PENINGKATAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP TRIMULYA KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP TRIMULYA KECAMATAN TANJUNG BINTANG

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

JENNY FIRAWAN

Masalah dalam penelitian ini sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung rendah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah sikap siswa yang rendah terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung dapat ditingkat kan melalui layanan bimbingan kelompok di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan?”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung setelah penggunaan layanan bimbingan kelompok di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan TahunPelajaran 2014/2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode pre-eksperimen dengan desain one group pretest-posttest, dan dianalisis dengan statistik non parametric menggunakan uji Wilcoxon. Subyek penelitian 8 orang siswa SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki sikap belajar Bahasa Lampung yang rendah.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan sikap siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok. Hal ini ditunjukkan dari hasilpretest dan posttest yang diperolehz-hitung =-2,521 danz-tabel 0,05 = 1,645. Karena z-hitung <z-tabel maka, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat peningkatan signifikan antara skor sikap terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok kepada subyek penelitian.

Kesimpulan dalam penelitian ini sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung mengalami peningkatan secara signifikan setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok pada siswa di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015.

Saran yang dapat diberikan (1) Kepada Siswa SMP Trimulya Lampung Selatan,Siswa yang memiliki sikap belajar rendah dalam mempelajari Bahasa Lampung, dapat mengikuti layanan bimbingan kelompok agar mendapatkan masukan dan berbagi pengetahuan dengan teman kelompok untuk meningkatkan sikap belajar Bahasa Lampung. (2) Guru SMP Trimulya Lampung Selatan, hendaknya melakukan kegiatan bimbingan kelompok untuk membantu meningkatkan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung pada siswa yang sikap belajar Bahasa Lampung nya rendah dengan mengadakan kegiatan bimbingan kelompok .


(2)

KELOMPOK DI SMP TRIMULYA KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi) Oleh

Jenny Firawan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

JENNY FIRAWAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

Gambar Halaman 1.1 Kerangka pikir penelitian... 8 3.1 PolaOne-Group Pretest-Posttest Design... 32 4.1 Grafik Peningkatan Sikap Belajar Bahasa Lampung di SMP Trimulya


(5)

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Skala Sikap Bahasa Lampung... 92

2. Skala Sikap... 93

3. Rangkuman Uji Ahli ... 95

4. Matriks Hasil Uji Coba Skala Sikap Belajar... 97

5. Hasil Uji Coba Skala ( Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ) ... 99

6. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 106

7. Matriks Hasil Pretest Pada Subjek ... 107

8. Matriks Hasil Posttest Pada Subjek ... 108

9. Matrik Hasil Pretest dan Posttest Pada Subjek ... 109

10. Data Sebelum dan Sesudah Perlakuan Layanan ... 110

11. Wilcoxon Signed Rank Test Output ... 111

12. Tabel Distribusi Z ... 112

13. Panduan wawancara... 115

14. Hasil Wawancara ... 116

15. Foto kegiatan bimbingan kelompok... 132

16.

Satuan layanan bimbingan kelompok ... 133


(6)

Tabel Halaman

3.1 Skoring Skala Likert ... 36

4.1 Daftar Guru Tetap SMP Trimulya TP.2014/2015... 44

4.2 Keadaan Siswa SMP Trimulya TP.2014/2015 ... 45

4.3 Kategori Sikap Belajar Bahasa Lampung ... 47

4.4 Data Siswa Kelas IX Yang Mengikuti Bimbingan Kelompok ... 47

4.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Kelompok... 48

4.6 Skor Pretest dan Posttest Sikap Belajar Bahasa Lampung... 54


(7)

(8)

(9)

(10)

Orang Yang Paling Aku Sukai Adalah Dia Yang Menunjukan Kesalahan Ku. (Umar Bin Khattab)

Lebih Baik Menyalakan Lilin, Daripada Mencela Kegelapan. (Anis Matta)


(11)

Dengan penuh rasa syukur pada Allah SWT atas

terselesaikannya penulisan skripsi ini yang kupersembahkan karya kecilku ini pada :

Kedua Orang tuaku, Adikku, dan Sahabat-sahabatku yang sudah memberikan dan mengorbankan segala nya

hingga selesai pendidikan sarjana ini.

serta

Almamaterku tercinta (Universitas Lampung)


(12)

-Jenny Firawan lahir pada tanggal 28 Juni 1990 di Negeri Ratu, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Pesisir Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Nurman.A. S.Pd dan Ibu Susnaini.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Negeri Ratu pada tahun 2003, menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Pesisir Utara pada tahun 2006, dan penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah pada tahun 2009.

Pada Tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).

Pada periode bulan Juni - September tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di DesaTrimulyo, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP Trimulya Tanjung Bintang, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan

Selama menjadi mahasiswa, Penulis juga aktif di berbagai organisasi internal kampus. Penulis menjadi Anggota Muda Himajip (Himpunan Mahasiswa Jurusan


(13)

Bimbingan dan Konseling Unila) pada tahun 2010-2011. Sekretaris Umum Formabika pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2011-2012 juga penulis juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM-F) sebagai sekretaris Dinas Seni Budaya dan Olah raga, Reshuffle menjadi Kepala Dinas Internal, Penulis Juga diamanahkan di Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM-F) Sebagai Ketua Bidang Advokasi Mahasiswa pada tahun 2012-2013.

Selain aktif di organisasi internal kemahasiswaan di universitas, Penulis juga aktif di beberapa lembaga eksternal kampus. Penulis menjadi Anggota Bidang Pengembangan Organisasi di IMABKIN (Ikatan Mahasiswa Bimbingan Konseling Indonesia) Daerah Lampung periode 2011-2013. Penulis pernah menjadi Therapist di ACI (Autism Care Indonesia) Daerah Lampung pada tahun 2011. Selain itu, Penulis juga pernah menjadi Departmen Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Pemuda di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Bandar Lampung Komisariat KIP Unila XXII pada tahun 2011-2012. Lalu pada tahun 2012-2013 Penulis menjadi Ketua Bidang PTKP HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat KIP Unila XXIII.Penulis juga aktif di Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila (SAPMA) Sebagai Wakil Ketua Bidang Pelajar Provinsi Lampung pada tahun 2013-2014. Aktif juga sebagai anggota Devisi Lembaga Kajian Pendidikan (Lkip) Provinsi Lampung pada tahun 2014. Penulis juga diamanahkan sebagai Ketua Umum Himpunan Sanak Rantau Pugung Pesisir Pada tahun 2010 hingga Sekarang.


(14)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Lampung Dengan Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si.,selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Syaifuddin Latif,M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;


(15)

selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

6. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd. Selaku pembahas pada penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, kritikan yang membangun dan saran-saran konstruktif dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Dosen-dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mencurahkan segala ilmunya.

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi FKIP Unila, terima kasih atas bantuan selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi Penulis. 9. Segenap Guru dan Pegawai SMP Trimulya Tanjung Bintang yang telah

menerima dan membantu penulis selama masa penelitian.

10. Sahabat kampusku : Brother Ikhwan, Herry STW, Oom Andre, Ijunk, Adit Yuda, Nanda, erwin, Engguh, Karnain, Berlina, Shella, Umi, Archy, Octa, Nelli H, Yulia, Dian, Mba Nur, Fitri, Christin, Defi, Esti, Srikandi, Nikke, Ita, R.A Syifa, Sifha NI, Teh Yuni, Teteh Nisa, Nely Nellong, Asti, Rista, Putri, Ayu, Halen, Hany, Tika, Irma, Indri, Hesti, Asri, Fitri, Suci, Dwi, kalian motivator ku untuk menjadi seorang yang lebih baik. Terimakasih untuk semuanya, dan secara khusus bagi kedua teman yang telah mendahului kami, Alm. Dewi dan Alm. Ulfi, semoga kebahagian ku disini dapat kalian rasakan juga di surga sana.

11. Kakak tingkat dan adik tingkat di Program Studi Bimbingan dan Konseling, keluarga besar FORMABIKA terima kasih atas segala bantuan serta bimbingan baik selama kuliah dan penyusunan skripsi ini.


(16)

Nyun, Mbak Sisca, Mbak Galuh, Mbak Nces dan semua Laki-laki serta Wanita-wanita hebat dan tegar terima kasih atas kebersamaan selama ini. 13. Sahabat-sahabat KKN dan PPL :Azfin, Doni, Hendra, Hendri, Bayu, Randi,

Marwan, Putri, Nurul, Mey, Sopa, Iin, Sisca Pengalaman yang tidak terlupakan bersama kalian selama tiga bulan.

14. Sahabat-sahabat Member Five Powers : Julianto, Guskan, Herry STW, Ikhwan. Salam Sapa “Brother!!!”

15. Kanda, Yunda dan Dinda di Himpunan Mahasiswa Islam yang telah memberi semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

16. Sahabat-sahabat HSRPP Terima kasih atas canda tawa yang terkadang menghilangkan kejenuhan ku.

17. Almamater ku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, September 2015 Penulis,


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga dapat menggali dan mengembangkan kualitas, yaitu menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan bertanggung jawab.

Lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata, diantaranya mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah,mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan, menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru bidang studi Bahasa Lampung di SMP Trimulya kecamatan Tanjung Bintang Lampung


(18)

Selatan diperoleh data bahwa masih ada siswa kelas IX yang sikap belajarnya rendah terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung, dikarenakan sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran tersebut kurang penting. Tentu saja hal itu sangat merugikan terhadap para peserta didik yang ada di Lampung khususnya di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang kabupaten Lampung Selatan.Permasalahan tersebut mungkin masih dianggap remeh oleh peserta didik, namun permasalahan tersebut dapat menurunkan rasa cinta tanah air, bangsa dan negara, sehingga harus segera mendapatkan penanganan yang menyeluruh. Penanganan yang menyeluruh tersebut dapat dilakukan oleh berbagai pihak baik seperti lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat umum. Adanya kesadaran cinta tanah air maka masyarakat Indonesia khususnya daerah Lampung yang banyak sekali suku bangsa yang bertempat tinggal di wilayah Lampung maka untuk mempersatukan dan mencintai daerah, dengan menggunakan Bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan penting dalam usaha mengembangkan dan membina seoptimal mungkin potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi atau pembaharuan dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Untuk menilai kualitas sebuah sekolah dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik atau siswa serta mutu lulusan dari sekolah tersebut.


(19)

Hasil belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak peduli dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Akibatnya siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang diberikan oleh guru tersebut.

Upaya untuk meningkatkan sikap siswa terhadap mata pelajaran, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Lampung tenaga pengajar dapat menggunakan layananan bimbingan konseling.Layanan bimbingan dan konseling yang terdapat di sekolah. Sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling, yaitu pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan. Didalam bimbingan dan konseling juga terdapat empat bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar, dan karier) dan tujuh layanan (layanaan orientasi, informasi, penyaluran dan penempatan, penguasaan konten, konseling perorangan, konseling kelompok, dan bimbingan kelompok) yang kesemua unsur dalam bimbingan konseling dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan sikapbelajarnya. Bimbingan kelompok merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bimbingan kelompok (Prayitno, 1995).

Berdasarkan pengertian tersebut, jelas bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan usaha pemberian bantuan kepada siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok setiap


(20)

anggota diharapkan mampu mengembangkan dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.

Selain itu melalui dinamika kelompok, masing-masing anggota kelompok akan berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah yang ada. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan dan konseling yang dianggap tepat untuk meningkatkan sikapbelajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung.

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “peningkatan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung dengan menggunakan layanan Bimbingan Kelompok di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan pada Tahun Pelajaran 2014/2015.”

2. Idetifikasi Masalah

a. Ada siswa yang malas dalam mengikuti kegiatan belajar Bahasa Lampung.

b. Ada siswa yang bolos saat kegiatan belajar Bahasa Lampung.

c. Ada siswa yang mengatakan mata pelajaran Bahasa Lampung kurang penting untuk dipelajari.

d. Ada siswa yang keluar masuk saat kegiatan belajar Bahasa Lampung. e. Ada siswa yang enggan mengerjakan tugas pelajaran Bahasa Lampung.


(21)

3. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian pada masalah yang diteliti, perlu diadakan pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah penelitian ini adalah “Peningkatan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan pada Tahun pelajaran 2014/2015.

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung rendah. Adapun rumusan masalahnya adalah “Apakah sikap siswa yang rendah terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan?”

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan sikapsiswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2014/2015.


(22)

2. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam kajian bidang keilmuan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu tentang penggunaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan sikap belajar siswa.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan informasi dan pemikiran kepada guru bimbingan dan konseling dan tenaga kependidikan lainnya dalam meningkatkan sikap belajar siswa.

C. Kerangka Pikir

Dalam proses kegiatan belajar mengajar disekolah, khususnya di dalam kelas, guru mengharapkan peserta didiknya dapat menyerap bahan pelajaran yang diberikan, sehingga akan tercapai hasil belajar yang diinginkan, namun pada kenyataannya tidak semua peserta didik dapat menyerap materi pembelajaran yang diberikan. Hal ini dikarenakan sikap belajar negatif selama proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Bahasa Lampung yang berpengaruh pada proses belajar yang tidak optimal sehingga hasil belajar atau prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Lampung juga tidak optimal.


(23)

Menurut Ahmadi (1990:179) sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri,pengatur tingkah laku,alat pengatur pengalaman-pengalaman dan pernyataan pribadi. Sehingga proses belajar menjadi terarah untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Lampung.

Bimbingan dan konseling memiliki berbagai layanan untuk mengoptimalkan perkembangan siswa dan membantu siswa memecahkan masalahnnya, salah satunya adalah sikap belajar yang rendah, diantaranya layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling individu, konseling kelompok, bimbingan kelompok, konsultasi, dan mediasi. Penggunaan masing-masing layanan disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kearifan konselor sekolah.Kearifan konselor sekolah yang dimaksud adalah mengenai pertimbangan efektifitas dan efisiensi pemberian layanan.

Pertimbangan mengenai efektifitas pelaksanaan layanan disinimemperhatikan potensi keberhasilan layanan yang akan dilakukan dan kesesuaian layanan yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa. Sedangkan pertimbangan efisiensi biasanya berkaitan dengan waktu pelaksanaan layanan diupayakan dapat menghemat waktu karena siswa yang akan dibantu tidak hanya satu siswa, tapi masih ada siswa lain yang juga membutuhkan layanan bimbingan dan konseling.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa, kebutuhan siswa, dan efektifitas serta efisiensi pelaksanaan layanan yang akan diberikan, maka peneliti memilih menggunakan layanan bimbingan kelompok. Layanan


(24)

bimbingan kelompok dirasa lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan sikap belajar siswa karena siswa yang memiliki sikap belajar rendah lebih dari satu siswa. Seperti diungkapkan oleh Hartinah (2009:5) “bimbingan kelompok dilaksanakan jika masalah yang dihadapi beberapa murid relatif memiliki kesamaan atau saling mempunyai hubungan serta mereka mempunyai kesediaan untuk dilayani secara kelompok”.

Melalui kegiatan bimbingan kelompok, individu yang dibimbing akan belajar melatih diri untuk mengembangkan kemampuan dirinya terutama dalam kemampuan sosialnya, meningkatkan kemampuan diri sesuai bakat, minat, dan nilai-nilai yang dianutnya. Siswa yang mengikuti bimbingan kelompok dapat secara langsung berlatih menciptakan dinamika kelompok.

Dinamika kelompok menurut Shertzer dan Stone (dalam Romlah,2006:10) merupakan kekuatan-kekuatan yang berinteraksi dalam kelompok pada waktu kelompok melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuannya. Melalui dinamika kelompok diharapkan anggota kelompok dapat berinteraksi melatih diri untuk dapat mengemukakan pendapat, membahas masalah yang dialaminya secara tuntas, saling memberi saran, bertukar informasi, dapat berbagi pengalaman, dan berdiskusi sehingga itulah yang nantinya menjadi awal tumbuhnya sikap belajar siswa. Sehingga kegiatan bimbingan menunjang perkembangan pribadi siswa yang mengarah kepada peningkatan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung.

Bimbingan kelompok merupakan proses belajar baik pembimbing maupun individu yang dibimbing. Bimbingan kelompok dipandang tepat untuk


(25)

memberikan kontribusi pada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya terutama masalah yang berkaitan dengan sikapsiswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung yang telah menjadi masalah bersama, dan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, siswa sebagai anggota kelompok akan bersama-sama membahas topik masalah mengenai cara meningkatkan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung.

Dari uraian di atas, maka kerangka pikir pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

Dari gambar diagram kerangka pikir di atas dapat dilihat siswa memiliki sikap belajar yang rendah terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung dan peneliti mencoba menggunakan layanan bimbingan kelompok untuk membantu meningkatkan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung yang dialami siswa. Peneliti berharap layanan bimbingan kelompok ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan sikap siswa yang rendah terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung, sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal.

Sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung rendah

sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung meningkat Layanan

Bimbingan Kelompok


(26)

D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2010) bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris melalui data-data yang relevan.

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitiannya adalah sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Sedangkan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

Ho : sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung tidak dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

Ha : sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.


(27)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1 1. Latar Belakang ... 1 2. Identifikasi Masalah ... 4 3. Pembatasan Masalah ... 5 4. Rumusan Masalah ... 5 B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5 1. Tujuan Penelitian ... 5 2. Manfaat Penelitian ... 6 C. Kerangka Pikir ... 6 D. HipotesisPenelitian ... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11 A. Sikap ... 11 1. Pengertian Sikap... 11 2. Komponen-Komponen Sikap ... 13 3. Ciri-Ciri Sikap ... 15 4. Fungsi Sikap………. . 16 5. Pembentukan Sikap... 17 B. Bimbingan Kelompok ... 20 1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 20 2. Tujuan Bimbingan Kelompok ... 21 3. Komponen Bimbingan Kelompok ... 22 C. Keterkaitan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatan

Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Lampung... 35 III. METODE PENELITIAN ... 38 A. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 38 B. Metode Penelitian ... 38 C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40 1. Variabel Penelitian. ... 40 2. Definisi Oprasional. ... 41


(28)

G. Uji Prasyarat Instrumen Penelitian ... 45 1.Uji Validitas ... 45 2. Uji Reliabilitas ... 48 H. Teknik Analisis Data ... 49 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52 A. Hasil Penelitian. ... 52 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52 2. Gambaran Umum Pra Bimbingan Kelompok ... 54 3. Data Skor Subjek Sebelum dan Setelah Mengikuti

Layanan BimbinganKelompok (Pretest dan Postest) ... 63 4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 74 5. Uji Hipotesis ... 76 B.Pembahasan ... 76 V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 97 A. Kesimpulan. ... 97 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” pertama kali digunakan oleh Spencer 1862 (dalam Azwar 1988 : 3), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Kemudian pada tahun 1888 Lange (dalam Azwar 1988 : 3), menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen laboratorium. Kemudian konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli sosiologi dan psikologi.

Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap berakar pada alasan perbedaan individual. Mengapa individu yang berbeda mempelihatkan tingkah laku yang berbeda didalam situasi yang sebagian besar gejala ini diterangkan oleh adanya perbedaan sikap. Sedangkan bagi para ahli sosiologi sikap memiliki arti yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial dan kebudayaan. (Ahmadi, 1990 : 161).

Kesadaran ini tidak hanya mengenai tingkah laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan sikap.


(30)

Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sikap, sifat, hakekat baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.

(Ahmadi, 1990 : 162).

Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih dari tiga puluh definisi sikap (dalam Azwar, 1988 : 4). Puluhan definisi dan pengertian itu pada umum nya dapat dimasukan kedalam salah-satu diantara tiga kerangka pemikiran. Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Thurstone (1928 ; salah seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap), Likert (1932 ; juga seorang pionir dibidang pengukuran sikap), dan Charles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable).

(dalam Azwar, 1988 : 5).

Kelompok pemikiran yang kedua diwakili oleh para ahli seperti Chave (1928), Bogardus (1931), LaPierre (1934), Mead (1934), dan Gordon Allport (1935) yang konsepsi mereka mengenai sikap lebih kompleks. Menurut kelompok pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. (dalam Azwar, 1988 : 5).


(31)

Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (tiadik scheme). Menurut kerangka pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berprilaku terhadap suatu objek. (Azwar, 1988 : 5)

Aspek kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu. Aspek afektif yaitu berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dan sebagainya yang ditujukan kepada obyek-obyek tertentu.Aspek konatif yaitu berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuat sesuatu obyek, misalnya : kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya (Ahmadi, 1990 : 162).

Berdasarkan berbagai pernyataan diatas sikap adalah kesadaran individu dalam melakukan kecenderungan potensial untuk berinteraksi dengan cara tertentu terhadap suatu objek tertentu.Sikap belajar adalah kesadaran individu dalam melakukan berbagai aktivitas dalam belajar untuk meningkatkan prestasi belajar nya.

2. Komponen-Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri dari atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative).


(32)

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh indivdu, komponen apektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. (Azwar, 1988 : 24).

Menurut Traver 1977, Gagne 1977 dan Cronbach 1977 (dalam Ahmadi, 1990 : 165). Sependapat bahwa sikap melibatkan 3 (tiga) komponen yang saling berhubungan dan rupanya pendapat ini diterima sampai saat ini. Komponen kognitif berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan obyek. Misalnya orang tahu bahwa uang itu bernilai, karena melihat harganya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap kita terhadap uang itu mengandung pengertian bahwa kita tahu tentang nilai uang.

Komponen afektif menunjukan pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Misalnya jika orang mengatakan bahwa mereka senang uang, ini melukiskan perasaan mereka terhadap uang.Komponen konatif melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak terhadap obyek. Misalnya karena uang adalah sesuatu yang bernilai, orang menyukainya dan mereka berusaha (bertindak) untuk mendapatkan gaji yang besar.


(33)

3. Ciri-Ciri Sikap

Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. (Ahmadi, 1990 : 178).

Ada pun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut : 1. Sikap itu dipelajari (learnability)

Beberapa sikap dipelajari tidak senghaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan senghaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.

2. Memiliki kestabilan (stability)

Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil, melalui pengalaman.

3. Personal-societal significance

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas dan favorable.

4. Berisi cognisi dan affeksi

Komponen cognisi dari sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya : obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.


(34)

5. Approach–avoidance directionality

Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu obyek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya.

4. Fungsi Sikap

Fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan (Ahmadi, 1990 : 179), yaitu:

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya yang lain.

2. Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku, jadi antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan/penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungan nya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya. 3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, dalam

hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari dari dunia luar sikap nya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal


(35)

dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani, jadi semua pengalaman ini diberi penilaian, lalu dipilih. Itulah sebabnya maka apabila manusia tidak dapat memilih ketentuan-ketentuan dengan pasti akan terjadilah kekacauan.

4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi, apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita harus mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari pada sikap orang tersebut dan dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubahnya sikap-sikap tersebut.

5. Pembentukan Sikap

Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap. Sikap menempatkan seseorang dalam kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu, setuju tidak setuju terhadap sesuatu, mengenai mendekati atau menjauhinya. Sikap terbentuk dari adanya sikap yang dialami oleh individu, sehingga sikap dapat dibentuk, sebelumnya tidak setuju terhadap sesuatu menjadi setuju dan yang sebelum nya setuju bisa menjadi tidak setuju dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi sikap, diantaranya persepsi dari individu itu sendiri, pengaruh dari teman dan lingkungan. Berikut ini alur pembentukan sikap, dari sikap positif menjadi sikap negatif, dan sebaliknya dari sikap negatif ke sikap positif.


(36)

negatif (-) (+) positif

(netral)

Contohnya adalah “seseorang yang tidak suka membaca buku tentang budaya Lampung karena dia kurang tertarik dan membosankan setelah temannya menceritakan dan mengenalkan tentang budaya Lampung, sehingga diamulai tertarik untuk membaca buku dan mempelajari tentang budaya Lampung”. Menurut Azwar (2013 : 8) ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu.

a. Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami merupakan salah satu terbentuknya sikap,untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.


(37)

b. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah-satu diantaranya komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikapnegatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

d. Media Massa

Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh individu secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.


(38)

f. Pengaruh Faktor Emosional

Bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. Prasangka didefinisikan sebagai sikap yang tidak toleran atau tidak favorabel terhadap sekelompok orang.

Berdasarkan berbagai faktor yang sudah dijelaskan di atas,sikap terbentuk bisa karena faktor dari diri sendiri dan lingkungan, faktor yang paling berpengaruh dalam pembentukan sikap adalah faktor dari dalam diri individu itu sendiri, seperti pengalaman hidup dan faktor emosional karena individu merasakan langsung pengalamannya sehingga individu tersebut cenderung untuk membentuk sikap nya.

B. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu bimbingan kepada individu-individu melalui prosedur kelompok. Kelompok merupakan wadah dimana didalamnya diadakan upaya bimbingan dalam rangka membantu individu-individu yang memerlukan bantuan. Bimbingan kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagaimedia dalam dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan.

Pengertian bimbingan kelompok yang lebih sederhana menunjuk kepada kegiatan bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah yang sama. Pengertian tersebut tidak secara langsung dan senghaja memanfaatkan dinamika kelompok yang tumbuh didalam


(39)

kelompok tersebut membantu individu-individu yang yang bersangkutan. Dengan tidak memanfaatkan dinamika kelompok tersebut, bimbingan kelompok dalam artinya yang lebih sederhana tersebut mempergunakan kelompok sebagai sekadar wadah dimana isi bimbingan dicurahkan (Hartinah, 2009 : 5).

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan bimbingan kelompok dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus seperti yang dikemukan oleh Prayitno (2004 : 2), yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan Umum

Tujuan umum kegiatan bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok.

2) Tujuan Khusus

Secara khusus, bimbingan kelompok bertujuan untuk membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif.

Dari penjelasan di atas, tujuan bimbingan kelompok secara umum ditekankan pada pengembangan keterampilan sosialisasi dan


(40)

komunikasi para anggota kelompoknya. Untuk tujuan secara khusus ditekankan pada pembahasan suatu masalah.

3. Komponen Bimbingan Kelompok

Di dalam bimbingan kelompok terdapat komponen-komponen yang membentuk bimbingan kelompok itu sendiri. Prayitno (2004:4) menjelaskan bahwa ada dua komponen penting dalam bimbingan kelompok yaitu pemimpin kelompok dan anggota kelompok.

1) Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Sebagaimana untuk jenislayanan konseling lainya, konselor memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan kelompok. Secara khusus, pemimpin kelompok mampu menciptakan dinamika kelompok sehingga para anggotakelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi serta mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus bimbingan kelompok. Terdapat dua hal yang penting diperhatikan sebagai pemimpin kelompok yaitu keterampilan dan sikap serta peranan pemimpin kelompok.

a. Keterampilan Pemimpin Kelompok

Dalam setiap kelompok peranan pemimpin kelompok sangat penting dan sangat menentukan. Peranan pemimpin tersebut disesuaikan dengan sifat dan tujuan kelompok. Meskipun peranan tersebut bisa berbeda-beda. Jelaslah bahwa setiap pemimpin kelompok harus menguasai dan mengembangkan kemampuan


(41)

(keterampilan) dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses kegiatan kelompok secara efektif.

Hartinah (2009:124) mengatakan bahwa keterampilan dan sikap tersebut meliputi:

(1) kehendak dan usaha untuk mengenal dan mempelajari dinamika kelompok, fungsi-fungsi pemimpin kelompok dan hubungan antara anggota di dalam kelompok;

(2) kesediaan menerima orang lain, yaitu anggota kelompok; (3) upaya untuk menciptakan hubungan yang hangat antara

anggota kelompok;

(4) kesediaan menerima berbagai pendapat dan sikap yang berbeda dan mungkin berlawanan dengan pandangan pemimpin kelompok;

(5) pemusatan perhatian terhadap suasana, sikap dan perasaan seluruh anggota kelompok;

(6) menciptakan dan memelihara hubungan antar anggota kelompok;

(7) pengarahan demi tercapainya tujuan bersama yang telah disepakati;

(8) Keyakinan dan kemanfaatan proses dinamika kelompok sebagai wahana untuk membantu para anggota; dan

(9) Rasa humor, bahagia dan rasa puas, baik yang dialami oleh konselor sendiri maupun orang lain.


(42)

b. Peranan Pemimpin Kelompok

Dalam mengarahkan suasana kelompok melalui dinamika kelompok. Prayitno (2004:7) menjelaskan bahwa pemimpin kelompok berperan dalam:

1) Pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta (terdiri atas 8–10 orang), sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:

a) Terjadinya hubungan antara anggota kelompok, menuju keakraban diantara mereka;

b) Tumbuhnya tujuan bersama diantara anggota kelompok, dalam suasana kebersamaan;

c) Berkembangnya etikat dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok;

d) Terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga meraka masing-masing mampu berbicara dan tidak menjadiyes-man; dan

e) Terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok ini berusaha dan mampu “tampil beda“ dari kelompok lain. 2) Penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok

apa, mengapa dan bagaimana layanan bimbingan kelompok dilaksanakan.

3) Pentahapan kegiatan bimbingan kelompok.


(43)

5) Tindak lanjut layanan.

c. Anggota Kelompok

Kenggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota, tidaklah mungkin ada kelompok dan kegiatan ataupun kehidupan kelompok tersebut sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya (Hartinah, 2009:86). Berikut adalah peranan anggota kelompok yang diungkapkan oleh Prayitno (2004 : 12):

a. Aktivitas Mandiri

Peran anggota kelompok dalam layanan bimbingan kelompok bersifat dari, oleh dan untuk para anggota kelompok itu sendiri. Masing-masing anggota kelompok beraktifitas langsung dan mandiri dalam bentuk:

1) Mendengar, memahami dan merespon dengan tepat dan ; 2) Berfikir dan berpendapat;

3) Menganalisis, mengkritisi, dan berargumentasi; 4) Merasa, berempati dan bersikap; dan

5) Berpartisipasi dalam kegiatan bersama.

b. Aktifitas mandiri masing-masing anggota kelompok itu diorientasikan pada kehidupan bersama dalam kelompok. Kebersamaan ini diwujudkan melalui:

1) Pembinaan keakraban dan keterlibatan secara emosional antar anggota kelompok;


(44)

3) Komunikasi yang jelas dan lugas dengan lembut dan bertatakrama;

4) Saling memahami, memberi kesempatan dan membantu; dan

5) Kesadaran bersama untuk menyukseskan kegiatan kelompok.

Peranan anggota kelompok menurut Hartinah (2009 : 88), yaitu: a) membantu terciptanya suasana keakraban dalam hubungan

antar anggota kelompok;

b) mencurahkan segenap perasaan untuk melibatkan diri dalam kegiatan kelompok;

c) berusaha mewujudkan tujuan bersama;

d) membantu tersusunnya peraturan kelompok dan berusaha mematuhinya;

e) ikut serta secara aktif dalam setiap kegiatan kelompok; f) berusaha membantu anggota kelompok lain;

g) memberikan kesempatan pada anggota kelompok lain untuk menjalankan peranannya;

h) menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut; dan i) mampu berkomunikasi secara terbuka.

Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok), dan homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah anggota kelompok tidak terlalu besar dan


(45)

juga tidak terlalu kecil. Kurangnya efektifitas kelompok akan mulai terasa jika jumlah anggota kelompok melebihi sepuluh orang.

2) Dinamika Kelompok

Bimbingan kelompok yang baik adalah apabila dalam kelompok tersebut diwarnai oleh semangat tinggi, dinamis, hubungan yang harmonis, kerjasama yang baik dan mantap, serta rasa saling mempercayai antara anggota-anggotanya. Kelompok yang seperti itu akan terwujud apabila para anggota kelompok saling bersikap sebagai kawan, menghargai, mengerti, dan menerima tujuan bersama secara , setia pada kelompok, serta mau bekerja keras dan berkorban untuk kelompok.

Dinamika kelompok adalah suatu studi dalam mengembangkan berbagai kekuatan yang menentukan prilaku anggota dan prilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya gerak perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. (Hartinah,2009:61). Dinamika merupakan suatu pola atau proses pertumbuhan, perubahan atau perkembangan dari suatu bidang tertentu atau suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur yang satu dengan unsur yang lain karena adanya pertalian yang langsung diantara unsur-unsur tersebut.

Sukamta (dalam Hartinah, 2009 : 62) mengatakan apabila salah satu dari sebuah organ mengalami ganguan atau perubahan, akan membawa perubahan pula pada unsur-unsur lainnya sehingga


(46)

terjadinya perubahan pada sistem atau kelompok secara keseluruhan. Cartwright dan Zander (dalam Hartinah, 2009 : 63) mendeskripsikan dinamika kelompok sebagai suatu bidang terapan yang dimaksudkan unntuk peningkatan pengetahuan tentang sifat atau ciri kelompok serta hukum perkembangan interelasi dengan anggota, kelompok lain, dan lembaga-lembaga yang lebih besar.

Dinamika kelompok sebagai kekuatan operasional suatu kelompok akan memicu adanya proses kelompok dalam melakukan pertukaran semangat dan interaksi diantara anggota dan pemimpin kelompok. Dengan memahami kekuatan-kekuatan yang ada dalam kelompok, pemimpin kelompok dapat melihat karakteristik kelompok dan bagaimana interaksi anggota dengan pemimpin kelompok dapat mempengaruhi perkembangan kelompok.

Secara khusus dalam penelitian ini, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah sikap belajar rendah yang dialami siswa sebagai anggota kelompok. Melalui dinamika kelompok yang berkembang, masing-masing anggota kelompok akan menyumbang baik langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah peningkatan sikap belajar anggota kelompok.

3) Jenis-Jenis Bimbingan Kelompok

Jenis–jenis kelompok dibedakan atas beberapa klasifikasi. Cara pengklasifikasian yang umum dipakai adalah pengklasifikasian dua tipe, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder, kelompok sosial


(47)

dan kelompok psikologikal, kelompok terorganisasi dan kelompok tidak terorganisasi serta kelompok formal dan kelompok nonformal. Banyak sistematika bersifat dikotomis yang dikemukakan Waters (dalam Hartinah, 2009 : 41), yaitu:

a. Kelompok primer dan sekunder

Kelompok primer dicirikan oleh kontak akrab yang terus menerus, sedangkan kelompok sekunder dibentuk atas dasar minat yang dikejar.

b. Kelompok sosial dan psikologikal

Dalam kelompok yang pertama, tekanannya terletak pada hal yang harus dikerjakan bersama. Dalam kelompok kedua, tekanannya terletak pada hubungan antar pribadi. Akan tetapi, tekanan tersebut dapat bergeser sehingga suatu kelompok sosial dapat menjadi psikologikal dan sebaliknya.

c. Kelompok yang terorganisasi dan yang tidak terorganisasi

Dalam kelompok yang terorganisasi terdapat diferensiasi antara peranan-peranan yang dipegang oleh anggota/peserta kelompok sehingga terdapat suatu struktur. Sedangkan dalam kelompok yang tidak terorganisasi, setiap anggota bergerak lepas.

d. Kelompok formal dan informal

Dalam kelompok formal, para anggota merasa terikat dan menunjukan loyalitas satu sama lain. Sedangkan kelompok informal adalah mereka yang bukan anggota kelompok tertentu.


(48)

4) Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok

Ada beberapa tahapan yang perlu dilalui dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. Tahap-tahap tersebut merupakan suatu kesatuan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kelompok. Tahap-tahap bimbingan kelompok menurut Prayitno (2004:18) adalah sebagai berikut:

a) Tahap Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin kelompok menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus, dan penuh empati.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembentukan antara lain: 1) Pengenalan dan pengungkapan tujuan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan dimana semua anggota kelompok dan pimpinan kelompok melibatkan diri ke dalam suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri mengungkapkan tujuan ataupun


(49)

harapan-harapan yang ingin dicapai oleh seluruh anggota kelompok.

Pimpinan kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan dan perasaan sekelompok. Selain itu pemimpin kelompok juga perlu membangkitkan minat-minat dan kebutuhannya serta rasa berkepentingan para anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang mulai digerakkan itu.

2) Keaktifan pimpinan kelompok

Peranan pimpinan kelompok dalam tahap pembentukan perlu memusatkan pada:

a. Penjelasan tentang tujuan kegiatan;

b. Penumbuhan rasa saling mengenal antar anggotanya; c. Penumbuhan rasa saling mempercayai dan saling

menerima; dan

d. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok.

3) Beberapa teknik

Teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam tahap pembentukan ini adalah sebagai berikut:


(50)

Salah satu teknik yang tersebut ialah para anggota menulis jawaban atas suatu pertanyaan pada selembar kertas yang disediakan oleh pemimpin kelompok.

b. Teknik perasaan dan tanggapan

Teknik ini ialah mempersilahkan atau meminta masing-masing anggota kelompok mengemukakan perasaan dan tanggapannya atas suatu masalah atau suasana yang mereka rasakan pada saat pertemuan itu berlangsung.

c. Teknik permainan kelompok

Permainan ini bertujuan untuk mengakrabkan hubungan antar anggota kelompok dengan pemimpin kelompok, penghangatan, dan keakraban.

b) Tahap Peralihan

Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Pemimpin kelompok dalam tahap ini mampu menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. Tahap kedua merupakan jembatan antara tahap pertama dan ketiga. Pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Beberapa hal pokok yang telah diuraikan


(51)

pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok bila diperlukan ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksanakan tahap bimbingan kelompok selanjutnya. Kegiatannya antara lain sebagai berikut: 1) Penjelasan kegiatan kelompok

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para anggota kelompok. Terdapat dua jenis kegiatan yang dapat dilakukan kelompok, yaitu bimbingan kelompok bebas dan bimbingan kelompok tugas. 2) Pengenalan suasana

Anggota kelompok berusaha mengenali suasana yang berkembang dalam kelompok untuk mengetahui apakah anggota kelompok telah siap untuk melakukan kegiatan atau belum. Jika belum siap seperti ragu-ragu, tidak mengetahui apa dan bagaimana melakukan kegiatannya atau belum yakin akan keraguannya, maka pimpinan kelompok harus menjelaskan kembali hal-hal yang belum dimengerti oleh anggota kelompok. 3) Jembatan antara tahap I dan tahap III

Tahap kedua ini merupakan tahap jembatan antara tahap I dan tahap III. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan mudah dan lancar, dan ada kalanya jembatan itu ditempuh dengan susah payah. Oleh karena itu, pimpinan kelompok dengan pemimpin yang khas dapat membawa anggota kelompok melewati


(52)

jembatan itu dengan selamat, dengan mengingatkan, diulangi, ditegaskan, hal-hal di tahap II diharapkan dapat mantap kembali. c) Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok, namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Pada tahap ini prinsip Tut Wuri Handayanidapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada akhirnya membawa kearah bimbingan kelompok sesuai tujuan yang diharapkan.

d) Tahap Pengakhiran

Tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan, yaitu terdapat kesepakatan kelompok apakah kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali kelompok itu bertemu atau kelompok menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:


(53)

1) Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pemimpin kelompok; 2) Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok;

3) Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota kelompok;

4) Pembahasan kegiatan lanjutan; dan 5) Penutup.

Berkenaan dengan pengakhiran kegiatan kelompok pokok perhatian utama bukanlah berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu ketika menghentikan pertemuan. Kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu menerapkan hal yang telah dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan kelompok itu pada kehidupan nyata mereka sehari-hari. Pemimpin kelompok harus memberikan penguatan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu, khususnya terhadap keikutsertaan secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok.

C. Keterkaitan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan SikapSiswa Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Lampung.

Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Namun pada kenyataan dilapangan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengeyam pendidikan terdapat banyak


(54)

siswa yang kurang peduli untuk menjalankan apa yang menjadi kewajiban mereka. Padahalnya mereka adalah para generasi muda yang seharusnya mengeyam pendidikan di bumi pertiwi ini dan membuktikan bahwa mereka adalah para generasi muda yang berpendidikan. Masalah yang dialami siswa dalam hal ini adalah banyak siswa yang kurang peduli dengan mata pelajaran yang disampaikan oleh para pendidik, terdapat siswa yang kurang mempedulikan mata pelajaranBahasa Lampung yang ada disekolahnya.

Maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah paradigma berpikir siswa agar lebih peduli terhadap mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran BahasaLampung, peneliti menggunakan salah satu layanan bimbingan konseling yaitu bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok lebih lebih merupakan suatu bimbingan kepada individu-individu melalui prosedur kelompok. Kelompok merupakan wadah dimana didalamnya diadakan upaya bimbingan dalam rangka membantu individu-individu yang memerlukan bantuan. Bimbingan kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagaimedia dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan.

Pengertian bimbingan kelompok yang lebih sederhana menunjuk kepada kepada kegiatan bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah yang sama. Pengertian tersebut tidak secara langsung dan sengaja memanfaatkan dinamika kelompok yang tumbuh didalam kelompok tersebut membantu individu-individu yang bersangkutan. Dengan tidak memanfaatkan dinamika kelompok tersebut, bimbingan kelompok dalam


(55)

artinya yang lebih sederhana tersebut mempergunakan kelompok sebagai sekadar wadah dimana isi bimbingan dicurahkan (Hartinah, 2009 : 61).

Sikap dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.Dalam upaya meningkatkan sikap belajar siswa maka siswa perlu dibimbing dalam rangka mengubah paradigma berpikir siswa untuk lebih peduli terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung, bahwa dengan bimbingan kelompok diharapkan para siswa dapat mendapatkan berbagai informasi. Diharapkan informasi tersebut dapat bermanfaat dalam meningkatkan sikap belajar siswa terhadap mata pelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Lampung. Oleh sebab itu bimbingan kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan sikap belajar Bahasa Lampung.


(56)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan dan waktu pelaksanaan penelitiannya pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap dapat dipertanggung jawabkan dan memiliki bukti ilmiah yang akurat dan dapat dipercaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimental. Menurut Sugiyono (2012:82) “Rancangan pre-eksperimental belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen”.Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random).


(57)

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol dan randomisasi, penelitian ini hanya hanya melihat hasil dari pemberian layanan bimbingan kelompok pada siswa yang sikap belajarnya rendah pada mata pelajaran Bahasa Lampung di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

Jenis desain yang digunakan adalahpre eksperimental denganone group pre-test and post-pre-test design, yaitu suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah pemberian perlakuan (Sugiyono, 2010). Dalam desain ini dilakukan dua kali pengukuran, pengukuran pertama dilakukan sebelum diberi layanan bimbingan kelompok dan pengukuran kedua dilakukan setelah diberi layanan bimbingan kelompok. Desain penelitian yang digunakan peneliti digambarkan sebagai berikut:

Pengukuran Pengukuran

(Pretest) Perlakuan (Posttest)

Gambar 3.1.One Group Pretest-Posttest Design(Sugiyono, 2010)

Keterangan:

O1 : pengukuran awal sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan sebelum mendapat perlakuan.

X : pemberian perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok kepada siswa yang memiliki sikap belajar rendah.


(58)

O2 : pemberianposttest untuk mengukur sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung setelah diberikan perlakuan (X).

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Menurut Asher dan Vockell (dalam Setyosari, 2010 : 28) variabel atau faktor penelitian memiliki peranan penting dalam suatu penelitian, dalam hal ini khusus penelitian pendidikan. Arti variabel secara umum adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, yang kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen), yaitu:

a. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu layanan bimbingan kelompok.

b. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap belajar siswa.


(59)

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasikan variabel atau konsep yang digunakan. Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung adalah dorongan untuk berbuat sesuatu yang meningkatkan guna menghasilkan suatu hasil belajar Bahasa Lampung yang lebih berpengaruh terhadap dirinya, meliputi indikator: pemahaman terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung, mau mempelajari mata pelajaran Bahasa Lampung, dan pengaplikasian pelajaran Bahasa Lampung.

b. Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subyek penelitian ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Subyek penelitian pada penelitian ini adalah siswa SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan yang sikap belajarnya rendahdalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Lampung. Untuk mendapatkan subyek penelitian, akan dibagikan skala sikap pada siswa


(60)

yang kemudian diperoleh siswa yang memiliki sikap belajar rendah. Skala sikap ini berfungsi untuk menemukan siswa yang memiliki sikap belajar rendah dan siswa yang menjadi subyek penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan. Setelah itu akan diberikan bimbingan kelompok sebagai perlakuan.

Alasan peneliti menggunakan subyek penelitian adalah karena penelitian ini merupakan aplikasi layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan sikap belajar siswa dan hasil dari proses bimbingan kelompok ini tidak dapat digeneralisasikan, subyek yang satu tidak dapat mewakili subyek yang lain karena setiap individu berbeda.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka disusun langkah-langkah penelitian secara sistematis sebagai berikut:

1. Melakukan orientasi sekolah sebelum melakukan penelitian, orientasi disini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah;

2. Membuat instrumen penelitian;

3. Menguji coba kan instrument pada kelas yang tidak di teliti. 4. Menguji Validitas dan reabilitas instrumen;

5. Melakukan perbaikan instrumen; 6. Melakukan wawancara;

7. Melakukan pretest


(61)

9. Memberikan pemahaman dasar tentang layanan bimbingan kelompok kepada subjek penelitian

10. Melakukan layanan bimbingan kelompok kepada subjek penelitan sebanyak tiga kali pertemuan.

11. Melakukan posttest untuk melihat ketercapaian penelitian. 12. Membuat kesimpulan hasil penelitian.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Skala Sikap Terhadap Belajar Bahasa Lampung

Skala yang diberikan adalah skala sikap belajar. Skala sikap belajar Bahasa Lampung diberikan sebelum dan setelah perlakuan. Untuk mengetahui perubahan perilaku subyek penelitian baik sebelum maupun setelah diberikan perlakuan (dilakukan bimbingan kelompok). Skala yang dipakai adalah model Likert yaitu suatu skala psikometrik yang umum digunkan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset atau penelitian (Arikunto, 2006:128).

Kisi-Kisi Skala SikapMenggunakan Model Likert

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.


(62)

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert gradasi dari sangat sampai sangat negatif dan untuk keperluan analisis kualitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:

1. SangatSetuju 5

2. Setuju 4

3. Ragu-Ragu 3

4. TidakSetuju 2

5. SangatTidakSetuju 1 Tabel 3.1 Skoring Skala Likert

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentukchecklist (Sugiyono, 2004 : 87).

Alasannya menggunakan skala Likert karena skala Likert memiliki karakteristik yang berbeda dengan alat ukur lainnya seperti angket dan daftar isian, karena skala Likert umumnya digunakan untuk mengukur aspek atau atribut dan stimulusnya berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkapkan indikator prilaku atribut yang bersangkutan.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara, situasi wawancara (Riduwan, 2005 : 74).


(63)

Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara agar peneliti dapat menerima informasi seluas-luasnya mengenai permasalahan yang dihadapi klien. Wawancara dilakukan dengan subyek penelitian dan pihak-pihak yang berkaitan dengan subyek penelitian, wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan seluas-luasnya tentang perilaku, masalah dan karakteristik subyek penelitian secara jelas.

G. Uji Prasyarat Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasa dinamakan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2004 : 97) yang dimaksud instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Syarat instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2006 : 156).

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008 : 267). Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008 : 267).

1. Uji Validitas Skala Sikap Belajar Bahasa Lampung

“Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut


(64)

dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur” (Sugiyono, 2010 : 267). Validitas adalah suatu struktur yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesalahan suatu instrumen. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Azwar (2013:132) “Relevansi aitem dengan indikator keprilakuan dan dengan tujuan ukur sebenarnya sudah dapat dievaluasi lewat nalar dan akal sehat yang mampu menilai apakah isi skala memang mendukung konstruk teoritik yang diukur. Proses ini disebut dengan validitas logik sebagai bagian dari validitas isi.”Keputusan akal sehat mengenai keselarasan aitem dengan tujuan ukur skala tentunya tidak dapat didasarkan hanya pada penilaian penulis karena akan sangat mengandung unsur subyektifitas peneliti didalamnya.

Seperti yang diungkapkan Azwar (2013:132) “Selain didasarkan pada penilaian penulis, juga memerlukan kesepakatan penilaian dari beberapa penilai yang kompeten (expert judgement).” Dalam penelitian ini, para ahli yang diminta pendapatnya adalah dosen-dosen bimbingan dan konseling di Universitas Lampung. Uji ahli instrument ini dilakukan untuk melihat kesesuaian antara item-item pernyataan baik dari segi konstruk maupun redaksional setiap item. Selanjutnya hasil pertimbangan uji ahli tersebut dijadikan landasan dalam penyempurnaan instrumen yang telah disusun oleh penulis.


(65)

Berdasarkan hasil dari uji ahli skala sikap belajar menerangkan bahwa tidak adanya penilaian “Kurang Tepat” dan “Tidak Tepat” setelah dilakukan perbaikan. Deskriptor dan indikator dalam instrumen penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk menyusun pernyataan-pernyataan tentang sikap belajar.

Setelah dilakukan Judgement expert, peneliti menganaliisis hasil judgemnt expert menggunakan Koefisien validitas isi Aiken’s V.

Menurut Azwar (2013) “Aiken telah merumuskan formula Aiken’s V

untuk menghitung Content Validity Coefficient yang didasarkan pada penilaian panel ahli sebanyak n orang terhadap suatu aitem mengenai

sejauh mana aitem tersebut mewakili konstruk yang diukur.” Penilaian dilakukan dengan cara memberikan angka antara 1 (sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan ) sampai 4 (sangat mewakili atau sangat relevan).

Berikut adalah formula dari Aiken’s V dalam Azwar (2013: 134):

V =

∑ S / [n(c

-1)]

n : Jumlah panel penilai (expert)

lo : Angka Penilaian Validitas Terendah (dalam hal ini = 1) c : Angka Penilaian Validitas Tertinggi (dalam hal ini = 4) r : Angka Yang Diberikan Seorang Penilai

s : r–lo

Kriteria validitasisi : 0,8 - 1,000 : sangat tinggi 0,6 - 0,799 : tinggi

0,4 - 0,599 : cukup tinggi 0,2 - 0,399 : rendah

< 0,200 : sangat rendah Riduwan (2005)


(66)

2. Reliabilitas Skala Sikap Belajar Bahasa Lampung

Instrumen pokok pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala sikap belajar. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan secara internal consistency. Pengujian reliabilitas secara internal consistencydilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian setelah data diperoleh selanjutnya dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument (Sugiyono, 2008 : 131).

Untuk menguji reliabilitas instrumen dan mengetahui tingkat reliabilitas instrument dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus alpha dengan rumus sebagai berikut:

                2 11 1 1 t t S S k k r Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

ΣSt2 = Jumlah varian butir St2 = Varian total

Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria reliabilitas menurut Riduwan (2005) sebagai berikut:

0,8–1,000 = sangat tinggi 0,6–0,799 = tinggi

0,4–0,599 = cukup tinggi 0,2–0,399 = rendah < 0,200 = sangat rendah


(67)

Hasil uji reliabilitas instrumen dan mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian ini terhadap hasil uji coba yang dilakukan oleh Peneliti pada tanggal 18 November 2014 terhadap siswa SMP Negeri 1 Tanjung Bintang yang melibatkan Siswa kelas IX yang berjumlah 20 responden menggunakan rumus di atas, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut.

Menghitung Reliabilitas Alpha Cronbach

                 

2

1 2 1 1 σ σ b tt k k r

983

,

130

06152

,

28

1

1

20

20

tt

r

1

,

05



0

,

786

0

,

825

tt

r

Berdasarkan hasil pengujian di atas diketahui bahwa nilai r11 = 0,825 maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrument SangatTinggi, sehingga instrument dapat digunakan berkali-kali pada subyek yang berbeda. Atas dasar ini maka instrument ini dapat Peneliti gunakan pada penelitian pada SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiono, 2012 : 207). Analisis

1,05



10,214


(68)

data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis. Arikunto (2006 : 162) menyatakan bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan, yaitu mencoba sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan uji Wilcoxon yaitu dengan mencari perbedaan mean Pretest dan Posttest. Analisis ini digunakan untuk mengetahui keefektifan layanan konseling kelompok untuk mengembangkan sikap belajar siswa. Uji Wilcoxon merupakan perbaikan dari uji tanda. Karena subjek penelitian kurang dari 25, maka distribusi datanya dianggap tidak normal (Sudjana, 2002:93) dan data yang diperoleh merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik (Sugiono, 2012:210) dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini akan menguji Prstest dan posttest. Dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui program SPSS

(Statistical Package for Social Science) 17.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut (Sudjana, 2002:96)

z =

( )

( )( )


(69)

Z : Uji Wilcoxon

T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest dan posttest N : Jumlah data sampel

Kaidah keputusan:

Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0 diterima (dengan taraf signifikansi 5%)

Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0 ditolak (dengan taraf signifikansi 5%).


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMP TrimulyaKecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian layanan bimbingan kelompokdapat digunakan untuk meningkatkan sikapsiswa terhadap matapelajaran Bahasa Lampung. Hal initerbuktidarihasil uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon,diperoleh hasil perhitungan uji Wilcoxon,output didapat nilai z hitung adalah -2,521. Kemudian dibandingkan dengan z tabel, dengan nilai α = 5% adalah 0,05=1,645. Oleh karena z hitung < z tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat peningkatan yang signifikan pada sikapbelajar siswa, sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan kelompokdapat meningkatkan sikapsiswaterhadap mata pelajaran Bahasa Lampung di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bint ang Kabupaten Lampung Selatan pada tahun pelajaran 2014/2015.


(71)

2. Kesimpulan Penelitian

Layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan skor sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung dari subjek penelitian setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan adalah:

1. Kepada Siswa SMP Trimulya Lampung Selatan

Siswa yang memiliki sikap belajar rendah dalam mempelajari Bahasa Lampung, dapat mengikuti layanan bimbingan kelompok agar mendapatkan masukan dan berbagi pengetahuan dengan teman kelompok untuk meningkatkan sikap belajar Bahasa Lampung.

2. Guru SMP Trimulya Lampung Selatan

Guru hendaknya melakukan kegiatan bimbingan kelompok untuk membantu meningkatkan sikap belajar Bahasa Lampung pada siswa yangsikap belajar Bahasa Lampung nya rendah dengan mengadakan kegiatan bimbingan kelompok .


(1)

50

data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis.

Arikunto (2006 : 162) menyatakan bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan, yaitu mencoba sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan uji Wilcoxon yaitu dengan mencari perbedaan mean Pretest dan Posttest. Analisis ini digunakan untuk mengetahui keefektifan layanan konseling kelompok untuk mengembangkan sikap belajar siswa. Uji Wilcoxon merupakan perbaikan dari uji tanda. Karena subjek penelitian kurang dari 25, maka distribusi datanya dianggap tidak normal (Sudjana, 2002:93) dan data yang diperoleh merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik (Sugiono, 2012:210) dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini akan menguji Prstest dan posttest. Dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui program SPSS

(Statistical Package for Social Science) 17.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut (Sudjana, 2002:96)

z =

( )

( )( )


(2)

51

Z : Uji Wilcoxon

T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest dan posttest N : Jumlah data sampel

Kaidah keputusan:

Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0 diterima (dengan taraf signifikansi 5%)

Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0 ditolak (dengan taraf signifikansi 5%).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMP TrimulyaKecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian layanan bimbingan kelompokdapat digunakan untuk meningkatkan sikapsiswa terhadap matapelajaran Bahasa Lampung. Hal initerbuktidarihasil uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon,diperoleh hasil

perhitungan uji Wilcoxon,output didapat nilai z hitung adalah -2,521.

Kemudian dibandingkan dengan z tabel, dengan nilai α = 5% adalah 0,05=1,645. Oleh karena z hitung < z tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat peningkatan yang signifikan pada sikapbelajar siswa, sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan kelompokdapat meningkatkan sikapsiswaterhadap mata pelajaran Bahasa Lampung di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bint ang Kabupaten Lampung Selatan pada tahun pelajaran 2014/2015.


(4)

✂8

2. Kesimpulan Penelitian

Layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan skor sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Lampung dari subjek penelitian setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan adalah:

1. Kepada Siswa SMP Trimulya Lampung Selatan

Siswa yang memiliki sikap belajar rendah dalam mempelajari Bahasa Lampung, dapat mengikuti layanan bimbingan kelompok agar mendapatkan masukan dan berbagi pengetahuan dengan teman kelompok untuk meningkatkan sikap belajar Bahasa Lampung.

2. Guru SMP Trimulya Lampung Selatan

Guru hendaknya melakukan kegiatan bimbingan kelompok untuk membantu meningkatkan sikap belajar Bahasa Lampung pada siswa yangsikap belajar Bahasa Lampung nya rendah dengan mengadakan kegiatan bimbingan kelompok .


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Ahmadi. A. 1990.Psikologi sosial.Semarang : Rineka Cipta.

Arikunto .S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2013.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar. S. 1988.Sikap manusiaYogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hamalik, O. 2011.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Hakim,T. 2005.Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hartinah DS, Sitti.2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika Aditama.

Prawira Atmaja, Purwa. 2012.Psikologi Pendidikan. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: Ghali Indonesia.

Ridwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.Jakarta: Alfabeta.

Romlah,T. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan dan Konseling. Malang : Universitas Negeri Malang.

Sukardi. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Seniati, L, Yulianto, A dan Setiadi, B.N. 2005.Psikologi Eksperimen. Jakarta : indeks.


(6)

Setyosari,P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2004.Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

0 8 56

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

0 4 52

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 69

PENINGKATAN ACADEMIC SELF MANAGEMENT DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 6 70

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWADENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

1 9 104

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 71

PENINGKATAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP TRIMULYA KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

0 2 73

STATUS GIZI KAMBING KACANG DI KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

1 7 41

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI I TRIMULYO KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 49