IDENTIFIKASI DATA

BAB III IDENTIFIKASI DATA

A. Identifikasi Data

1. Profil Perusahaan (Pasar Gede)

a. Sejarah Pasar Gede Pada mulanya pasar Gede merupakan pasar kecil dan berbentuk warungan tanah seluas 10.421 m . Pasar Gede berdiri di jalan atau di depan Gubernuran (Kota Praja) yang sekarang mnjadi Balai Kota Surakarta.

Pada tahun 1928 dibangun oleh pemerintah Belanda atas inisitif Pangeran Paku Buwono ke X dan selesai pada tahun 1930 dan menjadi pasar yang paling megah di Surakarta. Hasil penarikan retribusi dilaksanakan dari Keraton Surakarta, yang memakai seragam kain atau bebet, baju beskap memakai blangkon, disetor ke Kasunanan, bangunan ditingkat 2 karena dekat dengan Gubernur.

Sekitar tahun 1947 dirusak oleh bangsa kita karena digunakan oleh Belanda. Pada tahun 1949 direhap (setelah republik). Pada tahun 1981 direhap memakai Sirap. Tahun 1986/1987 Pasar Gede direhap kembali dengan dana bantuan Inpres. Tahun 1997 ada perbaikan dari dana P3KT.

Pasar Gede terbakar tanggal 28 April 2000 pukul 12.00 WIB para pedagang ditampung dipasar darurat Gladak, setelah ada pemugaran pasar Gede, pedagang kembali menempati tempatnya masing-masing. Pasar Gede Pasar Gede terbakar tanggal 28 April 2000 pukul 12.00 WIB para pedagang ditampung dipasar darurat Gladak, setelah ada pemugaran pasar Gede, pedagang kembali menempati tempatnya masing-masing. Pasar Gede

b. Dasar-dasar Dasar daripada Lomba Pasar tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 dan dasar ditunjuknya Pasar Gede Harjonegoro untuk mewakili kota Surakarta adalah:

1) Surat Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Nomor 511.2/3361. Tanggal 14 Juli 2011 Perihal Lomba Pasar Tradisional Jawa Tengah Tahun 2011.

2) Surat Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Nomor 800/1.684 tanggal 25 Juli 2011 perihal Penunjukan Peserta Lomba Pasar Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011.

c. Visi, Misi, dan Tujuan Pasar Gede Surakarta

Visi Pasar Gede Harjonagoro Surakarta adalah:

“Terwujudnya Pasar Gede Harjonagoro yang bersih, aman, nyaman serta Pasar Gede berperan serta dalam mewujudkan Pasar Gede menjadi pasar tujuan wisata.” Misi Pasar Gede Harjonagoro Surakarta adalah:

1) Terwujudnya kebersihan, ketertiban, dan keamanan di Pasar Gede

Harjonagoro.

2) Memberikan pelayanan terbaik bagi pedagang dan pengunjung

pasar.

3) Mewujudkan karakter pedagang yang mempunyai jiwa wirausaha, gigih, ulet, dan handal melalui program pelatihan pedagang.

4) Memberikan stimulasi pdagang untuk lbih kreatif, inovatif dalam

mengelola dagangan yang higienis dan rapi.

5) Meningkatkan daya saing dengan pasar modern sehingga mampu

bersinergi. Tujuan Pasar Gede Harjonagoro Surakarta adalah:

Meningkatkan kesejahteraan pedagang tradisional khusunya Pasar Gede sehingga membrikan kontribusi positif terhadap pemerintah Kota Surakarta sehingga terwujud pasar yang berseri dan Pasar Gede Harjonagoro yang ngangeni.

d. Lokasi Pasar Letak lokasi Pasar Gede Harjonagoro sudah sesuai rencana tata ruang wilayah kota Surakarta. Berdasarkan Perda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang sekarang masih dalam proses pembahasan tingkat nasional menyesuaikan letak Pasar Gede, karena Pasar Gede dibangun sudah sejak tahun 1923, dan merupakan cagar budaya.

Pasar Gede terletak di Jalan Urip Sumoharjo, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1) Seblah Timur : Pertokoan dan Perkampungan Balong

2) Sebelah Barat : Kali Pepe

3) Sebelah Selatan : Pertokoan (Jln. RE. Martadinata)

4) Sebelah Utara : Pertokoan Kepatihan Pasar Gede berada di dekat pusat Pemerintahan Kota Surakarta yaitu

Balaikota Surakarta, dan tidak terletak pada daerah rawan bencana, rawan kecelakaan, maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

e. Bangunan Pasar Bangunan dan rancang bangun Pasar Gede Surakarta sesuai dengan peraturan yang berlaku di Kota Surakarta yang diatur dalam Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 646/116/1/1997 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan dan Kawasan Kuno Bersejarah di Kotamadya Dati II Surakarta yang dilindungi UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

Pembagian area atau zoningisasi disesuaikan dengan peruntukannya dan lengkap dengan identitasnya, dengan pembagian sebagai berikut:

1) Pasar Sebelah Timur

a) Lantai atas timur

: ikan laut dan daging segar

b) Lantai atas selatan

: bunga hias

c) Lantai atas barat

: grosir buah

d) Lantai atas utara

: ayam

e) Lantai bawah tengah

: wade, sayur, dan buah

f) Lantai bawah utara

: ayam potong dan ayam petelor

g) Lantai bawah selatan

: grosir buah dan sayur

h) Lantai bawah barat

: jamu, sayur, buah

i) Lantai bawah timur

: warung makan, grabatan, ayam : warung makan, grabatan, ayam

j) Lantai bawah luar

: buah, sayur, gorengan

2) Pasar Sebelah Barat

a) Zoning Buah

b) Zoning Ikan Hias Pasar Gede tidak ada tempat penampungan ayam, akan tetapi hanya untuk menjual ayam potong, berada di lantai 2. Pasar Gede terdiri dari 2 bangunan yaitu bangunan sebelah timur dan bangunan sebelah barat, dengan pembagian lokasi sebagai berikut:

1) Bagian barat, dengan luas

: 1.364 m² (buah dan ikan

hias)

2) Bagian timur, dengan luas

: 5.607 m² (kbutuhan sehari- hari dan mempunyai spesifikasi menydiakan makanan khas Solo (aneka kue, dawet, intip, ampyang, serabi, pecel, gethuk, dll)

3) Jumlah Los

: 633 buah

4) Jumlah Kios

: 108 buah

5) Jumlah MCK

: 8 lokasi

6) Jumlah Tempat Ibadah / Mushola

: 3 lokasi

7) Jumlah Pos Keamanan

: 2 lokasi (Pos Satpam dan

Polisi)

8) Jumlah Tempat Parkir

: 10 titik

9) Kantor Pasar

: 1 tempat, dengan ventilasi memenuhi syarat

10) Kantor Paguyuban Pedagang

: 1 tempat

11) Jumlah Pedagang Pasar Gede sebanyak 1005 pedagang terbagi menjadi 3 sesuai lokasinya, adalah sebagai berikut:

a) Pedagang Oprokan : 246 pedagang

b) Pedagang Kios

: 126 pedagang

c) Pedagang Los

: 633 pedagang

12) Kegiatan Pasar

a) Pagi

: Jam 05.30 – 12.00 WIB

b) Siang

: Jam 13.00 – 16.00 WIB

c) Sore

: Jam 18.30 – 21.00 WIB

13) Kegiatan kebudayaan Pasar Gede

a) Grebek Pasar Gede

b) Latihan Karawitan

c) Kursus Bahasa Inggris untuk pedagang

d) Olah raga bersama

14) Kegiatan Perekonomian Pasar Gede

Adanya KOPERASI RUKUN MAKMUR Pasar Gede, dengan jumlah anggota 60 orang

15) Kegiatan Sosial Pasar Gede

a) Kunjungan orang sakit

b) Pelayanan kesehatan / pengobatan gratis

c) Bantuan untuk bencana alam

Gambar 1: denah Pasar Gede (dokumentasi Pasar Gede)

f. Pedagang atau Karyawan

1) Jumlah pegawai 35 orang, yaitu:

a) Kepala Pasar

: 1 orang

b) Tenaga Administrasi

: 3 orang

c) Tenaga Kebersihan

: 12 orang

d) Tenaga Keamanan

: 11 orang

e) Pemungut Retribusi

: 8 orang

2) Kelompok atau Asosiasi pedagang pasar:

Pasar Gede Surakarta memiliki 2 Paguyuban Pedagang Pasar yaitu:

a) Paguyuban Pedagang Pasar dengan nama “Paguyuban Rukun Makmur Sejahtera” ketua Bapak Jumadi Alfradi, SE, dengan anggota 125 orang.

b) Paguyuban Pedagang Pasar dngan nama “Komunitas Pedagang Pasar Gede (KOMPAG)”, ktua bapak Hendro, dengan anggota 460 orang. Dalam menjalankan pmerintah Pasar Gede

Surakarta, dibentuklah “Gugus Kendali Mutu Pasar Gede Surakarta, penanggung jawab atau fasilitator Kepala Pasar

Gede ”

3) Pedagang Pasar Gede sudah menggunakan Alat Plindung Diri (APD) berupa Celemek, sedangkan pedagang ikan berada dilantai atas selain menggunakan celemek juga menggunakan sepatu boot dan sarung tangan.

4) Setiap pedagang yang menggunakan kran air, semua sudah menyiapkan sabun dan serbet, baik yang berada di los ikan, daging, unggas potong dan unggas hidup maupun di pedagang latengan.

5) Pelatihan atau sosialisasi yang pernah diikuti oleh pedagang atau

karyawan adalah

a) Simulasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR), peserta tenaga

keamanan.

b) Diklat membangun jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan pedagang pasar, peserta pedagang pasar dan kepala pasar.

c) Diklat manajemen keuangan bagi pedagang pasar, peserta

pedagang pasar dan kepala pasar.

d) Diklat Manajemen Pasar bagi aparat dan pedagang pasar, peserta pedagang, aparat pasar, dan pengelola MCK, parker.

e) Pelatihan Tata Cara Pemungutan Retribusi, peserta staf Dinas Pengelolaan Pasar yang ditugasi sebagai pemungut retribusi.

Gambar 2 : struktur karyawan Pasar Gede (dokumentasi Pasar Gede)

g. Pengunjung atau Pembeli

1) Adanya alat pemanggil untuk masyarakat pengunjung:

a) Alat pemanggil HT dan radio panggil

2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pengunjung atau pembeli (PHBS):

a) Dilakukan kebersihan pasar supaya pengunjung nyaman dating

ke pasar.

b) Adanya slogan tentang kebersihan yang membuat pngunjung

tertarik.

c) Setiap pembeli yang memilih barang dagangan basah selalu

disiapkan air dan serbet.

d) Ketersediaan tempat duduk bagi pengunjung yang mengantar. Pasar Gede ada bangunan book di setiap kios sebelah selatan, barat,dan timur pasar.

h. Sanitasi

1) Ketersediaan dan kualitas air bersih sangat memadai sesuai dengan

standart kelayakan uji air bersih.

2) Jumlah kamar mandi dan toilet, kebersihannya, dan penanggung

jawab kebersihan toilet:

a) Penanggung jawab toilt adalah pihak ke-3

b) Toilet dibagi menjadi dua, khusus wanita dan laki-laki

c) Jumlah toilet:

(1) Pasar Timur sebelah Bawah

: 8 kamar mandi

(2) Pasar Timur sebelah Atas

: 6 kamar mandi

(3) Pasar Barat

: 2 kamar mandi

3) Ketersediaan tempat sampah di setiap kios dan los memadai, setiap kios dan los menyediakan tempat sampah atau kantong plastik. Di 3) Ketersediaan tempat sampah di setiap kios dan los memadai, setiap kios dan los menyediakan tempat sampah atau kantong plastik. Di

4) Pemisahan sampah basah dan kering:

Tempat sampah pisah antara basah dan kering ada 5 buah, berada di luar pasar.

5) Ketersediaan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) ada 1

tempat.

6) Ketersediaan saluran limbah cair atau Drainase lancer.

7) Kondisi kebersihan tempat penjualan makanan dan bahan pangan dan perlengkapannya, dengan kondisi bersih dan rapi.

i. Keamanan Pasar

1) Kebersihan Alat Pemadaman Kebakaran (APAR) :

a) APAR memadai atau tiap blok ada, terutama didekatkan pada

pedagang yang menggunakan api.

b) Jumlah APAR 29 buah, dipasang di 16 titik, dengan perincian

sebagai berikut:

(1) APAR Besar

: 6 kg = 19 buah dan 50 kg = 5 buah

(2) APAR Kecil

: 3,5 kg = 5 buah

2) Ketersediaan hidran air, ada 8 titik di setiap sudut pasar (luar dan

dalam pasar)

3) Standart Operating Procedure (SOP) penggunaan APAR

4) Ketersediaan Pos Keamanan

a) 1 Pos Satpam dengan perlengkapannya a) 1 Pos Satpam dengan perlengkapannya

5) Keamanan di setiap blok kios dan los, pengamanan mengantisipasi

situasi di dalam pasar dilakukan setiap saat.

6) Keamanan dan ketertiban secara umum yang dilaksanakan oleh

Satpam dan partisipasi pedagang.

j. Retribusi Pasar

Sumber penerimaan retribusi Pasar Gede terdiri dari:

1) Retribusi Plataran

2) Retribusi Los

3) Retribusi Klos

4) Retribusi Lain-lain (SHP, KTPP, Balik Nama, Listrik) Pemasukan pendapatan Pasar Gede dari tahun 2005 s/d 2010 adalah sebagai berikut:

Gambar 3: Retribusi Pasar (dokumentasi Pasar Gede)

k. Fasilitas Lain

Pengecekan timbangan dilakukan setiap 6 bulan, pelebelan pada timbangan dan dilakukan sidak tiap bulan dari Metrologi dan Perdagangan.

2) Ketersdiaan tmpat parker roda dua dan empat: Parkir dipisah sesuai dengan jenis kendaraan Roda empat ada 5 titik dan roda dua ada 5 titik dan becak ada 4 titik

3) Ketersediaan tempat ibadah / Mushola:

Mushola ada 3 tempat, di pasar timur 2 buah dan pasar barat 1 buah

4) Ketersediaan Pos Pelayanan Kesehatan dan Pos Pertolongan Pertama

Pada Kecelakaan (P3K) Pos kesehatan dan Pos P3K dibuka setiap hari Kamis pada jam 09.00 WIB – 12.00 WIB dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta melalui Puskesmas Keliling dengan tenaga 1 dokter dan perawat.

2. Profil Perusahaan (Pasar Klewer)

a. Sejarah Pasar Klewer Pasar Klewer dirintis sejak zaman penjajahan Jepang dimana kehidupan warga Surakarta banyak mengalami ksulitan. Keadaan serba sulit ini karena harga-harga berbagai kebutuhan masyarakat termasuk sandang relatif mahal.

Berawal dari kehidupan yang serba sulit nini kmudian sejumlah orang berinisiatif untuk berjualan pakaian dan kain. Kala itu lokasinya terletak di sebelah timur pasar Legi atau kawasan Kantor Air Minum dan Pasar Burung.

Sejumlah orang ini menjajakan pakaian dan kain dengan cara menggantungkan di pundak, dan berjalan hilir mudik di lingkungan tersebut, yang tentu saja brang dagangannya menjuntai ke bawah tidak beraturan atau

istilah orang Jawa “Kleweran”. Maka berhubung komunitas tersebut belum ada nama, maka disebutlah dengan Pasar Klewer.

Pemerintah pada saat itu menilai bahwa lokasi seputar Pasar Klewer jorok dan kotor, m aka lokasi pasar dipindahkan di seblah selatan Masjid Agung, atau di sebelah barat Gapura Keraton Kasunanan Surakarta, menyatu dengan Pasar Slompretan yang sudah ada sebelumnya.

Sekitar tahun 1957-1958 Pasar Klewer diperluas ke barat, dengan memindahkan pasar sepeda ke alun alun selatan dan pasar burung dipindahkan ke Widuran, karena lokasi ini akan digunakan khusus untuk berjualan tenun dan batik.

Pada tahun 1969 kondisi pasar sudah tidak memenuhi persyaratan ekonomis, kesehatan, dan perkmbangan kemajuan pembangunan, pemrintah kemudian mrenovasi pasar hingga mncapai bentuk seperti yang sekarang ini, dengan pelaksana PT.SAHID yang bermitra dengan pemerintah Kota Surakarta.

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, keberadaan Pasar Klewer semakin dikenal sebagai pusat tekstil Jawa Tengah. Hal ini mengakibatkan orang dari berbagai penjuru daerah, tidak hanya dari Pulau Jawa berdatangan ke Solo untuk mencari barang dagangan.

Melihat animo yang luar biasa dimana Pasar Klewer berkembang sangat pesat, kenyataan ini memancing pedagang untuk berjualan di lingkungan Pasar Klewer, sehingga keberadaannya sangat mengganggu kelancaran lalu lintas dan pedagang yang punya Surat Izin Penempatan (SIP). Untuk mengatasi hal tersebut oleh pmrintah kota Solo waktu itu, Bapak H.M. Ismail pada 17 Desember 1986, mengadakan pengaturan pedagangmenata barang dagangannya. Pada tahun 1970, pertama kali Pasar Klewer disebut pasar Slompretan, karena daerah tersebut bernama Kampung Slompretan. Waktu itu kondisi pasar tidak memenuhi persyaratan ekonomis dan kesehatan, maka dilakukan perkmbangan pembangunan fisik, sarana dan prasarana pasar.

Tahun 1971, Pasar Slompretan dibangundan para pedagang dipindahkan sementara di alun-alun utara Keraton Surakarta. Pada tanggal 8 Juni 1971 pasr tersebut telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden RI yaitu Bp. Soeharto. Pada tahun 1971, juga terjadi pergantian nama dari Pasar Slompretan mnjadi Pasar Klewer. Pergantian nama ini terjadi karena banyaknya pedagang yang berjualan kain yang diletakkan (bahasa Jawa : disampirke) di pundak dan kain tersebut berkibar (bahasa Jawa : nglewer- nglewer ) akhirnya disebut Pasar Klewer. Bangunan pasar pada tahun 1971 sebanyak kurang lbih 642 kios, 134 los, 310 pedagang kaki lima (PKL). Pasar ini dibangun diatas tanah seluas 10.000 m².

Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1986 sampai sekarang, seblah timur Pasar klewer yang dulunya merupakan pangkalan bemo dibangun untuk kios pasar. Penambahan bangunan ini diresmikan banyaknya minat pedagang Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1986 sampai sekarang, seblah timur Pasar klewer yang dulunya merupakan pangkalan bemo dibangun untuk kios pasar. Penambahan bangunan ini diresmikan banyaknya minat pedagang

b. Visi dan Misi Pasar Klewer merupakan salah satu pasar yang dikelola dibawah Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, yaitu sebuah unit kerja di lingkungan pemerintah kota Surakarta yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan pasar

Visi Pasar Klewer Terwujudnya citra pasar yang bersih, tertib dan aman bertumpu pada

perekonomian kota. Misi Pasar Klewer

1) Meningkatkan kesempatan bekerja dan berusaha .

2) Meningkatkan ketertiban dan keamanan pasar.

3) Meningkatkan pelayanan kepada pedagang.

4) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

c. Denah dan Kondisi Fisik Denah Pasar Klewer terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian induk untuk lantai atas, bagian induk untuk lantai bawah, dan bagian timur. Dengan perincian sebagai berikut: Luas tanah

: 14.000 m²

Lantai bangunan : terdiri dari dua lantai

Jumlah kios : 2210 kios Dengan pengkodean huruf kapital tunggal untuk kios latai bawah sedangkan huruf dobel kapital untuk kios lantai atas .

Jumlah pedagang : 1804 pedagang kios yang memiliki SHP dan

kurang lebih 650 pedagang pelataran (Pedagang di dalam kios maupun pedagang di pelataran)

Gambar 4 : denah Pasar Klewer Timur (dokumentasi Pasar Klewer)

Gambar 5 : denah Pasar Klewer induk lantai bawah (dokumentasi Pasar Klewer)

Gambar 6 : denah Pasar Klewer induk lantai atas (dokumentasi Pasar Klewer)

d. Sarana dan Prasarana

1) Lantai keramik, jauh dari kesan becek.

2) Barang dagangan tertata rapi.

3) MCK yang memadai.

4) Keamanan berbelanja yang terjamin tidak ada lagi pengamen dan

pengemis, kecuali bagi mereka yang tuna netra.

5) Area parkir luas di sekeliling pasar.

6) Banyak dilewati alat transportasi.

7) Keamanan berbelanja yang terjamin dengan kesigapan satuan

pengamanan dan polisi setempat.

8) Area parker luas di sekeliling pasar.

e. Produk

1) Batik dan Lurik

2) Tekstil

3) Korden dan perangkatnya

4) Pakaian (kaos, busana muslim, dll)

5) Perlengkapan Sholat

6) Peralatan jahit

7) Manequin

8) Accecories rias pngantin

9) Tas

10) Sepatu dan sandal

11) Aneka mainan anak-anak

12) Perhiasan

13) Pernak-pernik

14) Makanan tradisional (brem, intip, geti, ampyang, raisan)

15) Kaca mata, ikat pinggang, dompet

16) Roti, lauk pauk, dan buah

17) Perkantoran dan Perbankan

f. Asal-usul produk Produk-produk yang ditawarkan di Pasar Klewer berasal dari dalam dan luar kota Solo. Dari dalam kota Solo berupa batik (Laweyan dan Kauman), makanan tradisional, dan bentuk tekstil lain. Sedangkan dari luar kota Solo, seperti perlengkapan memotong (pisau) dari Boyolali dan Karangannyar, tas f. Asal-usul produk Produk-produk yang ditawarkan di Pasar Klewer berasal dari dalam dan luar kota Solo. Dari dalam kota Solo berupa batik (Laweyan dan Kauman), makanan tradisional, dan bentuk tekstil lain. Sedangkan dari luar kota Solo, seperti perlengkapan memotong (pisau) dari Boyolali dan Karangannyar, tas

g. Pemasaran dan Konsumen Barang-barang dari Pasar Klewer sudah dipasarkan ke seluruh Pulau Jawa, Sumatra, Bali, Lombok, dan pulau-pulau lainnya di seluruh Indonesia bahkan sampai luar negeri.

Konsumen yang sering berkunjung ke Pasar Klewer berasal dari kota Solo dan sekitarnya selain itu terdapat juga konsumen dari Pulau Jawa, baik yang sekedar mampir maupun para pedagang yang memang sengaja datang untuk kulakan (berbelanja dalam partai besar).

Selain itu sering pula dijumpai para wisatawan mancanegara seperti Singapura, Malaysia, dan berbagai Negara lainnya yang datang ke Pasar Klewer tertarik akan kekhasan motif batik Solo. Jika ditinjau dari status sosialnya para konsumen yang datang ke Pasar Klewer sangat beragam, mulai dari masyarakat kelas bawah sampai dengan kelas atas.

h. Struktur organisasi

Gambar 7 : struktur organisasi (dokumentasi Pasar Klewer)

i. Paguyuban pedagang Diluar Dinas Pengelolaan Pasar untuk Pasar Klewer, di pasar ini terdapat dua organisasi yang dikenal dengan paguyuban pedagang yang disebut sebagai HPPK (Himpunan Pedagang Pasar Klewer) dan P4K (Paguyuban Pedagang Pelataran Pasar Klewer)

1) HPPK (Himpunan Pedagang Pasar Klewer)

Fungsi dari HPPK tersaebut adalah sebagai mitra dinas pengelola pasar Surakarta dalam melaksanakan program-program pemerintah Fungsi dari HPPK tersaebut adalah sebagai mitra dinas pengelola pasar Surakarta dalam melaksanakan program-program pemerintah

2) P4K (Paguyuban Pedagang Pelataran Pasar Klewer)

Sedangkan paguyuban pedagang pelataran yang tergabung dalam P4K. P4K tersebut memiliki funsi yang sama dengan HPPK, namun lebih dititik beratkan pada bentuk kerjasama di bidang penataan pedagang agar Pasar Klewer tidak terkesan semrawut dengan banyaknya pedagang pelataran.

Gambar 8 : struktur organisasi paguyuban pasar (dokumentasi Pasar Klewer)

j. Promosi Pasar Klewer pernah mengadakan promosi khusus, guna meningkatkan konsumen agar lebih dikenal masyarakat Surakarta dan konsumen lainya yang dating dari luar kota maupun luar negeri. Promosi yang pernah dilakukan adalah fashion show pada tahun 1988/1989. Alhasil konsumen yang j. Promosi Pasar Klewer pernah mengadakan promosi khusus, guna meningkatkan konsumen agar lebih dikenal masyarakat Surakarta dan konsumen lainya yang dating dari luar kota maupun luar negeri. Promosi yang pernah dilakukan adalah fashion show pada tahun 1988/1989. Alhasil konsumen yang

Pemkot dan DPPKS mengadakan kerja sama dalam rangka penanggulangan persaingan yang cukup ketat di era globalisasi, dimana pasar- pasar bermunculan dengan menyediakan fasilitas yang lebih modern. Sehingga pasar tradisional yang sudah ada lebih dulu merasa tersaingi, oleh karena itu untuk menjaga agar pasar tradisional tetap eksis maka pada tahun 2006 diadakan event yaitu lomba melukis dan mewarnai yang diperuntukkan bagi anak-anak. Diharapkan dengan adanya lomba para orang tua berbelnja di kios-kios dalam Pasar Klewer. Di samping itu, event tersebut bertujuan agar anak-anak lebih mencintai Pasar Klewer.

3. Profil Perusahaan (Pasar Legi)

a. Sejarah Pasar Legi Saat kerajaan Kartasura pindah ke desa Solo, waktu itu belum ada pasar. Sejalan kian ramai desa Solo sebagai ibukota kerajaan, maka pasar-pasar tradisionalpun berdiri. Pasar yang paling mendapat perhatrian adalah Pasar Gede Harjodaksino. Sebenarnya pasar-pasar sebelumnya sudah ada. Bahkan dulu ada pasar Pon, Pasar Wage, Pasar Kliwon, Pasar Pahing dan Pasar Legi. Hingga kini pasar Legi, Pasar Kliwon, Psaar Pon masih ada. Menegnng cerita pasar di kota Solo, mari kita simak pasar-pasar tradisional di Solo.

Pasar Legi berada di selatan Mangkunegaran, tepatnya di jalan S Parman. Hingga kini pasar Legi masih menjadi pasar grosir paling murah. Arealnyapun terus meluas. Jika pagi, pedaganganya sudah menggelar hasil Pasar Legi berada di selatan Mangkunegaran, tepatnya di jalan S Parman. Hingga kini pasar Legi masih menjadi pasar grosir paling murah. Arealnyapun terus meluas. Jika pagi, pedaganganya sudah menggelar hasil

Mengapa disebut Pasar Legi? Selain pasar ini pertama kalinya digelar pada pasaran Legi 5 hari sekali, pasar inipun lebih banyak menggelar dagangan yang bersifat legi atau manis. Misalnya gula jawa, jagung manis, gula aren, gula batu, gula aren hingga minuman legen. Pasar Legi menjadi pust grosir dagangan tradisional dan hasil bumi. Hampir semua hasil bumi dari daerah Surakarta dan sekitarnya masuk di Pasar Legi.

Pasar yang cukup besar di Solo yang masih berada di Kecamatan Banjarsari adalah Pasar Nusukan. Pasar ini pernah terbakar di jaman walikota Slamet Suryanto, lalu langsung dibangun tahun 2004. Tempatnya di kampong Nusukan. Disebut Nusukan karena dulunya banyak pedagang sate yang pekerjaannya menusuk-nusukkan daging untuk disate.

b. Gambaran Umum Pasar Legi pusat perdagangan hasil bumi terbesar di Jawa Tengah selatan ini terletak di jalan S. Parman NO. 23 Kelurahan Stabelaan Kec. Banjarsari Solo. Denga omzet 10 milyar/hari, bahkan sampai 15 milyar lebih pada hari – hari tertentu, pasar Legi merupakan salah satu penopang utama perekonomian kota Solo saat ini.

Seperti pasar – pasar yang lain yang berawal dari sebuah pasar tradisional, Pasar Legi tidak memilikin cerita resmi tentang sejarah berdirinya, menurut kepala pasar bapak sujarwanto, ini telah berusaha menanyakannya kepada pihak Mangku negaran sebagai pengelola pertama Pasar Legi zaman

dahulu, tetapi belum memeperolah keterangan seperti yang diinginkan. Namun berdasarkan foto – foto yang terpajang di dinding kantor Pasar Legi dapatlah kita sekedar menarik perjalananan sejarah Pasar Legi. Pasar yang menghadap ke Barat ini pada tahun 1930 masih berupa pasar yang masih sangat tradisional dimana para pedagang membuka dasaran di tanah terbuka atau dengan kata lain masih terdiri dari para pedagang oprokan semua. Dibawah pengelolaan Mangkunegaran, pada tahun 1935 berdiri sebuah bangunan pasar permanen tersusun dari tembok berwarna putih yang bila dilihat dari samping mirip sebuah benteng. Mulai saat itu pasar ini mulai terus berkembang, namun baru mengalami pemugaran pada tahun 1992 oleh pemerintah kota Surakarta sehingga menjadi wujud Pasar Legi dengan 2 lantai seperti sekarang. Pasar Legi dibagi menajdi 6 blok, memiliki luas 16.640 m², terdiri dari 146 kios, 1016 los, dan 570 pedagang oprokan yang sebagian besar berasal dari luar kota Solo.

Meskipun dikenal sebagai pasar hasil bumi, namun kita bisa menemui beberapa pedagang apakaian dan kelontong, juga barang – barang hasil pabrik yang berhubungan dengan bumbu, seperti gula dan vetsin. Pasar Legi juga merupaka tempat transit untuk pasar – pasar lain seperti Pasar Gede, bedanya akalu di Pasar Legi buah – buahan dan sayuran belum disortir sedangkan di Pasar Gede sudah disortir berdasarkan kualitas sehingga harganya lebih mahal dari Pasar Legi.

Hasil bumi yang dijual di Pasar Legi tidak hanya berasal dari daerah sekitar Solo saja seperti Wonogiri, Boyolali, Purwodadi, dan Klaten. Namun Hasil bumi yang dijual di Pasar Legi tidak hanya berasal dari daerah sekitar Solo saja seperti Wonogiri, Boyolali, Purwodadi, dan Klaten. Namun

Pak Haji Jono misalnya, menurut kepala pasar Sujarwanto tiap harinhya ia mendatangkan 10-18 truk cabai dari Bali dengan omset antara 5-8 milyar rupiah. Cabai-cabai itu biasanya datang sekitar pukul 01.00 dini hari untuk kemudian didistribusikan ke seluruh Jawa, sehingga pagi hari ketika pasar- pasar buka cabai itu sudah bisa diperdagangkan.

Di Pasar Legi sebagian pedagang menjual dagangannya dalam partai besar kepada pedagang untuk kulakan, namun kita masih dilayani oleh beberapa pedagang yang menjual dagangannya secara eceran. Dan untuk mendapatkan barang yang murah kita harus pandai-pandai menawar.

Pasar ini resmi dibuka dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB atau selama 12 jam, namun dalam kenyataannya pasar ini tidak pernah tidur atau beroperasi selama 24 jam. Ada rutinitas unik disini, setiap sore sekitar pukul 15.00 WIB ktika pasar didalam bangunan utama sudah mulai berbenah berdatanganlah para pedagang malam yang membuka dasaran di bagain luar bangunan utama, ada yang memenag khusus pedagang malam ada juga yang siang harinya berdagang di bagian malam bangunan membawa dagangannya ke luar dan berdagang sampai pagi, sedangkan padagang yang dibagian dalam bangunan pada malam hari tinggal kurang dari 25 % saja, inilah mengapa pasar ini tidak pernah tidur.

Dari aktivitas seperti diatas tiap tahunnya Pasar Legi menyumbangkan pendapatan bagi APBD yang sangat signifikan. Menurut Sujarwanto pada tahun 1999 tercatat sumbangan ke APBD sebesar 620 juta rupiah, tahun 2000 sebesar 847 juta rupiah, tahun 2001 sebesar 1,3 milyar rupiah dan prediksi akhir tahun 2002 sebesar 1,3 milyar rupiah. Dana tersebut berasala dari retribusi yang ditarik setiap hari yang besarnya tergantung luas areal berdagang.

c. Struktur Karyawan

Gambar 9 : struktur karyawan Pasar Legi (dokumentasi Pasar Legi)

d. Data Pemasukan Pasar Legi ke APBD

Gambar 10 : Data Pemasukan Pasar Legi ke APBD

(dokumentasi Pasar Legi)

Dengan omset yang disebutkan di depan (minimal 10 milyar rupiah per hari) maka tidak mengherankan apabila terdapat banyak sekali bank yang beroperasi di sekitar bangunan utama pasar legi. Sebut saja seperti BII, BCA, Bank Bali, Maspion, Bank Buana, Bank Niaga, Bank Mayapada, Bank NISP, Lippobank, dan beberapa BPR.

e. Kondisi Keaparatan Terdapat 24 orang yang berkantor di pasar Legi, terdiri dari 16 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Dari 24 orang tersebut baru 9 orang yang diangkat sebagai pegawai negeri kesemuanya laki-laki. Yang memprihatinkan, 7 orang dari PNS tersebut berpendidikan SD, sedangkan 1 STM, dan kepala pasar berpendidikan Sarjana hukum. Dengan basic pendidikan yang minim itu menurut Sujarwanto menjadi salah satu kendala dalam mempercepat tercapainya program-program yang ada, terlebih lagi para PNS rata-rata sudah lebih dari 40 tahun, sedangkan untuk memaksimalkan tenaga magang menurutnya kurang bisa dilakukan, karena ikatan dinas yang kurang kuat.

Terlepas dari masalah gender, ternyata kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pegawai wanitalah yang sering ijin dengan berbagai macam alasan. Meskipun dengan berbagai keterbatasan Sujarwanto berujar bahwa sebagian besar program telah terlaksana walau tidak dengan cepat.

Yang perlu diperhatikan adalah apabila ada yang ingin mengakses informasi tentang pasar legi, para pegawai disana akan sangat ramah Yang perlu diperhatikan adalah apabila ada yang ingin mengakses informasi tentang pasar legi, para pegawai disana akan sangat ramah

f. Paguyuban Di Pasar Legi Pada tanggal 11 Desember 1992 di Pasar Legi berdiri sebuah perkumpulan pedagang yang diberi nama IKAPPAGI ( Ikatan Keluarga Pedagang Pasar Legi) yang berperan dalam menjembatani komunikasi antara pedagang dengan dinas pasra serta membina rasa kebersamaan dan kekeluargaan diantara sesama pedagang.

Benyak sekali sumbangan yang diberikan paguyuban ini kepada pasar Legi, misalnya saja dengan dana swadaya mereka membayar SATIB ( satuan Ketertiban) yang berjumlah sekitar 20 orang untuk menjaga keamanan dan ternyata samapai saat ini menurut ketua IKAPPAGI bapak Sulorno kondisi pasar legi selalu aman dan tentram. IKAPPAGI juga memprakarsai berdirinya sebuah masjid disisi kana pasar (sebelaj utara yang di beri nama Masjid Nurul Falah, meskipun dalam pembangunanya mendapat bantuan dana dari berbagai pihak namun pemarkrasa utamanya tetap IKKAPPAGI.

Pada tanggal 11 ssetiap bulannya bertempat di salah satu rumah anggota IKKAPPAGI diadakan pertemuan yang dihadiri seluruh perwakilan pedagang dan pihak dinas pasar untuk membahas berbagai masalah yang ada. Dalam pertemuan itu setiap blok yang biasanya terdiri dari 6-7 dasaran diwakili oleh satu orang.

Pada saat-saat pertemuan seperti itulah biasanya terjadi komunikasai yang efektif. Menurut bapak Sulomo apabila tanggal 11 jatuh pada bulan

November yang berarti HUT IKKAPPAGI tidak pernah diadakan ceremonial khusus, hanya disebutkan bahwa hari itu HUT IKKAPPAGI

Selain IKKAPPAGI terdapat pula paguyuban lain seperti paguyuban umat muslim KAMUS (keluarga Muslim) serta paguyuban rohani lainnya. Di kalangan para pengemudi becak terdapat paguyuban pengemudi becak pasar legi yang menurut Sujarwanto memiliki ikatan kuat dengan adanya arisan tiap bulan. Program santunan juga dijalankan oleh paguyuban ini ,mulai dari santunan sakit sampai santunan meninggal dunia, untuk santunan meninggal dunia bisa mencapai Rp. 500.000,00 murni swadaya. Bahkan Paguyuban Pengemudi Becak Pasar Legi setiap hari Jumat mewakilkan 5-10 orang anggotanya yang sedang tidak beroperasi untuk membantu program kebersihan pasar.

g. Sarana dan Prasarana

1) Lantai keramik, jauh dari kesan becek.

2) Barang dagangan tertata rapi.

3) MCK yang memadai.

4) Keamanan berbelanja yang terjamin tidak ada lagi pengamen dan

pengemis, kecuali bagi mereka yang tuna netra.

5) Area parkir luas di sekeliling pasar.

6) Banyak dilewati alat transportasi.

7) Keamanan berbelanja yang terjamin dengan kesigapan satuan

pengamanan dan polisi setempat.

8) Area parker luas di sekeliling pasar.

h. Denah dan Kondisi Fisik Denah Pasar Legi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian induk untuk lantai atas, bagian induk untuk lantai bawah, dan bagian timur. Dengan perincian sebagai berikut: Luas tanah

: 16.640 m²

Lantai bangunan : terdiri dari dua lantai Jumlah kios

: Los 1408 dan Kios 233

Jumlah Pedagang : Oprokan 700

Gambar 11 : denah lantai satu Pasar Legi (dokumentasi Pasar Legi)

Gambar 12 : denah lantai dua Pasar Legi (dokumentasi Pasar Legi)

4. Profil Perusahaan (Pasar Kembang)

a. Sejarah Pasar Kembang Semula lokasi pasar ini adalah taman. Pada tahun 1963 mulai bermunculan banyak pedagang disebelah utara taman tersebut. Karena jumlah pedagang semakin banyak, maka pada tahun 1970 didirikan sebuah pasar yang bernama Pasar Kembang.

Pasar Kembang ada di awal tahun 1945 dibawah Keraton Kasunanan dan masih berupa pasar yang berada di atas tanah untuk berdagang. Kemudian dibangun pada tahun 1950-an dan masih berupa los. Kemudian direhab Pasar Kembang ada di awal tahun 1945 dibawah Keraton Kasunanan dan masih berupa pasar yang berada di atas tanah untuk berdagang. Kemudian dibangun pada tahun 1950-an dan masih berupa los. Kemudian direhab

Pasar Kembang berlokasi di jalan Dr. Rajiman, Kalurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. pasar ini berdiri diatas lahan seluas lebih kurang 1.409m². Sesuai dengan namanya, pasar tersebut diperuntukan bagi pedagang yang memiliki jenis dagangan bunga (kembang). Terutama bunga tabur beserta perangkat (ubo rampe) untuk orang yang meninggal dunia.

Keberadaan Pasar Kembang terkait dengan kultur masyarakat Jawa yang masih menyelenggarakan ritual-ritual nyadran, nyekar atau sesajen, di mana ritual-ritual ini membutuhkan sarana ”kembang” (bunga) untuk sempurnanya ritual tersebut. Kembang-kembang yang biasa digunakan dan tersedia di Pasar Kembang antara lain: mawar, melati, kemboja, kenanga, kanthil, sedhap malam, dll. Selain itu tersedia juga perangkat sesajen lainnya, seperti: rajangan daun pandan, kapur sirih, dupa, kemenyan, daun suruh, telur ayam kampung, dll. Oleh karena adanya kepercayaan tertentu, aneka kembang yang dijual selalu dalam keadaan segar, baik dengan perlakuan khusus ataupun menuntut setiap hari (biasanya malam hari) didatangkan barang baru untuk mengganti kembang yang telah layu. Sebegitu dekatnya keterkaitan Pasar Kembang dengan masih dijaga-kuatnya ritual-ritual tersebut sebagai warisan kultur Jawa, menjadi keunikan sendiri yang tidak dapat dijumpai di tempat/kota lain.

b. Visi dan Misi Pasar Kembang

Visi Pasar Kembang

Terciptanya Pasar Kembang yang bersih, sehat, aman, nyaman, serta menjadikan pasar sebagai tempat tujuan wisata. Misi Pasar Kembang

1) Meningkatkan kebersihan, keamanan, dan ketertiban pasar.

2) Memberikan pelayanan terbaik kepada pedagang dan konsumen.

3) Mengubah pola pikir serta karakter dalam menciptakan pasar

bersih, aman, dan nyaman.

4) Meningkatkan daya saing dan beli terhadap pasar modern.

c. Tujuan Pasar Kembang

1) Meningkatkan daya saing pedagang pasar tradisional dengan

pasar modern.

2) Meningkatkan pelayanan kepada pedagang dan pengunjung.

3) Menciptakan Pasar Kembang yang bersih, sehat, rapiu, dan indah sehingga dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah kota.

d. Paguyuban Di Pasar Kembang Sama di pasar-pasar tradisional lainnya di Solo, pasar Kembang juga memiliki paguyuban pedagang. Paguyuban pedagang yang ada di Pasar kembang adalah Sekar Melati dan diketuai oleh Bapak Suhadi.

Berikut adalah tujuan dari paguyuban yang ada di Pasar Kembang:

1) Untuk aspirasi dari pedagang (ketua paguyuban adalah sebuah

perantara dari kepala pasar ke para pedagang)

2) Untuk wadah bagi para pedagang.

e. Sarana dan Prasarana

1) Lantai keramik, jauh dari kesan becek.

2) Barang dagangan tertata rapi.

3) MCK yang memadai.

4) Keamanan berbelanja yang terjamin tidak ada lagi pengamen dan pengemis, kecuali bagi mereka yang tuna netra.

5) Area parkir luas di sekeliling pasar.

6) Banyak dilewati alat transportasi.

7) Keamanan berbelanja yang terjamin dengan kesigapan satuan

pengamanan dan polisi setempat.

8) Area parker luas di sekeliling pasar.

f. Promosi Pasar Kembang juga melakukan promosi untuk memperkenalkan pasar dan meningkatkan daya kunjung pasar. Pasar Kembang pernah melakukan promosi antara lain menggelar pameran alat rumah tangga dengan harga yang murah dan event panggung untuk hiburan bagi pengunjung dan pedagang pasar.

g. Denah dan Kondisi Fisik Denah Pasar Klewer terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian induk untuk lantai atas, bagian induk untuk lantai bawah. Dengan perincian sebagai berikut: Luas tanah

: 1.409 m²

Lantai bangunan : terdiri dari dua lantai Jumlah los

: 81

Jumlah kios

: 233

Jumlah Pedagang : Oprokan 85 orang

Los 81 orang Kios 31 orang

Gambar 13 : denah Pasar Kembang lantai satu (dokumentasi Pasar Kembang)

Gambar 14 : denah Pasar Kembang lantai dua (dokumentasi Pasar Kembang)

5. Analisa Permasalahan

Beradasarkan hasil pengamatan penulis dan data verbal serta kuantitatif yang diberikan dari dinas pasar kota Surakarta dan pengelola kantor di setiap pasar tradisional (Pasar Gede, Pasar Klewer, Pasar Legi, Pasar Kembang), maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi pasar tradisional Surakarta dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Keberadaaan pasar tradisional Surakarta sebagai pasar tradisional yang berkonsep pasar pariwisata atau pasar sebagai tujuan pariwisata masih belum terkomunikasikan dengan baik. Masyarakat masih melihat konsep pasar yang sebenarnya, yaitu pasar sebagai tempat untuk transaksi jual beli dan belum memiliki kekuatan pariwisata yang begitu kuat.

b. Kurangnya promosi pasar tradisional di Surakarta sebagai pasar pariwisata, sehingga wisatawan lokal dan mancanegara kurang mengetahui pasar tradisional menjadi tempat alternative tujuan wisata.

Kedua permasalahan tersebut di atas menimbulkan permasalahan yaitu kurangnya pencintraan tentang pasar tradisional Surakarta sebagai pasar sebagi tujuan pariwisata, bahkan masih jauh dari harapan dan visi dinas pasar Surakarta.

6. Program promosi pasar tradisional Surakarta (Pasar Gede, Pasar Klewer, Pasar Legi, Pasar Kembang)

a. Pasar Gede

1) Grebeg Sudiro Grebeg Sudiro adalah acara tahunan yang diselenggarakan masyarakat Sudiroprajan dalam rangka menyambut tahun baru Imlek. Di acara tahunan ini 1) Grebeg Sudiro Grebeg Sudiro adalah acara tahunan yang diselenggarakan masyarakat Sudiroprajan dalam rangka menyambut tahun baru Imlek. Di acara tahunan ini

Gambar 15: suasana Grebeg Sudiro di depan Pasar Gede Solo

(sumber google.com)

b. Pasar Klewer

1) Fashion Show Pasar Klewer pernah mengadakan promosi khusus, guna meningkatkan konsumen agar lebih dikenal masyarakat Surakarta dan konsumen lainya yang dating dari luar kota maupun luar negeri. Promosi yang pernah dilakukan adalah fashion show pada tahun 1988/1989. Alhasil konsumen yang berkunjung ke Pasar Klewer pun semakin bertambah.

2) Lomba melukis dan mewarnai Seiring pergantian tahun, sekitar tahun 2006. Pemkot dan DPPKS mengadakan kerja sama dalam rangka penanggulangan persaingan yang cukup ketat di era globalisasi, dimana pasar-pasar bermunculan dengan menyediakan fasilitas yang lebih modern. Sehingga pasar tradisional yang sudah ada lebih dulu merasa tersaingi, oleh karena itu untuk menjaga agar pasar tradisional tetap eksis maka pada tahun 2006 diadakan event yaitu lomba melukis dan mewarnai yang diperuntukkan bagi anak-anak. Diharapkan dengan adanya lomba para orang tua berbelnja di kios-kios dalam Pasar Klewer. Di samping itu, event tersebut bertujuan agar anak-anak lebih mencintai Pasar Klewer.

3) Solo Jazz Penampilan Dyah Ayu asal Jakarta saat menghibur pengunjung pada acara Solo City Jazz di Pasar Klewer Solo. Acara tersebut digelar di sejumlah pasar tradisional di untuk mengenalkan musik jazz kepada masyarakat dan memberikan daya tarik pengunjung untuk berkunjung ke Pasar Klewer.

Gambar 16: suasana Solo Jazz di dalam Pasar Klewer (sumber google.com)

c. Pasar Kembang

1) Pameran alat rumah tangga Pasar Kembang juga melakukan promosi untuk memperkenalkan pasar dan meningkatkan daya kunjung pasar. Pasar Kembang pernah melakukan promosi antara lain menggelar pameran alat rumah tangga dengan harga yang murah dan event panggung untuk hiburan bagi pengunjung dan pedagang pasar.

B. Kompetitor

Kompetitor pasar tradisional yang ada di Solo mengambil kompetitor yang ada di provinsi Jawa Tengah sendiri yaitu: Pasar Beringharjo (Yogyakarta), Pasar Malioboro (Yogyakarta), dan Pasar Cokro (Klaten). Penulis melihat kompetitor pasar tradisional Solo ke dalam dua bagian, indirect competitor (memiliki minimal 1 variabel yang sama) dan direct competitor (memiliki variabel yang sama persis).

Setelah menganalisa lebih lanjut dengan merujuk pada definisi konsep brand- nya adalah sebagai berikut:

1. Pasar Beringharjo (Yogyakarta) : Pasar adalah pasar yang menjual bahan-bahan pokok dan berbagai jajanan pasar. Selain itu, Pasar Beringharjo juga merupakan salah satu pilar 'Catur Tunggal' (terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara, Kraton, dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.

2. Pasar Malioboro (Yogyakarta) Pasar Malioboro merupakan pasar yang terletak di pinggiran trotoar jalan Malioboro, Yogyakarta. Pasar ini menjual berbagai macam sandang, seperti batik, kaos, celana, tas, dan berbagai pernak-pernik aksesoris. Pasar ini seperti tidak pernah libur, karena pasar ini merupakan tujuan utama wisata Yogyakarta.

3. Pasar Cokro Kembang (Klaten) Pasar ini pernah menjadi percontohan nasional karena pasar ini memiliki potensi yang terus meningkat. Beberapa potensi yang dimiliki pasar ini adalah konsep tradisionalnya yang masih selalu terjaga. Harga bahan pokok dan peralatan yang

Merujuk pada definisi konsep brand tersebut di atas maka dapat diamati analisa kompetitornya, yaitu:

1. Kompetitor dengan konsep yang sama Berbicara kompetitor yang memiliki konsep serupa, maka:

a. In direct competitor-nya adalah kompetitor yang menjual barang yang sama, yaitu: Pasar Beringharjo (Yogyakarta) dan Pasar Malioboro (Yogyakarta).

b. Direct competitor-nya adalah usaha dengan konsep yang sama, yaitu Pasar Beringharjo (Yogyakarta) dan Pasar Malioboro (Yogyakarta)

2. Kompetitor dengan barang yang dijual

Berbicara mengenai kompetitor yang memiliki barang yang sama, maka:

a. In direct competitor-nya adalah: Pasar Beringharjo (Yogyakarta) dan Pasar Malioboro (Yogyakarta).

b. Direct competitor-nya adalah: Pasar Cokro Kembang (Klaten).

C. Analisis SWOT

Pasar Tradisional Kota Surakarta

Pasar Beringharjo (Yogyakarta)

Pasar Malioboro (Yogyakarta)

Pasar Cokro Kembang (Klaten) Kelebihan

(Strength)

a. Pasar tradisional kota Surakarta merupakan salah satu objek wisata

kota Surakarta

b. Keberagaman konsep pasar

tradisional Surakarta menjadi kekuatan tersendiri,

terutama untuk menjaga persaingan

antar pasar di

daerah kota Surakarta dan

menjadikan

alternatif kunjungan pariwisata.

c. Beragamnya barang-barang yang

a. Pasar Beringharjo merupakan salah satu objek wisata kota Yogyakarta.

b. Keberagaman barang yang dijual di pasar

tradisional Beringharjo.

c. Menjadi pusat pasar tradisional

di Yogyakarta

karena keberagaman

barang dagangan.

d. Harga yang murah dan dapat

terjadi proses

a. Pasar Malioboro merupakan salah satu objek wisata kota Yogyakarta.

b. Menjual satu jenis barang saja, sehingga menjadi

pusat spesialisasi

sebuah pasar.

c. Harga yang murah dan dapat terjadi proses tawar

menawar.

d. Lokasi yang berdekatan dengan

pasar yang memiliki potensi yang lebih lemah,

sehingga dapat

memenangkan

a. Menjadi percontohan pasar nasional.

b. Harga yang murah dan dapat terjadi proses tawar menawar.

kota Solo memiliki sentra-sentra wisata

yang tersebar di berbagai titik, sehingga perekonomian rakyat menyebar di seluruh wilayah Surakarta.

d. Keberagaman harga yang ada di pasar tradisional Surakarta menjadikan kelas- kelas tersendiri di setiap pasar tradisional,

sehingga keberagaman dapat

tercipta di kelas sosial masyarakat Surakarta.

e. Ada beberapa pasar tradisional yang beroperasi

selama 24 jam. Pelayanan yang nonstop selama 24 jam. Pelayanan yang nonstop

Kelemahan (Weakness)

a. Konsep pasar pariwisata yang

kurang matang, sehingga belum

memberikan pengaruh yang

besar.

b. Kurang memanfaatkan

kecanggihan

media komunikasi, misalnya jejaring

sosial untuk

promosi.

c. Kurangnya kegiatan (event), komunikasi, dan

promosi yang

harus memperhatikan sisi estetika yang harus dirangcang.

a. Lokasi yang berdekatan dengan pasar yang memiliki

potensi yang

lebih kuat.

b. Lokasi dipinggir jalan

dan sering membuat macet.

c. Konsep pasar pariwisata yang

kurang matang, sehingga belum

memberikan pengaruh yang

besar.

d. Kurangnya kegiatan

(event) , komunikasi, dan promosi

yang harus

a. Berada di lokasi yang sempit, sehingga

menggangu kenyamanan

pelanggan.

b. Penataan pedagang yang

kurang rapi.

c. Sempitnya lokasi pasar, yang

dapat menimbulkan kejahatan, karena

saling berdempetan antara pelanggan

dengan pelanggan yang

lain.

a. Kurang begitu dikenal masyarakat, karena kurangnya promosi.

b. Konsep tentang pasar pariwisata masih sangat kurang.

memperhatikan sisi estetika yang harus dirangcang.

Kesempatan (Opportunity)

a. Media placement yang

inovatif.

b.Lokasi pasar

yang strategis.

c. Konsep tradisional yang

bertahan terus.

a. Media placement yang

inovatif.

b.Lokasi pasar

yang strategis.

c. Konsep tradisional yang

bertahan terus.

a. Media placement

yang inovatif.

b.Lokasi pasar yang

strategis.

c. Konsep tradisional yang

bertahan terus.

d. W.O.M di kalangan masyarakat yang besar dan kuat.

a. Lokasi yang mudah dijangkau.

Ancaman (Threat)

a. Media kurang dapat menarik

perhatian dari

segi estetika.

a. Media kurang dapat

menarik perhatian dari

segi estetika.

a. Media kurang dapat menarik

perhatian dari

segi estetika.

b. Lokasi yang sempit dapat menimbulkan

a. Media kurang dapat menarik perhatian dari

segi estetika.

b. Promosi yang masih sangat kurang.

tindak kejahatan

D. Positioning

Positioning dari pasar-pasar tradisional Surakarta adalah pasar yang mempunyai konsep pasar wisata. Pasar yang tidak hanya berlandasakan tempat jual beli saja, tetapi pasar yang dapat menjadi pemasukan ekonomi daerah yang mempunyai nilai yang lebih, yaitu pasar yang dapat dijadikan alternatif wisata di kota Solo.

Pasar wisata menjadi konsep hampir seluruh pasar tradisional Surakarta, karena memang sebuah pasar tradisional memiliki kekuatan tersendiri untuk sebuah nilai tambah di pariwisata kota Surakarta. Nilai historis dan sistem yang masih tradisional itu lah yang menjadi nilai tambah sebuah pasar tradisional menjadi pasar wisata.

Khususnya di Surakarta, pasar tradisional mempunyai kelas-kelas dan barang dagangan yang berbeda-beda. Ini lah yang membuat pasar tradisional Surakarta menjadi beragam dan banyak penempatan lokasinya, sehingga para pengunjung tidak terkonsentrasi di suatu tempat. Barang dagangan yang berbeda itulah yang menjadi ciri khas dari sebuah pasar, dan itu menjadi suatu nilai tambah juga untuk menjadikan pasar tradisional sebagai salah satu tujuan wisata.

Banyaknya pasar di berbagai daerah di kota Surakarta, menjadikan penyebaran pendapatan daerah menjadi tersebar dan membuka kesempatan warga kota Surakarta untuk menjadi wirausahawan.

Selain menjual barang-barang dagangan mereka, para penjual di pasar-pasar juga menjual makanan dan minuman yang disebut jajanan pasar. Jajanan pasar adalah makanan dan minuman tradisional atau makan khas yang dijual di pasar tradisional. Jajanan pasar adalah ciri khas dari sebuah pasar tradisional, makanan dan minuman

Perlu diperhatikan juga pada konsep promosi dengan teknik positioning, yaitu dengan memposisikan media promosi yang memanfaatkan berbagai bentuk dan fasilitas yang dimiliki pasar tradisional Surakarta sehingga dapat memberikan kesan tersendiri kepada target audience yang dituju dengan cara:

1. Memberikan pencitraan baru tentang pasar tradisional Surakarta, bukan hanya image sebagai temapat jual beli saja, tetapi menampilkan pencitraan pasar sebagai tujuan wisata. Hasilnya adalah para wisatawan lokal maupun mancanegara dapat menjadikan pasar tradisional Surakarta sebagai tujuan wisata mereka.

2. Menciptakan kembali rasa untuk kembali ke pasar tradisional dari pada ke super market, lewat media visual yang menarik perhatian.

3. Menggunakan daya tarik visual berupa media promosi agar sasaran yang dituju langsung dapat melihat gambaran tentang pasar tradisional Surakarta.

E. USP (Unique, Selling, Preposition)

Unique Selling Preposition, berorientasi pada keunggulan atau kelebihan produk yang tidak dimiliki oleh produk saingannya. Kelebihan tersebut juga merupakan sesuatu yang dicari atau dijadikan alasan konsumen menggunakan produk tersebut. (M. Suyanto, 2004, 116)

Untuk bisa menjual produk supaya dapat diterima baik dipasaran atau paling tidak bisa dikenal, selain dengan melakukan positioning yang tepat adalah dengan menemukan USP dari produk tersebut. USP (Unique Selling Preposition) adalah sesuatu hal atau kelebihan atau keunggulan dari suatu produk dimana keunggulan tersebut Untuk bisa menjual produk supaya dapat diterima baik dipasaran atau paling tidak bisa dikenal, selain dengan melakukan positioning yang tepat adalah dengan menemukan USP dari produk tersebut. USP (Unique Selling Preposition) adalah sesuatu hal atau kelebihan atau keunggulan dari suatu produk dimana keunggulan tersebut

Pasar-pasar tradisional kota Surakarta adalah pasar yang mempunyai konsep pariwisata dan menjadi salah satu tujuan pariwisata di kota Solo. Pasar-pasar tradisional kota Surakarta juga mempunyai spesialisasi yang berbeda-beda sehingga dapat memanjakan para wisatawan yang dating ke Solo. Keramahan pelayanan yang ditunjukkan menjadi salah satu daya pikat untuk para wisatawan.

Menjaga warisan budaya menjadi daya pikat tersendiri bagi pasar-pasar tradisional kota Surakarta. Pemkot kota Surakarta memang sangat menjaga ketradisionalan bangunan pasar tradisional, karena hal itulah yang menjadi nilai tambah untuk kemajuan poariwisata kota Surakarta.

Pasar tradisional di kota Solo juga memiliki konsep dan ciri khas brang dagangan tersendiri, yaitu:

1. Pasar Gede Merupakan pasar terbesar dan terlengkap di kota Solo. Pasar ini berkonsentrasi dalam menjual bahan-bahan pokok dan hasil bumi, selain itu Pasar Gede juga menjual barang-barang pendukung lain seperti lauk pauk, jajanan pasar, bunga, baju, kain, dan sebagainya. Pasar Gede juga mempunya dua bangunan yang terpisah. Gedung pertama yang berlantai dua menjual bahan-bahan pokok dan hasil bumi dan 1. Pasar Gede Merupakan pasar terbesar dan terlengkap di kota Solo. Pasar ini berkonsentrasi dalam menjual bahan-bahan pokok dan hasil bumi, selain itu Pasar Gede juga menjual barang-barang pendukung lain seperti lauk pauk, jajanan pasar, bunga, baju, kain, dan sebagainya. Pasar Gede juga mempunya dua bangunan yang terpisah. Gedung pertama yang berlantai dua menjual bahan-bahan pokok dan hasil bumi dan

2. Pasar Klewer Pasar kedua setelah Pasar Gede yang dikenal di kota Solo, pasar ini mempunyai barang dagangan yang khas yaitu sandang. Sandang yang dijual di pasar ini yang mendominasi adalah batik dan kain, walaupun banyak juga jenis sandang yang dijual. Pasar ini juga menjual bermacam jajanan pasar dan buah buahan. Pasar ini memiliki tingkat kelas sosial hampir semua kelas sosial, karena pasar ini menyuguhkan harga yang murah.

3. Pasar Legi Pasar yang memiliki variable yang sama dengan Pasar Gede yaitu menjual hasil bumi dan bahan-bahan pokok. Perbedaan yang mencolok dari Pasar Legi dan Klewer adalah tingkat harga, harga di Pasar Legi lebih murah dibanding Pasar Gede, bahkan pedagang Pasar Gede ada juga yang mengambil barang daganganya dari Pasar Legi.

4. Pasar Kembang Pasar ini mempunyai spesialisasi yang paling berbeda, yaitu pasar yang mayoritas menjual berbagai macam bunga. Pasar ini melayani pelanggan 24 jam nonstop, ini menjadi ini tambah yang sangat menguntungkan bagi pasar dan pelanggan. Bahkan pedagang yang ada di pasar ini berasal dari luar kota Solo, karena pasar ini mempunyai roda perekonomian yang berputar pesat. Selain berbagai macam bunga, Pasar Kembang sendiri menjual hasil bumi dan peralatan rumah tangga.