Mazhab Spiritualis Mazhab Mr. Paul

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua sifat dapat mendorong manusia untuk berbuat jahat ataupun mencegahnya. Tentu saja seperti laki-laki lebih berbakat untuk berbuat jahat daripada seorang perempuan, sepertiorang yang kuat dan berani lebih berbakat untuk melakukan kejahatan dengan kekerasan daripada orang yang lemah dan penakut. Walaupun akhirnya pada tiap-tiap bakat dapat dicarikan macam kejahatan yang sesuai. Seorang atlit lebih sesuai untuk memukul orang, seorang yang pandai bicara lebih berbakat untuk menipu. Namun semua aktivitas yang memerlukan kekuatan badan, kemahiran berbicara, keberanian, kecepatan bergerak, ketangkasan, dan sebagainya tidaklah dapat dikatakan suatu pekerjaan yang jahat.

D. Mazhab Spiritualis

Dalam mazhab ini sebab timbulnya kejahatan dikaitkan dengan kepercayaan pada agama. Dengan kata lain bahwa tingkah laku manusia ini erat kaitannya dengan kepercayaan. Yang beragama akan bertingkah laku lebih baik dari pada orang-orang yang tidak beragama. Pendapat ini dikemukakan berdasarkan penelitian di penjara bahwa orang yang dipenjara kurang beragama, sebab kepercayaan kepada Tuhan kurang diyakini, secara pasif belum dapat merubah tingkah laku manusia. Universitas Sumatera Utara

E. Mazhab Mr. Paul

29 Menurut Mr.Paul Muliono dalam pembahasan ajaran sebab musabab kejahatan, dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Golongan salahmu sendiri Adanya golongan yang berpendapat bahwa kejahatan adalah ekspresi pernyataan kemauan jahat dari diri si pertindak itu sendiri. Tegasnya adalah bila kau berbuat kejahatan, salahmua sendiri karena masyarakat dan pihak- pihak lain terlepas dari pertanggungjawaban atas timbulnya kejahatan- kejahatan. Bahwa kalau kita pelajari secara seksama tentang golongan ini, maka terdapatlah dua aliran: 30 a. Aliran keagamaan yakni yang bersumberkan kepada kitab-kitab suci agamanya masing-masing yang berlandaskan pada ajaran keagamaan, maka setiap manusia dalam hidupnya diberi pedoman berupa perintah dan larangan, dan siapa yang mematuhi perintah dan larangan agama akan memperoleh pahala dari Tuhan dan sebaliknya yang melanggar akan berdosa. b. Aliran seculirasi, antara lain : b.1. hedonisme yang mengatakan bahwa kenikmatan kesenangan egoistis adalah tujuan terakhir manusia. b.2. Rationalisme = suatu aliran yang berpendapat bahwa ratio manusia adalah sumber Ekspresi atau manifestasi daripada jiwa manusia. 29 B.Simanjuntak,Pengantar Kriminologi dan Pathologi,Bandung:Tarsito,1977, hal 199 30 Soedjono D,Doktrin-doktrin Kriminologi,Bandung:Alumni Bandung,1973, hal 186 Universitas Sumatera Utara b.3. utilitarianisme ; dalam mencari kebahagiana terbesar menurut kegunaannya dalam memajukan kebaikan bersama. Moralitas diukur dari segi manfaatnya. 2. golongan tiada yang salah Mengemukakan bahwa penyebab kejahatan ada beberapa faktor yaitu: Herediter biologis, kultural lingkungan, bakat + lingkungan, perasaan keagamaan 3. Golongan salah lingkungan Aliran ini mengatakan timbulnya kejahatan akibat faktor lingkungan yang salah tidak sehat 4. Golongan kombinasi Golongan ini menyatakan sebab-sebab timbulnya kejahatan karena adanya tiga kombinasi dalam diri yakni : Ide, Ego, SuperEgo 5. Golongan dialog Golongan dialog mendasarkan diri pada filsafah eksistensi, sebab falsafah ini mendapatkan wujud manusia sebagai thema sentral.Wujud manusia secara konkrit senantiasa berhubungan dengan sesama antara manusia dengan Tuhan. Dia merealisir dirinya secara terus-menerus dalam suatu alam, mengadakan kontak dengan alamnya, dia mengadakan dialog. Karena manusia berdialog dengan lingkungan, maka dia dipengaruhi lingkungan dan mempengaruhi lingkungan. Mempengaruhi lingkungan berarti memberi struktur pada lingkungan, manusia sedang dipengaruhi lingkungan manusiaterpengaruh oleh keadaan lingkungannya.Dengan demikian golongan Universitas Sumatera Utara ini kalau kita perhatikan secara seksama, berarti bakat bersama lingkungan berdialog dengan individu. Dari aliran dialoglah yang paling relevan dengan filsafat pancasila. Sebab aliran dialog mengakui kebebasan dimana terlambangkan sila demokrasi dalam pancasila.

F. Metode Penelitian