digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
ini selanjutnya dapat dikelompokkan lagi ke dalam empat bagian berdasarkan fungsinya dalam membentuk struktur bangunan TQM.
Keempat bagian tersebut adalah: 1.
Pondasi meliputi ; etika, integritas dan kepercayaan 2.
Batu Bata meliputi ; pelatihan, kerja tim, dan kepemimpinan 3.
Campuran Semen Pengikat meliputi komunikasi 4.
Atap meliputi Penghargaan
Penerapan budaya mutu dalam pendidikan merupakan lembaga
pendidikan sebagai organisasi merupakan salah satu sistem yang tidak dapat terhindar dampak dari kemajuan tersebut, dengan demikian maka disetiap
lembaga pendidikan dituntut untuk dapat mengantisipasi berbagai
perubahan-perubahan tersebut.
Keberadaan TQM yang digunakan dalam penerapan di dunia bisnis menuai hasil yang sangat signifikan, sehingga TQM memiliki daya tarik
tersendiri, untuk bisa diaplikasikan pada objek-objek kelembagaan atau organisasi yang lain, baik dalam bidang politik, sosial, termasuk dalam
dunia pendidikan. Hal ini dalam rangka efektivitas dan hasil yang baik
sebagai target yang diidam- idamkan.
Secara filosofis manajemen pendidikan seperti ini menekankan pada kepuasan pelanggan, layaknya sebuah perusahaan yang selalu
mengutamakan kepuasan pelanggan customer.Yakni, institusi memberikan pelayanan service kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
apa yang diinginkannya. Pelayanan yang diberikan kepada pelanggan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
tentunya haruslah bermutu sehingga dapat memuaskan pelanggan. Dengan demikian institusi selalu dituntut untuk memperbaiki kualitas mutu
pendidikan demi tercapainya mutu yang baik dan kepuasan pelanggan.
Pelanggan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pelanggan dalam internal customerdan pelanggan luar external customer. Yang
termasuk pelanggan dalam di dunia pendidikan adala h pengelola institusi pendidikan seperti guru, staff dan penyelenggara institusi. Adapun
pelanggan luarnya adalah mayarakat pelajar, pemerintah dan dunia pendidikan. Jadi, suatu institusi pendidikan dikatakan bermutu apabila
kepuasan pelanggan dalam dan pelanggan luar telah terpenuhi.
Oleh karena itu, untuk memposisikan instusi pendidikan seperti industri jasa, maka harus memenuhi standar mutu Total Quality
Management, serta harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Secara operasional mutu dapat ditentukan oleh dua faktor, yaitu
terpenuhinya semua spesifikasi yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.
B. Pondok Pesantren 1.
Pengertian Pesantren
Pesantren berarti, “asrama tempat santri atau tempat murid-murid
belajar mengaji…”
42
Akar kata pesantren berasal dari kata “santri”, yaitu istilah yang pada awalnya digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu
agama di lembaga pendidikan tradisional Islam di Jawa Tengah dan
42
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 878.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
Madura. Kata “santri” mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat para santri menuntut ilmu. Dalam pengertian sempit, santri adalah
seorang pelajar sekolah agama, sedangkan pengertian yang lebih luas dan umum, santri mengacu pada seorang anggota bagian penduduk Jawa yang
menganut Islam dengan sungguh-sungguh, rajin shalat, pergi ke masjid pada hari Jum‟at dan sebagainya.
43
Sedangkan pesantren berarti lembaga keagamaan,
yang memberikan pendidikan dan pengajaran
serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.
44
Nurcholis Madjid mengajukan dua pendapat ya ng dapat dipakai sebagai acuan untuk melihat asal-usul perkataan santri. Pendapat pertama
mengatakan bahwa santri berasal dari kata sastri dari bahasa Sanskerta, yang artinya melek huruf. Pendapat kedua menyatakan bahwa kata santri
berasal dari bahasa Jawa cantrik, artinya seseorang yang mengabdi kepada seorang Guru. Misalnya seseorang yang ingin menguasai keahlian atau
kepandaian dalam pewayangan, menjadi dalang atau menabuh gamelan, ia akan mengikuti seseorang yang sudah ahli di bidang pewayangan tersebut.
Pola hubungan guru-cantrik kemudian diteruskan. Pada proses evolusi selanjutnya, istilah guru-cantrik berubah menjadi guru-santri. Karena guru
dipakai secara luas, untuk guru yang terkemuka kemudian digunakan kata
43
Ali Anwar, Pe mbaharuan Pendidik an di Pesantren Lirboyo Kediri Jogjakarta: Pustaka Pela jar, 2011, 23.
44
HM. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidik an Ideal Yogyakarta: Pustaka Pela jar, 2005, 80.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
Kiai, yang mengandung arti tua atau sacral, keramat dan sakti. Pada perkembangan selanjutnya, dikenal istilah k iai-santri.
45
Sedangkan menurut Johns, sebagaimana dikutip Dhofier, bahwa pesantren berasal dari Bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan
C.C. Berg, juga dikutip oleh Dhofier, mengatakan pesantren berasal dari bahasa India shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, dan
buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.
46
Robson, sebagaimana dikutip dalam bukunya Asrohah, berpendapat bahwa kata
santri berasal dari bahasa Tamil sattiri yang diartikan orang yang tinggal di sebuah rumah miskin atau bangunan secara umum.
47
Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang
berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi didalam pesantren Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam
lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Sedangkan
istilah pesantren secara etimologi asalnya pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri atau murid mempelajari agama dari seorang Kiai atau Syaikh
di pondok pesantren.
48
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang
45
Nurcholis Madjid, Bilik -bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan Jakarta: Para mad ina, 1997, 19-20.
46
Zama khsyari Dhofie r, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kyai Jakarta: LP3ES, 1983, 18.
47
Hanun Asrohah, Pelembagaan Pesantren: Asal-Usul dan Perk embangan Pesantren di Jawa Jaka rta: Bagian Proyek Peningkatan Informasi Pene lit ian dan Diklat Keagamaan, 2004 , 30.
48
Mulyanto Suma rdi, Sejarah Singk at Pendidikan Islam di Indonesia 1945 -1975 Jakarta : Dharma Bhakt i, 1977, 38.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama dan Islam.
Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan dan keagamaan yang ada di Indonesia. Secara lahiriyah, pesantren poada
umumnya merupakan suatu komplek bangunan yang terdiri dari rumah kyai, masjid, pondok tempat tinggal para santri dan ruangan belajar. Di sinilah
para santri tinggal selama beberapa tahun belajar langsung dari kyai untuk mendalami ilmu agama.
49
Meskipun dewasa ini pondok pesantren telah tumbuh dan berkembang secara bervariasi.
50
Pondok pesantren juga berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran
tersebut diberikan dengan cara non klasikal, tetapi dengan sistem bandongan dan sorogan. Dimana kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab
yang tertulis dalam bahasa Arab oleh ulama- ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan santri terdiri dari dua kategori, yaitu santri mukim
dan santri kalong.
51
49
Menurut Dr. Ali Musri Se mjan Putra, MA, yang mengutip dalam Kitab Manaqib Asy- Syafi‟i,
470, Kitab Ahkamul Qur‟an, 39, Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 4203, dan Kitab Tafsir Jalalain, 771.
Memberikan pemaha man terhadap agama harus sesuai dengan standarisasi yang berlaku dala m Isla m, agar tida k terbalik dala m berja lan, kita ing in maju tapi ma lah mundur jadinya, ma ju dala m
pemikiran tadi mundur dala m ke imanan. Salah satu standar dalam Isla m adalah berpegang teguh kepada al-
Qur‟an, al-Sunnah, Ijma‟ dan Qiyas.
ل قي يعف اشلا تع س ل قي ينز لا لاق هت يق ت ظع ارقلا ملعت نم
artinya; Berkata al- Muzany: aku mendengar Syafi‟i berkata: “ Barang siapa yang mempelajari al-
Qur‟an telah tinggi kedudukannya”. Ternyata dalam al-Qur‟an telah memberikan motivasi dalam hidup sesuai tuntunan dalam a l-
Qur‟an, walaupun orang itu ahli dalam ilmu matematika, fisika, kimia , bio logi dan la in sebagai. Artinya orang -orang tersebut berpegang teguh kepada agama
sebagai standarisasi dala m hidupnya tidak meninggalkan aga manya.
50
Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi,81.
51
Zama khsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kyai Jakarta: LP3ES, 2011, 89.