasukkan v ariabel kontrol y aitu b udaya m adrasah ternyata ni lai correlation (r yx.z ) b erubah m enjadi 0,187 y ang b erarti hubungannya menjadi s angat r endah. D engan de mikian, hubungan penerapan MBS dalam p erspektif pe langgan de ngan mutu pe mbelajaran terjadi karena dimediasi oleh variabel kontrol yaitu budaya madrasah.

Kemudian dari hasil a nalisis r egresi linear, be sarnya ko ntribusi penerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan t erhadap mutu pembelajaran adalah sebesar 20, 7% pada a ngka k epercayaan 9 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe langgan c ukup memiliki kontribusi yang po sitif meskipun t idak d ominan t erhadap mutu pembelajaran.

Dilihat da ri hasil tingkat e fektivitas penerapan m anajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif pe langgan kelas X I da n ke las X II MA N Maguwoharjo S leman masuk pa da k ategori efektif. Hal in i mengindikasikan adanya kepuasan siswa sebagai pelanggan pendidikan atas pelayanan yang diberikan o leh pihak sekolah. Dalam perspektif pe langgan penerapan m anajemen be rbasis sekolah ini lebih menekankan ke pada kepuasan pe langgan da lam hal ini a dalah s iswa b erkaitan de ngan a spek yang mendukung da lam memperlancar pr oses pembelajaran bukan s ebagai faktor utama yang secara langsung berimplikasi pada mutu pembelajaran.

Berdasarkan pa da p enjelasan d ari S yaiful S agala d iungkapkan bahwa d alam p erspektif pe langgan t im manajemen da lam hal ini p ihak MAN Maguwoharjo Sleman harus menyatakan dengan jelas pelanggan dan

segmen pasar yang diputuskan untuk dimasuki. 136 Dari pendapat ini, melihat pada konteks dan hasil penelitian ini pelanggan yang dimaksud adalah siswa

secara u mum d an s egmen pa sar yang menjadi sasaran t ujuannya ada lah semua lapisan masyarakat da ri go longan menengah ke bawah s ampai golongan menengah ke atas. Nampaknya pihak MAN Maguwoharjo Sleman sudah cukup baik dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah ditinjau dari perspektif pe langgan sebagai dampak dalam p enerapan manajemen berbasis sekolah yang memfokuskan pada pelanggan dalam h al i ni s iswa terutama da lam peningkatan layanan pr imer da n pe ndukung pr oses pembelajaran sebagai upa ya pe ningkatan mutu pembelajaran. Selain itu,

136 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 146 136 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 146

Gunawan menjelaskan da lam perspektif pe langgan d iharapkan da pat mewujudkan t anggung jawab s osial sehingga a kan berdampak pa da hubungan yang dinamis dengan lingkungan sekitar. 138

Jadi, hasil temuan pe neliti berkaitan de ngan pe nerapan manajemen berbasis sekolah dalam perspektif pe langgan terhadap mutu pe mbelajaran siswa kelas XI dan kelas XII di MAN Maguwoharjo Sleman sesuai dengan teori s ekolah e fektif yang menyatakan ba hwa sekolah yang memiliki karakteristik sekolah efektif maka akan berimplikasi pada hasil guna melalui

input, pr oses, da n o utput y ang baik. 139 Selain itu, h al ini d idukung oleh tingkat efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah dalam perspektif

pelanggan u ntuk ke las X I da n ke las XI I d i MAN Maguwoharjo Sleman yang berada pada kategori efektif serta hubungan dan kontribusinya dengan mutu pembelajaran menunjukkan hasil yang signifikan.

2. Kontribusi P enerapan M anajemen B erbasis Sekolah (MBS) d alam Perspektif Keuangan terhadap Mutu Pembelajaran

Berdasarkan hasil a nalisis da ta d iperoleh besarnya nilai r yx yaitu 0,429 dengan nilai s ignifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan a ntara pe nerapan MBS dalam perspektif keuangan de ngan mutu

137 Dadang Dally, Balanced ScoreCard. . ., hlm. 92

Suripto, “ Penerapan Balanced Scorecard pa da L embaga P endidikan ( Pengukuran Kinerja Administrator Ka mpus)”, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan Vol. 3 No.6 (2009), hlm. 603-604

138

139 Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan. . ., hlm. 182

pembelajaran adalah signifikan dan berada pada kategori sedang serta arah hubungannya po sitif pada a ngka ke percayaan 95% . N amun, s etelah dilakukan pengujian dengan m elibatkan v ariabel kontrol y aitu b udaya madrasah d idapatkan nilai r yx.z sebesar 0, 206 de ngan nilai signifikansi sebesar 0. 007 yang a rtinya hubungan penerapan MBS dalam pe rspektif keuangan dengan mutu pembelajaran tetap signifikan namun menjadi masuk dalam kategori lemah atau rendah . Dengan hasil ini maka hubungan antara penerapan MBS dalam p erspektif ke uangan de ngan mutu pe mbelajaran terjadi karena dimediasi oleh budaya madrasah.

Selanjutnya b erdasarkan ha sil uji regresi l inear diperoleh ni lai R square sebesar 0, 184 yang a rtinya ko ntribusi pe nerapan MBS dalam perspektif k euangan t erhadap mutu pe mbelajaran a dalah s ebesar 18, 4% sedangkan sisanya sebesar 81,6% dikontribusikan oleh variabel lainnya.

Dilihat dari hasil tingkat e fektivitas pe nerapan manajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif ke uangan kelas X I da n ke las X II M AN Maguwoharjo Sleman masuk pada kategori efektif. Hal ini mengindikasikan pengelolaan biaya yang d ilaksanakan p ihak sekolah berdasarkan pe ndapat siswa sudah c ukup e fisien. D alam penerapan manajemen berbasis sekolah ditinjau dari perspektif ke uangan lebih menekankan k epada efisiensi anggaran s esuai de ngan ke butuhan stakeholders dalam me nunjang kelancaran kegiatan pendidikan yang berjalan di lembaga pendidikan.

Sesuai de ngan pe maparan Dadang Dally bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah dilihat da ri pe rspektif ke uangan berupa Sesuai de ngan pe maparan Dadang Dally bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah dilihat da ri pe rspektif ke uangan berupa

menjelaskan bahwa dalam perspektif keuangan tujuan dan sasarannya ialah tanggung jawab ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam pengelolaan kegiatan dalam hal ini penerapan manajemen berbasis sekolah

serta pe ningkatan pr oduktivitas s umber d aya manusianya. 141 Hasil ya ng diperoleh dari penelitian menunjukkan tingkat efektivitasnya sudah berjalan

secara optimal dan masuk kategori efektif. Hal in i me ngindikasikan bahwa para s iswa s ebagai stakeholders primer menilai pe ngelolaan a nggaran sekolah sudah c ukup optimal k hususnya yang terkait da lam mendukung proses pembelajaran dan pengembangan kompetensi siswa.

Jadi, hasil temuan pe neliti berkaitan de ngan pe nerapan manajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif ke uangan terhadap mutu pe mbelajaran siswa ke las X I da n ke las X II di MAN M aguwoharjo sesuai de ngan t eori sekolah efektif yang menyatakan bahwa sekolah yang memiliki karakteristik sekolah efektif maka a kan b erimplikasi pa da hasil gu na melalui input,

proses, da n o utput y ang baik. 142 Hal i ni juga d idukung oleh tingkat efektivitas penerapan m anajemen b erbasis sekolah dalam p erspektif

keuangan untuk kelas XI dan kelas XII di MAN Maguwoharjo yang berada pada ka tegori e fektif serta hu bungan dan kon tibusinya de ngan mutu pembelajaran menunjukkan hasil yang signifikan.

140 Dadang Dally, Balanced ScoreCard. . ., hlm. 92

Suripto, “ Penerapan B alanced Scorecard pa da L embaga P endidikan ( Pengukuran Kinerja Administrator Ka mpus)”, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan Vol. 3 No.6 (2009), hlm. 603-604

142 Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan. . ., hlm. 182

3. Kontribusi P enerapan M anajemen B erbasis Sekolah (MBS) d alam Perspektif Proses Internal terhadap Mutu Pembelajaran

Berdasarkan h asil a nalisis data hubungan antara pe nerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam perspektif proses internal dengan mutu pe mbelajaran a dalah signifikan de ngan a rah positif da n b erada pada kategori sedang pada a ngka ke percayaan 95 % dengan ni lai pearson correlation (r yx ) sebesar 0,507 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Namun, setelah d ilakukan a nalisis ko relasi pa rsial de ngan memasukkan variabel kontrol y aitu b udaya m adrasah ternyata nilai correlation (r yx.z ) be rubah menjadi 0, 243 dengan ni lai s ignifikansi s ebesar 0,001 yang berarti hubungannya menjadi s angat r endah. D engan de mikian, hubungan penerapan MBS dalam perspektif proses internal dengan mutu pembelajaran terjadi karena dimediasi oleh variabel kontrol yaitu budaya madrasah.

Kemudian dari hasil a nalisis r egresi linear, be sarnya ko ntribusi penerapan MBS dalam pe rspektif pr oses internal terhadap mutu pembelajaran dapat d ilihat pa da ni lai R square 0,257 y ang a rtinya a dalah kontribusinya sebesar 25 ,7% pa da a ngka ke percayaan 95% . H al ini menunjukkan bahwa pe nerapan MBS dalam p erspektif pr oses internal cukup m emiliki ko ntribusi yang po sitif meskipun t idak do minan terhadap mutu pembelajaran.

Dilihat da ri t ingkat e fektivitasnya t ernyata pe nerapan manajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif pr oses internal ke las X I da n ke las X II MAN M aguwoharjo S leman berada pa da k ategori efektif. Hasil i ni mengindikasikan kinerja s umber da ya manusia da n fasilitas pe ndukung Dilihat da ri t ingkat e fektivitasnya t ernyata pe nerapan manajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif pr oses internal ke las X I da n ke las X II MAN M aguwoharjo S leman berada pa da k ategori efektif. Hasil i ni mengindikasikan kinerja s umber da ya manusia da n fasilitas pe ndukung

Sebagaimana dijelaskan oleh Dadang Dally bahwa dalam perspektif proses i nternal penerapan m anajemen b erbasis sekolah menekankan pa da peningkatan d aya t ampung da n kua litas sarana pr asarana sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa secara maksimal. 143 Adapun tujuan dan sasaran

yang hendak d icapai dalam pe rspektif pr oses internal s ebagaimana diungkapkan o leh B arbara G unawan, de ngan melihat ko nteks pe nerapan manajemen b erbasis sekolah yaitu meningkatkan s ecara be rkelanjutan

kinerja sumber daya manusia yang dimiliki sekolah melalui interprestasi. 144 Jadi, hasil temuan pe neliti berkaitan de ngan pe nerapan manajemen

berbasis sekolah dalam pe rspektif pr oses internal t erhadap mutu pembelajaran siswa kelas XI dan kelas XII di MAN Maguwoharjo Sleman sesuai dengan teori sekolah e fektif yang m enyatakan b ahwa sekolah yang memiliki ka rakteristik sekolah efektif m aka akan b erimplikasi pada h asil

guna melalui input, pr oses, da n o utput y ang baik. 145 Selain itu, h asil penelitian m enunjukkan tingkat e fektivitas pe nerapan manajemen berbasis

sekolah dalam pe rspektif pr oses internal u ntuk k elas X I da n ke las X II d i

143 Dadang Dally, Balanced ScoreCard. . ., hlm. 92

Suripto, “P enerapan Balanced Scorecard pa da L embaga P endidikan (P engukuran Kinerja Administrator Ka mpus)”, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan Vol. 3 No.6 (2009), hlm. 603-604

145 Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan. . ., hlm. 182

MAN M aguwoharjo Sleman berada pa da ka tegori efektif s erta hu bungan dan kontibusinya dengan m utu pembelajaran m enunjukkan h asil y ang signifikan.

4. Kontribusi P enerapan M anajemen B erbasis Sekolah (MBS) d alam Perspektif Pembelajaran dan P ertumbuhan t erhadap M utu Pembelajaran

Berdasarkan hasil a nalisis da ta d iperoleh besarnya nilai r yx yaitu 0,562 dengan nilai s ignifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pe nerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran da n pertumbuhan dengan mutu pembelajaran adalah signifikan dan berada pada kategori s edang serta ar ah hubungannya po sitif pada an gka ke percayaan 95%. N amun, s etelah d ilakukan pe ngujian d engan melibatkan variabel kontrol yaitu b udaya m adrasah didapatkan ni lai r yx.z sebesar 0, 240 dengan nilai s ignifikansi sebesar 0. 002 yang artinya hubungan p enerapan MBS dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan mutu pembelajaran tetap signifikan namun menjadi masuk dalam kategori lemah atau rendah . Dengan hasil i ni m aka hu bungan a ntara pe nerapan MBS dalam pe rspektif pembelajaran da n pe rtumbuhan dengan mutu pe mbelajaran t erjadi k arena dimediasi oleh budaya madrasah.

Selanjutnya berdasarkan hasil u ji r egresi linear d iperoleh ni lai R square sebesar 0, 316 yang a rtinya ko ntribusi pe nerapan MBS dalam perspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan terhadap mutu pe mbelajaran adalah sebesar 31, 6% s edangkan s isanya s ebesar 68, 4% di kontribusikan oleh variabel lainnya.

Adapun ditinjau dari hasil tingkat efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan kelas XI dan kelas XII MAN Maguwoharjo Sleman masuk pada kategori efektif. Hal ini me ngindikasikan kualitas pengelolaan proses pe mbelajaran o leh gur u sudah c ukup mengena ke pada siswa dan t idak monoton d idukung adanya variasi selama pr oses pe mbelajaran berlangsung. D alam penerapan manajemen berbasis sekolah dilihat da ri perspektif pembelajaran da n pertumbuhan lebih menekankan ke pada keefektifan pr oses pe mbelajaran oleh gur u dengan m engembangan pot ensi siswa s ecara t erus m enerus. Selain itu, da ri s egi ke mampuan p elayanan pe ndukung pe ningkatan mutu pembelajaran juga harus selaras de ngan us aha u ntuk mencapai ke efektifan serta kelancaran proses pembelajaran.

Sebagaimana pendapat Dadang Dally bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah dilihat da ri pe rspektif pembelajaran da n pe rtumbuhan berupa kemampuan da n ko mpetensi gur u un tuk mengembangkan t ujuan pembelajaran yang berkulitas da n ke mampuan para ka ryawan sekolah

dalam m emberikan pelayanan y ang berdampak langsung pa da s iswa. 146 Sementara it u, menurut B arbara G unawan yang menjelaskan bahwa da lam

perspektif pembelajaran da n pe rtumbuhan tujuan dan s asarannya i alah menciptakan ke unggulan jangka pa njang melalui p engembangan d an pemfokusan potensi sumber daya manusia. 147

146 Dadang Dally, Balanced ScoreCard. . ., hlm. 92

Suripto, “ Penerapan B alanced S corecard pa da L embaga P endidikan (P engukuran Kinerja Administrator Ka mpus)”, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan Vol. 3 No.6 (2009), hlm. 603-604

Jadi, hasil temuan pe neliti berkaitan de ngan pe nerapan manajemen berbasis sekolah dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap mutu pe mbelajaran s iswa ke las X I da n ke las X II di M AN Maguwoharjo sesuai dengan teori sekolah e fektif yang m enyatakan bahwa sekolah yang memiliki ka rakteristik sekolah efektif m aka akan b erimplikasi pada h asil guna melalui input, proses, dan output yang baik. 148 Hal i ni juga didukung

oleh tingkat ef ektivitas pe nerapan manajemen berbasis sekolah dalam perspektif pe mbelajaran da n pertumbuhan u ntuk ke las XI dan ke las XII d i MAN M aguwoharjo Sleman yang berada pa da ka tegori efektif serta hubungan da n ko ntibusinya de ngan mutu pembelajaran menunjukkan hasil yang signifikan.

5. Intervensi Budaya Madrasah dalam Kontribusi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Perspektif Balanced Scorecard terhadap Mutu Pembelajaran

Berdasarkan a nalisis da ta m enunjukkan pe rbandingan nilai r yx dengan nilai r yx.z antara variabel penerapan m anajemen berbasis sekolah dalam t iap-tiap pe rspektif balanced scorecard yang meliputi pe langgan, keuangan, pr oses internal, serta pe mbelajaran da n pe rtumbuhan de ngan dikontrol variabel budaya madrasah t erhadap variabel mutu pe mbelajaran hasilnya ialah r yx >r yx.z. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa hubungan keempat variabel penerapan manajemen berbasis sekolah dalam pe rspektif balanced scorecard dengan mutu pe mbelajaran t erjadi karena diintervensi/dimediasi o leh variabel ko ntrol yaitu budaya madrasah. O leh

148 Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan. . ., hlm. 182

karena itu, model pe rsamaan r egresi t idak dapat d igunakan u ntuk memprediksikan va riabel de penden y aitu m utu pembelajaran karena ni lai signifikansi keempat variabel penerapan manajemen berbasis sekolah dalam perspektif balanced scorecard sebagaimana d apat di lihat t abel 4. 59 menunjukkan hasil yang tidak s ignifikan lebih besar da ri 0, 05 pada angka kepercayaan 95% . Hal ini juga d idukung o leh nilai ko efisien r egresi yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel budaya madrasah paling tinggi yaitu sebesar 0,325 dibandingkan keempat variabel independen yang lain yaitu variabel pe nerapan MBS dalam pe rspektif p elanggan s ebesar 0,084, variabel pe nerapan MBS dalam p erspektif ke uangan s ebesar 0, 058, variabel pe nerapan MBS dalam p erspektif pr oses i nternal s ebesar 0,168, serta v ariabel pe nerapan MBS dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pertumbuhan sebesar 0,216.

Oleh karena itu, dikarenakan variabel kontrol yaitu budaya madrasah juga m emiliki kontribusi y ang cukup s ignifikan m aka va riabel kontrol tersebut i kut d imasukkan ke da lam analisis regresi berganda antara penerapan manajemen be rbasis sekolah dalam pe rspektif balanced scorecard yang mencakup pe langgan, ke uangan, pr oses internal, serta pembelajaran da n pe rtumbuhan t erhadap mutu pe mbelajaran. F ungsi variabel kontrolpun be rubah m enjadi va riabel i ndependen ya ng t urut dianalisis kontribusinya terhadap mutu pembelajaran.

Menurut Edmunds dalam penelitiannya t entang ge rakan sekolah efektif ( effective school movement) seharusnya sekolah yang t elah Menurut Edmunds dalam penelitiannya t entang ge rakan sekolah efektif ( effective school movement) seharusnya sekolah yang t elah

teori balanced scorecard yang menyatakan bahwa da lam ke empat perspektifnya, ketika suatu l embaga b aik i tu pr ofit ataupun n onprofit memfokuskan pe ncapaian t ujuan de ngan de ngan memberikan pe layanan atau fasilitas yang disesuaikan d engan ke butuhan stakeholders maka dampaknya a kan mendongkrak ke mampuannya da n memberikan peningkatan kinerja dan hasil pencapaian tujuan tersebut secara efektif da n

efisien. 150 Adapun dari ha sil pe nelitian menunjukkan bahwa M AN Maguwoharjo Sleman nampaknya sudah ba ik dalam m enerapkan

manajemen berbasis sekolah. Bahkan dilihat dari empat perspektif balanced scorecard yang mencakup pe langgan, ke uangan, pr oses internal, serta pembelajaran d an pe rtumbuhan secara k eseluruhan tingkat e fektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah efektif, namun tetap terus dilakukan perbaikan s ecara berkelanjutan dikarenakan r ata-rata tingkat efektivitasnya masih dibawah 70%.

Secara u mum, t idak ada t eori yang menjelaskan b ahwa p enerapan manajemen berbasis sekolah dalam perspektif balanced scorecard berpengaruh s ecara langsung terhadap mutu pembelajaran. N amun, berdasarkan hasil p enelitian t ernyata t erdapat hubungan da n ko ntribusi antara penerapan m anajemen berbasis sekolah dalam p erspektif balanced

149 Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model, dan Aplikasi (Jakarta: Grasindo, 2006), hlm. 17

Dewi A ulia dan Andri I khwana, “ Perencanaan S trategi P engembangan Usaha K ain Tenun Sutra dengan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus di Pabrik Sutra Tiga Putra)”, Jurnal Kalibrasi Vol. 10 No. 01 (2012), hlm. 12

XI da n ke las X II menunjukkan hasil yang t inggi d ibandingkan de ngan tingkat efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah. Terkait intervensi budaya madrasah ini, Rohiat menjelaskan budaya madrasah d i sekolah terbentuk karena salah satu tujuannya gu na mencapai sasaran jangka pe ndek yaitu u ntuk mewujudkan da n mendukung pr oses pembelajaran y ang b ermutu di sekolah. 151 Oleh ka rena itu, budaya

memegang peranan penting untuk terlaksananya kegiatan atau program dan untuk mencapai tujuan suatu organisasi atau lembaga tak terkecuali sekolah. Jadi, budaya madrasah berfungsi s ebagai media da lam pencapaian sasaran suatu ke giatan/program d i madrasah da n t anpa b udaya madrasah maka sasaran yang a kan d ituju a kan t erasa s ulit d an kurang mendukung. Dari temuan peneliti yang menunjukkan kualitas budaya madrasah cukup tinggi di M AN M aguwoharjo S leman juga harus d ibarengi d engan p enerapan manajemen berbasis sekolah yang e fektif a gar mutu pe mbelajaran da pat terus meningkat dan berimplikasi pada peningkatan mutu sekolah.

Wohlstetter dan Mohram mengungkapkan setidaknya terdapat empat macam kegagalan yang dapat memengaruhi kurang maksimalnya penerapan

151 Rohiat, Manajemen Sekolah. . ., hlm. 97 151 Rohiat, Manajemen Sekolah. . ., hlm. 97

diterapkannya m anajemen be rbasis sekolah. Pertama, ko nsep MBS menawarkan desentralisasi berpikir yakni memberikan peluang bagi kepala sekolah, guru, dan siswa juga sebagai subjek kegiatan pembelajaran. Kedua, konsep MBS berfokus pada semua kegiatan pendidikan di sekolah termasuk kegiatan p embelajaran, t idak hanya u ntuk ur usan a dministrasi da n kedinasan. Ketiga, konsep MBS mengubah kegiatan pembelajaran dari yang bersifat formal, ka ku, da n berat menjadi k egiatan pembelajaran yang aktif dan m enyenangkan. Keempat, ko nsep MBS mendorong sekolah untuk

berperan secara pr oaktif da lam meningkatkan k ualitas pe ndidikannya. 153 Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai masalah dan

kegagalan serta urgensi penerapan MBS, dapat menjadi perhatian khususnya bagi p ihak M AN M aguwoharjo S leman d ikarenakan dilihat da ri ur gensi yang ditawarkan o leh MBS sudah selayaknya menjadi perhatian oleh pihak sekolah untuk mencapai t ujuan yang telah d irencanakan s ebelumnya baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

152 Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah. . ., hlm. 142-143 153 Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah. . ., hlm. 143-144

Secara u mum, p enerapan m anajemen b erbasis sekolah nampaknya sudah berkontribusi t erhadap mutu pe mbelajaran. M eskipun da ri hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu pe mbelajaran t idak do minan dipengaruhi o leh pe nerapan manajemen berbasis sekolah, ba hkan justru budaya ma drasahlah y ang memiliki kontribusi le bih tinggi. Adapun f aktor lain yang menyebabkan hal ini terjadi karena pada saat responden mengisi angket pe nelitian yang d ibagikan ke pada mereka, r esponden yang d iteliti kurang s erius a tau kur ang bersungguh-sungguh da lam menjawab pertanyaan/pernyataan yang telah d isediakan dalam kuesioner karena pa da saat peneliti melakukan penelitian mereka s ibuk mempersiapkan d iri u ntuk menghadapi ujian akhir s emester. S elain itu, da lam pe nelitian ini menggunakan angka kepercayaan sebesar 95% yang memungkinkan terjadi kesalahan sebesar 5 %.

BAB V PENUTUP