digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
sebagai pemantapan pembaharuan yang dilakukan oleh pesantren adalah mendirikan sekolah-sekolah umum seperti SD, SMP, dan SMA.
43
Dan menurut Mujamil Qomar ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu pertama karena dampak global dan pembangunan nasional serta kemajuan ilmu
dan teknologi, kedua kepentingan menyelamatkan pesantren dari kematian.
Kedelapan, Penelitian yang dilakukan Endang Turmudzi yang berjudul
Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan, ada dua lembaga formal yang dijadikan tempat oleh para kiai dalam membangun hubungan masyarakat. Dua lembaga
ini secara simultan telah menciptakan pola hubungan yang berbeda, dan keduanya juga merupakan pilar penting yang menopang kek iaian di Jawa. Dua
lembaga tersebut adalah pesantren dan tarekat. Namun, meskipun kedua lembaga ini sama-sama terkait dengan kekyaian, masing- masing merupakan
karakter sendiri-sendiri. Selain itu, ada keberagaman dan nuansa yang membedakan pesantren atau tarekat dengan yang lain.
44
Sebagai pemegang otoritas keagamaan, K iai ditempatkan pada posisi yang sangat terhormat. Sehingga ia mampu mempengaruhi dan menggerakkan
aksi sosial para pengikutnya. Namun demikian, pengaruh k iai terkadang menjadi tidak bermakna ketika otoritasnya dianggap telah menyimpang dari
apa yang seharusnya.
Kesembilan, Penelitian yang dilakukan Hanun Asrohah, tentang
Pelembagaan Pesantren; Asal-usul dan Perkembangan Pesantren di Jawa, bahwa sistem pendidikan pesantren merupakan perpaduan antara elemen-
43
Muja mil Qo mar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demok rasi Institusi Yogyakarta: 2009, 7.
44
Endang Turmudzi, Perselingkuhan Kiai dan Kek uasaan Yogyakarta: LkiS, 2004, 315.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
elemen dari tradisi pendidikan Islam di Timur Tengah dan Hindu Budha di Jawa. Sistem pendidikan Islam pesantren di samping menyerap elemen-elemen
dari sistem pendidikan Islam Timur Tengah, juga menyerap elemen-elemen dari sistem pendidikan Hindu Budha.
45
Sistem pendidikan pesantren di samping memiliki persamaan dengan sistem pendidikan madrasah dan zawiyah di Timur Tengah, juga memiliki
persamaan dengan sistem pendidikan Hindu Budha. Pesantren memiliki tradisi- tradisi yang sama dengan madrasah dan zawiyah, seperti model asrama,
pengajaran kitab-kitab, rihlah ilmiyah, hubungan guru dan murid, dan metode belajar mengajar.
Dengan demikian, bahwa lembaga pendidikan pesantren baru muncul di Jawa pada abad ke-18 M. Dari pesantren-pesantren kuno yang terlacak yaitu
pesantren Tegalsari Panaraga yang didirikan pada tahun 1742, adalah pesantren yang paling tua. Pada akhir abad ke-18 M, lembaga pesantren di Jawa semakin
bertambah dan mengalami perkembangan yang pesat pada abad ke-19 M. Dengan kesimpulannya, bahwa lembaga pesantren pertama muncul pada abad
ke-18 M, dan melembaga pada abad ke-19 M.
46
Kesepuluh,Penelitian yang dilakukan Ali Anwar, tentang Pembaharuan
Pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo Mojoroto Kota Kediri, telah mengambil kesimpulan bahwa bertahannya lembaga pendidikan tradisional di
Pesantren Lirboyo, yaitu Madrasah Diniy ah Hidayatul Mubtadi‟in ketika
45
Hanun Asrohah, Pelembagaan Pesantren ; Asal-usul dan Perk embangan Pesantren di Jawa, Jaka rta: Bagian Proyek Peningkatan Informasi Penelitian dan Diklat Keagamaan Departe men
Agama RI, 2004, 227.
46
Ibid, 230.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
dihadapkan dengan lembaga yang modern, yaitu; MTs dan MA. HM. Tribakti dan SMP dan SMA Ar-Risalah dikarenakan tiga hal, yaitu: 1 Lembaga
pendidikan tradisional ini masih sesuai dengan kecenderungan sosial kultural, komunitas lingkungannya; masyarakat menganggap berfaham Ahl al-sunnah
wa al- jama‟ah, 2 Lembaga tradisional tersebut telah berhasil mengantarkan
santrinya untuk menguasai kitab kuning yang dianggap ilmunya ulama salaf yang dipercayai kebenarannya, 3 Karena tradisi dan norma yang
dikembangkan lembaga tradisional memungkinkan lestarinya kharisma kiai, maka lembaga pendidikan tersebut dipertahankan.
47
Oleh karenanya, melihat dari hasil beberapa penelitian terdahulu belum ada yang menjelaskan dan menggambarkan apa yang terkait dengan
peningkatan mutu pendidikan pesantren, maka secara mendetail nantinya peneliti akan mendeskripsikan data-data atau temuan yang ada di lapangan.
G. Sistematika Pe mbahasan
Dalam pembahasan disertasi ini, nantinya peneliti akan memberikan penjelasan satu persatu tentang pembahasan dengan melalui tiap bab dan sub.
bab antara lain sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan yang meliputi; Latar Belakang Masalah, Identifikasi
dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penelitian Terdahulu dan Sistematika
Pembahasan.
47
Ali Anwar, Pe mbaruan Pendidikan Pesantren Lirboyo Kediri Yogyakarta: Pustaka Pela jar, 2011, 165.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
BAB II : Kajian Teori yang meliputi; Peningkatan
Mutu Pendidikan,
yaitu; Pengertian
Mutu Pendidikan, Filosofi Mutu Pendidikan Derajat Nilai, Mutu
Sebagai Konsep Yang Absolut, Kepuasan Pelanggan, Layanan Mutu dan Standarisasi Mutu, Pentingnya Mutu Pendidikan dalam
Menghadapi Persaingan Global, dan Budaya Mutu Pendidika n. Pondok Pesantren, yaitu; Pengertian Pesantren, Tipologi
Pesantren, Fungsi Pondok Pesantren, Prinsip-prinsip Pendidikan Pondok Pesantren, Strategi Pendid ikan Pesantren dalam Era
Global, Peningkatan Mutu Pendidikan Pesantren, yaitu; Konsep Dasar Pendidikan Islam, Mutu Pendidikan Islam, Pondok
Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan dan Manajemen Mutu Pondok Pesantren
BAB III : Metode Penelitian yang meliputi; Pendekatan dan Jenis Penelitian, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisa Data
dan Metode KeabsahanPengecakan Data BAB IV : Obyek Penelitian yang meliputi; Pondok Pesantren Ar-Risalah
Lirboyo Kota Kediri, Pondok Pesantren Wahidiyah Kedunglo Bandar Lor Kota Kediri dan Pondok Pesantren Wali Barokah
Kota Kediri. BAB V : Analisis yang meliputi; A. Ikhtiar Peningkatan Mutu Pendidikan
Pesantren: 1. Pondok Pesantren Salafiy Terpadu Ar-Risalah Lirboyo Kediri, yaitu; a. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
Pesantren dapat dilakukan melalui tiga aspek, yaitu; 1. Visi dan Misi, 2. Sistem Pendidikan, dan 3. Sarana dan Prasarana.
Sedangkan Penempatan stakeholder dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan bisa dilihat dari empat unsur, yaitu; 1 Pengasuh,
2 Ustadh, 3 Santri dan 4 Wali Santri. 2. Pondok Pesantren Wahidiyah Kedunglo Bandar Lor Kota Kediri, yaitu; a. Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan Pesantren dapat dilakukan melalui tiga aspek, yaitu; 1. Visi dan Misi, 2. Sistem Pendidikan, dan 3.
Sarana dan Prasarana. Sedangkan Penempatan stakeholder dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan bisa dilihat dari empat
unsur, yaitu; 1 Pengasuh, 2 Ustadh, 3 Santri dan 4 Wali Santri. 3.Pondok Pesantren Wali Barokah Kota Kediri, yaitu; a. Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan Pesantren dapat dilakukan melalui tiga aspek, yaitu; 1. Visi dan Misi, 2. Sistem Pendidikan, dan 3.
Sarana dan Prasarana. Sedangkan Penempatan stakeholder dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan bisa dilihat dari empat
unsur, yaitu; 1 Pengasuh, 2 Ustadh, 3 Santri dan 4 Wali Santri. B. Analisis Komparatif Peningkatan Mutu Tiga Pesantren.
BAB VI : Penutup yang meliputi ; Kesimpulan, Implikasi dan Tindak Lanjut Penelitian serta Saran-saran dan Rekomendasi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
BAB II KAJIAN TEORI
A. Peningkatan Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu quality dewasa ini merupakan isu yang sangat penting dan hampir dibicarakan dalam setiap sektor kehidupan, di kalangan bisnis,
pemerintahan, sistem pendidikan, dan sektor-sektor lainya. Oleh karena itu, mutu juga pendidikan mengandung arti yang tidak sama, namun perlu ada
pengertian secara operasional sebagai suatu pedoman dalam pengelolaan pendidikan. Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau
derajat kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya.
1
Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri.
2
Bagi setiap lembaga pendidikan, mutu merupakan agenda yang paling penting dan utama untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kalau
diartikan bahwa mutu adalah kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan dalam bidang pendidikan dimaksudkan adalah kepuasan yang didapat dari
peserta didik dan orang tua sebagai masyarakat yang mampu memilih sebuah lembaga pendidikan. Memang mutu terkadang dalam pandangan
seseorang tidak sama alias bertentangan dengan pandangan orang lain, artinya bahwa manusia pasti mempunyai pendapat yang tidak sama pepetah
jawa mengatakan seje silit seje anggit lain pantat lain pendapat. Ada
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Bala i Pustaka, 1990, 783.
2
Edwa rd Sa llis, Total Quality Management in Education ; Manajemen Mutu Pendidikan Jogjaka rta: IRCiSod, 2008, 29.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
beberapa pakar bahwa mengartikan mutu adalah sebuah cara tentang mencari kepuasan pelanggan dengan berbagai kesimpulan tidak sama, akan
tetapi bagaimana cara menciptakan institusilembaga pendidikan yang baik dan bermutu.
Pemindahan beberapa konsep, misalnya kulutur dan kharisma dan kita bisa menambahkan mutu, dari sudut praktis menuju penelitian
akademik, adalah proses yang betul-betul aneh. Pada akhirya, saat konsep-konsep ini memasuki dunia akademik, mereka menjadi
subyek yang dipaksa untu menjadi ilmiah dan jarang digunakan secara praktis. Dalam proses tersebut, konsep-konsep ini justru
kehilangan gema emosionalnya, sehingga dapat diakatakan bhawa konsep-konsep tersebut gagal dalam mengekspresikan realitas yang
semula diinginkan oleh para praktisi.
3
Mutu juga sulit diartikan, karena hal ini disebabkan beragamnya standar mutu. Secara sederhana Ishikawa mengartikan mutu sebagai
kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan di bidang pendidikan yang di maksud adalah kepuasan dari pelajar dan orang tua sebagai yang
mengonsumsi jasa. Edward Sallis mengemukakan bahwa mutu adalah konsep yang absolut dan relatif.
4
Mutu yang absolut adalah mutu yang mempunyai idealisme tinggi dan berstandar tinggi. Dikarenakan mutu akan
menjadikan simbol yang kuat bagi pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, sehingga stakeholder akan merasa bangga dan merasa puas,
khususnya adalah orang tua dan peserta didik. Mutu sebagai konsep relatif sangat mengikuti keinginan pelanggan. Mutu juga akan ditentukan oleh
spesifikasi standart yang telah ditetapkan oleh kebutuhan pelanggan. Mutu relatif adalah sebuah alat yang sudah ditetapkan oleh standar yang telah
3
Sallis, Total Quality, 51.
4
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
dibuat. Oleh karenanya, konsep mutu yang absolut dan relatif harus dibuat dengan sifat baik, cantik, dan benar agar nantinya semua pelanggan puas
dengan produk yang telah diberikan. Dengan demikian, bahwa mutu pendidikan kalau dilihat dari
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau Sisdiknas, pasal 1 ayat 1 dan 4, bahwa “ pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, pengendalian diri, kecerdasan, keperibadian, serta keterampilan yang
diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan juga negara ”.
5
Sehingga bangsa kita ini memerlukan pendidikan yang komprehensif, karena sekarang
ini diperlukan kebijakan pendidikan untuk membenahi dan meningkatkan sistem pendidikan nasional.
6
Dari pendapat diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa bicara mutu pendidikan bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu
kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan selalu berubah- ubah seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu pendidikan
senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntunan kehidupan masyarakat.
Selain itu, bahwa kemampuan lembaga pendidikan perlu mengha silkan
5
Undang-undang RI No mor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendid ikan Nasional, pasal 1 ayat 1 dan 4, 2.
6
Riza A li Faizin, “Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah”, dalam
Antologi Kajian Islam, Seri 23 Surabya: Pascasarjana IAIN Sunan A mpel Surabaya, 2012, 85.