Faktor Risiko Overweight dan Obesitas

yang sama. Sehingga lokasi distribusi tersebut sangat menentukan morbiditas Flier, 2010. Obesitas tipe android berhubungan dengan erat profil metabolisme dan risiko kardiovaskular dibanding tipe gynoid Hellerstein dan Parks, 2007.

2.2. Faktor Risiko Overweight dan Obesitas

Tanda yang umum dari obesitas adalah kelebihan akumulasi jaringan adiposa. Bagaimanapun, obesitas bukan penyakit tunggal. Lebih dari 200 gen pada tikus dan 100 gen pada manusia teridentifikasi mempengaruhi pengaturan berat badan Srivastava, et al., 2007. Interaksi lingkungan dan genetik menyebabkan akumulasi kelebihan jaringan adiposa. Lazimnya, obesitas terjadi harus ada faktor genetik dan faktor lingkungan. Hipotesis tersebut terbukti pada populasi obesitas dengan variasi yang beragam Atkinson, 2005. a. Faktor Genetik Berdasarkan ilmu genetika, identifikasi dan karakterisasi single-gene dan polygenic pada obesitas membuktikan seberapa bermakna pengaruh keturunan Srivastava, et al., 2007. Screening genom pada populasi etnik yang berbeda menunjukan lokasi kromosom 2, 4 , 10, 11, dan 20. 1 Single-Gene Defects Obob obesitas dan dbdb obesitas-diabetes merupakan single-gene yang paling dominan mengalami defek pada hewan maupun manusia. Gen Obob dan dbdb masing-masing mengkode leptin dan reseptornya. Selain itu dua gen tersebut, masih ada beberapa gen lainnya seperti, agouti, tubby, dan proopiomelanocortin. Coleman dalam Atkinson 2005 mendeskripsikan dua model tikus, obesitas obob dan obesitas-diabetes dbdb. Gen ob yang mengkode leptin dideskripsikan pertama kali oleh Zhang, et al. Atkinson, 2005. Leptin dibentuk di jaringan adiposa dan diduga memberi sinyal penurunan nafsu makan ke otak dan menurunkan jaringan adiposa tubuh. Defisiensi leptin bersifat autosomal recessive yang berakibat Universitas Sumatera Utara pada obesitas pada tikus dengan defek obob dan pada sebagian kecil pada manusia dilaporkan mengalami defek ini. Coleman membuktikan bahwa pada tikus dengan defek obob harus dibatasi hingga setengah asupan energi untuk mendapatkan berat badan yang sama dengan tikus yang tidak memiliki defek obob. Ketika diinjeksikan leptin, tikus dengan defek obob mengalami penurunan berat badan menuju level pada tikus yang tidak mengalami defek, termasuk pada manusia. Pada tikus yang mengalami defek dbdb menunjukan rusak atau absennya reseptor leptin. Pada penginjeksian leptin pada tikus dengan defek dbdb tidak menunjukan penurunan berat badan. Hanya sebagian kecil pada orang obesitas yang mengalami single- gene disorder. Beberapa penelitian mengidentifikasi bahwa sangat sedikit manusia yang mengalami defisensi leptin, dan reseptor leptin Clement, et al., 2002. Perubahan gen yang mengekspresikan melanocortin 4 receptors MC4R terjadi kurang 5 obesitas pada beberapa etnik. Perubahan tersebut menyebabkan rasa lapar yang tinggi dan menjadi obesitas karena kelebihan makan overeating CDC, 2012. 2 Polygenes Obesity Loos dan Bouchard 2003 telah mengidentifikasi lebih dari 300 gen yang berkaitan dengan etiologi obesitas dan 24 kromosom yang mempunyai gen yang berkontribusi pada obesitas. Beberapa gen menginduksi terjadinya obesitas dan beberapa malah memproteksi. Sehingga ada belasan hingga ribuan gen yang terlibat dalam obesitas. Penelitian yang dilakukan Westphal, et al. 2008 menunjukan tidak ada perbedaan signifikan resting metabolic rate dalam satu keluarga. Gen yang diduga paling berpengaruh pada energi metabolisme adalah gen uncoupling protein. Uncoupling protein-1 UPC-1 memiliki kontribusi dan juga proteksi pada metabolic syndrome. Kemudian uncoupling protein-2 berpengaruh pada metabolic syndrome melalui Universitas Sumatera Utara mekanisme down-regulation sekresi insulin dan pada obesitas belum menunjukan pengaruh yang jelas Fisler dan Warden, 2006. Walaupun ada hubungan, mutasi UPC pada obesitas sangat kecil, sebesar 1-3 Atkinson, 2005. b. Faktor Lingkungan 1 Ekspresi Genetik oleh Lingkungan Walaupun suatu gen memiliki peranan yang jelas, faktor lingkungan mungkin menentukan bagaimana suatu gen diekspresikan. Peran faktor lingkungan yang terjadi selama di dalam uterus dan bayi dalam mengakibatkan suatu penyakit menjadi menarik untuk diteliti Atkinson, 2005. Blokade Jerman terhadap Belanda selama perang dunia II mengakibatkan banyak ibu hamil yang mengalami kelaparan. Pada tahun 1976, Ravelli, Stein, dan Susser melaporkan bahwa orang lahir pada masa tersebut menunjukan peningkatan prevalensi obesitas. Ibu yang mengalami kelaparan selama bulan ke-6 pertama kehamilan memiliki keturunan obesitas dan menderita sindrom metabolik. Jika pada bulan ke-3 terakhir kehamilan memiliki kecenderungan lebih kurus dari yang normal. Penelitian case-control pada usia 64-74 tahun menunjukan bahwa orang dengan riwayat berat badan lahir rendah memiliki massa lemak yang banyak dibanding kontrol Kensara, 2005. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi masih belum jelas, tetapi diperkirakan keabnormalan plasenta menjadi penyebab Atkinson, 2005. 2 Faktor Keluarga dan Etnis Faktor keluarga dan etnis dalam pilihan makanan, pola makan, komposisi makanan, dan aktivitas fisik menjadi etiologi obesitas. Penelitian tentang energi yang keluar pada tiap individu menunjukan perbedaan yang besar antara keluarga dan dalam satu keluarga Westphal, 2008. Hal ini terjadi akibat faktor genetik yang mempengaruhi metabolisme tetapi juga akibat dari pola aktivitas Universitas Sumatera Utara masing-masing. Tiap etnis menunjukan perbedaan karakter dan jumlah makanan. Faktor tersebut berpengaruh pada asupan energi termasuk frekuensi dan waktu makan serta penggunaan penyedap, minyak, lemak dan sumber makanan pokok beras atau gandum Atkinson, 2005. 3 Komposisi Makanan dan Pola Makan Kelebihan asupan energi di atas angka kecukupan harian sangat berpengaruh pada kejadian obesitas tetapi tidak benar berasumsi bahwa makan yang berlebihan menyebabkan obesitas. Kualitas dari makanan sangat penting dalam mempengaruhi obesitas. Pada hewan coba, diet tinggi lemak menyebabkan obesitas berat dibanding tinggi karbohidrat Atkinson, 2005. Hal ini disebabkan karena lemak mengandung energi yang lebih besar dibandingkan dengan protein dan karbohidrat sehingga diet tinggi lemak mempunyai total energi lebih tinggi namun dengan volumenya lebh kecil sehingga penimbunan lemak lebih efisien dibandingkan karbohidrat atau protein Subardja, 2010. Konsumsi makanan berserat diatery fiber berkontribusi menekan nafsu makan dan mengurangi asupan kalori. Hal ini berkaitan dengan β-glucan yang terdapat pada polisakarida Akramienė, 2007. β- glucan mengurangi rasa lapar dan meningkatkan rasa kenyang karena ada pengaruh terhadap pengeluaran ghrelin dan PYY. Pada penelitian, kelompok yang mengonsumsi roti yang mengandung β-glucan memiliki kadar ghrelin lebih rendah dan PYY yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok yang tidak Vitaglione, 2009. 4 Aktivitas Fisik Kuantitas aktivitas fisik secara jelas berkontribusi terhadap pemeliharaan berat tubuh. Orang dengan obesitas kurang aktif daripada orang normal. Di masa industri sekarang, dengan mekanisi dan kemajuan transportasi, membuat kondisi kecenderungan kurang Universitas Sumatera Utara gerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari. Sebagai contoh, seorang petani yang membajak sawahnya secara manual akan mengeluarkan energi 400 kkal dibanding menggunakan traktor 130 kkal Misnadiarly, 2007. Dengan peningkatan taraf hidup dan penggunaan mesin, lebih banyak mobil, dan pekerja kasar yang dibutuhkan semakin sedikit. Terobosan terbaru pada televisi rumah, komputer, dan game komputer meningkatkan aktivitas fisik yang kurang bergerak, terutama bagi anak-anak Atkinson, 2005. 5 Obat Beberapa obat diperkirakan meningkatkan asupan makanan maupun berat badan. Glukokortikoid menyebabkan pertambahan jaringan adiposa terutama bagian batang tubuh. Insulin, sulfonilurea dan tiazolidenosa meninduksi peningkatan berat badan dan jaringan adiposa pada pasien diabetes. Phenotiazine dan golongan anti-psikotik serat trisiklik anti-depresan menginduksi pertambahan berat badan. Cyproheptadine dan asam valproat juga telah dicurigai sebagai etiologi obesitas pada beberapa pasien. Terakhir, beta-bloker seperti propanolol diperkirakan mengurangi efek simpatis dan menaikkan berat badan atau susah kehilangan berat badan Atkinson, 2005.

2.3. Hubungan Fast Food dengan Kejadian Overweight dan Obesitas