digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Ideal Islam dan kemanusiaan. Konsekwensinya lebih lanjut dari ini adalah bahwa relasi suami isteri harus ditempatkan menuju proporsi
masing-masing. Pandangan
bahwa perkawinan
merupakan perjanjian
kepemilikan laki-laki atas pemanfaatan seluruh tubuh perempuan dan karena itu diberi hak menggunakan kekerasan juga bukan dipahami
dalam konteks kekuasaan diatas dan bukan dalam konteks kemanusiaan laki-laki perempuan. Dalam koonteks kesetaraan kemanusiaan Ayat
Alquran menyatakan perempuan mempunyai hak yang setara dengan kewajibannya Surah Albaqarah: 228 menjadi benar-benar relevan. Oleh
karena itu persoalannya bukan terletak pada siapa yang memiliki kesempatan dan kemampuan memimpin atau menjadi penguasa, laki-laki
perempuan. Hak menggunakan kekuasaan merupakan sesuatu yang melekat pada status penguasa . Ini tentu saja jika tuntutan keadilan dan
kehormatan memang mengharuskannya. Kesimpulan demikian sesuai dengan pernyataan umum Alquran
tentang kesetaraan laki-laki perempuan Surah Alahzab 33 :35. Ayat ini mengungkapkan sangat transparan bahwa dalam hal amal, profesi dan
aktualitas diri, laki-laki dan perempuan adalah sama dihadapan Allah, yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah tingkatan
ketaqwaannya, pengabdian kepada Allah bukan jenis kelamin. Sistem sosial dan keluarga yang mentoleransi kekerasan,pada
gilirannya pasti akan menciptakan rasa tidak aman apalagi jika
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kepemimpinan atau kekuasaan dalam sistem sosial maupun keluarga digunakan untuk kepentingan duniawi yang rendah kini dan sesat,
maka ini berarti merupakan prakondisi untuk sebuah malapetaka, sebuah kehancuran. Dari konflik yang ada, maka perlu sebuah kesadaran baik
dari pihak istri apabila terdapat perbedaan. Maka dasar dari sebelum pernikahan menjadi sangat penting. Dengan landasan keimanan,
ketaqwaan dan pengertian menjadi sangat pokok dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
G. Cara Penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga Untuk menghindari terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,
diperlukan cara-cara penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga, antara lain:
1. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlak yang baik dan berpegang
teguh pada agamanya sehingga kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.
2. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga,
karena didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak, saudara, dan orang lain. Sehingga antara
anggota keluarga dapat saling mengahargai setiap pendapat yang ada.
3. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar
tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya
kekerasan dalam rumah tangga. 4.
Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota keluarga. Sehingga rumah tangga
dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika
tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-
lebihan. 5.
Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi
apabila terjadi pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga dapat diatasi dengan baik.
H. Solusi Mengatasi Kekerasan Rumah Tangga dalam Perspektif Hukum Islam
Pada Surah Annisa Ayat 34 menjelaskan bahwa tentang kedudukan suami sebagai pemimpin keluarga dan juga tentang
kewajiban seorang istri untuk mentaati suami. Jika terjadi nusyu dari pihak istri terhadap suami, maka Islam memberikan langkah-langkah
yang harus dilakukan seorang suami sebagai pemimpin untuk
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
mengarahkan istri untuk kembali ke jalan yang benar. Langkah tersebut diantaranya:
18
1. Hendaklah suami sebagai pemimpin mampu melihat dan
menghargai sisi baik yang dimiliki pasangannya, dan tentunya dengan menghindari sikap yang membanggakna dirinya sendiri.
2. Berikan nasihat dan perinngatan kepada pasangan yang nusyu
dengan penuh kasih sayang dengan memberikan kesadaran terhadap istrinya.
3. Tunaikan kewajiban suami istri dengan sebaik-baiknya. Untuk para
suami, bahwa sering terjadi kekerasan dalam bentuk tekanan ekonomi, dalam tanda kutip seorang istri sulit terpenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga karena jumlah penghasilan suami tidak mencukupi.
4. Berkomunikasi secara baik, setelah menikah suami istri
kecenderungan memberikan perintah, dalam hal ini kekerasan bisa di lakukan dengan kata-kata, misalnya mengumbar kata cerai,
mencela pasangan, mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan atau mengluarkan kata yang bernada ancaman, bisa juga
dengan menjauhi pasangannya, dingin terhadap pasangannya, acuh, cuek, akhirnya hidupnya dengan sendiri-sendiri saja padahal istri
dan suami ibarat lading yang saling menutupi kelebihan dan kekurangan masing-masing.
18
Lailatul Mubarokah, Problematik Aktual Hukum Islam Mengenai Kekerasan d
alam Rumah Tangga dalam Perspektif Fiqh Jinayah…, 5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Akibat buruk dari KDRT adalah: suami bisa dituntut ke pengadilan karena perlakuannya terhadap istri merupakan tidakan
melanggar KUHP. Kedua, rumah tangga menjadi berantakan, ketiga, mengakibatkan gangguan mental kejiwaan terhadap istri dan juga
anak. Keempat, melanggar syari’ah agama. Karena agama mengajarkan
untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah bukan keluarga yang di hiasi dengan pukulan atau penganiayaan. Keempat,
untu para suami, berlaku lemah lembutlah kepada istri sebagaimana yang telah di contohkan Rasulullah saw.
Nasihat perkawinan dalam rumah tangga untuk mengurangi tindakan kekerasan dalam rumah tangga dapat memperhatikan hal-hal
di bawah ini:
19
1. Seorang suami dilarang melihat perempuan-perempuan lain dan
begitu pula sebaliknya kecuali pada muhrimnya. 2.
Seorang istri dilarang membicarakan keburukan suaminya kepada orang lain begitupun sebaliknya.
3. Seorang suami harus menyayangi istrinya.
4. Seorang istri yang baik adalah yang menarik, taat, dan menjaga
kehormatan dan harta suaminya
19
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF
HUKUM POSITIF UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004
A.
Landasan Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004
Salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 adalah bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah pancasila daan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Segala bentuk kekerasan, terutama dalam kekerasan dalam rumah tangga, merupakan pelanggaran hak asasi
manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus. Penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga dilaksanakan atas dasar penghormatan hak asasi manusia, keadilan dan kesetaraan gender, dan non diskriminasi dan perlindungan
bagi korban kekerasan dalam rumah tangga. Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga juga bertujuan untuk:
1. Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga
2. Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga.
3. Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4. Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis.
1
B.
Pengertian Rumah Tangga
Pengertian lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini diatur dalam Pasal 2 yaitu:
1. Suami, istri, dan anak.
2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap
dalam rumah tangga; danatau 3.
Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut
4. Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud pada huruf c dipandang
sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.
2
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam segaris lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
3
Orang tua adalah ayah danatau ibu kandung, atau ayah danatau ibu tiri, atau ayah danatau ibu angkat.
1
Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004,
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
, 10.
2
Ibid., 9.
3
Ibid., 55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, ter masuk anak yang masih dalam kandungan.
4
C.
Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga
Istilah kekerasan mengingatkan kita pada perbuatan yang kasar, mencekam, menyakitkan, dan berdampak negatif. Sayangnya,
kebanyakan orang selama ini memahami kekerasan sebatas perilaku fisik yang kasar, keras, dan bengis, sehingga perilaku opresif menekan
dan menindas yang nonfisik tak dianggap sebagai kekerasan.
5
Kekerasan pada dasarnya adalah seluruh bentuk perilaku, verbal maupun nonverbal, yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang terhadap seseorang atau sekelompok orang lain, yang menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis pada
pihak sasaran korban. Dengan demikian, kekerasan adalah tindakan- tindakan yang secara langsung ataupun tidak, menyebabkan potensi
seseorang atau sekelompok orang tidak terwujud.
6
Pengertian atau definisi kekerasan dalam rumah tangga diatur dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga yang menyatakan bahwa:
4
Ibid.
5
Milda Marlia,
Marital Rape Kekerasan Seksual terhadap Istri
, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007, 13.
6
Ibid,. 14.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kekerasan dalam rumah rangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
7
D.
Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Secara umum unsur-unsur kekerasan adalah sebagai berikut :
8
1. Secara fisik yaitu :
a. Adanya perbuatan yang menyebabkan rasa sakit, cidera, luka-
luka, atau cacat pada tubuh, bahkan kematian b.
Adanya akibat 2.
Secara psikis yaitu : a.
Hilangnya rasa percaya diri b.
Hilangnya kemampuan untuk bertindak c.
Rasa tidak aman atau terancam 3.
Adanya akibat perbuatan yaitu : a.
Rasa sakit pada tubuh b.
Luka pada tubuh
7
Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004,
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
..., 7.
8
Chazawi Adami,
Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa
, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, 10.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga dibedakan kedalam 4
empat macam :
9
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk
dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut menjambak, menendang, menyudut
dengan rokok, memukulmelukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka
lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.
10
Seringkali suami yang melakukan penganiyaan fisik cukup pintar memilih daerah tubuh
yang dipukul sehingga tak tampak bekasnya oleh orang lain
11
2. Kekerasan psikologis emosional
Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,
hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Perilaku kekerasan
yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan, komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga
9
Asri Supatmiati, Pandangan Islam terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga,
Artikel Rumahku Surgaku
, 02, 2007, 3.
10
Ibid.
11
Rifka Annisa,
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
, Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 1997, 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau ,menakut- nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.
12
3. Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian menjauhkan istri dari kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan
seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.
4. Penelantaran Rumah Tangga
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya
atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah kepda istri, memanfaatkan ketergantungan istri secara ekonomi untuk
mengontrol kehidupan istri, atau membiarkan istri bekerja untuk kemudian penghasilannya di kuasai suami.
13
E. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga sangat berpengaruh
terhadap dinamika kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia.
12
Asri Supatmiati, Pandangan Islam terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga..., 3.
13
Rifka Annisa,
Kekerasan dalam Rumah Tangga..., 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Harapan yang ingin dicapai adalah meningkatnya pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat terkait dengan tindak kekerasan dalam
rumah tangga dan memberikan payung hukum sebagai perlindung bagi pihak-pihak dalam rumah tangga yang berada pada posisi sebagai
korban kekerasan dalam rumah tangga.
14
Secara umum, kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh beberapa hal, yakni :
15
1. Budaya patriarkhi
Kita hidup dalam budaya patriarkhi, yang meletakkan laki- laki sebagai makhluk superior, dan perempuan makhluk inferior.
Dengan keyakinan ini, laki-laki kemudian dibenarkan untuk menguasai dan mengontrol perempuan.
2. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama
Banyak ajaran agama yang ditafsirkan secara keliru sehingga menimbulkan anggapan bahwa laki-laki boleh menguasai
perempuan. Ayat tentang “nusyu” dalam Alquran, misalnya, membuat banyak yang berkeyakinan bahwa laki-laki memang boleh
memukul istri, tanpa mempelajari lebih jauh tentang hal tersebut. 3.
Peniruan Anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang pemukul
biasanya akan meniru perilaku ayahnya. Perilaku ini dianggap
14
Mulyani Mudis Taruna,
Agama Melawan KDRT Studi Lembaga-Lembaga Keagamaan
, Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran, 2012, 57.
15
Rifka Annisa,
Kekerasan Dalam Rumah Tangg...,
5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sebagai pola komunikasi, dan kelak akan diterapkan terhadap pasangannya. Perilaku ini juga bisa dipelajari melalui tayangan-
tayangan televisi, film, dan sebagainya.
F.
Ketentuan Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga
Adapun hukuman bagi pelaku melakukan Kererasan dalam Rumah tangga sebagai berikut:
1.
Kekerasan fisik
DELIK SANKSI
Kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
Penjara paling lama 5 tahun Denda paling banyak Rp. 15 jt
Kekerasan fisik yang mengakibatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat
Penjara paling lama 10 tahun atau;
Denda paling banyak Rp. 30 jt
Kekerasan fisik yang mengakibatkan matinya
korban Penjara paling lama 15 tahun
atau; Denda paling banyak Rp. 45 jt
Kekerasan fisik yang dilakukan
suami terhadap
istri atau
sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau
mata pencaharian
atau Penjara paling lama 4 bulan
atau; Denda paling banyak Rp. 5 jt
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kegiatan sehari-hari
2.
Kekerasan psikis
DELIK SANKSI
Kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga
Penjara paling lama 3 tahun atau;
Denda paling banyak Rp. 9 jt Kekerasan psikis yang
dilakukan oleh suami terhadap
istri atau
sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau
mata pencarian atau kegiatan
sehari-hari Penjara paling lama 4 bulan
atau; Denda paling banyak Rp. 3 jt
3.
Kekerasan seksual
DELIK SANKSI
Kekerasan Seksual Penjara paling lama 12 tahun
atau; Denda paling banyak Rp. 36 jt
Memaksa orang yang menetap dalam rumah
tangganya melakukan
hubungan seksual Penjara paling singkat 4 tahun
dan paling lama 15 tahun atau; Denda paling sedikit Rp. 12 jt
dan paling banyak Rp. 300 jt Mengakibatkan korban
Penjara paling singkat 5 tahun
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh
sama sekali,
mengalami gangguan daya pikir atau
kejiwaan sekurang-
kurangnya selama
4 minggu terus menerus
atau 1 tahun tidak berturut-turut,
gugur atau
matinya janin
dalam kandungan atau mengakibatkan
tidak berfungsinya
alat reproduksi
dan paling lama 20 tahun atau; Denda paling sedikit Rp. 25 jt
dan paling banyak 500 jt
4.
Penelantaran rumat tangga
DELIK SANKSI
Menelantarkan orang
lain dalam
lingkup rumah
tangga atau
Menelantarkan orang
lain yang berbeda di bawah kendali
Penjara paling lama 3 tahun atau;
Denda paling banyak Rp. 15 jt
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pidana tambahan Selain ancaman pidana penjara dan denda tersebut di atas,
hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa:
16
1. Pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjatuhkan
pelaku dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku.
2. Penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah
pengawasan lembaga tertentu. Tindak pidana kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan
kekerasan seksual yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya merupakan delik aduan.
17
16
Peri Umar Faruq,
Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga
..., 18.
17
Ibid,. 18.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
BAB IV ANALISIS KOMPARATIF ANATARA HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
A. Tinjauan Hukum Islam tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga
Rumah tangga merupakan unit terkecil dari susunan kelompok masyarakat. Rumah tangga merupakan sendi dasar dalam membina dan
terwujudnya suatu negara. Syeikh Mahmud Syaltut dalam bukunya
“Al-Islam ‘Aqidah wa Shari
‘ah” mengatakan bahwa tidak diragukan lagi keluarga adalah batu dasar dari bangunan suatu umat yang terbentuk dari keluarga-keluarga yang
berhubungan erat satu dengan yang lainnya. Dan pastilah kuat lemahnya bangunan umat itu tergantung kepada kuat lemahnya keluarga yang menjadi
batu dasar itu. Dari sini jelas bahwa rumah tangga memiliki peran penting dalam
kemajuan ummat. Suatu masyarakat akan tenteram bila rumah tangga dalam masyarakat terjalin dengan baik penuh dengan kebahagiaan. Sebaliknya jika
dalam rumah tangga masyarakat tersebut tidak terjalin hubungan yang baik, selalu terjadi percekcokan tindak kekerasan, maka masyarakat pun demikian.
Kehidupan keluarga merupakan aspek ajaran islam yang sangat penting. Keluarga adalah pondasi bangunan masyarakat, dari keluarga yang tertata
rapi kehidupannya akan terbentuk masyarakat yang tertata pula.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Oleh karna itu di samping mengatur hubungan vertikal antara hamba dengan tuhannya, juga mengatur hubungan horizontal sesama hambanya,
dalam hal ini membina rumah tangga, mengingat rumah tangga adalah pondasi dasar dalam masyarakat.
Islam memberikan tuntunan mulai dari membentuk dan membangun sebuah rumah tangga sampai dalam pembinaannya, islam memberikan
tuntutan guna tercapainya tujuan dibentuknya rumah tangga, diantaranya: a. Beribadah kepada Allah;
b. Mencari teman hidup untuk saling berbagi; c. Melahirkan keturunan; dan
d. Memberikan pendidikan kepada anakketurunan Islam juga memberikan tuntutan kepada suami-istri dengan adanya hak
dan kewajiban di antara keduanya, yang harus dipenuhi kedua pihak, agar terjalin hubungan yang harmonis antara anggota keluarga suami, istri, anak,
dan lain-lain serta terciptanya rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
Oleh karna itu kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindakan yang sangat dilarang dalam Islam. Kekerasan, khususnya dalam lingkup rumah
tangga, dalam bentuk apapun dan dilakukan terhadap siapa saja, merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam islam.
Karena Islam sendiri selalu mengajarkan untuk berlaku lemah lembut serta kasih sayang antar sesama.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Para fukaha membagi tindak kekerasan penganiayaan, baik yang di sengaja maupum yang tidak disengaja menjadi 5 macam yaitu :
12
1. Ib ānat al-aṭrāf, yaitu bagian yang menerangkan anggota tubuh manusia
dan apa yang berlaku sebagai anggota tubuh, maksudnya: memisahkan anggota tubuh, memotongnya, dan memutuskan sesuatu yang mengalir
darahnya, seperti memotong tangan, kaki, jari-jari, hidung, kemaluan, telinga dan sebagainya.
2. I ẓhab ma’a al-aṭrāf, yaitu menghilangkan makna atau subtansi anggota
tubuh, tetapi secara formal anggota tubuh masih ada, maksudnya: perbuatan ini hanya menghilankan manfaat dan fungsi dari anggota
tubuh tanpa
menghilangkannya, seperti
menghilangkan fungsi
pendengaran, pengl ihatan, penciuman, rasa, bicara, jima’, dan
sebagainya termasuk juga menghilangkan akal. 3. As-Syij
āj, yaitu luka-luka pada kepala, maksudnya luka di kepala dan wajah, adapun luka pada anggota tubuh yang lain selain kepala disebut
jarh, dan orang yang membedakan antara luka di kepala dan luka di selain kepala, menurut Abu Hanifah luka-luka di kepala dibagi menjadi
sebelas bagian, yaitu: a. Al-Khar
īsah, yaitu luka di kulit kepala dan tidak mengeluarkan darah.
12
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Gema Insani, 2003, 38.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
b. Al-Dam ī’ah, yaitu luka di kulit kepala sehingga mengeluarkan
darah, seperti air mata mengalir dari mata. c. Ad-Dam
īyah, yaitu luka di kulit kepala sampai darahnya mengalir. d. Al-Ba
ẓīah, yaitu luka daging setelah kulit. e. Al-Mu
ṭālimah, yaitu apabila luka yang di daging itu lebih besar dari al-
Bazi’ah. f. Al-Syimh
āq, yaitu luka yang menghabiskan semua daging di bawah kulit hingga tidak tersiksa dikulit kepala kecuali lapisan tipis.
g. Al-Mua ẓilah, yaitu luka di kulit daging dan lapisan di tengkorak
kepala, sehingga tengkorak kepala kelihatan. h. Al-H
āsyimah, yaitu luka hingga tengkorak kelihatan dan memecahkannya.
i. Al-Muhaqqilah, yaitu luka parah hingga tengkorak kepala kelihatan pecah dan berkeping-keping, serta terpisah dari tempat semula dan
perlu dikembalikan lagi. j. Al-M
ātu, yaitu luka di tulang kepala sampai ke tulang tengkorak sebelum otak.
k. Al-Dar īqah, yaitu luka yang menembus selaput otak.
4. luka pada badan yang lain al-jarh, maksudnya ialah luka di sekujur tubuh selain kepala dan wajah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5. semua yang tidak termasuk empat macam di atas. Maksudnya adalah menyakiti dan menganiaya, tetapi menghilangkan anggota tubuh dan
fungsinya. Kekerasan dalam rumah tangga, jelas merupakan suatu tindakan yang
sangat bertentangan dengan hak dan kewajiban dalam berumah tangga, bertentangan dengan asas dan tujuan dibentuknya sebuah rumah tangga,
yang dapat mengakibatkan retaknya atau hancurnya behtera rumah tangga yang selama ini telah dibina.
B. Tinjauan Hukum Positif tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga
Dalam hukum positif di negara kita, masalah kekerasan dalam rumah tangga diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 ini, Kekerasan dalam
Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Lingkup rumah tangga yang dimaksud adalah ; suami, istri, dan anak,
orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana disebutkan di atas karena hubungan darah, perkawinan,