Proses Pengolahan Gula
E. Proses Pengolahan Gula
1. Penyediaan Bahan Utama (Tebu) Pengadaan bahan baku tebu di pabrik gula Gondang Baru berada di
bawah tanggung jawab bagian tanaman. Dalam melakukan kegiatan pemanenan yang perlu dipersiapkan adalah kebun yang layak tebang, tebu sudah dikelupas dua kali. Tebu masak sesuai umur didasarkan pada hasil analisa pendahuluan. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi.
Bahan baku yang digunakan oleh pabrik gula Gondang Baru adalah tebu yang berasal dari petani. Varietas tebu yang digunakan untuk bahan baku antara lain: BZ 132, PL 54, PS 851, PS 176, PS 79 dan PS 864. Kebutuhan pabrik dipenuhi dengan, mendatangkan tebu dari tiga sumber yaitu tebu rakyat, tebu pabrik dan tebu dari luar.
Bahan baku tebu tersebut berasal dari 4 wilayah antara lain Kabupaten Klaten, Boyolali, Salatiga dan Semarang. Bahan baku tanaman tebu diperoleh dari lahan melalui kemitraan dengan petani tebu rakyat. Kemitraan yang ada di PG Gondang Baru terdiri 2 macam, yaitu kemitraan
A (KmA) dan kemitraan B (KmB). Kemitraan A (KmA) adalah kerjasama yang dijalin oleh PG Gondang Baru dengan petani tebu rakyat dengan cara menyewa lahan milik petani sehingga lahan tersebut sepenuhnya dikelola oleh PG dengan memberikan jaminan pendapatan kepada petani. Kemitraan B (KmB) adalah kerjasama yang dijalin oleh PG Gondang Baru dengan petani tebu rakyat dengan cara petani sepenuhnya mengelola lahan untuk ditanami tebu dengan pendampingan teknis dari PG dan pemberian bantuan keuangan kepada petani untuk melakukan usatani tebu. Di PG Gondang Baru sendiri pasokan tebu 80% diperoleh dari sistem kemitraan
B dan sisanya 20% melalui kemitraan A. hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user
Kemitraan B (KmB) Di PG Gondang Baru Tahun 2009-2011
Tahun
Kemitraan A (KmA)
Kemitraan B (KmB)
Luas
(Ha)
Produksi Tebu (Ku)
Produkti- vitas Tebu
(Ku/Ha)
Luas (Ha)
Produksi Tebu (Ku)
Produkti- vitas Tebu (Ha/Ku) 2009
Sumber: Data Sekunder, 2011 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar bahan baku tebu yang ada di PG Gondang Baru diperoleh melalui sistem kemitraan B. Luas area terbesar terjadi pada tahun 2009 melalui kemitraan B yaitu seluas terbesar 1.682,74 hektar dengan produksi tebu sebanyak 926.109 kuintal. Luas area terbesar melalui kemitraan A terjadi pada tahun 2011 yaitu seluas terbesar 348,47 hektar dengan produksi tebu sebanyak 210.611 kuintal. Rata-rata produktivitas tebu kemitraan A lebih baik dari pada kemitraan B, dapat dilihat pada tahun 2010 dan 2011. Produktivitas tebu kemitraan A sebesar 683,36 kuintal per hektar dan 604,39 kuintal per hektar, sedangkan produktivitas tebu kemitraan B sebesar 638,24 kuintal per hektar dan 584,27 kuintal per hektar. Perbedaan ini disebabkan karena pada kemitraan A tebu dapat dikelola langsung oleh pihak PG.
2. Bahan Pembantu Bahan pembantu adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi gula bahan-bahan ini digunakan dalam proses-proses tertentu seperti pada stasiun pemurnian dan stasiun penguapan. Bahan pembantu yang digunakan oleh pabrik gula Gondang Baru dalam proses pembuatan gula pasir kristal antara lain:
a. Batu Kapur Kapur digunakan dalam proses pemurnian yang diberikan dalam bentuk susu kapur (Ca(OH) 2 ) yang diperoleh dengan jalan memadamkan kapur tohor dalam sebuah tromol dengan menggunakan air panas suhu 50°C.
commit to user
Pembakaram belerang pada tobong belerang berfungsi untuk menghasilkan gas SO 2 pembakaran dilakukan dengan cara pemberian
udara kering yang dihembuskan ke dalam tobong.
c. Cokes dan Briket Cokes dan Briket digunakan bersama pada saat pembakaran batu kapur di dalam tobong yang akan menghasilkan kapur tohor dan gas CO 2 , selanjutnya gas CO 2 dihisap oleh pompa dan keluar dari kapur. Sedangkan CaO sebagai kapur tohor dikeluarkan dari tobong, masuk dalam tromol pemadam kapur untuk selanjutnya diberikan air sehingga menghasilkan susu kapur. Briket digunakan sebagai tambahan dalam pembakaran batu kapur di dalam tobong gamping. Tujuan diberikan briket agar pembakaran berlangsung cepat karena sifat briket adalah mempercepat panas. Briket dibuat dari campuran antrasit, ampas dan abu ketel. Ketiga bahan tersebut dicampur kemudian dicetak dan dibakar dalam tungku.
3. Proses Pengolahan Proses pengolahan gula pasir dimulai dari stasiun penimbangan. Tebu yang baru datang di pabrik ditimbang dulu sebelum diolah. Stasiun penimbangan berfungsi untuk mengetahui banyaknya tebu yang akan diproses atau digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun diangkut menggunakan truk. Tebu yang masuk melalui proses seleksi mutu di Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan sebelum digiling. Sebelum dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk mengetahui brix tebu. Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 15 sampai
20. Tebu yang diangkut dengan truk ditimbang pada DCS (Digital Crane Scale ). Alat timbang yang digunakan di PG. Gondang baru ada 3 macam :
a. Jembatan Timbang berfungsi untuk menimbang tebu yang berada dalam lori/truk dengan cara menimbang berat truk beserta tebunya (bruto), karena berat lori/truk diketahui maka berat tebu (netto) dapat diketahui.
commit to user
hanya saja menggunakan sistem digital.
c. Digital Crane Scale digunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam truk tanpa menimbang truknya. Cara kerjanya, tebu diangkat
menggunakan crane kemudian ketika sudah terangkat dilihat berat yang tercatat pada pencatat digital dan hasilnya dicetak untuk dilaporkan. Setelah tebu ditimbang, tebu siap dikirim ke stasiun gilingan menggunakan lori untuk diproses lebih lanjut. Sistem penggilingan yang dilakukan di PG. Gundang Baru adalah sistem FIFO (First In First Out ), artinya tebu yang masuk lebih dulu akan digiling lebih dulu pula. Hal ini untuk menghindari penimbangan tebu yang terlalu lama (>36 jam), karena dapat menyebabkan penurunan kadar selulosa dan kerusakan tebu akibat sinar matahari maupun mikro organisme atau bakteri. Selain itu juga terjadi proses fermentasi sukrosa menjadi alkohol.
Proses pengolahan atau proses pabrikasi gula merupakan proses pengambilan gula yang ada dalam bentuk terlarut di batang tebu sebanyak- banyaknya dengan mengupayakan agar kehilangan gula akibat proses tersebut sesedikit mungkin. Dilaksanakan melalui beberapa tahap proses, yaitu :
1) Tahap pemerahan yang dilaksanakan di stasiun gilingan.
2) Tahap pemisahan kotoran yang dilaksanakan di stasiun pemurnian.
3) Tahap pemisahan air yang dilaksanakan di stasiun penguapan.
4) Tahap pengkristalan yang dilaksanakan di stasiun masakan.
5) Tahap pemisahan kristal yang dilaksanakan di stasiun puteran.
6) Didukung oleh pembangkit tenaga di stasiun ketelan dan listrik. Secara sederhana proses dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
Gambar 3. Bagan Alur Pengolahan Gula
Tebu merupakan bahan utama dan bahan pembantu proses dengan produk utama berupa SHS (Superior High Sugar) dan Tetes serta produk ikutan berupa ampas tebu yang digunakan untuk bahan bakar di stasiun ketelan dan produk blotong yang merupakan bahan baku pembuatan kompos.
1. Stasiun Gilingan/Ekstrasi Unit ekstraksi merupakan awal proses untuk membuat gula yang didapatkan dari nira (sari tebu). Proses ekstraksi bertujuan untuk mengambil nira yang ada di dalam tebu sebanyak mungkin dengan cara yang efektif, efisien, dan ekonomis. Proses yang terjadi adalah untuk memperoleh nira mentah dari tebu, memisahkan gula dari ampasnya dan sekaligus menimbang hasil nira mentah sebelum masuk unit pemurnian. Pada unit ini diharapkan menghasilkan nira mentah yang maksimum dan ampas yang mengandung gula seminimal mungkin. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi hasil pemerahan gula di unit penggilingan, antara lain:
a. kualitas tebu meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan kotoran tebu, kadar gula atau pol tebu
b. persiapan tebu sebelum masuk gilingan yaitu tipe atau jenis pencacahan awal
c. air imbibisi
d. derajat kompresi terhadap ampas
e. jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran rol, bentuk alur rol, setelan gilingan, stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan
Tebu
Ampas
B lotong
Limbah Cair, Padat, dan Gas
PABRIK
S HS dan Tetes
commit to user
bentuk terlarut didalam batang tebu sebanyak-banyaknya dengan mengupayakan agar kehilangan gula terbawa ampas sesedikit mungkin.
karena gula berada dalam bentuk terlarut dalam sel-sel batang tebu. Alat Cane preparation digunakan agar pemerahan dapat berjalan maksimal dengan cara batang tebu dihancurkan dahulu untuk selanjutnya diperah di beberapa unit gilingan dan diberi air pembilas yang lebih dikenal dengan dengan sebutan air imbibisi.
Input di stasiun gilingan berupa tebu dan air imbibisi, output dari stasiun gilingan berupa ampas dan cairan larutan gula hasil perahan gilngan yang disebut nira mentah. Ampas digunakan untuk bahan bakar di stasiun ketelan (stasiun pembangkit tenaga uap), sedang nira mentah selanjutnya di proses di stasiun pemurnian.
Mesin-mesin yang dimiliki oleh PG Gondang Baru di stasiun gilingan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Gilingan Di PG Gondang Baru
No Jenis Alat
Fungsi
Jumlah (Unit) 1 Lier Penarik Lori menarik lori ke meja tebu, dengan
kapasitas 10 lori tebu (@7 ton)
2 Garuk Tebu
mengatur tebu ke meja tebu
3 Meja Tebu
menampung tebu sebelum masuk ke krepyak tebu, jenisnya ada 2 yaitu meja tebu diam dan meja tebu berputar.
4 Krepyak Tebu
Berfungsi untuk menampung tebu sebelum masuk ke crusher
1 5 Crusher memecah tebu menjadi bagian yang
lebih kecil sehingga memudahkan dalam pemerasan. Terdiri dari mesin penggerak dan Roll Mill
6 Gilingan Tebu
memeras tebu untuk diambil niranya 4
7 Garuk Ampas Gilingan V
mengankut ampas dari gilingan 5 ke ketel
36
8 Saringan getar
menampung dan menyaring nira dari crusher
9 Pompa Nira Kasar
memompa nira mentah ke timbangan nira
10 Pompa Air Imbibisi
memompa nira menuju gilingan 4 2 Sumber: Data Sekunder, 2011
commit to user
Tahap kedua dalam proses pengolahan gula adalah di stasiun pemurnian. Pada pabrik gula, proses pemurnian memegang peranan
penting dalam produksi gula, karena hasil pemurnian ini akan sangat mempengaruhi kualitas dari gula yang dihasilkan. Adapun tujuan dari proses pemurnian yaitu menghilangkan sebanyak mungkin kotoran yang terdapat dalam nira mentah dengan tetap menjaga agar jangan sampai sukrosa maupun gula reduksinya mengalami kerusakan pada aliran proses pada unit pemurnian. Prinsip dasar disini adalah mengikat bukan gula dengan reagen tertentu menjadi endapan sehingga dapat dipisahkan. Semakin banyak endapan dibentuk akan semakin baik kinerja stasiun pemurnian. Berhasil tidaknya stasiun pemurnian berperan langsung pada kualitas produk SHS, kecepatan penguapan di stasiun penguapan serta kecepatan dan kemudahan kristalisasi di stasiun masakan.
Kandungan zat anorganik nira mentah bersifat asam. Langkah pertama di stasiun pemurnian adalah menetralkan asam tersebut. Penetralan dilaksanakan dengan menambahkan larutan yang bersifat basa. Bahan basa dipilih yang dapat bereaksi dengan asam dengan hasil reaksi berupa endapan, sehingga dapat dipisahkan dari nira. Dengan demikian, semakin banyak endapan yang terbentuk akan semakin baik hasil kinerja pemurnian. Mesin-mesin yang berfungsi untuk pemurnian nira di PG Gondang Baru dapat dilihat dalam tabel berikut:
commit to user
No Jenis Alat
Fungsi
Jumlah (Unit)
1 Bak Penampung Nira Mentah
menimbang nira mentah sebelum masuk ke pemanas pendahuluan
2 Timbangan Nira Mentah
Menampung nira mentah dari timbangan nira dengan kapasitas 2700 Kg
3 Pompa
Nira
Yang Sudah di Timbangan
memompa nira mentah menuju pemanas I
4 Pemanas Nira I memanaskan nira mentah samapai 55°C dengan luas permukaan 38 m 2 .
5 Bejana Karbonatasi I
memurnikan nira dengan susu kapur dan kemudian dialiri gas CO 2 dengan ukuran 1650 x 2750 x 4800 mm.
6 Filter Press I menyaring endapan CaCO 3 dan kotoran yang terbentuk dari bejana karbonatasi I
7 Bejana Karbonatasi II
Menurunkan kelebihan Ca 2+ dan mengendapkan kotoran yang masih tersisa
8 Pemanas Nira
II
memanaskan nira bersih sampai suhu 70°C dengan luas permukaan 38 m 2
9 Filter Press II menyaring endapan CaCO 3 dan kotoran yang terbentuk dari bejana karbonatasi II
10 Bejana Sulfitasi menetralkan pH nira bersih sampai pH = 6,8 yaitu dengan mengalirkan gas SO 2 dengan ukuran volume 1950 x 2800 mm.
11 Bak
Penampung Nira Muda
untuk menampung nira hasil proses sulfitasi
Sumber: Data Sekunder, 2011
3. Stasiun Penguapan Tahap ketiga pengambilan sukrosa dari tanaman tebu yang dilaksanakan di pabrik gula setelah tahap pemerahan di stasiun gilingan dan tahap pembuangan sebagian bukan gula di stasiun pemurnian. Penghilangan air atau penguapan dilaksanakan di dua stasiun yaitu stasiun penguapan dan stasiun masakan. Stasiun penguapan bertugas
commit to user
mendekati jenuh (% brix 60 – 70) biasa disebut nira kental, sedang stasiun masakan bertugas menguapkan air sampai terbentuk kristal
sukrosa. Adapun fasilitas mesin yang ada di stasiun ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penguapan Di PG Gondang Baru
No Jenis Alat
Fungsi
Jumlah (Unit)
1 Pemanas Nira III
memanaskan nira sampai suhu 110- 115°C sebelum masuk evaporator
2 Pan Penguap
menguapkan air yang ada pada nira samapai diperoleh nira 65°Brik
3 Kondenspot
untuk menampung air dari pan penguap IA dan IB dengan diameter pipa 3”
4 Kondensor Barometrik
mengembunkan uap dari pan penguap yang terakhir dengan diamater pipa 12”
menghisap udara pada kondensor dengan ukuran diameter pipa hisap 12,5” dan pipa tekan 12”
6 Pompa vakum
menghisap udara pada kondensor barometrik dengan diameter pipa 884 x 650 mm
Sumber: Data Sekunder, 2011
4. Stasiun Masakan (Kristalisasi) Tujuan kristalisasi adalah menguapkan air yang terdapat pada nira kental dan membentuk kristal gula pada diameter sesuai ukuran dengan menekan kehilanagan gula seminimal mungkin. Besarnya ukuran kristal disesuaikan dengan tingkat masakan (A,B dan D) sehingga pemisahan kristal di puteran dapat menghasilkan kristal gula sesuai standar. Nira kental dari proses penguapan terlebih dahuklu dilakukan proses sulfitasi lagi sampai pH 5,4-5,6 dengan tujuan memucatkan nira. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemasakan yang dapat mempengaruhi proses kristalisasi antara lain: tekanan uap bekas yang harus dicapai adalah
0,7kg/cm 3 dan suhu dalam pan masak 60°C.
commit to user
Sebagai bahan dasar masakan A adalah nira kental, gula leburan klare SHS. Sejumlah nira kental (diksap) dari pan
penguapan dimasukkan dalam pan masakan lalu dipanaskan sampai mencapai daerah stabil. Daerah ini bisa diketahuidengan mengambil larutan tersebut lalu direnggangkan apabila renggangnya sekitar 3-5 cm, maka termasuk daerah metastabil.
Hasil dari masakan A adalah masakan masecute, hasil ini didinginkan pada palung pendingin A dan kemudian diputar pada putaran A sehingga didapatkan gula A dan stroop A. Stroop A dimasukkan ke masakan B dan gula A dicampur dengan gula B dan diputar lagi di putaran SHS dan dihasilkan gula SHS dan klare SHS.
b. Masakan B
Bahan dasar masakan B adalah stroop A yang dihasilkan dari masakan A. Cara kerja masakannya sama dengan masakan A dan hasil dari masakan B diatur di putaran B dan menghasilkan gula B dan stroop B. Stroop B dimasak lagi pada masakan D dan gula B dicampur dengan gula A dan diputar di putaran SHS sehingga dihasilkan gula SHS dan klare SHS.
c. Masakan D
Bahan dasar masakan D adalah stroop B dan klare D. Cara kerjanya sama dengan masakan B. Hasil masakan D diputar pada putaran D dan menghasilkan tetes gula D. tetes ditampung pada tangki penampung yang telah tersedia dan gula D diputar pada putaran D dan menghasilkan klare D dan gula D2 ini dikembalikan ke sulfitasi sebagai masakan A dan masakan B.
commit to user
dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Masakan Di PG Gondang Baru
No Jenis Alat
Fungsi
Jumlah (unit)
1 Pan Masakan I menampung bahan masakan B dengan luas permukaan 89 m 2 .
2 Pan Masakan II menampung bahan masakan D
dengan luas permukaan 109 m 2
3 Pan Masakan III
menampung bahan masakan D dan sebagian untuk masuk masakan A
dan B dengan luas permukaan 73 m 2 .
4 Kondensor Masakan
mengembunkan uap pan masakan
5 Pompa Angin Masakan
menarik uap dari kondensor masakan
6 Palung Pendingin
mendinginkan masakan dengan ukuran 1600 x 2000 x 6960 mm
16
7 Peti Nira Kental
menampung nira kental dari sulfitasi
II
8 Bak Stroop A,
B, D
menampung hasil masakan sebelum masuk proses masakan selanjutnya.
Sumber: Data Sekunder, 2011
5. Stasiun Putaran Stasiun pemutaran digunakan untuk memisahkan kristal gula dengan menggunakan prinsip semifugasi. Gula yang diputar tidak seluruhnya habis masih ada gula yang bercampur dengan larutan yang disebut stroop dan jika stroop ini sulit dipisahkan dari kristal gulanya maka disebut sebagai tetes (molases). Hasil proses pengkristalan dalam pan kristalisasi adalah suatu campuran kristal dengan larutan jenuh sukrosa.untuk memperoleh kristal dalam bentuk murni, campuran ini harus dipisahkan dengan penyaringan.
Saringan digunakan untuk memisahkan kristal dengan menggunakan gaya sentrifugasi. Masakan dimasukkan ke alat pemutar yang sebagian besar dindingnya terdapat saringan. Karena adanya sentrifugal maka massa akan dilempar menjauhi titik putarannya.
commit to user
larutannya akan menembus lubang-lubang saringan. Dengan demikian akan terpisah antara kristal dan larutannya. Kotoran yang masih
melekat dalam kristal akan mengering. Untuk menghilangkan kotoran tersebut kristal disiram dengan air sehingga kotoran akan terlarut dan dipisahkan lagi dengan pemutar. Di stasiun ini terdapat mesin-mesin yang fungsi dan jumlahnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Putaran Di PG Gondang Baru
No Jenis Alat
Fungsi
Jumlah (unit)
1 Putaran discontinue
memisahkan kristal dan stroop yang terdiri dari 2 putaran, yaitu
a. Putaran A dan B Ukuran diameter 30” x 18” dengan putaran 10 rpm
22
b. Putaran SHS Ukuran diameter 30” x 18” dengan putaran A 1200 rpm
12
2 Putaran continue
untuk memisahkan gula-gula D1 dan tetes terdiri dari 2 putaran, yaitu:
a. Putaran gula D1 memisahkan kristal gula D terhadap tetes dengan ukuran 950 x 1750 mm
b. Putaran Gula D2 memisahkan kristal gula D1 menjadi gula D2 dengan ukuran 950 x 1750 mm.
Sumber: Data Sekunder, 2011
6. Stasiun Penyelesaian Setelah SHS keluar dari putaran ke penyaringan disebut sistem penyelesaian. Hasil dari putaran ke penyaringan digunakan talang goyang yang gunanya untuk menggiring baik secara alami, maupun blower. Setelah disaring maka didapat gula halus, gula produk dan gula kerikil. Gula halus dan gula berkerikil dilebur lagi dan dikirim ke
commit to user
dimasukkan ke dalam karung kemasan dengan berat 50 Kgdan kemudian diperiksa berat sebenarnya dengan timbangan yang presisi
dan selanjutnya disimpan di dalam gudang. Adapun mesin-mesin yang dimiliki PG Gondang Baru di stasiun penyelesaian dapat dilihat pada tabel di bawah ini: .Tabel 9. Spesifikasi Mesin Di Stasiun Penyelesaian Di PG Gondang
Baru No Jenis Alat
Fungsi
Jumlah (unit)
1 Talang goyang
mengeringakan gula dengan bantuan udara kering dengan ukuran 0,18 x 0,9 x 30 m
2 Suiker Silo
menampung gula hasil dari saringan talang goyang
3 Tangga Yacob (Elevator)
mengangkut gula secara vertikal dari talang goyang ke saringan gula
4 Sugar Sack Konveyor
mengangkut gula dalam karung untuk ditumpuk ke dalam gudang.
1 Sumber: Data Sekunder, 2011
4. Limbah Pabrik Gula Limbah merupakan suatu bahan yang dihasilkan dari suatu proses, baik yang berwujud padat, cair, maupun gas dan tidak berguna lagi untuk proses tersebut. Begitu pula proses industri juga akan menghasilkan limbah. Limbah yang tidak berguna tersebut biasanya dibuang ke lingkungan. Manakala laju masukan limbah lebih besar dari degradasi llimbah maka masalah lingkungan akan timbul. Adapun limbah dari PG Gondang Baru secara umum sebagai berikut:
a. Limbah padat
1) Blotong adalah limbah yang berasal dari penyaringan dari unit filter press, berbentuk padat dan berwarna coklat kehijauan. Selain mempunyai kandungan senyawa organik yang tinggi (60%), blotong juga mempunyai unsur makro dan mikro seperti nitrogen, phospor, kalium, CaO, dan MgO. Sebelum dimanfaatkan sebagai bahan baku
commit to user
penduduk sekitar pabrik.
2) Ampas adalah limbah padat yang keluar dari unit stasiun gilingan akhir.ampas ini tersusun atas sabut, air, gula dan abu. Sabut ampas
adalah ampas dikurangi air, pol, dan abu. Ampas yang dihasilkan dari gilingan kurang lebih 35% dari berat tebu. Adapun pemanfaatan ampas di PG Gondang Baru adalah untuk bahan bakar di stasiun ketelan dan lokomotif lori. Selain itu, ampas dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain yang menguntungkan antara lain untuk bahan baku kertas, media pertumbuhan jamur, bahan baku pembuatan pelarut (furfural), makanan ternak dicampur dengan tetes. Ampas biasanya disimpan dalam bentuk bal untuk digunakan sebagai bahan bakar pada awal musim giling berikutnya.
3) Abu Ketel adalah sisa dari proses pembakaran ampas yang dibakar di stasiun ketelan. Pemanfaatan abu ketel ini adalah sebagai campuran bahan baku pada pembuatan pupuk kompos.
4) Arang Ampas (Dust collector)
Pencemaran udara yang diakibatkan oleh arang ampas ini disebabkan oleh pembakaran amaps pada ketel. Terjadinya debu arang ampas dari dust collector pada prinsipnya adalah pada ketel tekanan menengah mauoun tinggi yang menggunakan tarikan paksa sehingga menyebabkan terjadinya debu arang ampas. Debu arang ampas ini akan ikut terbang ke udara. Di PG Gondang Baru, alat penangkap debu arang ampas yang terbang adalah alat sistem dust collector basah. Debu arang ampas yang tertangkap dust collector disemprot dengan air dan masuk ke bak pengendapan untuk memisahkan debu arang ampas dan air. Pada prinsipnya perbedaan berat jenis antara abu dan air menyebabkan abu yang berat jenisnya lebih besar akan menyerap air, maka abu akan mengendap, sedangkan airnya masuk ke UPL (Unit Pengolahan Limbah). Pemanfaatan abu arang ampas dust collector di PG Gondang Baru
commit to user
Abu arang ampas dust collector merupakan arang aktif yang mengandung kalori sekitar 6900-7250 kkal.
b. Limbah Cair
1) Air
Limbah cair di PG Gondang Baru berasal dari air pendingin mesin, air cucian kain filter press, dan air cucian cleaning evaporator. Air pendingin mesin digunakan untuk mendinginkan, mesin-mesin giling, stasiun penguapan, pemasakan, putaran dan pendingin pada unit pembangkit listrik.
2) Tetes Tebu
Tetes tebu adalah siroop terakhir yang mempunyai kadar kandungan gula yang sangat rendah dan sukar diambil gulanya lebih lanjut. Tetes tebu sebenarnya kurang tepat dikatan limbah karena tetes menpunyai nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya manfaat yang nisa di dapat dari tetes tebu. Istilah yang paling tepat untuk tetes tebu adalah hasil samping dari proses produksi gula. Produksi molase atau tetes tebu kurang lebih 4% dari berat tebu. Tetes tebu dapat dimanfaatkan untuk brbagai macam kebutuhan, antara lain: MSG (Monosodium Glutamat), pelet (pakan ternak), kecap, dan ragi.
c. Limbah Gas Limbah yang berupa gas dari pabrik gula meliputi CO 2, CO, SO 2 , dan asap dari cerobong. Gas tersebut keluar dari cerobong ke udara bebas. Di pabrik gula yang menggunakan ampas sebagai bahan bakar mengandung partikel abu dan arang. PG Gondang Baru menggunakan alat dust collector untuk menangkap debu yang keluar dari cerobong untuk mengurangi pencemaran udara.
commit to user