Bentuk-bentuk budaya Politik Pengertian Budaya Politik

masyarakat secara umum. Kebudayaan politik menjadi penting dipelajari karena ada dua sistem: 1 Sikap warga negara terhadap orientasi politik yang menentukan pelaksanaan sistem politik. Sikap orientasi politik sangat mempengaruhi bermacam- macam tuntutan itu di utarakan, respon dan dukungan terhadap golonganm elit politik, respons dan dukungan terhadap rezim yang berkuasa; 2 dengan mengerti sikap hubungan antara kebudayaan politik dan pelaksanaan sisitemnya, kita akan lebih dapat menghargai cara-cara yang lebih membawa perubahan sehingga sisitem politik lebih demokratis dan stabil. Alfian, menganggap bahwa lahirnya kebudayaan sebagai pantulan langsung dari keseluruhan sistem sosial-budaya masyarakat. Hal ini terjadi melalui proses sosialisasi politik agar masyarakat mengenal, memahami, dan menghayati nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat itu, seperti nilai-nilai sosial budaya dan agama. 30

1.4.3.1. Bentuk-bentuk budaya Politik

31 Tipe Budaya Politik: 1. Berdasarkan Sikap Yang Ditunjukkan. Pada negara yang memiliki sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks, menuntut kerja sama yang luas untuk memperpadukan modal dan keterampilan. Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap orang terhadap orang lain. Pada kondisi ini budaya politik memiliki kecenderungan sikap ”militan” atau sifat ”tolerasi”. a Budaya Universitas Sumatera Utara Politik Militan: Budaya politik dimana perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi kriris, maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar emosi; b Buda ya Politik Toleransi: Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang harus _________________________________________________________ 30 A.Rahman H.I, Op.cit, hal.269 31 untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan curiga terhadap orang. Arifin Rahman, Op.cit, hal.35 Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan, maka hal itu dapat menciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik. Kesemuanya itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dengan jiwa tolerasi hampir selalu mengundang kerja sama. Berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan. Budaya Politik terbagi atas: a Budaya politik yang memiliki sikap mental absolute, budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang baru atau yang berlainan Universitas Sumatera Utara bertentangan. Budaya politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru; b budaya politik yang memiliki sikap mental akomodatif, struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini. Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai suatu yang membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan yang berbahaya yang harus diawasi dan dikendalikan. Perubahan dianggap sebagaipenyimpangan. Tipe akomodatif dari budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan.Perubahan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna. 2. Berdasarkan Orientasi Politiknya. Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki beberapa variasi. Berdasarkan orientasi politik yang dicirikan dan karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik akan memiliki budaya politik yang berbeda. Perbedaan ini terwujud dalam tipe-tipe yang ada dalam budaya politik yang setiap tipe memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Universitas Sumatera Utara Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam masyarakat, Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut: a Budaya Politik parokial parochial political culture yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif misalnya tingkat pendidikan relatif rendah. menyangkut budaya yang terbatas pada wilayah atau lingkup yang kecil, sempit misalnya yang bersifat provincial. Karena wilayah yang terbatas pelaku politik sering memainkan peranannya seiring dengan diferiensiasi, maka tidak terdapat peranan politik yang bersikap khas dan berdiri sendiri, yang menonjol dalam budaya politik adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan atau kekuasaan politik dalam masyarakat; b Budaya Politik kaula subyek political culture yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. anggota masyarakat mempunyai minat perhatian, mungkin juga kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya mempengaruhi atau mengubah sistem dan oleh karena itu menyerah saja pada kepada segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan; c Budaya Politik partisipan participant political culture, yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi. Masyarakat dalam budaya ini memiliki sikap yang kritis untuk memberi penilaian terhadap sistem politik dan hampir pada semua aspek kekuasaan; d Budaya Politik campuran mixed Universitas Sumatera Utara political cultures yaitu gabungan karakeristik tipe-tipe kebudayaan politik yang murni. 1.5. Metodelogi Penelitian 1.5.1. Jenis Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dimana saya akan menggambarkan atau melukiskan subjek ataupun objek yang diamati dan tentu saja yang sesuai dengan fakta-fakta yang terlihat di lapangan selama saya melakukan penelitian. Akan dipaparkan juga di dalamnya tentang hasil atau data-data yang telah diamati atau yang telah diteliti.

1.5.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Medan. Alasan peneliti memlih lokasi Kelurahan Selayang II karena peneliti ingin melihat seberapa besarnya faktor orientasi kandidat dan orientasi isu yang mempengaruhi perilaku pemilih pemula dalam Pemilukada di Kelurahan Padang Bulan Selayang II.

1.5.3. Populasi dan Sampel Populasi Populasi

Jumlah poluasi yang ada di Kelurahan Padang Bulan Selayang yakni sebanyak 26.091 oran, namun dalam penelitian ini, sesuai dengan judul yang saya ambil maka saya mengambil populasi yang berumur antara 17 tahun sampai dengan 19 tahun, umur tersebut merupakan pemilih pemula pada Pilkada dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara yang telah berlangsung pada tahun 2013. Universitas Sumatera Utara