ANALISIS TARIF RETRIBUSI TERMINAL DALAM RANGKA PENINGKATAN PAD KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

THE ANALYSIS FARE OF FEE TO USE A PUBLIC FACILITY IN TERMINAL FOR INCREASE PAD IN BANDAR LAMPUNG CITY

By

HARPAN SAPUTRA

The original income of region is the income of region that a source from the outcome of region tax, the income of fee to use a public facility, the income of wealth management region that is separated and the others valid PAD, that the aim to give freedom for region in digging the funding of the implementation autonomy region. The fee to use a public facility of terminal is one of the fee to use a public facility region especially in Bandar Lampung city. The problem that occurs is regulation of region that lades about the fee to use a public facility in Bandar Lampung city it has not been rationalized so that it needs the improvement of fare and approximate estimation in the acceptance of fee to use a public facility in terminal in the coming years. The data that is used in this research is the data of the realization of fee to use a public facility acceptance in Bandar Lampung in year 2010 – 2013 and the data of realization of fee to use a public facility terminal in Bandar Lampung in year 2010 – 2014. The method of analysis that is used in this research is the method of descriptive quantitative analysis, this research is processed and analyzed to get the conclusion by using the theories and the datas that be related to this research. The conculasion of this research is the fare from each of fee to use public facility in terminal must be rationalized in periodic with focus on level of the inflation that occurs in Bandar Lampung city so that the target of the acceptance in the future is higher its value that is compared with the realization of acceptance before the rationalization fare along with its ascension exceeds the level of inflation that occurs in Bandar Lampung city.

Keyword : the rationalization fare off fee to use a public facility in terminal, the increase of PAD


(2)

ABSTRAK

ANALISIS TARIF RETRIBUSI TERMINAL DALAM RANGKA PENINGKATAN PAD KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

HARPAN SAPUTRA

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Retribusi terminal merupakan salah satu komponen retribusi daerah terutama di Kota Bandar Lampung. Masalah yang terjadi adalah bahwa peraturan daerah yang memuat tentang retribusi terminal di Kota Bandar Lampung telah lama tidak dirasionalisasi sehingga perlu adanya perbaikan tarif dan estimasi target penerimaan retribusi terminal pada tahun – tahun mendatang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data realisasi penerimaan retribusi Kota Bandar Lampung tahun 2010 – 2013 dan data realisasi penerimaan retribusi terminal Kota Bandar Lampung tahun 2010 – 2014. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan dengan menggunakan teori – teori dan data – data yang berhubungan dengan penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa tarif dari masing – masing retribusi terminal harus dirasionalisasi secara berkala dengan memperhatikan tingkat inflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung sehingga target penerimaan di masa depan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan realisasi penerimaan sebelum rasionalisasi tarif serta kenaikannya melampaui tingkat inflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung.


(3)

Oleh

HARPAN SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

ANALISIS TARIF RETRIBUSI TERMINAL DALAM RANGKA PENINGKATAN PAD KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh Harpan Saputra

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C.Tujuan Penelitian ... 12

D.Manfaat Penelitian ... 12

E. Kerangka Pemikiran ... 13

F. Hipotesis ... 14

G.Sistematika Penulisan ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Otonomi Daerah ... 16

B. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 19

1. Pendapatan Asli Daerah... 21

2. Dana Perimbangan ... 23

3. Pinjaman Daerah... 23

4. Lain – lain Pendapatan Daerah Yang Sah ... 24

C. Pengertian Pemerintah Daerah ... 25

D. Pengertian Retribusi... 26

1. Objek Retribusi ... 27

2. Retribusi Daerah ... 29

3. Ketentuan Retribusi Daerah... 30

E. Retribusi Terminal ... 33

1. Nama, Objek dan Subjek Retribusi Terminal ... 33

2. Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa ... 34

3. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi ... 34

F. Tarif Retribusi ... 36

1. Pengertian Tarif ... 36

2. Jenis – jenis Tarif ... 36


(9)

H. Inflasi dan Nilai Waktu Uang ... 40

1. Inflasi ... 40

2. Teori Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) ... 46

I. Penelitian Terdahulu ... 47

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 50

B. Metode Pengumpulan Data ... 51

C. Alat Analisis ... 52

D. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota ... 56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Inflasi Kota Bandar Lampung ... 68

B. Penerimaan Retribusi Terminal ... 68

C.Estimasi Tarif... 69

D.Analisis Deskriptif (Analisis Tabel) ... 73

1. Perkembangan Realisasi Penerimaan ... 73

2. Perkembangan Kenaikan Tarif ... 74

3. Perkembangan Total ... 75

4. Perkembangan Penerimaan Total ... 75

E. Estimasi Target Penerimaan ... 77

F. Uji signifikansi Beda Dua Rata – rata ... 79

G.Pembahasan ... 81

1. Tarif Setelah Rasionalisasi ... 81

2. Target Setelah Rasionalisasi ... 82

3. Peningkatan Dalam Segi Pelayanan Setelah Rasionalisasi ... 84

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 89

B. Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Target dan realisasi total penerimaan retribusi daerah kota

Bandar Lampung tahun 2013 ... 6

2. Data Total Penerimaan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2010 – 2013 Kota Bandar Lampung ... 8

3. Data Kontribusi Retribusi Terminal Terhadap PAD ... 9

4. Realisasi Retribusi Terminal Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ... 10

5. Penelitian Terdahulu ... 48

6. Penelitian Terdahulu ... 49

7. Besarnya Tarif Inflasi Kota Bandar Lampung ... 68

8. Penerimaan Retribusi Terminal di 6 Retribusi Terminal Kota Bandar Lampung tahun 2014 ... 69

9. Estimasi Tarif Retribusi Terminal Kota Bandar Lampung Tahun 2011 – 2018 ... 71

10. Perkembangan Realisasi Penerimaan Tahun 2011 – 2014 ... 73

11. Persentase Kenaikan Tarif Retribusi Secara Rata – Rata ... 74

12. Persentase Perkembangan Total ... 75

13. Perkembangan Realisasi Penerimaan Total Retribusi Terminal dan Estimasi Penerimaan Potensial Taotal Kota Bandar Lampung ... 76

14. Estimasi Target Penerimaan Retribusi Terminal Kota Bandar Lampung sebelum dan sesudah Rasionalisasi ... 77

15. Estimasi Target Penerimaan Retribusi Terminal Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2015 - 2020 ... 78

16. Uji Signifikanis Beda Dua Rata – rata ... 79


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran... 13

2. Hubungan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran ... 44

3. Struktur Organisasi ... 67


(12)

MOTO

La Tahzan Innallaha Ma'ana "Jangan bersedih, Sesungguhnya ALLAH bersama kita"

YOU ONLY LIVE ONCE, DO YOUR BEST AT ANY MOMENT THAT YOU HAVE

Kamu hanya hidup satu kali, lakukan yang terbaik disetiap saat yang kamu miliki


(13)

tercurahkan kehadirat Nabi besar Muhammad S.A.W atas segala

cinta kasih, nikmat serta berkah-Nya kepadaku dan keluargaku yang

hingga saat ini kami masih diberi kesehatan, serta kelancaran dalam

menyelesaikan karya ini. Segala puji hanya untuk Allah S.W.T,

kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang yang kukasihi

serta mengasihiku :

Bapak Haidir S.E, sosok ayah yang kuat, disiplin, cerdas dan

memiliki semangat hidup untuk memberikan perhatian terhadap

anak-anak nya agar menjadi pribadi yang mandiri.

Ibu Maryanti S.Pd, ibu yang tidak pernah lelah memberikan

semangat, dukungan, dan do’a di setiap sujudnya kepada Sang

Maha Pencipta dengan harapan agar anak-anak nya menjadi

pribadi yang baik.

Kakakku yang kubanggakan, Ardi Sanjaya yang selalu memberi

motivasi dan dukungan.

Adikku tersayang, Riski dan Ayu yang selalu menjadi rekan

tawa, suka duka dan berbagi cerita bersama.

Teman-teman, yang menjadi pengisi cerita jalan hidup selama

menjadi mahasiswa Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dan


(14)

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 1 Juli 1991, sebagai anak kedua dari empat bersaudara oleh pasangan Haidir S.E dan Maryanti S.Pd.

Penulis menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri 1 Sepang Jaya Kedaton, Kota Bandarlampung pada tahun 2003. Pendidikan menengah diselesaikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandar Lampung pada tahun 2006. Pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2009. Setelah itu, pada tahun 2009 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(15)

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Tarif Retribusi Terminal Dalam Rangka Peningkatan PAD Kota Bandar Lampung”. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Moneyzar Usman, S.E., M.Si., sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., sebagai Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik.

5. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P., sebagai pembimbing skripsi. Tidak hanya membimbing penulisan skripsi ini sejak awal beliau juga sangat banyak menanamkan nilai – nilai kehidupan kepada saya dan memberi pesan bahwa kelak saya harus dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.


(16)

7. Keluargaku, ayahku Haidir S.E, mamaku Maryanti S.Pd, kakakku Ardi Sanjaya, adikku Rizki Amri Nanda dan Ayu Hartanti, yang telah memberi semangat, doa, dan dukungan moril ataupun materil demi kelancaran kuliahku.

8. Ibu Hudaiyah, Bang Feri, Pak Fajar, Mas Nanang, Mang Jum, dan Yuk Ani yang telah membantu kelancaran proses skripsi saya.

9. Keluarga Besar MAHEPEL, yang mungkin tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu di sini, tetapi nama kalian satu per satu sangat jelas di hati ini. Kebanggaan untuk saya beberapa tahun ini ada di tengah – tengah orang – orang hebat seperti kalian. Kelak suatu hari saat kaki ini tidak lagi sanggup untuk melangkah air mata ini akan jatuh haru melihat bendera itu masih tegak berdiri menantang. Salam Lestari !!!

10.Vivi Chyntia Si.Kom yang selalu memberikan semangat, doa dan waktunya untuk saya demi kelancaran hidup saya.

11.Keluarga Besar Ekonomi Pembangunan, yang lagi – lagi tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu, semoga kelak kita mendapatkan apa yang telah kita perjuangkan selama ini dan memanfaatkan ilmu yang kita dapat untuk saling berbagi sesama.


(17)

Bandar Lampung, 8 Desember 2015 Penulis


(18)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai tujuan pokok. Pencapaian tujuan dalam suatu program kerja tidak saja bergantung pada konsep-konsep dan program-program yang tersusun secara baik saja, tetapi juga akan sangat bergantung pada pelaksanaannya yaitu pegawai-pegawai yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program kerja tersebut, dimana para pegawai tersebut mempunyai kemampuan dan kemauan melaksanakan pekerjaannya. Tanpa adanya pegawai yang mempunyai kemampuan dan keinginan, maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai.

Untuk menjamin agar proses pencapaian tujuan tersebut berjalan secara efektif, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pencapaian tujuan tersebut terlebih dahulu perlu dipikirkan, diperhitungkan dan dipertimbangkan dengan matang atau dengan kata lain perlu direncanakan. Agar dapat mendukung proses pelaksanaan dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari beberapa daerah dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang dimiliki oleh daerah


(19)

masing – masing. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan sosial berencana, karena meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi,

pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan bahkan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya (Bintoro Tjokroamidjojo).

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara bertahap akan lebih banyak dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Dengan semakin meningkatnya kewenangan pemerintah daerah, maka peranan keuangan daerah menjadi semakin penting karena pembiayaan pembangunan sebagian besar akan dibiayai oleh pemerintah daerah itu sendiri. Oleh karena hal tersebut pemerintah daerah

diharapkan dapat lebih aktif lagi dalam memobilisasi sumber dananya sendiri dan mengelolanya secara efektif dan efisien.

Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,

pendapatan daerah merupakan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas:

a. Pendapatan asli daerah, yaitu: 1) Hasil pajak daerah

2) Hasil retribusi daerah

3) Hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,


(20)

4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah b. Dana perimbangan, terdiri dari:

1) Dana bagi hasil yang barsumber dari pajak dan sumber daya alam 2) Dana alokasi umum

3) Dana alokasi khusus c. Pinjaman daerah

d. Lain-lain penerimaan daerah yang sah

PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Berbagai kebijaksanaan keuangan daerah yang diambil diarahkan untuk semakin meningkatkan kemampuan dalam membiayai urusan penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerahnya. Secara garis besar kebijaksanaan mencakup

beberapa komponen utama yaitu:

a. Kebijaksanaan di bidang penerimaan

Yaitu untuk mendorong kemampuan daerah yang semaksimal mungkin dalam membiayai urusan rumah tangganya sendiri


(21)

Berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam perencanaan, penyusunan program, serta pengambilan keputusan dalam memilih Negara dan proyek daerah serta pelaksanaannya.

c. Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah termasuk kemampuan personil dan struktur organisasinya.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab pembangunan yang lebih besar, sumber-sumber penerimaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah harus terus diusahakan agar mampu memikul beban biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu perlu adanya intensifikasi pemungutan dari sumber-sumber dana pembangunan yang ada selama ini (Mardiasmo, 2001 : 191).

Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah yang memberikan sumbangan cukup besar bagi penerimaan daerah dibandingkan dengan komponen lainnya adalah retribusi daerah, pada tahun 2013 retribusi daerah memberi kontribusi 14,084 % terhadap PAD. Dengan diberlakukannya otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah lebih mandiri baik secara fiskal untuk membiayai

pembangunan maupun mengelola pemerintah beserta aparaturnya. Begitu juga dengan Kota Bandar Lampung yang termasuk daerah otonomi harus mampu menggali peluang di daerahnya dengan mengidentifikasi sumber-sumber pendapatannya dan mengelolanya dengan optimal, mengelola keuangan daerah secara efektif dan efisien, serta mampu mempertanggung jawabkan kinerja kepada pemerintah diatasnya dan kepada masyarakat.


(22)

Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, peranan Pemerintah dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah.

Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan

pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pembiayaan yang paling penting dimana

komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah.

Pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. (Waluyo dan Wirawan 2002).

Retribusi daerah atau retribusi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pemungutan Daerah


(23)

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Dalam mengestimasi potensi PAD, diperlukan informasi dan tolok ukur yang riil terjadi di lapangan dan secara konkrit dikehendaki oleh masyarakat daerah. Salah satu tolok ukur finansial yang dapat digunakan untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi adalah dengan mengukur seberapa jauh kemampuan keuangan suatu daerah.

Tabel 1. Data target dan realisasi total penerimaan retribusi daerah Kota Bandar Lampung tahun 2013

No Jenis Retribusi Jumlah Target (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp)

Rasio (%) I Retribusi Jasa Umum 20.009.766.450,00 12.780.406.930,00 63.87 1 Ret. Pelayanan

persampahan 9.061.571.450,00 4.657.697.000,00 51.40 2 Ret. Penggantian biaya

KTP dan akte catatan sipil 50.000.000,00 55.355.000,00 110.71 3 Ret. Pelayanan

pemakaman 1.000.000,00 1.210.000,00 121.00

4 Ret. Parkir di tepi jalan 6.000.000.000,00 4.200.000.100,00 70.00 5 Ret. Pelayanan pasar 2.500.000.000,00 1.620.700.000,00 64.83 6 Ret. Pengujian kendaraan

bermotor 1.800.000.000,00 1.658.287.330,00 92.13

7 Ret. Pemeriksaan alat

pemadam kebakaran 150.000.000,00 151.807.500,00 101.21 8 Ret. Penyediaan dan / atau


(24)

Tabel 1. Data target dan realisasi total penerimaan retribusi daerah Kota Bandar Lampung tahun 2013 (lanjutan)

No Jenis Retribusi Jumlah Target (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp)

Rasio (%) II Retribusi Jasa Usaha 4.229.538.962,50 3.558.049.775,00 82.75 1 Ret. Pemakaian kekayaan

daerah 1.640.506.731,25 1.611.839.275,00 98.25

2 Ret. Terminal 2.399.032.231,25 1.685.828.500,00 70.27 3 Ret. Rumah potong hewan 260.000.000,00 260.382.000,00 100.15 III Retribusi Perizinan

tertentu 49.744.482.500,00 34.312.837.192,32 68.98 1 Ret. Izin mendirikan

bangunan 30.000.000.000,00 18.322.279.604,52 61.07 2 Ret. Izin tempat penjualan

minuman beralkohol 26.250.000,00 48.100.00,00 183.24 3 Ret. Izin

gangguan/keramaian 19.564.250.000,00 15.799.921.587.80 80.76 4 Ret. Izin trayek 146.107.500,00 119.456.000,00 81.76 5 Ret. Usaha perikanan 7.875.000,00 23.080.000,00 293.08

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

Dapat dilihat bahwa penerimaan dari beberapa sektor retribusi daerah masih kurang dari target yang ditentukan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung. Pada sektor Retribusi Jasa Umum realisasi pencapaian target sebesar 63,87%,

sementara pada sektor Retribusi Jasa Usaha mencapai 82,75% dan pada sektor Retribusi Perizinan Tertentu realisasi pencapaian target adalah sebesar 68,98%. Retribusi terminal merupakan salah satu retribusi daerah yang sangat potensial dan memberi pengaruh bagi pertumbuhan Kota Bandar Lampung. Seiring dengan pertumbuhan jaman dan teknologi yang terus meningkat serta banyaknya pusat perbelanjaan dan aktifitas masyarakat, kebutuhan masyarakat akan jasa


(25)

Tabel 2. Data Total Penerimaan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2010 -2013 Kota Bandar Lampung

Tahun Jenis Retribusi Target (Rp) Realisasi (Rp) %

2010

Retribusi Jasa Umum 6.987.028.000,00 6.605.222.775,00 94,54 Retribusi Jasa Usaha 2.877.022.200,00 1.876.848.130,00 65,24 Ret. Perizinan Tertentu 6.991.186.400,00 7.367.023.626,00 105,38 Jumlah Retribusi Daerah 16.855.236.600,00 15.849.094.531,00 94,03

Pendapatan Asli Daerah 84.167.470.269,17 87.711.803.840,41 104,21

2011

Retribusi Jasa Umum 7.824.241.100,00 6.888.140.650,00 88,04 Retribusi Jasa Usaha 3.049.266.280,00 1.978.869.127,00 64,90 Ret. Perizinan Tertentu 12.962.400.000,00 13.044.811.962,00 100,64 Jumlah Retribusi Daerah 23.835.907.380,00 21.911.821.739,00 91,93 Pendapatan Asli Daerah 84.167.470.269,17 87.711.803.840,41 104,21

2012

2013

Retribusi Jasa Umum 12.306.877.291,50 6.620.899.220,00 53,80 Retribusi Jasa Usaha 3.996.792.260,00 8.967.559.376,00 224,37 Ret. Perizinan Tertentu 20.621.040.000,00 22.842.636.638,00 110,77 Jumlah Retribusi Daerah

Pendapatan Asli Daerah Retribusi Jasa Umum

36.924.709.551,50 156.796.491.183,50 20.009.766.450,00 38.431.095.234,00 162.772.590.331,88 12.780.406.930,00 104,08 103,81 63,87 Retribusi Jasa Usaha 4.299.538.962,50 3.558.049.775,00 82,75 Ret. Perizinan Tertentu 49.744.482.500,00 34.312.837.192,32 68,98 Jumlah Retribusi Daerah 74.053.787.912,50 50.651.293.897,32 68,40

Pendapatan Asli Daerah 418.111.740.815,52 359.628.303.287,61 86


(26)

Tabel 3. Data Kontribusi Retribusi Terminal Terhadap PAD Tahun Jenis Retribusi Realisasi Kontribusi (%)

2010 Retribusi Terminal PAD

670.455.400,00

87.711.803.840,41 0.764 % 2011 Retribusi Terminal

PAD

1.104.260.000,00

87.711.803.840,41 1.26 % 2012 Retribusi Terminal

PAD

1.563.786.000,00

162.772.590.331,88 0.96 % 2013 Retribusi Terminal

PAD

1.685.828.500,00

359.628.303.287,61 0.47 %

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor retribusi terminal terhadap PAD pada tahun 2010 adalah sebesar 0.764 %, kemudian pada tahun 2011 kontribusi retribusi terminal terhadap PAD adalah sebesar 1.26 % , selanjutnya pada tahun 2012 kontribusi retribusi terminal terhadap PAD mengalami

penurunan menjadi 0.96 %, kemudian pada tahun 2013 kontribusi retribusi terminal terhadap PAD kembali mengalami penurunan menjadi 0.47 %. Bila dilihat dari data kontribusi retribusi terminal terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2010 – 2013 persentase kontribusi selalu mengalami penurunan pada tahun – tahun selanjutnya. Untuk itu perlu adanya upaya untuk melakukan peningkatan pendapatan dari sektor retribusi terminal agar mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.


(27)

Dibawah ini penulis sajikan data realisasi sektor Retribusi Terminal yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung :

Tabel 4. Realisasi Retribusi Terminal Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

No Tahun Target Realisasi Persentase

1 2010 1.299.750.000,00 670.455.400,00 51.58%

2 2011 1.644.183.750,00 1.104.260.000,00 67.16%

3 2012 1.808.602.125,00 1.563.786.000,00 86.46%

4 2013 2.399.032.231,25 1.685.828.500,00 70.27%

5 2014 2.399.000.000,00 1.783.646.500,00 74.35%

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 Pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi terminal terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Retribusi terminal sebagai salah satu sektor pendapatan daerah termasuk sektor yang juga mengalami peningkatan setiap tahunnya, walaupun demikian penerimaan daerah dari sektor tersebut masih kurang dari target yang ditentukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Pencapaian target penerimaan retribusi terminal setiap tahun masih berfluktuasi, pada tahun 2010-2014 secara berurut mencapai 51.58%, 67.16%, 86.46%, 70.27% dan 74.35%.


(28)

Perkembangan total penerimaan retribusi terminal antara tahun 2010 hingga tahun 2014 merupakan total penerimaan dari sektor retribusi terminal yang mengacu kepada Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 06 Tahun 2011 tentang retribusi terminal. Dimana tarif dari masing-masing jenis retribusi terminal telah diatur di peraturan daerah tersebut dan masih berlaku hingga saat ini.

Bila mengacu pada teori total penerimaan (TR = P.Q), tarif retribusi ditahun 2011 – 2014 adalah konstan, yang berarti kenaikan total penerimaan (TR) karena adanya kenaikan kuantitas pengguna terminal bukan dari harga atau tarif yang dirasionalisasi. Misalkan bila kenaikan total penerimaan sebesar 5% dan jumlah kenaikan tarif yang dirasionalisasi sebesar 10%, maka seharusnya kenaikan total penerimaan adalah sebesar 15%. Pada umum nya peraturan daerah yang mengatur tentang retribusi daerah tersebut berlaku dalam jangka waktu yang lama tanpa memperhatikan inflasi rata-rata per tahun di daerah Kota Bandar Lampung, maka perlu adanya penyesuaian tarif retribusi terminal serta target penerimaan yang harus dirasionalisasi dengan memperhatikan kenaikan inflasi di daerah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian di atas jika ditinjau dari pendapatannya, pencapaian target retribusi terminal belum dapat terpenuhi dengan baik. Maka obyek penelitian adalah retribusi terminal Kota Bandar Lampung yang terdiri dari retribusi bus AKAP, AKDP, Angkota, dan fasilitas umum terminal seperti toilet umum dan kios. Dengan latar belakang masalah tersebut, dalam penulisan skripsi ini mengambil judul “Analisis Tarif Retribusi Terminal Dalam Rangka Peningkatan PAD Kota Bandar Lampung“.


(29)

B. Rumusan masalah

1. Berapakah besaran tarif retribusi terminal setelah dirasionalisasi dengan memperhatikan inflasi Kota Bandar Lampung ?

2. Berapakah besaran target penerimaan dari sektor retribusi terminal setelah memperhatikan tarif retribusi terminal yang telah dirasionalisasi dalam kurun waktu tertentu ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui besaran tarif yang ideal dari masing-masing jenis retribusi terminal di tahun-tahun berikutnya.

2. Untuk mengetahui berapakah target penerimaan yang ideal dari sektor retribusi terminal di tahun-tahun berikutnya setelah rasionalisasi.

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan gambaran dan pemahaman yang jelas mengenai keberadaan sektor retribusi terminal di Kota Bandar Lampung.

2. Memaparkan hasil rasionalisasi retribusi terminal dari segi perbaikan tarif dan target penerimaan untuk tahun-tahun mendatang.

3. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan studi perbandingan atau informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(30)

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Salah satu tujuan desentralisasi fiskal adalah meciptakan kemandirian daerah. Dalam perspektif ini pemerintah daerah diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan lokal khusus nya melalui pendapatan asli daerah (Sidik, 2002). Pendapatan asli daerah idealnya menjadi sumber utama pendapatan lokal. Sumber pendapatan lain relatiffluktuatif dan cenderung di luar kontrol atau kewenangan

Retribusi Daerah PAD

Pajak Daerah

Bagian Laba Usaha Daerah

Lain-lain PAD yang sah

Retribusi Terminal

Rasionalisasi Tarif

Target Setelah Dirasionalisasi

Realisasi

Perkembangan Tarif Tarif Setelah Dirasionalisasi


(31)

pemerintah daerah. Sesuai dengan Undang-undang No.33 Tahun 2004 disebutkan bahwasanya pendapatan asli daerah terdiri dari :

1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang ada dan akan diuji kebenarannya secara ilmiah. Dari permasalahan yang dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tarif retribuasi terminal dimasa datang akan meningkat minimal sebesar inflasi Kota Bandar Lampung (6,1%).

2. Jika tarif naik sesuai inflasi maka target penerimaan di masa datang akan meningkat minimal sebesar inflasi kota Bandar Lampung.


(32)

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penulisan ini.

Bab III Metode Penelitian yang berisikan Data dan Sumber Data, Alat Analisis, dan Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung.

Bab IV Hasil Perhitungan dan Pembahasan.

Bab V Simpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri terutama berkaitan dengan pemerintahan umum maupun pembangunan, yang

sebelumnya diurus pemerintahan pusat. Untuk itu, selain diperlukan kemampuan keuangan, diperlukan juga adanya sumber daya manusia

berkualitas, sumber daya alam, modal, dan teknologi (Rudini, 1995:48 dalam Silalahi, et al, 1995).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(34)

dibutuhkan dalam rangka mewujudkan otonomi daerah. Sumber daya

manusia yang dibutuhkan tersebut antara lain adalah (Silalahi, et al, 1995:12):

1. Mempunyai wadah, perilaku, kualitas, tujuan dan kegiatan yang dilandasi dengan keahlian dan ketrampilan tertentu.

2. Kreatif dalam arti mempunyai jiwa inovatif, serta mampu mengantisipasi tantangan maupun perkembangan, termasuk di dalamnya mempunyai etos kerja yang tinggi.

3. Mampu sebagai penggerak swadaya masyarakat yang mempunyai rasa solidaritas sosial yang tinggi, peka terhadap dinamika masyarakat, mampu kerja sama, dan mempunyai orientasi berpikir people centered orientation.

4. Mempunyai disiplin yang tinggi dalam arti berpikir konsisten terhadap program, sehingga mampu menjabarkan kebijaksanaan nasional menjadi program operasional pemerintah daerah sesuai dengan rambu-rambu pengertian program urusan yang ditetapkan.

Tujuan otonomi daerah menurut Smith (1985) dalam analisa CSIS yang dikemukakan oleh Syarif Hidayat dibedakan dari dua sisi kepentingan, yaitu kepentingan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dari kepentingan Pemerintah Pusat tujuan utamanya adalah pemdidikan politik, pelatihan kepemimpinan, menciptakan stabilitas politik dan mewujudkan demokratisasi sistem pemerintahan di daerah. Sementara, bila dilihat dari sisi kepentingan Pemerintah Daerah ada tiga tujuan, yaitu:


(35)

melalui otonomi daerah diharapkan akan lebih membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktifitas politik di tingkat lokal atau daerah.

2. Untuk menciptakan local accountability, artinya dengan otonomi akan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan hak-hak masyarakat.

3. Untuk mewujudkan local responsiveness, artinya dengan otonomi daerah diharapkan akan mempermudah antisipasi terhadap berbagai masalah yang muncul dan sekaligus meningkatkan akselerasi pembangunan sosial dan ekonomi daerah.

Selanjutnya jika dilihat dari tujuan otonomi daerah menurut UU No. 22 Tahun 1999 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif

masyarakat serta peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu secara nyata, dinamis dan bertanggungjawab sehingga

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang akan memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal.

Nyata berarti pemberian otonomi pada daerah didasarkan pada faktor-faktor, perhitungan, tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar menjamin daerah yang bersangkutan dapat mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan


(36)

bertanggungjawab adalah pemberian otonomi yang diupayakan untuk memperlancar pembangunan di pelosok tanah air. Uraian di atas merupakan tujuan ideal dari otonomi daerah. Pencapaian tujuan tersebut tentunya tergantung dari kesiapan masing-masing daerah yang menyangkut

ketersediaan sumber daya atau potensi daerah, terutama adalah sumber daya manusia yang tentunya akan berperan dan berfungsi sebagai motor penggerak jalannya pemerintahan daerah.

B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berdasarkan UU NO 33 Tahun 2004 bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pendapatan yang diperoleh dan dipungut berdasarkan peraturan daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan. Dalam kenyataannya PAD belum bisa memberikan kontribusi yang siginifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan, tidak signifikannya peran PAD dalam anggaran daerah tidak lepas dari system tax assigment di Indonesia yang masih memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah pusat untuk mengumpulkan pajak-pajak potensial.

Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”.


(37)

(PAD) Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah ,hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan daerah dalam hal ini pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah pada kenyataannya belum cukup memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan pemerintah daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah terutama sumber pendapatan asli daerah.Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi. (Penjelasan UU No.33 Tahun 2004)

Faktor keuangan merupakan hal yang penting dalam setiap kegiatan pemerintahan, karena hamper tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya (Kaho, 1997: 61; Suparmoko, 2002:16). Sehubungan dengan posisi keuangan ini, ditegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat dan melaksanakan pembangunan. Sehubungan hal tersebut, daerah hendaknya memiliki


(38)

mengembangkan potensi sumber keuangannya sendiri.

Menurut Davey (1988), sumber pendapatan pemerintah regional adalah sebagai berikut:

1. Alokasi dari pemerintah pusat: a) Anggaran pusat (votes); b) Bantuan pusat (grants); c) Bagi-hasil pajak; d) Pinjaman;

e) Penyertaan modal. 2. Perpajakan.

3. Retribusi (charging). 4. Pinjaman.

5. Perusahaan (badan usaha).

Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber pendapatan daerah terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(39)

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah digolongkan ke dalam dua kategori menurut tingkat Pemerintahan Daerah, yaitu: 1) Pajak Provinsi yang terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 2) Pajak Kabupaten/Kota yang terdiri dari: Pajak Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak

Penerangan Jalan; Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C; dan Pajak Parkir.

b. Hasil Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah dibagi atas tiga golongan, yaitu:

Retribusi Jasa Umum; Retribusi Jasa Usaha; dan Retribusi Perizinan Tertentu.


(40)

Hasil perusahaan milik daerah merupakan bagian dari

keuntungan/laba bersih Perusahaan Daerah baik bagi Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah, maupun yang modalnya untuk sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain terdiri dari hasil penjualan asset tetap daerah dan jasa giro.

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemeberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik (PP No.104 Tahun 2000).

Adapun pos-pos dana perimbangan tersebut terdiri dari:

a. Bagian daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari Sumber Daya Alam, seperti: kehutanan, perikanan, pertambangan, minyak, dan gas bumi.


(41)

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

c. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Selanjutnya bagi daerah yang sumber daya alamnya terbatas namun memiliki jumlah penduduk yang besar maka memperoleh maka memperoleh DAK yang cukup besar demikian pula sebaliknya. Pembagian DAK akan menciptakan

horizontal equity bagi daerah sedangkan pembagiannya disebut

vertical equity yaitu antar pusat dan daerah.

3. Pinjaman Daerah

Pinjaman daerah berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Pinjaman daerah dari dalam negeri bersumber dari pemerintah pusat, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, masyarakat dan sumber lainnya. Sedangkan pinjaman dari luar negeri dapat berupa pinjaman bilateral atau pinjaman multilateral.


(42)

Lain-lain pendapatan daerah yang sah bersumber dari hibah atau penerimaan dari daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya.

C. Pengertian Pemerintah Daerah

Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat 2 yang dimaksud pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara tahun 1945. Sesuai dengan Undang-undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 dalam penjeasannya di Undang-undang nomor 32 tahun 2004, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Disamping itu melalui otonomi luas daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan


(43)

kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

D. Pengertian Retribusi

Didalam buku Perpajakan Indonesia Edisi 10 ; salemba empat, dijelaskan bahwa Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut dengan Retribusi sesuai dengan Undang-Undang DPRD adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemberian Daerah unutk kepentingan orang pribadi atau badan. Pemungutan Retribusi ini juga memperhatikan objek dan subjek Retribusi seperti halnya Pungutan Pajak Daerah.

1. Objek Retribusi

Pemungutan Retribusi dilakukan terhadap objek retribusi yaitu :

1. Jasa Umum

Retribusi jasa umum yang dikenakan atas jasa umum yang


(44)

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan bermanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan termasuk dalam kategori retribusi jasa umum :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan.

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan Akta Catatan Sipil.

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat. e. Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum.

f. Retribusi Pelayanan Pasar

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

j. Retribusi Penyediaan dan Penyedotan Kakus k. Retribusi Pengelolaan Limah Cair

l. Retribusi Pelayanan Tera / Tera Ulang m. Retribusi Pelayanan Pendidikan

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Jenis Retribusi Umum dimaksud dapat juga tidak dipungut bila ternyata potensi penerimaannya kecil dan atas kebijakan


(45)

Retribusi jasa usaha ini dikenakan atas jasa usaha sebagai objek retribusi jasa usaha ini yaitu :

a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal

b. Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Termasuk kategori retribusi Jasa Usaha :

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah b. Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan c. Retribusi Tempat Pelelangan

d. Retribusi Terminal

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir f. Retribusi Tempat Penginapan/Vilaa g. Retribusi Rumah Potong Hewan h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga j. Retribusi Penyebrangan di Air dan,

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Sebagai objek retribusi perizinan tertentu ini yaitu perizinan pelayanan tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau pribadi


(46)

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi perizinan tertentu ini meliputi :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol c. Retribusi Izin Gangguan

d. Retribusi Izin Trayek e. Retribusi Izin Periklanan

2. Retribusi Daerah

Terdapat dua karakteristik yang penting dalam retribusi (menurut Adolf Wagner C.Goedhart) yaitu:

a. Adanya sifat kontraprestasi tertentu yang langsung dapat ditunjuk bagi jasa yang diberikan oleh negara.

b. Prestasi negara yang bersangkutan dilakukan berdasarkan tugas spesifik negara.

Menurut cara menentukan jumlah pungutan, maka retribusi dapat dibagi menjadi :


(47)

ditentukan atau tergantung pada pendapatan dari para pembayar retibusi. Sedangkan retribusi menurut cara pembayarannya dapat dibedakan dalam retribusi kontan dan retribusi materi.

Di dalam pelaksanaan pemungutan retribusi haruslah diperhatikan norma-norma hukum yang berlaku, atas pemungutan retribsui tersebut. Menurut Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1957, tentang Peraturan umum retribusi daerah yang menyebutkan batasan dan azas pengenaan retribusi daerah :

1. Retribusi tidak boleh merupakan rintangan keluar masuknya atau pengangkatan barang keluar dan kedalam daerah

2. Dalam peraturan retribusi daerah tidak boleh diadakan perbedaan, atau memberikan keistimewaan yang menguntungkan perorangan, golongan atau keagamaan.

Penarikan pemungutan yang merupakan keterkaitan antara pemerintah dengan warga negara dalam hubungan yang bersifat hukum publik, maka pemungutan tersebut bagi Pemerintah paling sedikit harus memenuhi prasyarat-prasyarat yang berlaku secara umum.

3. Ketentuan Umum Retribusi Daerah

Ketentuan yang dimaksud adalah ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang undangan pajak dan retribusi daaerah yaitu meliputi:


(48)

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

2. Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

3. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,

persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, koperasi yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

4. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

5. Jasa Umum adalah jasa yang diberikan atau disediakan oleh

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

6. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.


(49)

rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 8. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan

batas waktu bagi Wajib Retribusi diwajibkan untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 9. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara

teratur untuk mengumpulkan data dan informasi.

10. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan danretribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi.

11. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil.


(50)

Sesuai dalam peraturan daerah Kota Bandar Lampung No. 6 Tahun 2011 tentang retribusi terminal tertuang di dalamnya bahwa: (Dishub , 2011)

1. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat, menurunkan orang, barang, mengatur kedatangan, dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan wujud simpul jaringan transportasi. 2. Retribusi terminal adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

fasilitas yang diberikan kepada umum didalam lingkungan terminal.

1. Nama, Objek dan Subjek Retribusi menurut Perda No.6 tahun 2011

Pasal 19

Dengan nama Retribusi Terminal dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan dan pemakaian fasilitas terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 20

a) Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan Tempat Parkir untuk kendaraan penumpang, Bus Umum, Tempat kegiatan Usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan Terminal yang disediakan, dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.

b) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah terminal yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan Pihak Swasta.


(51)

Subjek Retribusi Terminal adalah Orang Pribadi atau Badan yang menggunakan fasilitas terminal yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

2. Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa menurut Perda No.6 tahun 2011

Pasal 22

Tingkat penggunaan jasa Terminal diukur berdasarkan jenis fasilitas yang digunakan, ukuran tempat dan frekuensi waktu penggunaan fasilitas Terminal.

3. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Terminal ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.


(52)

RETRIBUSI TERMINAL

Jenis pelayanan Jenis kendaraan/Fasilitas Tarif (Rp)

Tempat Memuat dan Menurunkan Penumpang Umum dan Mobil Bus Umum

1. Angkutan Kota : a. Mobil Penumpang b. Bus

c. Taxi

2. Angkutan perbatasan : a. Mobil Penumpang

1.500/hari

1.000/sekali masuk 1.000/sekali masuk 1.000/sekali masuk 3. Angkutan Antar Kota

Dalam Provinsi (AKDP) a. Mobil penumpang b. Bus  Ekonomi  Eksekutive/AC 2.000/sekali masuk 2.000/sekali masuk 5.000/sekali masuk 4. Angkutan antar kota antar

provinsi (AKAP) a. Mobil penumpang b. Bus  Ekonomi  Eksekutive/AC 5.000/sekali masuk 5.000/sekali masuk 10.000/sekali masuk Tempat Bongkar Muat Mobil Barang atau Non Bus 5.000/sekali masuk

Tempat Parkir

1. Kendaraan tidak Umum:  Mobil Penumpang  Bus

 Mobil Angkutan Barang  Sepeda motor

2. Kendaraan yang menginap

2.000/sekali masuk 5.000/sekali masuk 5.000/sekali masuk 1.000/sekali masuk 5.000/hari

Kios Tempat usaha 5.000/m2 /bulan

Sarana kebersihan umum

Pemakaian Fasilitas Kamar Mandi Umum WC Umum Pengambilan Air 2.000/sekali masuk 2.000/sekali masuk 1.000/pikul Kebersihan lingkungan terminal Tempat Usaha/Kios: 1. Kecil (luas < 16 m2) 2. Sedang (luas 16 s/d 25 m2) 3. Besar (luas > 25 m2)

2.000/hari 3.000/hari 5.000/hari Tempat istirahat awak

kendaraan umum Per Orang 3.000/sekali masuk


(53)

1. Pengertian Tarif

Pengertian tarif sering kali diartikan sebagai daftar harga (sewa, ongkos dan sebagainya) sehingga dengan kata lain tarif sama dengan harga. Dalam kamus bahasa indonesia tarif merupakan harga satuan jasa, aturan pungutan dan daftar bea masuk. Dapat disimpulkan bahwa tarif

merupakan kebijakan daftar harga atas pembayaran jasa, sewa, ongkos dan sebagainya, tarif juga menjadi dasar aturan pungutan tertentu dan sebagai daftar bea masuk.

2. Jenis-jenis Tarif

Selanjutnya akan dijelaskan beberapa jenis-jenis tarif:

1. Tarif nominal : adalah besarnya presentase tarif suatu barang tertentu yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI). Buku Tarif Bea Masuk Indonesia yang digunakan saat ini adalah buku tarif berdasarkan ketentuan harmonized system atau HS yang menggunakan penggolongan barang dengan sistem 9 digit.

Penggolongan barang dengan sistem digit ini akan mempermudah dan memperlancar arus perdagangan internasional karena adanya kesatuan kode barang untuk seluruh negara, terutama yang telah menjadi anggota World Customs Organization (WCO) yang bermarkas di Brussel.


(54)

Effective Rate of Protection (ERP), yaitu kenaikan Value Added Manufacturing (VAM) yang terjadi karena perbedaan antara presentase tarif nominal untuk barang jadi atau CBU (Completely Built-Up) dengan tarif nominal untuk bahan baku/ komponen input impornya atau CKD (Completely Knock Down).

3. Tarif berdasarkan harga (burden rate) : tarif yang digunakan dalam pembebanan overhead pra produksi.

4. Tarif bunga efektif (effective rate of interest) : adalah tarif bunga di pasaran pada saat pengeluaran obligasi.

5. Tarif dasar (basing rate):

a. Tempat yang dipilih untuk dijadikan dasar penentu dari tarif-tarif pengangkutan dari satu tempat ke tempat lain.

b. Tarif untuk menentukan tarif-tarif lainnya.

6. Tarif diskonto (discount rate): adalah tarif yang digunakan untuk menghitung bunga yang harus dipotongkan dari nilai jatuh tempo dari wesel.

7. Tarif pajak (tax rate): adalah tarif yang diterapkan atas penghasilan kena pajak untuk menghitung pajak penghasilan yang terhutang. Tarif ini ditetapkan dalam undang-undang.

8. Tarif pajak marjinal (marginal tax rate): adalah tarif pajak tertinggi yang dikenakan terhadap laba dari wajib pajak.

9. Tarif transito (cut back rate): adalah tarif pengangkutan yang dikenakan untuk pengapalan transito


(55)

perbedaan biaya antara tarif sebenarnya yang dibayar untuk upah langsung dengan tarif standar untuk memproduksi barang. 11. Tarif yang ditentukan lebih dulu (predetermined transfer price):

adalah beban biaya tidak langsung yang ditentukan terlebih dahulu untuk tiap departemen yang menggunakannya. Jadi disini beban-beban yang dianggarkan, sehingga setelah terjadi dicari selisih efisiensi (spending variance).

3. Tarif Retribusi

Tarif retribusi merupakan kebijakan dan dasar aturan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

G. Desentralisasi Fiskal dan Teori Pertumbuhan Ekonomi

Desentralisasi fiskal memang diyakini oleh para ahli akan mempunyai efek terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi harus diakui bahwa teoritis yang menjelaskan hubungan kedua hal tersebut saat ini sedang dikembangkan dan menjadi perdebatan diantara para ahli. Terdapat argumentasi yang

menyatakan bahwa efek dari desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan efisiensi alokasi atas berbagai sumber daya publik. Berbagai penelitian mengenai kaitan desentralisasi fiskal dan


(56)

sepakat bahwa implementasi desentralisasi fiskal yang tepat akan mendorong peningkatan efisiensi ekonomi, khusus nya di sektor publik dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Namun berbagai kajian empirik penerapan desentralisasi fiskal di berbagai negara menghasilkan output yang bervariasi.

Secara intuitif desentralisasi fiskal dapat mendorong efisiensi ekonomi dan secara dinamis akan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Oates, 1993; Martines dan McNab, 1997). Mereka berargumen bahwa pengeluaran untuk infrastruktur dan sektor sosial akan efektif dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena daerah mengetahui karakteristik daerahnya masing-masing. Jadi menurut pandangan ini pemerintah daerah dipercaya dapat mengalokasikan dana kepada setiap sektor ekonomi secara efisien daripada yang dilakukan pemerintah pusat. Tetapi pengaruh langsung desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi jika desentralisasi fiskal tidak berjalan secara efektif.

Pertumbuhan ekonomi dari sudut tinjauan ekonomi dapat direfleksikan oleh prosuk domestik bruto (PDB). Variabel ini sering digunakan untuk mengukur seberapa baik suatu negara sudah dikelola dengan benar. Menurut Mankiw (1999), PDB dapat dipandang dalam dua hal. Pertama, total pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam perekonomian. Kedua adalah total

pengeluaran atas barang dan jasa dalam ekonomi. Dari dua pandangan tersebut, PDB dapat mencerminkan kinerja pertumbuhan ekonomi suatu negara. Menurut studi yang dilakukan oleh Zhang dan Zou (1998),


(57)

nasional, perpajakan provinsi, investasi, keterbukaan ekonomi dan

pengeluaran pemerintah di masing-masing sektor dalam ekonomi. Faktor lain yang juga bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk, tingkat pengangguran dan perkembangan teknologi (Mankiw, 1999).

H. Inflasi dan Nilai Waktu Uang 1. Inflasi

a) Pengertian Inflasi

Menurut Parkin dan Badeinflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk

memperoleh barang tersebut. Dengan kata lain Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi

masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi


(58)

Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

b) Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan yaitu kelebihan likuiditas, uang atau alat tukar lebih yang lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter dimana wewenang nya dipegang oleh Bank Sentral. Penyebab yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi ,distribusi atau juga termasuk kurangnya distribusi yang lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah seperti kebijakan fiscal diantaranya

perpajakan, pungutan, inesntif ataupun disinsentif juga termasuk kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

c) Penggolongan Inflasi

1. Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat

terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan


(59)

yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

2. Berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga, inflasi terbagi menjadi inflasi tertutup (closed inflation) dan inflasi terbuka (open inflation). Inflasi tertutup (closed inflation) terjadi jikakenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, sedangkan inflasi terbuka (open inflation) menunjukan kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum.

3. Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan : a. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)

b. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% per tahun) c. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% per tahun) d. Hiperinflasi (lebih dari 100% per tahun)

d) Dampak inflasi terhadap perekonomian

Dampak inflasi terhadap perekonomian yang pada akhirnya akan

berpengaruh kepada tingkat kemakmuran masyarakat, berikut ini dampak negatif dari inflasi:

1. Terhadap distribusi pendapatan ada pihak-pihak yang dirugikan, diantaranya :

a. Inflasi akan merugikan bagi mereka yang berpendapatan tetap, seperti; pegawai negeri. Contoh, amir seorang pegawai negeri


(60)

Bila penghasilan Amir tidak mengalami perubahan, maka ia akan mengalami penurunan pendapatan riil sebesar 10% x Rp. 6.000.000 = Rp. 600.000.

b. Kerugian akan dialami bagi mereka yang menyimpan kekayaan dalam bentuk uang tunai.

c. Kerugian akan dialami para kreditur, bila bunga pinjaman yang diberikan lebih rendah dari inflasi.

d. Di lain pihak ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi: - Orang yang persentase pendapatannya melebihi persentase

kenaikan inflasi.

- mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi dalam bentuk barang atau emas.

2. Dampak terhadap efisiensi, berpengaruh pada:

a. Proses produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi tidak efesien ada saat terjadi inflasi.

b. Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap struktur permintaan masyarakat terhadap beberapa jenis barang.

3. Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi):

a. Inflasi bisa menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam keadaan inflasi kenaikan harga barang akan mendahului kenaikan gaji, hal ini yang menguntungkan produsen.

b. Bila laju inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya jumlah hasil produksi, dikarenakan nilai riil uang akan turun dan masyarakat


(61)

antara barang dengan barang. 4. Dampak inflasi terhadap pengangguran

Suatu negara yang berusaha menghentikan laju inflasi yang tinggi, berarti pada saat yang sama akan menciptakan pengangguran. Hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran untuk jangka pendek dapat dijelaskan dengan menggunakan Kurva Phillip yang dikemukakan oleh ekonom bernama A.W. Phillips.

Kurva ini digunakan oleh Phillips ketika melakukan pengamatan terhadap korelasi antara pengangguran dengan upah dan inflasi di negara Inggris. Hubungan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran yang merepresentasikan Kurva Phillips dapat dilihat pada gambar di bawah.


(62)

pengangguran memiliki hubungan yang negatif. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran akan menjadi rendah. Atau sebaliknya, penganggguran akan menjadi tinggi jika perekonomian suatu negara mengalami inflasi yang rendah.

A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agre-gat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka, pengangguran

berkurang.

e) Hubungan antara inflasi, nilai waktu uang dan tarif retribusi daerah. Inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu dan proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Hal tersebut sangat berhubungan dengan nilai waktu uang karena nilai waktu uang merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang

sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang karena nilai uang akan berubah menurut waktu yang disebabakan oleh inflasi.


(63)

tarif retribusi daerah harus dinaikkan seiring dengan adanya tingkat inflasi demi kelancaran dan peningkatan pendapatan daerah. Bila hal tersebut tidak dilakukan maka pendapatan akan kurang optimal.

2. Teori Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)

Time value of money atau dalam bahasa Indonesia disebut nilai waktu uang adalah merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang

disebabkan karena perbedaaan waktu.

Hal tersebut sangat mendasar karena nilai uang akan berubah menurut waktu yang disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti adanya inflasi, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah dalam hal pajak, suasana politik, dan lainnya.

Teori nilai waktu uang di masa datang dirumuskan sebagai berikut :

Fn = F0 (1 + r) n

Keteragan :

Fn = Future Value atau Nilai Mendatang F0 = Nilai Awal

r = Rate atau tingkat Bunga (Inflasi)


(64)

Retribusi Terminal adalah salah satu komponen Retribusi Daerah yang memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi Pendapatan Asli Daerah. Terminal merupakan prasarana transportasi umum untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan penumpang antar sarana ransportasi umum serta mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum. Dalam penelitian, penulis harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti ternyata tertarik untuk mengulas hal-hal yang berkenaan dengan retribusi terminal yang berwujud pada analisis skripsi. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu tentang retribusi terminal.


(65)

No Judul Pengarang Metode Tujuan Hasil / Simpulan Perbandingan Penelitian 1. Analisis Potensi

Retribusi Terminal Penumpang Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2001 – 2006

Eko Sumiyanto; Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, 2009 Deskriptif kualitatif Untuk mengukur seberapa besar kontribusi retribusi terminal terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2001 - 2006 Penelitian ini membahas bahwa Kontribusi Retribusi Terminal Penumpang terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali terus mengalami penurunan dari tahun 2001

hingga tahun 2006 dengan rata-rata kontribusi tiap tahunnya sebesar 1,24%.

Pada penelitian ini penulis hanya membahas tentang seberapa besar kontribusi retribusi terminal terhadap PAD Kabupaten Boyolali. Berbeda dengan penelitian yang saya lakukan dengan cara merasionalisasikan tarif dari masing – masing jenis retribusi terminal berdasarkan inflasi Kota Bandar lampung dan teori nilai waktu uang yang bertujuan untuk peningkatan PAD kota Bandar Lampung dari sektor Retribusi Terminal.


(66)

No Judul Pengarang Metode Tujuan Hasil / Simpulan Perbandingan Penelitian 1. Kontribusi

Pemungutan Retribusi Terminal Di Terminal Tirtonadi Terhadap Penerimaan Asli Daerah

Di Kota Surakarta Tahun 2005-2008 Gatot Priyono; Fakultas Ekonomi, Universitas sebelas maret Surakarta, 2009 Deskriptif kualitatif Untuk mengetahui seberapa besarnya kontribusi Retribusi Terminal terhadap Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Surakarta dari tahun 2005 sampai 2008.

Penelitian ini membahas bahwa pemungutan retribusi terminal dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 adalah dinilai masih sangat kurang dalam kontribusinya untuk retribusi daerah dan pendapatan asli daerah.

Pada penelitian ini penulis hanya membahas tentang seberapa besar kontribusi retribusi terminal terhadap PAD Surakarta. Berbeda dengan penelitian yang saya lakukan dengan cara merasionalisasikan tarif dari masing – masing jenis retribusi terminal

berdasarkan inflasi Kota Bandar lampung dan teori nilai waktu uang yang bertujuan untuk peningkatan PAD kota Bandar Lampung dari sektor Retribusi Terminal.


(67)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu:

a) Data primer

Data primer atau data pokok ini merupakan data yang diperoleh penulis dengan terjun langsung ke objek penelitian dalam hal ini melakukan wawancara dan juga pengambilan data-data yang berhubungan dengan penulisan penelitian, misalnya wawancara tentang strategi pihask Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pencapaian realisasi pajak reklame dari target yang ditetapkan, serta wawancara lain yang berkaitan dengan permasalahan.

b) Data sekunder

Data sekunder atau data pendukung ini adalah semua data yang diperoleh dari studi pustaka untuk beberapa teori yang berkaitan dengan

permasalahan dan juga sebagai pembanding terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu untuk mendukung pemecahan permasalahan. Data sekunder ini digunakan untuk memperkuat opini yang sudah ada pada data sekunder sehingga akan mampu menambah keyakinan penulis terhadap suatu


(68)

dalam penelitian ini misalnya jumlah Pendapatan Asli Daerah khususnya retribusi terminal, kontribusinya terhadap PAD dan beberapa data lainnya yang sangat terkait dengan tema penulisan penelitian ini.

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis mempergunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Studi pustaka

Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan pada pencarian data dan informasi melalui dokumen – dokumen, baik dokumen tertulis, foto – foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. “Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto – foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.” (sugiyono,2005:83). Maka dapat dikatakan studi pustaka dapat mempengaruhi kredabilitas hasil penelitian yang dilakukan.

b) Wawancara atau interview

Wawancara atau interveiew adalah suatu kegiatan untuk mencari data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan berbagai pihak yang dianggap dapat memberikan data atau keterangan terpercaya. Adapun pihak-pihak yang dimaksudkan, misalnya Dinas Pendapatan


(69)

Lampung dan juga pihak yang mampu memberikan data yang berkaitan dengan penelitian ini.

c) Observasi

Observasi atau pengantar ini adalah kegiatan untuk mencari data dengan jalan mengamati secara langsung beberapa aktifitas dan juga kondisi yang terjadi pada obyek yang diteliti.

d) Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengumpulan bahan bahan tertulis berupa buku-buku, data-data yang tersedia dan laporan-laporan yang relevan dengan objek penelitian untuk mendukung data yang sudah ada.

C. Alat analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis yang bersifat deskriptif kuantitatif.

1. Untuk menghitung perkembangan tarif yang ideal di masa depan menggunakan teori nilai waktu uang (time value of money), nilai waktu uang merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu.

Teori nilai waktu uang di masa datang dirumuskan sebagai berikut : Fn = (1 + i


(70)

F0 = tarif tahun awal (Penerbitan SK retribusi, tahun dasar 2011) i = rata-rata inflasi

n = periode ke-n

Contoh Tabel Estimasi Perkembangan Tarif Retribusi Terminal Sesudah Rasionalisasi Di Kota Bandar Lampung

Jenis Tarif Retribusi Terminal 2011 ( ) 2012 ( ) 2013 ( ) 2014 ( ) 2015 ( ) 2016 ( ) 2017 ( ) 2018 ( )

Tahun dasar adalah tahun 2011 dimana Peraturan Daerah tentang Retribusi Terminal Kota Bandar Lampung dilaksanakan.

2. Untuk mengetahui peningkatan retribusi terminal masa datang

menggunakan analisis trend linier. Analisis trend linier merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar


(71)

terhadap perubahan tersebut. Secara teoritis, dalam analisis time series yang paling menentukan adalah kualitas atau keakuratan dari informasi atau data – data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data – data tersebut dikumpulkan.

Berikut adalah rumus analisis trend linier :

Y =

Y = Realisasi penerimaan retribusi terminal X = Periode tahun ke-n

= Konstanta garis trend linier = Koefisien arah garis trend

3. Untuk menganalisis perkembangan target penerimaan retribusi terminal sesudah rasionalisasi tarif menggunakan analisis statistik deskriptif (analisis tabel). Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Tetapi bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi maka teknik analisis data yang digunakan adalah statistik inferensial. Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data variabel berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula belum teratur dan


(72)

informasi tentang keadaan variabel tersebut. Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang

membutuhkan. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui table, grafik, diagram ligkaran, perhitungan modus, median, mean, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase. 4. Uji signifikansi beda dua rata – rata

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berhubungan. Uji ini dilakukan dengan bantuan program excel.

Berikut adalah rumus uji signifikansi beda dua rata-rata :

Statistik hitung (t hitung) :

Dimana :

=

}

Keterangan

S d = Standar Deviasi dari d (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah) D = Selisih x1 dan x2 (x1-x2)


(73)

Df = n – 1

Hipotesis statistik : Keterangan :

= = Target penerimaan sebelum

rasionalisasi

> = Target penerimaan setelah

rasionalisasi Dengan tingkat = 5%

D. Gambaran Umum UPT Terminal 1. Pengertian Umum Terminal

Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul utama dalam jaringan dimana sekumpulan lintasan rute secara keseluruhan bertemu. Dengan demikian terminal merupakan komponen utama dalam sistem jaringan transportasi jalan yang mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Terminal bukan saja merupakan komponen fungsional utama dari sistem, tetapi juga sering merupakan prasarana dimana titik kemacetan mungkin terjadi.

Sesuai dalam peraturan daerah Kota Bandar Lampung No. 6 Tahun 2011, Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat,


(74)

kendaraan umum yang merupakan wujud simpul jaringan transportasi.

2. Fungsi UPT Terminal

Fungsi utama terminal dapat ditinjau dari tiga unsur yang terkait, yaitu penumpang, pemerintah dan operator angkutan umum. Fungsi–fungsi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Fungsi terminal bagi penumpang adalah mempermudah perpindahan dari satu moda ke moda lainnya atau dengan kata lain untuk

mempercepat arus penumpang menuju daerah tujuan dengan

memperhatikan segi keamanan dan kenyamanan, tersedianya fasilitas terminal dan informasi serta fasilitas parkir kendaraan pribadi.

b. Fungsi terminal bagi pemerintah adalah perencanaan dan manajemen lalu lintas serta pengendalian arus kendaraan umum untuk

menghindari kemacetan sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah..

c. Fungsi terminal bagi operator angkutan umum adalah untuk

pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan.

3. Tipe Terminal

Berdasarkan karakteristik dan fungsinya, menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 tahun 1995, maka terminal dapat diuraikan sebagai berikut :


(75)

Terminal tipe A berfungsi untuk melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan atau Antar Lintas Batas Negara, angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Persyaratan lokasi terminal tipe A :

a. Terletak di ibukota propinsi, kotamadya, atau kabupaten dalam jaringan trayek Antar Kota Antar Propinsi dan atau Lintas Batas Negara.

b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan minimal kelas IIIA. c. Jarak antara dua terminal tipe A minimal 20 km di Pulau

Jawa, 30 km di Pulau Sumatra dan 50 km di pulau lainnya. d. Luas lahan yang tersedia sekurang–kurangnya 5 Ha untuk

Pulau Jawa dan Sumatra dan 3 Ha di pulau lainnya.

e. Mempunyai jalan akses ke dan dari terminal sejauh 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya.

2. Terminal Tipe B

Terminal tipe B mempunyai fungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, angkutan kota dan atau

angkutan pedesaan. Persyaratan lokasi terminal tipe B :

a. Terletak di kotamadya / kabupaten dan dalam jaringan trayek Antar Kota Dalam Propinsi.

b. Terletak di jalan arteri / kolektor dengan kelas jalan minimal III B.


(1)

66

dan sinkronisasi baik ke dalam maupun ke luar satuan organisasi sesuai dengan bidang tugas masing-masing. 2. Dalam melaksanakan tugas UPTD awajib menyelenggarakan


(2)

Stuktur Organisasi UPT Terminal Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

TERMINAL RAJABASA (Type A)

ANTONI MAKKI NIP. 19620610 199010 1

001

TERMINAL KEMILING (Type B)

AMAR SOFYAN NIP. 19630312 198903 1

003

TERMINAL PANJANG (Type B)

HAIDAR, S.IP NIP. 19740519 200701 1

005

TERMINAL PASAR BAWAH (Type C) FIRDAUS ALI, S.Sos NIP. 19720208 199201 1

002

TERMINAL SUKARAJA (Type C)

SASMITO NIP. 19580319 198110 1

001

TERMINAL PPI LEMPASING (Type C)

YUSHAR, BA NIP. 19591230 198103 1

009

KEPALA DINAS

RIFA’I, SH

NIP. 19570601 198510 1 001

KEPALA UPT TERMINAL

A.ZULKIFLY, A.Md.LLAJ, S.Sos, MT NIP. 19710418 1998003 1 006

KEPALA SUB TATA USAHA

SARKONI, S.Sos NIP. 19690909 200701 1 008

SEKSI OPERASIONAL

IRMAN SAPUTRA.F, S.Si.T. MT NIP. 19860611 200902 1 002

SEKSI RETRIBUSI

DETI MARETTA NIP. 19570601 198510 1 001

SEKSI TEKNIK & KENDARAAN

……….. NIP. ……….


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Rasionalisasi tarif retribusi terminal mengakibatkan kenaikan tarif dari masing – masing jenis retribusi terminal pada masa mendatang akibat kenaikan inflasi rata – rata di Kota Bandar Lampung pada tahun – tahun terakhir. Dengan demikian seiring dengan kenaikan tarif dan kenaikan kuantitas pengguna jasa terminal maka pemerintah perlu menaikkan target penerimaan retribusi terminal pada tahun – tahun berikutnya dengan mengacu kepada hasil rasionalisasi target penerimaan retribusi terminal. 2. Target dan realisasi penerimaan retribusi terminal dimasa depan lebih

besar dibandingkan tahun – tahun sebelumnya, dan kenaikannya melampaui rata-rata inflasi di Kota Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran – saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan pemerintah Kota Bandar Lampung di masa mendatang dalam upaya

peningkatan penerimaan daerah dari sektor retribusi terminal.

1. Melakukan pembaharuan secara berkala terhadap peraturan daerah yang mengatur tentang tarif retribusi terminal dengan memperhatikan


(4)

90

kenaikan inflasi dan kuantitas pengguna jasa terminal di Kota Bandar Lampung.

2. Meningkatkan target penerimaan retribusi terminal dengan mengacu kepada hasil rasionalisasi target penerimaan demi lebih memacu kinerja dari Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan pendapatan daerah dari sektor retribusi terminal.

3. Melakukan peningkatan dari segi pelayanan yang diharapkan dapat meningkatkan kuantitas pengguna jasa terminal dalam upaya

meningkatkan pendapatan dari sektor retribusi terminal Kota Bandar lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Davey, K.J, 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dinas Perhubungan, 2011. Definisi retribusi terminal, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Lampung.

Dinas Perhubungan, 2011. Peraturan daerah Kota Bandar Lampung No. 6 Tahun

2011 tentang retribusi terminal. Peraturan Daerah. Bandar Lampung.

Herlina, Rahman, 2005. Pendapatan Asli Daerah. Jakarta : Arifgosita.

Mardiasmo, 2001. Perpajakan. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Mankiw, Gregori, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta.

Prof. Dr. P.J. A. Adriani, (Terjemahan R. Santoso Brotodiharjo), 2011.

Pengertian Pajak. Jakarta : Salemba Empat.

Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah. Jakarta : Sekretariat Negara.

Rudini, 1995. Otonomi Daerah dan Tantangan. Jakarta : PT. Sinar Agape Press. Siadik, Machfud, 2002. Mencari bentuk otonomi daerah. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sukirno, Sadono, 2006. Jenis – Jenis Pajak. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1996. Perencanaan pembangunan. Jakarta : Gunung Agung.


(6)

Warsito, 2001. Hukum Pajak. Jakarta : PT. Rajawali Grafiando.

Winarno, surakhmad, 2007. Anggapan dasar dan Hipotesis. Bandar Lampung : Yudhistira.

Skripsi :

Eko Sumiyanto, 2009. Analisis Potensi Retribusi Terminal Penumpang Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2001 – 2006. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia

Gatot Priyono, 2009. Kontribusi Pemungutan Retribusi Terminal Di Terminal

Tirtonadi Terhadap Penerimaan Asli Daerah Di Kota Surakarta Tahun 2005-2008. Surakarta : Universitas sebelas maret Surakarta