SKRIPSI KAJIAN MORFOLOGI TANAMAN PADI BERAS MERAH DI WILAYAH SURAKARTA Bara Ermalia Hadi H0708009

DI WILAYAH SURAKARTA SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh Bara Ermalia Hadi H0708009 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

KAJIAN MORFOLOGI TANAMAN PADI BERAS MERAH DI WILAYAH SURAKARTA

Bara Ermalia Hadi H0708009

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra.Sri Rossati. MSi Ir. Trijono. D.S., MP NIP. 19480426 197903 2 001

NIP. 19560616 198403 1 002

Surakarta, Januari 2013 Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian Dekan,

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. NIP. 19560225 198601 1 001

KAJIAN MORFOLOGI TANAMAN PADI BERAS MERAH DI WILIAYAH SURAKARTA

yang dipersiapkan dan disusun oleh Bara Ermalia Hadi H0708009

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal : 11 Desember2 012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agroteknologi

Susunan Tim Penguji : Ketua

Dra. Sri Rossati. MSi NIP. 194804261979032001

Anggota I

Ir. Trijono Djoko Sulistyo, MP NIP. 195606161984031002

Anggota II

Dr. Ir. Parjanto, MP NIP. 196203231988031001

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Morfologi Tanaman Padi Beras Merah Di Wilayah Surakarta”. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian UNS.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, sehingga penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS 2. Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UNS. 3. Ir. Endang Setia Muliawati, MSi selaku Pembimbing Akademik 4. Dra. Sri Rossati,MSi ,selaku Pembimbing Utama. 5. Ir. Trijono Djoko Sulistyo, MP selaku Pembimbing Pendamping. 6. Dr. Ir. Parjanto, MP selaku Pembahas 7. Keluarga yang saya sayangi Papa Mochamad Soleh S.Sos dan Mama Moe’awamanah serta Adik-adikku Adebora Ferdian Hadi, Debora Yustitiane Wira Hadi yang memberikan dukungan moral dan materi 8. Kekasihku tercinta Mochammad Mukhlis Sholihin selalu menemani dan memberi dukungan penulis 9. Rekan penelitian Ulfa Lutfianis dan Wina Amanda P yang telah membantu penelitian

10. Teman-teman Magma 2008 serta Agroteknologi 2008 (Solmated) yang luar biasa dan semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan karya ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Surakarta, Nopember 2012

Penulis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis sehingga memungkinkan Indonesia memiliki keragaman sumber daya tanaman yang cukup beraneka ragam untuk digali dan didayagunakan potensinya baik dari segi sosial ataupun ekonominya sebagai komoditas komersial. Tanaman yang selalu dibutuhkan oleh banyak orang adalah tanaman pangan. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang mengalami peningkatan pesat, secara tidak langsung berdampak terhadap kebutuhan pangan dan kenyataannya tidak diimbangi dengan ketersediaan tanaman pangan. Beberapa makanan pokok Indonesia yaitu, nasi (beras), jagung dan sagu. Makanan pokok tersebut mengandung banyak karbohidrat dan makanan pokok yang paling utama adalah nasi (beras) (Anonim 2011).

Salah satu tanaman pangan yang memiliki nilai potensial sosial dan ekonominya adalah padi beras merah. Padi beras merah merupakan salah satu jenis padi di Indonesia yang mengandung gizi tinggi. Penelitian di Cina menunjukkan bahwa ekstrak larutan beras merah mengandung protein, asam lemak tidak jenuh, beta-sterol, camsterol, stigmasterol, isoflavones, saponin, Zn dan Se, lovastrin, dan mevinolin-HMG-CoA. Mevinolin-HMG-CoA adalah reduktase inhibitor yang dapat mengurangi sintesis kolesterol di hati (Anonim 2005). Menurut Departemen Kesehatan RI (1995) beras merah tumbuk mengandung protein 7,3%, zat besi 4,2%, dan vitamin B1 0,34%. Bubur beras merah dicampur susu merupakan resep makanan bayi berumur 4 bulan sampai 1 tahun (Suardi 2004).

Tanaman padi beras merah memiliki daya adaptasi yang luas di lingkungan tropis dari dataran rendah hingga dataran tinggi yang mencapai 1500 m dpl. Padi beras merah memerlukan penyinaran yang penuh tanpa naungan dan membutukan angin untuk membantu proses penyerbukan serta pembuahan. Temperatur yang ideal untuk tanaman ini adalah 19-27 o C dengan pH tanah 4-7 (Anonim. 2007).

Tanaman beras merah pernah di usahakan di beberapa daerah di Jawa tetapi karena peminat atau konsumen padi beras merah tidak sesuai, maka banyak petani yang Tanaman beras merah pernah di usahakan di beberapa daerah di Jawa tetapi karena peminat atau konsumen padi beras merah tidak sesuai, maka banyak petani yang

Permintaan padi beras merah terutama di wilayah Surakarta terus meningkat namun peningkatan kebutuhan akan beras merah belum diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi. Pertumbuhan produksi lebih lambat dibandingkan konsumsi sehingga pemenuhan kebutuhan beras merah dalam negeri masih dilakukan impor. Sejauh pustaka yang ada, belum dilakukan kajian potensi genetik maupun perbaikan sifat terhadap tanaman tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi karakterisasi dan keragaman sifat sebagai langkah awal usaha perbaikan sifat tanaman beras merah asal Wonogiri, Sragen dan Boyolali melalui usaha pemuliaan.

Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakter morfologi dan keragaman tanaman padi beras merah di wilayah Surakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah informasi tentang kultivar yang ada di daerah setempat dan dapat mengetahui morfologi tanaman padi beras merah.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah sifat-sifat morfologi tanaman padi beras merah di wilayah Surakarta?

2. Apakah terdapat keragaman sifat (terutama sifat agronomi) pada padi beras merah di wilayah Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui karakter morfologi tanaman padi beras merah dari berbagai kultivar

lokal di wilayah Surakarta.

2. Mengetahui keragaman tanaman padi beras merah antar kultivar lokal di wilayah

Surakarta berdasarkan karakter morfologi.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai karakter morfologi padi beras merah pada masing- masing kultivar lokal.

2. Memberikan informasi mengenai keragaman ketiga kultivar lokal padi beras merah berdasarkan karakter morfologi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Padi Beras Merah

Nama Indonesia

: Padi Beras Merah

Nama Latin

: Oryza sativa L. var. Sylvatica

Klasifikasi Tumbuhan padi biji merah : Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisio

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Klasis

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Klasis

: Poaceae (suku rumput-rumputan)

: Oryza sativa L. var. Sylvatica

(Baehaqi 2012). Beras merah merupakan jenis beras yang memiliki warna merah. Warna

merah dari beras merah ditimbulkan oleh pigmen antosianin yang terdapat pada bagian lapisan luarnya (Maekawa 1998). Beras merah ini banyak terdapat di berbagai daerah di Asia, juga di sebagian Amerika. Namun, di Amerika beras merah dianggap sebagai gulma tanaman padi yang menurunkan nilai jual dari beras putih yang diproduksi (Ahuja et al, 2007).

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl (Anonim 2007).

Menurut Didit (2010), tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi Menurut Didit (2010), tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah mengembangkan beberapa galur padi untuk dilepas sebagai varietas padi beras merah. BP1924- 1e-5-2 merupakan salah satu galur beras merah yang dalam tahap proses pelepasan varietas dengan nama Aek Sibundong. Keunggulan Aek Sibundong adalah daya hasil 6- 8 ton/ha, umur genjah (110-120 hari), tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3 serta penyakit hawar daun bakteri strain IV, serta rasa nasi enak dengan tekstur nasi pulen. Aek Sibundong adalah turunan hasil persilangan tiga tetua, yaitu Way Apoburu, Widas, dan Sitali. Way Apoburu dan Widas merupakan varietas padi beras putih yang memiliki potensi hasil tinggi, mutu fisik dan fisiko-kimia sesuai dengan selera konsumen yang menyenangi nasi bertekstur pulen, umur genjah, serta agak tahan terhadap hama wereng coklat dan penyakit hawar daun bakteri. Sitali adalah varietas lokal padi beras merah yang ditanam secara luas oleh petani di daerah Dolok Sanggul (1.700 m dpl) Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Varietas ini berumur dalam (180 hari) dan memiliki kariopsis berwarna merah (Anonim 2006).

Tanaman padi beras merah memiliki lima varietas yang popular saat ini dan mulai dilirik oleh para petani terutama petani di wilayah DIY (Gunung Kidul) yaitu Mandel dan Segreng. Tiga jenis lainnya diusahakan di lahan sawah, yaitu Cempo merah (berkembang di Sleman), Saodah merah dan Andel merah (berkembang di Bantul). Keberadaan padi beras merah lokal tersebut sudah mulai langka bahkan hampir punah. Namun, seiring meningkatnya permintaan beras merah maka padi beras merah mulai diusahakan oleh sebagian petani di Gunungkidul secara gogo. (Kristamtini dan Heni Purwaningsih 2009).

Indonesia memiliki beragam varietas beras merah lokal dengan kandungan gizi masing-masing berbeda sesuai dengan tempat tumbuhnya. Varietas unggul beras merah yang tumbuh di daerah Jawa Timur antara lain adalah: Cempolulut, Segreng, Sidomuncul, Bondoyudo, Kalimas dan Bogor C-3 (Roesmarkam, Indonesia memiliki beragam varietas beras merah lokal dengan kandungan gizi masing-masing berbeda sesuai dengan tempat tumbuhnya. Varietas unggul beras merah yang tumbuh di daerah Jawa Timur antara lain adalah: Cempolulut, Segreng, Sidomuncul, Bondoyudo, Kalimas dan Bogor C-3 (Roesmarkam,

Beras merah memiliki manfaat yang lebih banyak bila dibandingkan dengan beras putih. Namun beras ini kurang di minati masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan kebiasaan masyarakat yang selalu mengkonsumsi beras putih sebagai makanan pokoknya. Ditambah lagi harga beras ini yang lebih mahal sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi beras putih. Padahal menurut pakar dunia, beras merah merupakan salah satu makanan yang paling menyehatkan di dunia. Beras merah sebenarnya memiliki nilai jual yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan beras putih dan beras ketan. Beras ini juga memiliki keunggulan dan manfaat yang lebih banyak bila dibandingkan dengan beras yang lain. Proses menanam dan waktu panennya pun hampir sama dengan beras putih. Beras merah memiliki daya tahan terhadap hama lebih tinggi. Sehingga prospek kedepan beras ini di Indonesia lebih baik dari pada beras lain. (Jihadi 2011).

Padi beras merah memiliki keunggulan baik dari rasa, kepulenan maupun fungsinya bagi tubuh. Beras merah sudah lama diketahui sangat bermanfaat bagi kesehatan, selain sebagai makanan pokok, antara lain untuk mencegah kekurangan pangan dan gizi serta menyembuhkan penyakit kekurangan vitamin A (rabun ayam) dan vitamin B (beri-beri). Kandungan antosianin dalam beras merah diyakini dapat mencegah berbagai penyakit, antara lain kanker, kolesterol, dan jantung koroner. Beras merah adalah sumber protein dan mineral seperti selenium yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta sumber vitamin B yang dapat

menyehatkan sel- sel syaraf dan sistem pencernaan. Beras merah juga memiliki

kandungan serat yang tinggi sehingga dapat mencegah konstipasi (Fitriani 2006).

Penanaman padi beras merah lokal dan mengkonsumsi beras merah merupakan upaya untuk melestarikan plasma nutfah untuk mencegah kepunahan. Kristamtini (2003) menyatakan bahwa sekali suatu plasma nutfah musnah maka

B. Keragaman Genetik

Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam tanaman. Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat dalam tanaman (genetik) atau perbedaan lingkungan. Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik merupakan suatu untaian susunan genetik yang akan diekspresikan pada satu atau keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dan dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang akhirnya menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno 1995).

Keanekaragaman fenotip sangat berhubungan dengan perbedaan lokasi tempat tumbuhnya (populasi) khususnya ketinggian tempat tumbuh. Hal tersebut berhubungan dengan kebutuhan sinar matahari dan kelembaban yang sesuai oleh tanaman. Intensitas radiasi matahari, kelembaban, zat hara yang diperoleh akan berinteraksi dengan sifat genotip sehingga keadaan lingkungan yang sesuai akan memperbaiki kualitas tanaman secara genetik dan berpengaruh terhadap fenotip suatu tanaman (Welsh dan Mogea 1991 ).

Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi genotipe suatu populasi yang cukup besar akan selalu dalam keadaan seimbang bila tidak ada seleksi, migrasi, mutasi dan genetic drift. Hal tersebut menunjukkan bahwa suatu populasi jika berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg maka genotipe pengamatan dalam populasi tersebut mendekati atau hampir sama dengan nilai harapannya atau sebaliknya (Noor 2008).

C. Identifikasi Morfologi

Penampilan karakter suatu tanaman dapat digolongkan menjadi karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter kualitatif merupakan karakter - karakter yang perkembangannya dikondisikan oleh aksi gen atau gen-gen yang memiliki sebuah efek yang kuat, yang biasa disebut gen-gen mayor, atau dikendalikan oleh sedikit gen atau juga disebut ”simple genic” (Poehlman 1979).

Penampilan suatu tanaman pada suatu lingkungan tumbuhnya merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungannya. Penampilan suatu Penampilan suatu tanaman pada suatu lingkungan tumbuhnya merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungannya. Penampilan suatu

Karakter kuantitatif adalah karakter yang pewarisannya dikendalikan oleh banyak gen (polygenic), masing-masing gen berkontribusi terhadap penampilan atau ekspresi karakter kuantitatif tertentu secara aditif, tetapi kontribusinya tidak besar, dapat terekspresikan secara fenotipik dan dapat dibedakan dengan populasi lain (Crowder 1993). Penampilan karakter kuantitatif lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan dengan karakter kualitatif.

Ciri morfologi yang sering digunakan sebagai pembeda kultivar padi adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, warna batang, warna daun, permukaan daun, jumlah gabah per malai, bentuk gabah, warna gabah, dan permukaan gabah. Selain itu, karakter perbungaan dapat membedakan kultivar padi (Wet, et al., 1986).

D. Morfologi Beras Merah

Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat- sifat penting agronomis, fisiologis dan sifat-sifat yang merupakan penciri dari varietas yang bersangkutan. Karakter yang diamati dapat berupa karakter morfologis (daun, bunga, buah, biji, dan sebagainya), karakter agronomis (umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun, jumlah anakan, dan sebagainya), karakter fisiologis (senyawa alelopati, fenol, alkaloid, reaksi pencoklatan, dan sebagainya), marka isoenzim, dan marka molecular (Dwipa 2009).

Morfologi beberapa varietas beras merah lokal di DIY adalah Cempo Merah memiliki karakter morfologi bentuk gabah ramping, cere, gabah berbulu, gabah (apicullus). Madel Handayani memiliki karakter morfologi bentuk gabah gemuk, cere, gabah berbulu, bulu gabah (apicullus) pendek. Segreng Handayani memiliki karakter morfologi bentuk gabah ramping, cere, gabah berbulu, memiliki bulu gabah (apicullus). Saodah Merah memiliki karakter morfologi bentuk gabah panjang, cere, bulu gabah (apicullus). Andel Merah, bentuk gabah panjang, cere, memiliki bulu gabah (apicullus), dan Aek sibundong yang memiliki karakteristik Morfologi beberapa varietas beras merah lokal di DIY adalah Cempo Merah memiliki karakter morfologi bentuk gabah ramping, cere, gabah berbulu, gabah (apicullus). Madel Handayani memiliki karakter morfologi bentuk gabah gemuk, cere, gabah berbulu, bulu gabah (apicullus) pendek. Segreng Handayani memiliki karakter morfologi bentuk gabah ramping, cere, gabah berbulu, memiliki bulu gabah (apicullus). Saodah Merah memiliki karakter morfologi bentuk gabah panjang, cere, bulu gabah (apicullus). Andel Merah, bentuk gabah panjang, cere, memiliki bulu gabah (apicullus), dan Aek sibundong yang memiliki karakteristik

E. Hipotesis

Diduga terdapat keragaman tanaman padi beras merah kultivar lokal di wilayah Surakarta berdasarkan sifat morfologi.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai Juli 2012 bertempat di tiga tempat yang berbeda yaitu Kabupaten Boyolali yang terletak 7 0 51’600,2’’ Lintang Selatan dan 110 0 66’28,66 Bujur Timur, dengan ketinggian

antara 215 meter diatas permukaan laut, Kabupaten Wonogiri yang terletak pada garis lintang 7º 59’ 25,58” Lintang Selatan dan 110º 56’ 03,46 Bujur Timur dan Kabupaten Sragen yang terletak pada 7 º 19’21,87 Lintang Selatan dan 111 º 01’ 42,72” Bujur Timur dengan ketinggian 121 meter diatas permukaan laut.

B. Bahan dan Alat yang digunakan Penelitian

1. Bahan Bahan yang digunakan adalah lahan yang ditanami padi beras merah yang sesuai kultivar lokal di wilayah Surakarta dan bibit kultivar lokal.

2. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pisau, cetok/cangkul, kaca pembesar, peta desa, buku warna, kamera dan alat tulis.

C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

1. Rancangan Penelitian Penelitian ini mempelajari dan mengkarakterisasi sifat morfologi tanaman padi beras merah di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sragen dengan mengambil 15 sampel. Penentuan sampel dilakukan dengan purposive random sampling (secara sengaja). Variable pengamatan meliputi morfologi daun, batang, bunga, gabah, biji dan akar. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan scoring sebagai berikut.

a. Morfologi Akar

1) Tipe akar diamati dan di skor berdasarkan skoring sebagai berikut :

Tipe Akar

Skor

Akar serabut

Akar tunggang

2) Panjang akar diukur dari kollum sampai akar terpanjang. Panjang akar dikelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut : Panjang akar (cm)

b. Morfologi batang

1) Tinggi tanaman diukur dengan penggaris. Tinggi tanaman di ukur dari collum hingga ujung daun tertinggi

Tinggi Tanaman (cm)

2) Panjang batang diukur dari collum hingga ujung pelepah tertinggi. Panjang batang dikelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut :

Tinggi batang (cm)

3) Diameter batang diukur dengan cara memisahkan batang dari pelepah kemudian dilipat menjadi 2 bagian dan di potong. Diameter batang dikelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut:

Diameter batang (cm)

4) Bentuk batang diamati dan di skor berdasarkan skoring sebagai berikut:

Bentuk batang

5) Panjang pelepah diukur dengan cara memilih daun terpanjang dan memisahkan pelepah daun tersebut degan batang, kemudian mengukur pangkal pelepah hingga pangkal helaian daun. Panjang pelepah dikelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut :

Panjang pelepah (cm)

6) Permukaan batang diamati dan di skor berdasarkan skoring sebagai berikut :

Permukaan batang

7) Warna batang diamati dan di skor berdasarkan skoring sebagai berikut :

Warna batang

Skor

Hijau

Hijau gelap

8) Jumlah anakan dihitung dan di skor berdasarkan skoring sebagai berikut:

Jumlah anakan

9) Permukaan batang dilihat dan diraba berbulu ataukah tidak

Permukaan batang

c. Morfologi Daun

1) Bangun daun (ovalis, obovatus, oblongus, atau bentuk lainnya) diamati berdasarkan perbedaan perbandingan panjang dan lebar daun. Keragaman bangun daun antar tanaman dikelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut:

Bangun daun

Skor

Bulat (panjang : lebar = 1 : 1)

Peltatus (panjang : lebar = 1 : 1)

Ovalis (panjang : lebar = 1,5-2 : 1)

Oblongus (panjang : lebar = 2,5-3 : 1)

Lanceolatus (panjang : lebar = 3,5-5 : 1)

2) Tepi daun diamati berdasarkan sifat toreh . Keragaman tepi daun antar tanaman dikelompokkan berdasar skor sebagai berikut:

Tepi daun

Skor

Integer ( rata)

Bergerigi ( serratus)

Bergigi (dentatus)

3) Bentuk ujung daun diamati berdasarkan besar sudut yang dibentuk pada pertemuan dua tepi daun ( kanan kiri ibu tulang ) di puncak daun. Keragaman bentuk ujung daun antar tanaman dikelompokkan berdasar skor sebagai berikut:

Bentuk ujung daun

Rotundatus (menyerupai suatu busur)

4) Sistem pertulangan daun diamati berdasarkan skor sebagai berikut:

Pertulangan daun

Skor

Bertulang menyirip

Bertulang sejajar

Bertulang menjari

Bertulang melengkung

5) Jumlah daun per tanaman dihitung berdasarkan skor sebagai berikut :

Jumlah daun per tanaman

6) Jumlah daun per rumpun dihitung berdasarkn skor sebagai berikut:

Jumlah daun per rumpun

7) Panjang daun diukur dari pangkal pelepah hingga ujung helaian daun.. Keragaman panjang daun (cm) selanjutnya dikelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut:

Panjang daun (cm)

8) Lebar daun diamati dengan mengukur bagian terlebar dari helaian daun. Keragaman lebar daun antar tanaman dikelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut:

Lebar daun (cm)

9) Warna permukaan atas helaian daun diamati dan di skor berdasarkan skroing sebagai berikut : Warna Permukaan atas daun

Skor

Hijaun Gelap

Hijau

Hijau Muda

Hijau Kekuningan

10) Warna permukaan bawah helaian daun diamati dan di skor berdasarkan scoring sebagai berikut : Warna permukaan bawah daun

Skor

Hijau Muda

Hijau Kekuningan

Hijau

Hijau Gelap

d. Morfologi Bunga

1) Letak bunga dikelompokkan berdasarkan skoring sebagai berikut:

Letak bunga

Skor

Flos terminalis (di ujung cabang terminal)

2) Jumlah bunga per malai dihitung berdasarkan skor sebagai

berikut:

Jumlah bunga per rumpun

3) Jumlah bunga per tanaman dihitung berdasarkan skor sebagai

berikut :

Jumlah bunga per tanaman

4) Jumlah bunga per rumpun dihitung berdasarkan skor sebagai

berikut :

Jumlah bunga per rumpun

5) Bentuk Bunga diamati dan di skor berdasarkan skoring sebagai

berikut :

Bentuk Bunga

e. Morfologi Gabah

1) Bentuk gabah diamati dan dikelompokkan berdasarkan skoring sebagai berikut:

Bentuk gabah

2) Permukaan gabah diamati dan dikelompokkan berdasarkan skoring sebagai berikut: Permukaan gabah

Skor

Berbulu

Tidak berbulu

3) Jumlah gabah per malai dihitung berdasarkan skor sebagai berikut : Jumlah gabah per malai

4) Jumlah gabah per tanaman dihitung berdasarkan skor sebagai berikut : Jumlah gabah per tanaman

5) Jumlah gabah per rumpun dihitung berdasarkan skor sebagai berikut : Jumlah gabah per rumpun

6) Warna gabah diamati dan diskor berdasarkan scoring sebagai berikut :

Warna Gabah

Skor

Kuning kecoklatan

Kuning

f. Morfologi Biji

1) Warna biji diamati dan di skor berdasarkan skoring sebagai berikut: Warna biji

Skor

Merah

Merah kecoklatan

2) Permukaan biji diamati dan dikelompokkan berdasarkan skoring sebagai berikut:

Permukaan biji

Skor

Berbulu

Tidak berbulu

2. Analisis data Percobaan dilakukan dengan cara mengamati karakter morfologi 15 sampel tanaman kultivar lokal yang berasal dari 3 daerah di wilayah Surakarta. Hasil pengamatan morfologi dari ketiga kultivar lokal padi beras merah disajikan dalam bentuk tabulasi sedangkan untuk mengetahui adanya hubungan kekerabatan dari ketiga kultivar padi beras merah dilakukan analisis cluster.

Analisis cluster adalah suatu metode yang bertujuan untuk memisahkan unit-unit individu kedalam beberapa kelompok dengan sifat- sifat tertentu, sehingga segugus data peubah ganda dapat digambarkan secara sederhana dalam beberapa kelompok. Hasil analisis cluster disajikan dalam bentuk dendogram dengan jarak koefisien korelasi berupa persentase kemiripan. Data diolah dengan menggunakan program Microsoft excel dan NTSYS vesi 2.02. Pembuatan dendogram dilakukan melalui fungsi SHAN (Sequential Agglomerative Hierarical Nested Cluster Analysis) dengan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Method Arithmetic Average).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Morfologi Akar

1. Tipe Akar Tabel 1. Tipe Akar

No Sampel

Nama Daerah

Tipe Akar

4 Sragen K1

Serabut

5 Sragen K1

Serabut

6 Sragen K1

Serabut

7 Sragen K2

Serabut

8 Sragen K2

Serabut

9 Sragen K2

Serabut

10 Sragen K3

Serabut

11 Sragen K3

Serabut

12 Sragen K3

Hasil identifikasi pada 15 sampel tanaman tidak terdapat keragaman tipe akar. Seluruh tanaman memiliki tipe akar serabut (skor 1). Akar berfungsi sebagai penguat/penunjang tanaman untuk dapat tumbuh tegak, menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk selanjutnya diteruskan ke organ lainnya diatas tanah yang memerlukan. Akar tanaman padi tergolong akar serabut. Akar serabut adalah jika akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari akar yang asli dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut (Tjitrosoepomo 2005).

2. Panjang Akar Tabel 2. Panjang Akar

No Sampel

Nama Daerah

Panjang Akar (cm)

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

Pada tabel panjang akar dapat dilihat bahwa 15 sampel tanaman padi beras merah memiliki keragaman panjang akar. Sebagian besar tanaman memiliki panjang akar lebih dari 9 cm yang termasuk dalam kategori terpanjang. Tanaman yang memiliki akar terpanjang adalah tanaman Boyolali 15 yaitu 13,5 cm, sedangkan tanaman yang memiliki akar terpendek terdapat pada tanaman Sragen K1 6 yaitu 3 cm. Hal ini terjadi karena tanaman selalu terpenuhi semua kebutuhannya mulai dari air dan unsur hara sehingga akar tidak memanjang..

B. Morfologi Batang

Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa-senyawa kimia dan air dalam tanaman dan sebagai cadangan makanan. Hasil tanaman yang tinggi harus didukung dengan batang padi yang kokoh. Bila tidak, tanaman akan rebah terutama di daerah yang sering dilanda angin kencang.

Morfologi batang ditentukan oleh beberapa sub variable yaitu tinggi tanaman, tinggi batang, diameter batang, bentuk batang, dan panjang pelepah. Batang mempunyai peranan yang penting dalam tubuh tanaman yaitu mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah seperti daun, bunga dan gabah. Batang juga sebagai jalan Morfologi batang ditentukan oleh beberapa sub variable yaitu tinggi tanaman, tinggi batang, diameter batang, bentuk batang, dan panjang pelepah. Batang mempunyai peranan yang penting dalam tubuh tanaman yaitu mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah seperti daun, bunga dan gabah. Batang juga sebagai jalan

1. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur dari collum (batas antara batang dan akar) sampai ujung daun tertinggi bila malai belum keluar, dan sesudah malai keluar tingginya diukur dari collum sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan). Adanya perbedaan tinggi dari suatu kultivar disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi sawah biasanya 80-120 cm (Satia 2009).

Hasil identifikasi tinggi tanaman pada 15 sampel tanaman padi beras merah menunjukkan adanya keragaman. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu perbedaan umur tanaman, lokasi penanaman, ketersediaan unsur hara dan air. Data hasil pengamatan tinggi tanaman seluruh sampel disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Tinggi tanaman

No Sampel

Nama Daerah

Tinggi Tanaman(cm)

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa sebagian besar tanaman sampel memiliki tinggi melebihi 46 cm. Tanaman yang tergolong dalam kategori tanaman terpendek yaitu Sragen K3 12 dengan tinggi tanaman 32 cm. Tanaman yang termasuk dalam kategori tanaman tertinggi adalah Sragen K1 5 (58 cm).

Tanaman padi beras merah yang di identifikasi tingginya tidak melebihi 80- 120 cm karena input yang diberikan sangat minim sekali. Tanaman yang di amati adalah tanaman yang disebar dan tanpa perlakuan apapun, sehingga tinggi tanamannya tidak bisa maksimal seperti padi yang ditanam di sawah pada umumnya.

Menurut Sitompul dan Guritno (1995) bahwa tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan maupun parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan oleh pengaruh lingkungan, karena pertumbuhan merupakan parameter yang paling mudah dilihat dan pengukuran dapat dilakukan tanpa merusak tanaman sampel.

Kondisi lingkungan seperti cahaya matahari yang masuk mempengaruhi tinggi tanaman. Tanaman padi beras merah yang memiliki populasi banyak biasanya lebih tinggi daripada tanaman padi beras merah yang populasinya sedikit. Hal ini disebabkan karena usaha tanaman dalam menangkap cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Secara umum tanaman pada kondisi intensitas cahaya rendah tanaman akan mengalami etiolasi dan memanjang kearah datangnya cahaya sehingga ukurannya lebih tinggi (Sastra 2000).

2. Panjang Batang Tabel 4. Panjang Batang

No Sampel

Nama Daerah

Tinggi Batang (cm)

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

13 Boyolali

14 Boyolali

15 Boyolali

Pengukuran panjang batang pada tanaman padi berbeda dengan tanaman yang lainnya. Pada tanaman padi panjang batang diukur dari collum (batas antara akar dan batang) hingga pelepah tertinggi. Hasil identifikasi pada panjang batang terlihat bahwa tanaman Sragen K1 4 memiliki batang terpanjang yaitu 30,5 cm sedangkan tanaman yang memiliki batang terpendek adalah Boyolali 13 dengan tinggi batang 7 cm.

Batang yang pendek dan kaku merupakan sifat yang dikehendaki dalam pengembangan kultivar-kultivar unggul padi karena tanaman menjadi tahan rebah, perbandingan antara gabah dan jerami lebih mendekati seimbang dan tanggap terhadap pemupukan nitrogen (Jennings et al 1979).

3. Diameter Batang Tabel 5. Diameter Batang

No Sampel

Nama Daerah

Diameteri Batang

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

Pada tabel tersebut terlihat bahwa terdapat keragaman diameter batang pada

15 sampel tanaman beras merah. Diameter batang terlebar dimiliki oleh Sragen K2

7 yaitu 0,7 cm. Diameter batang tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Tanaman dengan diameter yang besar menunjukkan bahwa tanaman tersebut memiliki kemampuan yang besar untuk memanfaatkan input dari luar seperti cahaya matahari, unsur hara, 7 yaitu 0,7 cm. Diameter batang tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Tanaman dengan diameter yang besar menunjukkan bahwa tanaman tersebut memiliki kemampuan yang besar untuk memanfaatkan input dari luar seperti cahaya matahari, unsur hara,

4. Bentuk Batang Hasil identifikasi bentuk batang 15 sampel tanaman padi beras merah disajikan pada tabel 6. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak terdapat keragaman bentuk batang. Seluruh sampel tanaman padi beras merah memiliki bentuk batang bulat.

Tabel 6. Bentuk Batang No Sampel

Nama Daerah

Bentuk Batang

4 Sragen K1

Bulat

5 Sragen K1

Bulat

6 Sragen K1

Bulat

7 Sragen K2

Bulat

8 Sragen K2

Bulat

9 Sragen K2

Bulat

10 Sragen K3

Bulat

11 Sragen K3

Bulat

12 Sragen K3

Padi termasuk golongan tumbuhan graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Batang padi dapat disebut juga sebagai batang rumput (calmus). Ruas-ruas itu merupakan batang padi yang berongga yang kedua ujungnya ditutup oleh buku. Panjang ruas yang menyelimuti batang tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas.Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yamg terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang Padi termasuk golongan tumbuhan graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Batang padi dapat disebut juga sebagai batang rumput (calmus). Ruas-ruas itu merupakan batang padi yang berongga yang kedua ujungnya ditutup oleh buku. Panjang ruas yang menyelimuti batang tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas.Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yamg terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang

5. Panjang Pelepah Tabel 7. Panjang Pelepah

No Sampel

Nama Daerah

Panjang Pelepah

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa tanaman yang memilikipanjan pelepah terpanjang adalah tanaman Boyolali 15 (16,5 cm), sedangkan tanaman yang memiliki pelepah terpendek adalah tanaman Sragen K2 9 yaitu 12 cm.

Pelepah daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang, juga mempunyai fungsi lain yaitu memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini pelepah daun-daun membungkus batang, sehingga batang tidak Nampak bahkan yang tampak sebagai batang dari luar adalah pelepahnya. Hal ini disebabkan oleh pelepah terlalu besar (Tjitrosoepomo 2005).

6. Permukaan Batang Tabel 8. Permukaan Batang

No Sampel

Nama Daerah

Permukaan Batang

4 Sragen K1

Licin

5 Sragen K1

Licin

6 Sragen K1

Licin

7 Sragen K2

Licin

8 Sragen K2

Licin

9 Sragen K2

Licin

10 Sragen K3

Licin

11 Sragen K3

Licin

12 Sragen K3

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 15 sampel tanaman padi beras merah menunjukkan bahwa tidak terjadi keragaman permukaan batang. Semua sampel tanaman memiliki permukaan batang licin.

7. Warna Batang Tabel 9. Warna Batang

No Sampel

Nama Daerah

Warna Batang

Skor

1 Wonogiri

Hijau Muda

2 Wonogiri

Hijau Muda

3 Wonogiri

Hijau Muda

4 Sragen K1

Hijau

5 Sragen K1

Hijau

6 Sragen K1

Hijau

7 Sragen K2

Hijau Gelap

8 Sragen K2

Hijau Gelap

9 Sragen K2

Hijau Gelap

10 Sragen K3

Hijau Muda

11 Sragen K3

Hijau Muda

12 Sragen K3

Hijau Muda

13 Boyolali

Hijau Gelap

14 Boyolali

Hijau Gelap

15 Boyolali

Hijau Gelap

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa terjadi keragaman warna batang pada 15 sampel tanaman padi beras merah. Tanaman sampel yang memiliki warna batang berbeda adalah Sragen K1 4, K1 5, K1 6 dengan warna batang hijau. Sedangkan yang memiliki kesamaan warna batang adalah Wonogiri 1, 2, 3 dan Sragen K3 10, K3 11, K3 12 yaitu hijau muda. Tanaman sampel lain yang memiliki kesamaan warna adalah Sragen K2 7, K2 8, K2 9 dan Boyolali 13, 14, 15 yaitu memiliki warna batang hijau gelap.

Menurut Satia (2009), warna batang hijau namun pada pangkal batang berwarna merah. Semakin ke ujung berwarna hijau. Pada hasil identifikasi terjadi keragaman warna batang. Hal ini disebabkan oleh jenis kultivar yang berbeda dan faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti cahaya matahari, air dan unsur hara yang diserap tanaman.

8. Jumlah Anakan Tabel 10. Jumlah Anakan

No Sampel

Nama Daerah

Jumlah Anakan

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

Pada tabel jumlah anakan dapat dilihat bahwa terdapat keragaman jumlah anakan tanaman padi beras merah. Jumlah anakan terbanyak dimiliki oleh Sragen K1 5 yaitu sebanyak 38 anakan sedangkan tanaman yang memiliki jumlah anakan paling sedikit adalah tanaman Wonogiri 3 yaitu sebanyak 3 unit.

Tanaman Sragen K1 memiliki jumlah anakan terbanyak karena lingkungannya sesuai dan ketersediaan air nya cukup. Selain itu juga unsur hara yang tersedia juga sangat cukup sehingga disini tidak terjadi kompetisi dalam hal memperoleh unsur hara dan air.

Jumlah anakan pada tanaman padi akan menentukan produktivitas. Semakin banyak anakan produktif tanaman padi diharapkan akan semakin banyak malai yang terbentuk dan akhirnya diharapkan semakin banyak peningkatan produksi yang diperoleh. Oleh karena banyaknya anakan produktif merupakan salah satu kunci peningkatan produktiKitas tanaman padi selain banyaknya bulir isi pada tiap malai

9. Jumlah Tanaman Per Rumpun Tabel 11. Jumlah Tanaman

No Sampel

Nama Daerah

Jumlah Tanaman Per

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

Berdasarkan hasil identifikasi pada 15 sampel tanaman terdapat keragaman jumlah tanaman per rumpun. Jumlah tanaman per rumpun terbanyak adalah Sragen K3 11 yaitu sebanyak 6 tanaman per rumpun dan tanaman Sragen K1 4 merupakan tanaman yang memiliki jumlah tanaman per rumpun paing sedikit yaitu sebanyak 1 unit.

C. Morfologi Daun

Sifat morfologi daun yang di identifikasi pada penelitian ini meliputi bangun daun, tepi daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal luar, bentuk malai daun, warna malai daun, warna permukaan atas daun, warna pemukaan bawah daun, panjang daun, lebar daun, jumlah daun per tanaman dan jumlah daun per rumpun.

1. Bangun Daun Pengamatan bangun daun ini berdasarkan pada perbandingan panjang dan lebar daun. Hasil identifikasi sifat morfologi bangun daun 15 sampel tanaman padi beras merah disajikan dalam tabel 12. Seluruh sampel tanaman padi beras merah memiliki bentuk bangun daun Lanceolatus (lanset).

Bangun daun lanceolatus memiliki perbandingan panjang dan lebar daun 3,5-

5 : 1. Berdasarkan idenifikasi tersebut dapat disimpilkan bahwa 15 sampel tanaman padi beras merah tidak terdapat keragaan walaupun berasal dari daerah yang berbeda.

Tabel 12. Bangun Daun No Sampel

Nama Daerah

Bangun Daun

4 Sragen K1

Lanceolatus

5 Sragen K1

Lanceolatus

6 Sragen K1

Lanceolatus

7 Sragen K2

Lanceolatus

8 Sragen K2

Lanceolatus

9 Sragen K2

Lanceolatus

10 Sragen K3

Lanceolatus

11 Sragen K3

Lanceolatus

12 Sragen K3

2. Tepi Daun Hasil karakterisasi morfologi tepi daun 15 sampel tanaman padi beras merah menunjukkan tidak terdapat keragaman. Data hasil identifikasi tepi daun disajikan pada tabel 13

No Sampel

Nama Daerah

Tepi Daun

4 Sragen K1

Integer

5 Sragen K1

Integer

6 Sragen K1

Integer

7 Sragen K2

Integer

8 Sragen K2

Integer

9 Sragen K2

Integer

10 Sragen K3

Integer

11 Sragen K3

Integer

12 Sragen K3

Tepi daun dapat dibedakan menjadi tepi daun yang tidak mempengaruhi bentuk helaian daun (tepi daun merdeka) dan yang mempengaruhi bentuk helaian daun. Tepi daun merdeka dilihat berdasarkan sudut tonjolan (angulus) dan sudut torehan (sinus). Tanaman padi beras merah memiliki tepi daun rata (integer), tepi daun seperti ini tidak dijumpai adanya sinus ataupun angulus.

3. Ujung Daun Tabel 14. Ujung Daun

No Sampel

Nama Daerah

Ujung Daun

4 Sragen K1

Acutus

5 Sragen K1

Acutus

6 Sragen K1

Acutus

7 Sragen K2

Acutus

8 Sragen K2

Acutus

9 Sragen K2

Acutus

10 Sragen K3

Acutus

11 Sragen K3

Acutus

12 Sragen K3

Acutus

13 Boyolali

Acutus

14 Boyolali

Acutus

15 Boyolali

Acutus

Hasil identifikasi morfologi bentuk ujung daun 15 sampel tanaman padi beras merah disajikan pada tabel 14. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tidak terdapat keragaman bentuk ujung daun tanaman padi beras merah. Seluruh sampel tanaman padi beras merah memiliki ujung daun acutus. Ciri-ciri ujung daun acutus adalah kedua tepi daun di kanan dan di kiri ibu tulang daun sedikit demi sedikit menuju keatas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil 90 o ). (Tjitrosoepomo 2005).

4. Sistem Pertulangan Daun. Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk memberi kekuatan pada daun. Disamping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesungguhnya adalah berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan zat-zat. Jalan pengangkutan zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah, ialah air beserta garam-garam yang terlarut di dalamnya dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari tempat pembuatannya, yaitu dari daun ke bagian-bagian lain yang memerlukan zat-zat itu (Tjitrosoepomo 2005).

Tabel 15. Sistem Pertulangan Daun No Sampel

Nama Daerah

Sistem Pertulangan

4 Sragen K1

Sejajar

5 Sragen K1

Sejajar

6 Sragen K1

Sejajar

7 Sragen K2

Sejajar

8 Sragen K2

Sejajar

9 Sragen K2

Sejajar

10 Sragen K3

Sejajar

11 Sragen K3

Sejajar

12 Sragen K3

Hasil identifikasi morfologi bentuk sistem pertulangan daun 15 sampel tanaman padi beras merah tidak menunjukkan adanya keragaman. Pada tabel 15 Hasil identifikasi morfologi bentuk sistem pertulangan daun 15 sampel tanaman padi beras merah tidak menunjukkan adanya keragaman. Pada tabel 15

5. Jumlah Daun per Tanaman Tabel 16. Jumlah Daun per Tanaman

No Sampel

Nama Daerah

Jumlah Daun per

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

Berdasarkan hasil identifikasi jumlah daun per tanaman 15 sampel tanaman padi beras merah menunjukkan adanya keragaman. Jumlah daun per tanaman terbanyak terdapat pada tanaman Sragen K1 5 yaitu berjumlah 66. Sedangkan jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada tanaman Wonogiri 3 yaitu berjumlah

7 unit.

6. Jumlah Daun per Rumpun Tabel 17. Jumlah Daun per rumpun

No Sampel

Nama Daerah

Jumlah Daun per

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

Berdasarkan identifikasi 15 sampel tanaman padi beras merah terdapat keragaman jumlah daun per rumpun. Tanaman dengan jumlah daun paling sedikit per rumpun adalah tanaman Wonogiri 3 (13 unit), sedangkan tanaman yang memiliki daun terbanyak adalah Sragen K1 5 yaitu 119 unit.

7. Panjang Daun Tabel 18. Panjang Daun

No Sampel

Nama Daerah

Panjang Daun (cm)

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

13 Boyolali

14 Boyolali

Berdasarkan identifikasi 15 sampel tanaman padi beras merah terdapat keragaman panjang daun. Daun terpanjang terdapat pada tanaman Boyolali 13 yaitu 40,5 cm. Daun terpendek terdapat pada tanaman Wonogiri 1 (14 cm)

8. Lebar daun Tabel 19. Lebar Daun

No Sampel

Nama Daerah

Lebar Daun (cm)

4 Sragen K1

5 Sragen K1

6 Sragen K1

7 Sragen K2

8 Sragen K2

9 Sragen K2

10 Sragen K3

11 Sragen K3

12 Sragen K3

Bedasarkan hasil identifikasi dapat dilihat bahwa lebar daun 15 tanaman padi beras merah memiliki keragama. Lebar daun yang tergolong dalam kategori daun terlebar terdapat pada Sragen K1, Sragen K2 dan Boyolai 13, 14. Sedangkan daun yang tergolong dalam katergori daun tersempit adalah Sragen K3.

Ukuran daun yang kecil pada tanaman yang terkena sinar matahari merupakan adaptasi tanaman untuk mengurangi laju respirasi pada daun, Sebaliknya daun yang ternaungi akan lebih lebar, hijau dan tipis ini bertujuan untuk memperluas daerah penangkapan cahaya. Seperti hasil penelitian Sastra (2000) panjang dan lebar daun tanaman garut dengan intensitas cahaya 55% lebih besar dari pada daun yang berada di intensitas cahaya 100%.

9. Warna Permukaan Atas Daun Tabel 20. Warna Permukaan Atas Daun

No Sampel

Nama Daerah

Warna Permukaan

Atas Daun

Skor

1 Wonogiri

Hijau Muda

2 Wonogiri

Hijau Muda

3 Wonogiri

Hijau Muda

4 Sragen K1

Hijau

5 Sragen K1

Hijau

6 Sragen K1

Hijau

7 Sragen K2

Hijau Gelap

8 Sragen K2

Hijau Gelap

9 Sragen K2

Hijau Gelap

10 Sragen K3

Hijau Muda

11 Sragen K3

Hijau Muda

12 Sragen K3

Hijau Muda

13 Boyolali

Hijau Gelap

14 Boyolali

Hijau Gelap

15 Boyolali

Hijau Gelap

Berdasarkan hasil identifikasi warna permukaan atas daun 15 sampel tanaman padi beras merah, terdapat keragaman warna. Tanaman yang memiliki warna permukaan atas daun yang berbeda adalah tanaman Sragen K1. Tanaman sampel yang lainnya memiliki kesamaan dalam warna permukaan atas pada daun.

Secara umum daun berwarna hijau. Hijaunya daun disebabkan oleh klorofil yang terdapat pada kloroplas. Klorofil merupakan pigmen dari fotosintesis yang ditemukan pada tumbuhan yang menyerap cahaya merah, biru dan ungu serta memantulkan cahaya hijau yang menyebabkan tanaman memiliki warna. Munculnya keragaman warna daun diduga disebabkan adanya perbedaan klorofil.

10. Warna Permukaan Bawah Daun Hasil identifikasi pada warna permukaan bawah daun 15 sampel tanaman padi beras merah memiliki keragaman. Warna permukaan bawah daun yang paling mendominasi adalah warna hijau muda. Hasil identifikasi warna permukaan bawah daun disajikan dalam tabel 21.

No Sampel

Nama Daerah

Warna Permukaan

Bawah Daun

Skor

1 Wonogiri

Hijau kekuningan

2 Wonogiri

Hijau kekuningan

3 Wonogiri

Hijau kekuningan

4 Sragen K1

Hijau Muda

5 Sragen K1

Hijau Muda

6 Sragen K1

Hijau Muda

7 Sragen K2

Hijau Muda

8 Sragen K2

Hijau Muda

9 Sragen K2

Hijau Muda

10 Sragen K3

Hijau kekuningan

11 Sragen K3

Hijau kekuningan

12 Sragen K3

Hijau kekuningan

13 Boyolali

Hijau Muda

14 Boyolali

Hijau Muda

15 Boyolali

Hijau Muda

Warna daun yang beragam disebabkan oleh kandungan klorofil dalam tanaman yang berbeda-beda pula. Selain itu juga dipengaruhi umur tanaman dan jenis tanaman serta faktor lingkungan. Suatu tanaman akan memiliki kandungan klorofil yang semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Tetapi ada juga tanaman yang mencapai titik optimum kandungan klorofil pada umur tertentu kemudian mengalami penurunan.

D. Morfologi Bunga

1. Letak Bunga Berdasarkan identifikiasi morfologi bunga 15 sampel tanaman padi beras merah, letak bunganya tidak terjadi keragaman. Seluruh sampel tanaman padi beras merah memiliki letak bunga terminalis yaitu di ujung cabang terminal. Data tentang identifikasi letak bunga disajikan dalam tabel 22.

No Sampel

Nama Daerah

Letak Bunga

4 Sragen K1

Terminalis

5 Sragen K1

Terminalis

6 Sragen K1

Terminalis

7 Sragen K2

Terminalis

8 Sragen K2

Terminalis

9 Sragen K2

Terminalis

10 Sragen K3

Terminalis

11 Sragen K3

Terminalis

12 Sragen K3

Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet yang pada hakikatnya adalah bunga yang terdiri dari atas malai, bakal gabah, lemma, palea, putik dan benangsari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap-tiap bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan sekunder.