Analisis Permintaan Pelayanan Persalinan Menggunakan Jaminan Persalinan Pada Ibu-Ibu Yang Telah Mendapatkan Pelayanan Jaminan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
ANALISIS PERMINTAAN PELAYANAN PERSALINAN MENGGUNAKAN JAMINAN PERSALINAN PADA IBU-IBU YANG TELAH MENDAPATKAN
PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS PERBAUNGAN KECAMATAN
PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Oleh
NURSIAH SANTI 107032022/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ANALISIS PERMINTAAN PELAYANAN PERSALINAN MENGGUNAKAN JAMINAN PERSALINAN PADA IBU-IBU YANG TELAH MENDAPATKAN
PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS PERBAUNGAN KECAMATAN
PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NURSIAH SANTI 107032022/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : ANALISIS PERMINTAAN PELAYANAN PERSALINAN MENGGUNAKAN JAMINAN PERSALINAN PADA IBU-IBU YANG TELAH MENDAPATKAN PELAYANAN JAMINAN
PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS PERBAUNGAN KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Nama Mahasiswa : Nursiah Santi No. Induk Mahasiswa : 107032022
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Juanita, S.E, M.Kes)
Ketua Anggota
(dr. Heldy BZ, M.P.H)
Dekan
(Dr.Drs. Surya Utama, M.S)
(4)
Telah diuji
pada Tanggal : 30 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes Anggota : 1. dr. Heldy BZ, M.P.H
2. Dr. Khaira Amalia S.E, Ak, M.B.A, MAPPI (Cert) 3. dr. Fauzi, S.K.M
(5)
PERNYATAAN
ANALISIS PERMINTAAN PELAYANAN PERSALINAN MENGGUNAKAN JAMINAN PERSALINAN PADA IBU-IBU YANG TELAH MENDAPATKAN
PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS PERBAUNGAN KECAMATAN
PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2013 Penulis
Nursiah Santi 107032022/IKM
(6)
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di suatu negara (Depkes RI, 2007). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di Indonesia khususnya dalam mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional serta Millennium Development Goals (MDGs), pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan) dan bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ibu terhadap pelayanan Jampersal ini dilakukan penelitian dengan studi survey explanatory. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang sudah pernah mendapatkan pelayanan Jampersal berjumlah 69 orang.
Analisa data dengan menggunakan regresi linier berganda diketahui bahwa variabel pendapatan (p<0,001) dan variabel kualitas pelayanan (p=0,001) berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pelayanan Jampersal. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan adalah variabel pendapatan dengan nilai p < 0,001.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa permintaan pelayanan Jampersal dipengaruhi oleh pendapatan dan kualitas pelayanan.
(7)
ABSTRACT
Maternal Mortality Rate and Neonatal Mortality Rate are crucial aspects indicate health level in a country. Governments need to provide some best efforts in decreasing Maternal Mortality Rate and Neonatal Mortality Rate in Indonesia in order to achieve MDGs target in 2015 for Maternal Mortality Rate around 102/100.000 childbirths. In a way of making goals of national health developement and also MDGs, in 2011 The Ministry of Health released a new program for maternal and childbirth insurance called Jaminan Persalinan includes antenatal care, intranatal care, postnatal care and treatment for newborn babies until 28 days old. This research has a purpose to find out all factors affecting demand of Jaminan Persalinan with explanatory survey research consisted 69 respondents of mothers who all had been treated by Jaminan Persalinan.
This result of the multiple linear regression analysis shows that variable of income (p value <0,001) and the variable of quality of service (p value <0,001) have an influence on the demand for Jaminan Persalinan. Among of all variables, income has a strongest influence on the demand for Jaminan Persalinan.
This research explains that among of all variable, there are two variables, income and quality of service have an influence on the demand for Jaminan Persalinan,
Keyword : Demand, Maternal and Childbirth Insurance, Maternity, Maternal Mortality Rate
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………. i
ABSTRACT………... ii
KATA PENGANTAR……….. iii
RIWAYAT HIDUP………... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 7
1.3. Tujuan ... 7
1.4. Hipotesis ... 8
1.5. Manfaat Penelitian ... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Permintaan (Demand) ... 9
2.1.1. Konsep Demand dalam Kesehatan ... 10
2.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Demand terhadap PelayananKesehatan ... 12
2.2. Jampersal (Jaminan Persalinan) ... 17
2.2.1. Pengertian ... 17
2.2.2. Ruang Lingkup Jaminan Persalinan ... 17
2.2.3. Sasaran ... 19
2.2.4. Manfaat Pelayanan Jaminan Persalinan ... 20
2.2.5. Pendanaan Jaminan Persalinan ... 23
2.3. Ibu Hamil ... 25
2.3.1. Pengertian Kehamilan ... 25
2.3.2. Pemeriksaan kehamilan ... 25
2.3.3. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan ... 26
2.3.4. Faktor Resiko Kehamilan ... 26
2.4. Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) ... 28
2.5. Landasan Teori ... 29
2.6. Kerangka Konsep ... 30
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Jenis Penelitian ... 31
(9)
3.3. Populasi dan Sampel ... 31
3.3.1. Populasi ... 31
3.3.2. Sampel ... 32
3. 4. Metode Pengumpulan Data ... 33
3.4.1. Uji Validitas ... 33
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 34
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 34
3.5.1. Variabel Penelitian ... 34
3.6. Metode Pengukuran ... 37
3.6.1. Aspek Pengukuran ... 37
3.7. Metode Analisis Data ... 39
BAB 4. HASIL PENELITIAN... 42
4. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian... 42
4.1.2. Karakteristik Responden... 43
4.2. Analisis Univariat ... 43
4.2.1. Variabel Independen... 43
4.2.2. Variabel Dependen (Permintaan Pelayanan Jaminan Persalinan)... 46
4.3. Analisis Bivariat ... 46
4. 4. Analisis Multivariat ... 48
4.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 48
4.4.2. Pengujian Hipotesis ... 52
BAB 5. PEMBAHASAN ... 56
5.1. Pengaruh Umur terhadap Permintaan Pelayanan Jaminan Persalinan... 56
5.2. Pengaruh Paritas terhadap Permintaan Pelayanan Jaminan Persalinan... 57
5.3. Pengaruh Pendidikan terhadap Permintaan Pelayanan Jaminan Persalinan ... 58
5.4. Pengaruh Pendapatan terhadap Permintaan Pelayanan Jaminan Persalinan ... 59
5.5. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Permintaan Pelayanan Jaminan Persalinan ... 60
5.6. Faktor Lain Penyebab Responden tidak Meminta Pelayanan Persalinan menggunakan Jaminan Persalinan Kembali ... 61
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
6.1. Kesimpulan ... 63
(10)
DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.1. Jumlah Seluruh Persalinan dengan Pelayanan Jampesal di 10 Desa/Kelurahan di Kecamatan Perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2011………... 6 2.1. Besaran Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan
Pada Pelayanan Dasar ... 24 3.1. Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian di Wilayah Kerja
Puskesmas Plus Perbaungan ... 33 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 39 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Demografi
di Wilayah Kerja Puskesmas Plus Perbaungan ... 44 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Sosial
di Wilayah Kerja Puskesmas Plus Perbaungan ... 45 4.3. Penilaian Faktor Pendukung Pelaksana Pelayanan Jampersal
menurut Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Plus Perbaungan ... 45 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Permintaan
Pelayanan Jampersal menurut Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Plus Perbaungan ... 46 4.5. Hasil Analisis Bivariat dengan menggunakan
(12)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 30 4.1. Grafik Normal P-P Plot... 49
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Kuesioner ... 68 2 Print Out SPSS ... 74
(14)
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di suatu negara (Depkes RI, 2007). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di Indonesia khususnya dalam mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional serta Millennium Development Goals (MDGs), pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan) dan bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ibu terhadap pelayanan Jampersal ini dilakukan penelitian dengan studi survey explanatory. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang sudah pernah mendapatkan pelayanan Jampersal berjumlah 69 orang.
Analisa data dengan menggunakan regresi linier berganda diketahui bahwa variabel pendapatan (p<0,001) dan variabel kualitas pelayanan (p=0,001) berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pelayanan Jampersal. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan adalah variabel pendapatan dengan nilai p < 0,001.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa permintaan pelayanan Jampersal dipengaruhi oleh pendapatan dan kualitas pelayanan.
(15)
ABSTRACT
Maternal Mortality Rate and Neonatal Mortality Rate are crucial aspects indicate health level in a country. Governments need to provide some best efforts in decreasing Maternal Mortality Rate and Neonatal Mortality Rate in Indonesia in order to achieve MDGs target in 2015 for Maternal Mortality Rate around 102/100.000 childbirths. In a way of making goals of national health developement and also MDGs, in 2011 The Ministry of Health released a new program for maternal and childbirth insurance called Jaminan Persalinan includes antenatal care, intranatal care, postnatal care and treatment for newborn babies until 28 days old. This research has a purpose to find out all factors affecting demand of Jaminan Persalinan with explanatory survey research consisted 69 respondents of mothers who all had been treated by Jaminan Persalinan.
This result of the multiple linear regression analysis shows that variable of income (p value <0,001) and the variable of quality of service (p value <0,001) have an influence on the demand for Jaminan Persalinan. Among of all variables, income has a strongest influence on the demand for Jaminan Persalinan.
This research explains that among of all variable, there are two variables, income and quality of service have an influence on the demand for Jaminan Persalinan,
Keyword : Demand, Maternal and Childbirth Insurance, Maternity, Maternal Mortality Rate
(16)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di suatu negara (Depkes RI, 2007). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di Indonesia khususnya dalam mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Tentunya hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah Indonesia (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 memperlihatkan AKI di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedang angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target AKI yang ingin dicapai tahun 2015 masih jauh dari yang diharapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Masalah utama ibu bersalin dipengaruhi oleh faktor demografi, status reproduksi, status kesehatan ibu,perilaku dan akses ke pelayanan kesehatan. Penyebab kematian ibu secara langsung yaitu perdarahan 28 %, eklamsi 24% dan infeksi 11 %.
Dari Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 diketahui bahwa cakupan persalinan yang dilaporkan mendapatkan pertolongan awal persalinan
(17)
yang ditangani tenaga kesehatan sebanyak 72,4 % selebihnya oleh dukun dan tenaga non kesehatan lainnya. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa penyebab kematian terbanyak pada kelompok bayi 0-6 hari didominasi oleh gangguan/kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Untuk penyebab utama kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pneumonia (15,4%). Dan penyebab utama kematian bayi pada kelompok 29 hari–11 bulan yaitu diare (31,4%), pnemonia (23,8) dan meningitis/ensefalitis (9,3%). Di lain pihak faktor utama ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi 0-6 hari adalah hipertensi maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran (17,5%), ketuban pecah dini dan pendarahan ante partum masing-masing 12,7%.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan AKI. Pada tahun 1987, untuk pertama kalinya di tingkat internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di Nairobi, Kenya. Kemudian pada tahun 1990 dilakukan World Summit for Children di New York, Amerika Serikat, yang menghasilkan tujuh tujuan utama, diantaranya adalah menurunkan AKI menjadi separuh pada tahun 2000. Tahun 1994 diadakan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo Mesir, yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan reproduksi pria dan wanita sangat vital
(18)
dalam pembangunan sosial dan pengembangan sumber daya manusia. Di dalamnya termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Tahun 1995 di Beijing, Cina diadakan Fourth World Conference on Women, kemudian pada tahun 1997 di Colombo, Sri Lanka diselenggarakan Safe Motherhood Technical Consultation, yang menekankan perlu dipercepatnya penurunan AKI pada tahun 2000. Konferensi yang terakhir, yaitu The Millenium Summit in 2000, dimana semua anggota PBB berkomitmen pada Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan tiga perempat AKI pada tahun 2015 (UNFPA, 2003).
Penurunan AKI dan AKB merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan target MDGs lainnya. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan (Kemenkes RI, 2011).
Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Peserta jaminan persalinan mendapatkan manfaat pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan (ANC) termasuk penatalaksanaan komplikasi kehamilan,
(19)
persalinan per vaginam, persalinan per abdominam, komplikasi persalinan, pelayanan bayi baru lahir, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) dalam Trisnantoro (2006) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi demand pelayanan kesehatan yaitu kebutuhan berbasis fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatan, penghasilan masyarakat, variabel-variabel ekonomi (tarif), variabel-variabel demografis dan umur, asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan, jenis kelamin, pendidikan dan faktor lainnya.
AKI di Sumatera Utara tahun 2010 yaitu 268 orang per 100.000 kelahiran hidup (DinKes Prov.Sumatera Utara, 2010). Berdasarkan Profil Kesehatan Daerah Serdang Bedagai tahun 2010, diketahui AKI adalah 25 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu tertinggi terdapat di Kecamatan Perbaungan yaitu 3 orang dari 1879 kelahiran hidup. Jumlah tenaga perawat dan bidan sebanyak 342 orang, terdiri dari 109 perawat dan 233 bidan. Rasio terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 61. Sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), meliputi jumlah desa siaga sebanyak 243 desa, yang aktif ada 214 desa. Jumlah poskesdes sebanyak 207, jumlah posyandu sebanyak 863 buah posyandu, dan tidak memiliki polindes. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 6 buah rumah sakit umum, 1 buah rumah sakit khusus dan 20 buah puskesmas (DinKes Kab. Serdang Bedagai, 2010).
Jumlah kunjungan ibu hamil (K1) di Kabupaten Serdang Bedagai selama tahun 2010 sebesar 15.188 orang (94%) dari jumlah ibu hamil yang ada sebanyak 16.141 orang. Tingginya K1 karena ibu hamil memiliki kesadaran yang meningkat
(20)
untuk memeriksakan kehamilan dan melakukan kunjungan ke sarana kesehatan. Kunjungan ibu hamil (K4) pada tahun 2010 sebesar 13.791 orang (85%) dari jumlah ibu hamil yang ada sebanyak 16.141 orang. Jumlah persalinan ditolong tenaga kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai selama tahun 2010 sebesar 13.535 orang (88%) dari jumlah ibu bersalin sebesar 15.409 orang (DinKes Kab. Serdang Bedagai, 2010)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan, pelayanan Jampersal dapat diperoleh di seluruh kesehatan tingkat pertama pemerintah (puskesmas dan jaringannya) dan swasta serta tingkat lanjutan (Rumah Sakit) pemerintah dan swasta (berdasarkan rujukan) di rawat inap kelas III (Kemenkes RI, 2011).
Pelaksanaan pelayanan Jampersal di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dapat diselenggarakan di fasilitas kesehatan meliputi 2 buah rumah sakit umum, 2 buah puskesmas yaitu Puskesmas Plus Perbaungan dengan wilayah kerja 19 Desa dan Kelurahan dan Puskesmas Melati dengan wilayah kerja 9 Desa dan Kelurahan. Puskesmas Plus Perbaungan memiliki 5 buah Puskesmas Pembantu yang dipimpin oleh bidan, 4 buah Poskesdes dan jumlah tenaga bidan sebanyak 35 orang termasuk di dalamnya 25 orang bidan desa.
Berdasarkan persentase pemanfaatan pelayanan Jampersal di Kecamatan Perbaungan, dapat dilihat jumlah ibu yang mau menggunakan pelayanan persalinan menggunakan Jampersal pada tabel berikut.
(21)
Tabel 1.1 Jumlah Seluruh Persalinan dengan Pelayanan Jampersal di 10 Desa/Kelurahan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai tahun
2011
Jumlah Persalinan Presentase dari Nama Desa Ditangani dengan Keseluruhan Pelayanan Jampersal Persalinan
Batang Terap 20 orang 2,4 %
Simpang Tiga Pekan 28 orang 3,36 %
Tualang 24 orang 2,88 %
Kota Galuh 20 orang 2,4 %
Jambur Pulau 15 orang 1,8 %
Citaman Jernih 26 orang 3,12%
Pematang Sijonam 15 orang 1,8%
Suka Jadi 20 orang 2,4%
Lidah Tanah 25 orang 3,0%
Pasar Bengkel 20 orang 2,4%
Sumber : Laporan Jampersal Puskesmas Perbaungan tahun 2011
Berdasarkan persentase pemanfaatan pelayanan persalinan menggunakan Jampersal di Kecamatan Perbaungan, terlihat jumlah ibu yang mau menggunakan pelayanan Jampersal berikut persentasenya dari 833 persalinan sepanjang tahun 2011 di Kecamatan Perbaungan. Dengan adanya kebijakan Jampersal, diharapkan ibu hamil tidak ragu-ragu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah memiliki tenaga dan sarana kesehatan yang memadai dan memiliki cakupan persalinan yang baik.
Hasil penelitian Saimi (2006) mengemukakan bahwa besarnya pemanfaatan pelayanan persalinan gratis dipengaruhi oleh faktor mutu pelayanan dan pendapatan keluarga di Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
(22)
Berdasarkan hasil penelitian Hasibuan (2008), dipaparkan bahwa pelayanan kesehatan dan tarif berpengaruh terhadap permintaan terhadap pelayanan kesehatan (non Askes), sedangkan sarana dan pra sarana tidak berpengaruh.
Menurut Sorkins (1989), pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor demografi, struktur sosial, belief, akses pelayanan kesehatan, status kesehatan berdasarkan evaluasi klinis.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian analisis permintaan ibu yang telah mendapatkan pelayanan Jampersal di Kabupaten Serdang Bedagai untuk menggunakan kembali pelayanan Jaminan Persalinan dimana faktor tarif persalinan tidak berlaku. Dengan demikian penelitian ini dapat memaparkan hal-hal lain yang memengaruhi ataupun yang menghambat implementasi kebijakan ini.
1.2. Permasalahan
Dari uraian sebelumnya maka permasalahan penelitian ini adalah : faktor-faktor apa saja yang memengaruhi permintaan (demand) terhadap pelayanan Jampersal di Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
1.3. Tujuan
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis permintaan terhadap pelayanan Jampersal dan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
(23)
permintaan pelayanan Jampersal di Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
1.4. Hipotesis
Terdapat pengaruh faktor-faktor demografis (umur, paritas), struktur sosial (pendidikan, pendapatan) dan faktor penunjang pelaksana (kualitas pelayanan) terhadap permintaan pealayanan Jampersal di Puskesmas Plus Perbaungan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya bidang administrasi dan kebijakan kesehatan
2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam pelaksanaan pelayanan Jampersal.
(24)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Permintaan (Demand)
Dalam usaha memenuhi kebutuhannya, pertama kali yang akan dilakukan seseorang adalah pemilihan atas berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Selain itu juga dilihat apakah harganya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika harganya tidak sesuai, maka ia akan memilih barang dan jasa yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Perilaku tersebut sesuai dengan hukum permintaan yang mengatakan bahwa bila harga suatu barang atau jasa naik, maka ceteris paribus jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen akan mengalami penurunan. Sebaliknya bila harga suatu barang atau jasa turun, maka ceteris paribus jumlah barang dan jasa yang dimintai konsumen akan mengalami kenaikan. (Samuelson & Nordhaus, 2004)
Fungsi permintaan (demand function) adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan sesuatu barang dan semua faktor-faktor yang memengaruhi. Menurut Boediono (1989), permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memengaruhi, pendapatan, selera.
Fungsi permintaan akan suatu barang dituliskan sebagai berikut :
(25)
Keterangan :
Dx = Permintaan barang PX = Harga barang itu sendiri
PY = Harga barang lain yang memengaruhi M = Pendapatan
S = Selera
Menurut Boediono, permintaan suatu barang dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu, harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memengaruhi, pendapatan pembeli itu sendiri, dan selera (Boediono, 1989).
2.1.1. Konsep Demand dalam Kesehatan
Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan melangsungkan keturunan,sehingga timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Demand untuk menjadi sehat berbeda antar manusia. Seseorang yang sangat bergantung pada kesehatannya, tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya.
Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan merupakan suatu input untuk menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang menghasikan kesehatan. Demand terhadap pelayanan kesehatan tergantung terhadap demand akan kesehatan ( Trisnantoro,2006 ).
(26)
Grossman (1972) dalam Trisnantoro (2006), menggunakan teori modal manusia (human capital) untuk menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk pelayanan kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Grossman menguraikan demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain :
1. Yang diinginkan konsumen adalah kesehatan bukan pelayanan kesehatan. Pelayananan kesehatan adalah sebagai derived demand yang menghasilkan input kesehatan
2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk meningkatkan kesehatan disamping menggunakan pelayanan kesehatan
3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdepresiasi dengan segera.
4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi
Secara umum keadaan demand dan need pelayanan kesehatan dapat dilukiskan dalam suatu konsep yang disebut fenomena gunung es (Iceberg phenomenon). Konsep ini mengacu pada pengertian bahwa demand yang benar seharusnya merupakan bagian dari need. Secara konsepsual, need akan pelayanan kesehatan dapat berwujud suatu gunung es yang hanya sedikit puncaknya terlihat sebagai demand. "Sedikit" tersebut bersifat variatif. Di negara-negara maju mungkin
(27)
puncak gunung es akan terlihat relatif besar bila dibanding dengan negara-negara yang masih dalam keadaan miskin (Trisnantoro,2006).
2.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Demand terhadap Pelayanan Kesehatan
Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) dalam Trisnantoro (2006), faktor-faktor yang memengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain:
1. Kebutuhan Berbasis Fisiologis
Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis menekankan penting-nya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapat pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini akan memengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya.
2. Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan
Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Di samping itu, masalah persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain tidak memperhatikannya.
3. Variabel-Variabel Ekonomi Tarif
Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah. Sangat penting untuk dicatat bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan pasien yang mempunyai pilihan. Pada keadaan yang membutuhkan
(28)
penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam memengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik.Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat meninggal atau cacat seumur hidup.
4. Penghasilan Masyarakat
Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan yang sebagian besar merupakan barang normal. Akan tetapi, ada pula sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu adanya kenaikan penghasilan masyarakat justru menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota dan kabupaten.
5. Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan bersifat positif.
Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada saat sakit. Dengan demikian, semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan maka demand akan pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) menjadi semakin tinggi.
(29)
6. Variabel-Variabel Demografis dan Umur
Faktor umur sangat memengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang sendiri meningkat demand-nya terhadap pelayanan kuratif. Sementara itu, demand terhadap pelayanan kesehatan preventif menurun. Dengan kata lain, semakin mendekati saat kematian, seseorang merasa bahwa keuntungan dari pelayanan kesehatan preventif akan lebih kecil dibandingkan dengan saat masih muda. Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-negara maju yang berubah menjadi masyarakat tua. Pengeluaran untuk pelayanan kesehatan menjadi sangat tinggi.
7. Jenis Kelamin
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Hasil ini sesuai dengan dua perkiraan. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi, pada kasus-kasus yang bersifat darurat perbedaan antara wanita dan laki-laki tidaklah nyata.
8. Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan, dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
(30)
9. Berbagai Faktor-Faktor Lain
Faktor lain yang memengaruhi demand pelayanan kesehatan, yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand.
Pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun, dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand. (Trisnantoro, 2006)
Menurut Santerre dan Neun (2000) ada beberapa faktor yang memengaruhi jumlah permintaan pemeliharaan pelayanan kesehatan (Quantity demanded) yaitu : 1. Harga pembayaran secara langsung oleh rumah tangga.
2. Pendapatan bersih (real income)
3. Biaya waktu (time cost), termasuk di dalamnya adalah biaya (uang) untuk perjalanan termasuk muatan bis atau bensin di tambah biaya pengganti untuk waktu.
4. Harga barang substitusi dan komplementer
5. Selera dan preferensi, termasuk di dalamnya status pernikahan, pendidikan dan gaya hidup.
6. Fisik dan mental hidup 7. Status kesehatan
(31)
Menurut Mills & Gilson (1990) hubungan antara teori permintaan dengan pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor : 1. Pendapatan, ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya
permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern.
2. Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap pemeliharaan kesehatan. Meningkatnya harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan dari kelompok yang berpendapatan rendah dibanding dengan kelompok yang berpendapatan tinggi.
3. Sulitnya pencapaian sarana pelayanan kesehatan secara fisik akan menurunkan permintaan
4. Kemanjuran dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk meminta pelayanan dan pemberi jasa tertentu.
Selanjutnya Azwar (2010) mengemukakan bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap pelayanan kesehatan amat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi. Jika tingkat pendidikannya baik, keadaan sosial budaya dan sosial ekonominya juga baik, maka secara relatif kebutuhan dan demand terhadap kesehatan juga baik. Hal sebaliknya, dimana tuntutan terhadap kesehatan akan menurun apabila tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi belum memuaskan atau tidak memungkinkan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
(32)
2. 2. Jampersal (Jaminan Persalinan) 2.2.1. Pengertian
Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
2.2.2. Ruang Lingkup Jaminan Persalinan
Sebagaimana tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan, pelyanan Jampersal meliputi pelayanan persalinan diselenggarakan secara terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan dan prinsip Portabilitas dengan demikian jaminan persalinan tidak mengenal batas wilayah. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:
a. Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat pertama.
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED (untuk kasus-kasus tertentu), serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes,
(33)
fasilitas kesehatan swasta (bidan, dokter, klinik, rumah bersalin) yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota
Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi: 1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali 2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir 3. Pertolongan persalinan normal;
4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit per vaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED.
5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;
6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.
7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. Penatalaksanaan rujukan kasus ibu dan bayi baru lahir dengan komplikasi dilakukan sesuai standar pelayanan KIA.
b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis.
(34)
Pada kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya.
Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi: 1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti)
2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat persalinan.
4. Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti).
5. Penatalaksanaan KB paska salin dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) atau kontrasepsi mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi. Pelayanan tingkat lanjutan untuk rawat jalan diberikan di poliklinik spesialis Rumah Sakit, sedangkan rawat inap diberikan di fasilitas perawatan kelas III di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota
2.2.3. Sasaran
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah: a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan) d. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
(35)
2.2.4. Manfaat Pelayanan Jaminan Persalinan 1. Pemeriksaan kehamilan (ANC)
Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan tata laksana pelayanan mengacu pada buku Pedoman KIA, dimana selama ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi :
a. 1 kali pada triwulan pertama b. 1 kali pada triwulan kedua c. 2 kali pada triwulan ketiga
Penatalaksanaan komplikasi kehamilan antara lain:
a. Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus dan missed abortion b. Penatalaksanaan mola hidatidosa
c. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum d. Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu
e. Hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi f. Perdarahan pada masa kehamilan
g. Decompensatio cordis pada kehamilan
h. Pertumbuhan janin terhambat (PJT): tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan i. Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang mengancam nyawa.
2. Penatalaksanaan Persalinan: a. Persalinan per vaginam
1) Persalinan per vaginam normal
(36)
3) Persalinan per vaginam dengan tindakan 4) Persalinan per vaginam dengan komplikasi
5) Persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar.
Persalinan per vaginam dengan induksi, dengan tindakan, dengan komplikasi serta pada bayi kembar dilakukan di Puskesmas PONED dan/atau RS.
b. Persalinan per abdominam
1) Seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi medis 2) Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi medis
3) Seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalan lahir, perlukaan jaringan sekitar rahim, dan sesarean histerektomi).
c. Penatalaksanaan Komplikasi Persalinan : 1) Perdarahan
2) Eklamsi
3) Retensio plasenta
4) Penyulit pada persalinan. 5) Infeksi
6) Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin d. Penatalaksanaan bayi baru lahir
1) Perawatan esensial neonates atau bayi baru lahir
2) Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia, BBLR, Infeksi, ikterus, Kejang, RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau Sindrom Gawat Pernafasan).
(37)
e. Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan
1) Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari
2) Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 (dua) hari 3) Persalinan dengan penyulit post sectio-caesaria dirawat inap minimal 3
(tiga) hari
3. Pelayanan nifas (Post Natal Care) a. Tatalaksana pelayanan
Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal.
Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali :
1) Kunjungan pertama untuk Kf1 yaitu kunjungan nifas pertama kali dan KN1 kunjungan neonatus pertama kali (6 jam s/d hari ke-2)
2) Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7)
3) Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28) 4) Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42) Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pasca persalinan.
Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi nifas antara lain perdarahan, sepsis, eklamsi, asfiksia, ikterus, BBLR, kejang, abses/Infeksi diakibatkan oleh komplikasi pemasangan alat kontrasepsi dan penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu dan bayi baru lahir sebagai komplikasi persalinan
(38)
Pelayanan nifas dijamin sebanyak 4 kali, terkecuali pelayanan Nifas dengan komplikasi yang dirujuk ke Rumah sakit, maka pelayanan nifas dilakukan sesuai pedoman pelayanan Nifas dengan komplikasi tersebut.
b. Keluarga Berencana (KB) 1) Jenis Pelayanan KB
Pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain, kontrasepsi mantap (Kontap), IUD, implant, dan suntik.
2) Tatalaksana Pelayanan KB dan ketersediaan Alokon
Tatalaksana pelayanan KB mengacu kepada Pedoman Pelayanan KB dan KIA yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap).
2.2.5. Pendanaan Jaminan Persalinan
Pendanaan Jampersal di pelayanan dasar dan pelayanan rujukan merupakan belanja bantuan sosial (bansos) bersumber APBN yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian program, percepatan pencapaian MDG’s 2015 serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan termasuk persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan. Dana Jampersal di pelayanan kesehatan dasar disalurkan ke rekening Dinas kesehatan kabupaten/kota, terintegrasi (menjadi satu kesatuan) dengan dana Jamkesmas.
Pembayaran pelayanan persalinan dan KB bagi peserta Jamkesmas maupun penerima manfaat Jaminan Persalinan di pelayanan dasar dan di pelayanan rujukan oleh fasilitas kesehatan dilakukan dengan mekanisme “Klaim” (Kemenkes RI, 2011).
(39)
- Penyaluran Dana
Jamkesmas dan Jaminan Persalinan yang menjadi satu kesatuan pelayanan lanjutan di Rumah Sakit/Balkesmas, disalurkan langsung dari bank operasional Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ke Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab program a/n Institusi dan dikelola Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk pelayanan kesehatan dasar dan persalinan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Tabel. 2.1. Besaran Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan Pada Pelayanan Dasar No Jenis Pelayanan Frek Tarif (Rp) Jumlah (Rp)
1 Pemeriksaan kehamilan(ANC) 4 kali 20.000 80.000
2. Persalinan normal 1 kali 500.000 500.000 3. Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir 4 kali 20.000 80.000 4. Pelayanan pra rujukan pada komplikasi 1 kali 100.000 100.000
kebidanan dan neonatal
5. a. Pelayanan penanganan perdarahan 1 kali 650.000 650.000 Pasca keguguran, persalinan
per vaginam dengan tindakan emergensi dasar.
Pelayanan rawat inap untuk komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas serta bayi baru lahir
b. Pelayanan rawat inap untuk bayi 1 Kali Sesuai tarif Hanya dilakukan baru lahir sakit rawat inap pada puskesmas
yang berlaku perawatan c. Pelayanan Tindakan 1 Kali 150.000 150.000 Pasca Persalinan
(40)
No Jenis Pelayanan Frek Tarif (Rp) Jumlah (Rp) 6. KB Pasca persalinan:
a. Jasa pemasangan alat kontrasepsi (KB) 1 Kali
1) IUD dan Implant 60.000 60.000 2) Suntik 10.000 10.000 b. Penanganan Komplikasi KB 1 Kali 100.000 100.000 pasca persalinan
7 Transport Rujukan Setiap Kali Besaran Biaya Transport sesuai (PP) dengan StandartBiaya Umum yang
Berlaku di daerah
2.3. Ibu Hamil
1.3.1.Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2007).
1.3.2.Pemeriksaan Kehamilan
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung ibu hamil normal dan mendeteksi kehamilan ibu normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan.
Untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
(41)
untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal. Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya
Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan, untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga umur kehamilan (Manuaba, 2008)
2.3.3. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2002) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
2.3.4. Faktor Resiko Kehamilan a. Umur
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah 20-35 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena di usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum
(42)
matang sehingga mudah mengalami goncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilan. Sedangkan pada umur 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa di usia ini serta makin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang lebih luas (Wiknjosatro, 2002).
b. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita. Menurut Prawirohardjo (2007), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.
-Klasifikasi Paritas
1. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya (Mochtar, 1998).
2. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2007)..
3. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.
Paritas (hamil dan lahir hidup) dengan interval kurang dari 2 tahun, jumlah kehamilan di atas 4 kali, umur saat hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau sudah tua (di atas 35 tahun) adalah resiko tinggi bagi ibu (Manuaba, 2008).
(43)
2.4. Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
4. Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai standar dan menjangkau seluruh sasaran.
7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar
(44)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan tipe explanatory research untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan (demand) pelayanan persalinan menggunakan Jampersal di Puskesmas Plus Perbaungan, Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Plus Perbaungan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Waktu penelitian ini dimulai dengan pengusulan judul penelitian, persiapan proposal penelitian, merancang kuesioner, konsultasi dengan pembimbing, sampai dengan pelaksanaan penelitian membutuhkan waktu 6 bulan.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang pernah mendapatkan pelayanan persalinan menggunakan Jampersal di 10 desa/Kelurahan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu : Kel. Batang Terap, Kel. Simpang Tiga Pekan, Kel. Tualang, Kota Galuh, Jambur Pulau, Citaman Jernih, Pematang
(45)
Sijonam, Suka Jadi, Lidah Tanah dan Pasar Bengkel yang seluruhnya berjumlah 213 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari seluruh ibu yang ada dalam populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak berstrata di 10 desa di Kecamatan Perbaungan
Besar sampel diambil menggunakan rumus sebagai berikut : N
n =
1 + N (d2
Dimana, n : Besar Sampel )
N : Besar Populasi
D : Tingkat Kepercayaan/Ketetapan yang diinginkan (0,1) Dengan perhitungan sebagai berikut :
213 n =
1 + 213 (0,12 213
)
n =
1 + 213 (0,12 = 68, 05
)
(46)
Berdasarkan Hasil Perhitungan di atas, maka jumlah sampel penelitian ini adalah 69 ibu yang pernah mendapatkan pelayanan persalinan menggunakan Jampersal yang tersebar di 10 desa/Kelurahan di Kecamatan Perbaungan.
Pengambilan sampel per desa adalah seperti tertera pada tabel 3.1. berikut : Tabel 3.1. Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas
Plus Perbaungan
No Desa/Kelurahan Jumlah Populasi Jumlah Sampel
1 Batang Terap 20 orang 7 orang
2 Simpang Tiga Pekan 28 orang 9 orang
3 Tualang 24 orang 8 orang
4 Kota Galuh 20 orang 7 orang
5 Jambur Pulau 15 orang 4 orang
6 Citaman Jernih 26 orang 8 orang 7 Pematang Sijonam 15 orang 4 orang
8 Suka Jadi 20 orang 7 orang
9 Lidah Tanah 25 orang 8 orang
10 Pasar Bengkel 20 orang 7 orang
3. 4. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data meliputi data primer dan data sekunder. 1. Data Primer
Pengumpulan Data primer dilakukan melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner berupa data primer.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan dan laporan Puskesmas di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
(47)
3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kehandalan atau kecermatan suatu alat ukur yang akan dipakai dalam suatu penelitian. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antar tiap variabel menggunakan rumus teknik Pearson Product Moment Correlation Coefficient (r), dengan ketentuan nilai koefisien korelasi > 0,3 (valid) (Gozhali, 2005).
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh responden memberikan jawaban yang konsisten terhadap kuesioner yang diberikan. Kelayakan atau reliabilitas data diukur dari nilai Croenbach alpha. Secara umum Croenbach alpha lebih besar dari 0,6 maka variabel tersebut dikatakan reliabel (Gozhali, 2005).
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen (Bebas) : 1. Karakteristik Demografi
- Umur, yaitu jumlah tahun hidup ibu hamil dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir berdasarkan tahun.
- Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita. 2. Struktur Sosial
- Pendidikan yaitu tingkat pendidikan yang sedang atau telah ditempuh oleh responden
(48)
- Pendapatan adalah penghasilan rata–rata per bulan keluarga responden. Penghasilan tidak hanya yang bersumber dari pekerjaan utama, namun total penghasilan keseluruhan yang diterima dinyatakan dalam satuan rupiah. 3. Faktor Penunjang Pelaksana
- Kualitas Pelayanan, dimana indikator kualitas pelayanan adalah : 1. Bukti Fisik (Tangible),
Menurut Tjiptono (2006), menyatakan bahwa bukti Fisik (Tangible) merupakan penampilan fisik, seperti bangunan fisik, kelengkapan fasilitas, kebersihan ruangan, dan penampilan pegawai kesehatan yang dapat dilihat langsung oleh pasien, meliputi :
a) Peralatan kedokteran dan kelengkapan/peralatan dilihat dari teknologi yang digunakan dalam melakukan pelayanan.
b) penampilan fasilitas fisik (bangunan) yaitu penilaian pasien terhadap tempat aktivitas sehari-hari bagi pelayanan kesehatan. c) penilaian pasien terhadap penampilan staf dan bidan.
d) kesesuaian peralatan yang dimiliki dengan pelayanan yang diberikan dilihat dari fasilitas penunjang dan alat-alat pendukung. 2. Keandalan (Reliability),
Menurut Tjiptono (2006), keandalan (reliability) merupakan kemampuan staf puskesmas untuk melaksanakan janji dengan terpercaya dan akurat meliputi hal-hal berikut :
(49)
b) Kepedulian dalam menangani ibu hamil c) Keandalan pelayanan yang diberikan
d) Kesesuain pelayanan dengan waktu yang diinformasikan 3. Daya Tanggap (Responsiveness),
Menurut Tjiptono (2006), daya tanggap (responsiveness) merupakan keinginan para staf untuk membantu pasien dan memberikan pelayanan dengan tanggap meliputi hal-hal berikut ini :
a) Kepastian dalam memberikan informasi waktu pelayanan
b) Kemampuan dalam memberikan pelayanan yang tepat dan cepat c) Kesiapan untuk membantu pasien yang membutuhkan bantuan d) Kesediaan dalam menanggapi permintaan konsumen
4. Jaminan (Assurance),
Menurut Tjiptono (2006), jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan meliputi hal-hal:
a) Keandalan staf Puskesmas dalam memberikan pelayanan b) Rasa aman yang diberikan pada saat mendapat pelayanan c) Keramahan dan sopan santun dalam memberikan pelayanan 5. Empati (Emphaty),
Menurut Tjiptono (2006), empati (empathy) merupakan kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pasien. meliputi hal-hal berikut ini :
(50)
a) Perhatian personal oleh staf terhadap pasien b) Kepedulian terhadap kebutuhan pasien c) Pemahaman atas kebutuhan pasien b. Variabel Dependen (Terikat) : Permintaan
Permintaan dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah pelayanan persalinan menggunakan Jampersal yang diminta oleh masyarakat.
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah menggunakan instrumen berupa kuesioner. Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala untuk mengetahui nilai masing-masing variabel sesuai jumlah pertanyaan yang ada pada kuesioner.
1. Variabel Independen - Umur
Untuk mengetahui umur ibu hamil didasarkan pada kategori variabel umur sebagai berikut:
a. ≤ 20 tahun b. 21 - 35 tahun c. > 35 tahun - Paritas : a. 1 kali melahirkan (Primipara)
b. 2 kali atau lebih melahirkan (Multipara)
c. 5 kali atau lebih melahirkan (Grandemultipara) d. Pendidikan
(51)
Untuk mengukur pendidikan digunakan skala ordinal yang dikategorikan berdasarkan jenjang pendidikan ibu hamil yaitu :
a. Rendah, jika pendidikan responden SD/SMP
b. Tinggi, jika pendidikan respoden SLTA/Perguruan Tinggi e. Pendapatan
a. Tinggi, jika pendapatan ≥ Upah Minimum Regional b. Rendah, jika pendapatan < Upah Minimum Regional f. Kualitas Pelayanan
Indikator : a. Tangibles (bukti Fisik) b. Reliability (Kehandalan)
c. Responsiveness (Daya tanggap) d. Assurance (Jaminan)
e. Emphaty (Empati)
Untuk mengukur variabel kualitas pelayanan dipergunakan alat ukur berupa kuesioner dengan melampirkan pertanyaan untuk masing-masing indikator di atas. Kategori jawaban menggunakan skala Likert yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut :
1 = Sangat tidak Baik 2 = Tidak Baik
3 = Kurang Baik 4 = Baik
(52)
Penilaian Variabel Kualitas Pelayanan dengan total skor 200 adalah : a. Buruk apabila jumlah nilai : 40 - 95
b. Sedang apabila jumlah nilai : 96 - 151 c. Baik apabila jumlah nilai : 152 – 190 2. Variabel Dependen
Pengukuran variabel permintaan didasarkan pada penilaian kuesioner:
- Ya - Tidak
3.6.1. Aspek Pengukuran
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel Kategori Skala Ukur
1. Variabel Independen
Umur a. ≤ 20 tahun Skala
b. 21 – 35 tahun Ordinal
c. > 35 tahun
Paritas a. Primipara Skala
b. Multipara Ordinal c. Grandemultipara
Pendidikan a. Rendah (SD/SMP) Skala b. Tinggi (SLTA/PT) Ordinal Pendapatan keluarga a. Rendah (≤ UMR) Skala
b. Tinggi (> UMR) Ordinal Kualitas Pelayanan
a. Baik (151 - 190) Skala
b. Sedang (96 - 151) Ordinal
c. Buruk (40 – 95) 2. Variabel Dependen
Permintaan 1. Ya Skala
(53)
3.7. Metode Analisis Data a. Analisis Univariat
Analisis variabel independen dalam bentuk distribusi frekuensi b. Analisis Bivariat
Analisis hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square.
c. Analisis Multivariat
Analisis ini digunakan untuk melihat faktor mana yang paling dominan pada variabel independen dengan menggunakan Uji Regresi Linier Berganda pada taraf kepercayaan 95 %. Analisis ini akan membuktikan variabel mana yang akan memberikan pengaruh paling kuat terhadap permintaan pelayanan jaminan persalinan menggunakan Jampersal.
Pengujian Asumsi Klasik
Formulasi Regresi Linier berganda dipergunakan karena secara teoritis variabel dependen yang diteliti dianggap mempunyai kecenderungan hubungan linier dengan masing-masing variabel independennya. Regresi linier berganda mencocokkan model yang telah dimasukkan ke dalam serangkaian data, masalah ini dengan pengujian asumsi klasik yang di dalamnya termasuk pengujian normalitas, multikolineritas, heterokedastisitas.
(54)
Uji normalitas menunjukkan data menyebar pada garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika menyebar jauh atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik tidak menghendaki adanya masalah multikolinearitas. Suatu model regresi bebas dari masalah multikolinearitas jika Variance Inflaction Factor (VIF) lebih kecil dari 5, dan jika nilai VIF besar dari 5 menandakan adanya gejala multikolinearitas.
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dan satu pengamatan ke pengamatan yang lain, jika varians berbeda maka disebut varians heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji untuk mengetahui heterokedastisitas ini adalah dengan uji Glejser.
(55)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Plus Perbaungan terletak di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai berada pada dataran rendah dengan luas wilayah 17.839 Ha. Kecamatan Perbaungan terdiri dari 28 desa dan 136 dusun dengan batas-batas wilayah sebagai berikut, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu/Sei Rampah, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
Kecamatan Perbaungan memiliki berbagai sarana kesehatan di setiap desa/kelurahan serta tenaga medis yang memadai khususnya bidan desa yang merata di setiap desa. Adapun sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Perbaungan yaitu : 3 Rumah Sakit, 4 Rumah Sakit Bersalin, 3 Poliklinik, 2 Puskesmas, 7 Puskesmas Pembantu, 4 Poskesdes, 10 Rumah Bersalin, 10 Balai Pengobatan, 15 Tempat Praktek Dokter, 6 Apotik dan 4 Toko Obat.
Kecamatan Perbaungan adalah kecamatan yang terbanyak jumlah penduduknya. Hal ini disebabkan Kecamatan Perbaungan adalah pusat perdagangan sekaligus sebagai pusat pemerintahan. Jenis pekerjaan penduduk di Kecamatan Penduduk didominasi oleh sektor pertanian 68%, berdagang 7%, karyawan/PNS sebanyak 23%, dan mata pencaharian lain-lain adalah 3 %.
(56)
4.1.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, penghasilan dan alamat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang seluruhnya adalah perempuan ini berusia di bawah 20 tahun sebanyak 2 orang dan di atas 35 tahun sebanyak 11 orang, tingkat pendidikan mayoritas respoden adalah SMA. Responden dengan kategori pendapatan rendah sebanyak 39 orang dimana responden dengan pendapatan terendah (Rp.600.000–Rp.650.000) sebanyak 4 orang. Hasil penelitian karakteristik responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Variabel Independen
a. Faktor Demografi (Umur dan Paritas)
Untuk mendapatkan distribusi kelompok umur, responden dibagi ke dalam tiga kelompok kategori umur. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebaran kelompok umur 21 - 35 tahun jumlahnya paling besar diikuti oleh kelompok umur di atas 35 tahun dan kelompok umur di bawah 20 tahun.
Untuk mendapatkan distribusi paritas, responden dibagi ke dalam tiga kelompok kategori paritas. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebaran kelompok Multipara jumlahnya paling banyak diikuti kelompok Primipara dan dari kelompok Grandemultipara tidak ada responden. Sebaran responden berdasar umur dan paritas dapat dilihat pada tabel 4.1.
(57)
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Demografi di Wilayah Kerja Puskesmas Plus Perbaungan
Faktor Demografi Frekuensi Persentase (%)
Umur
- ≤ 20 tahun 2 2,9
- 21 - 35 tahun 56 81,2
- > 35 tahun 11 15,9
Total 69 100
Paritas
- Primipara 19 27,5
- Multipar 50 72,5
- Grandemultipara 0 0
Total 69 100
b. Struktur Sosial (Pendidikan dan Pendapatan)
Untuk mendapatkan distribusi tingkat pendidikan, responden dibagi ke dalam dua kelompok kategori pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebaran kelompok pendidikan tinggi jumlahnya paling banyak diikuti kelompok pendidikan rendah.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pendapatan responden diketahui bahwa sebaran kelompok pendapatan rendah jumlahnya lebih banyak dari kelompok pendapatan tinggi. Sebaran kelompok pendapatan dan pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
(58)
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Plus Perbaungan
Status Sosial Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan
- Rendah 15 21,7
- Tinggi 54 78,3
Total 69 100
Pendapatan
- Rendah 39 56,5
- Tinggi 30 43,5
Total 69 100
c. Faktor Penunjang Pelaksana (Kualitas Pelayanan)
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kualitas pelayanan Jampersal diketahui bahwa sebaran responden yang memilih jawaban dengan skor terbanyak adalah kategori Baik diikuti oleh kategori Sedang, sedangkan untuk kategori Buruk tidak ada responden yang memilih.
Tabel 4.3. Penilaian Faktor Pendukung Pelaksana Pelayanan Jampersal menurut Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Plus Perbaungan Faktor Penunjang Pelaksana Frekuensi Persentase (%) Kualitas Pelayanan
- Buruk 0 0
- Sedang 26 37,7
- Baik 43 62,3
Total 69 100
4.2.2. Variabel Dependen (Permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan)
Berdasarkan hasil penelitian kepada 69 responden diketahui bahwa sebaran responden yang menginginkan pelayanan Jaminan Persalinan kembali adalah lebih banyak dibanding yang tidak, seperti terlihat pada tabel 4.4.
(59)
Tabel 4.4. Distribusi Responden berdasarkan Permintaan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Plus Perbaungan
Permintaan Frekuensi Persentase (%)
Ya 41 59,4
Tidak 28 40,6
Total 69 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memilih ingin menggunakan pelayanan Jaminan Persalinan kembali yaitu sebanyak 59,4 %. Masih banyaknya responden yang tidak ingin menggunakan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan dapat disebabkan berbagai faktor yang mana akan dianalisis lebih lanjut.
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dependen (umur, paritas, pendidikan, pendapatan, kualitas pelayanan) dengan variabel independen (permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square.
Hasil uji Chi-square dapat mengidentifikasi variabel umur, paritas, pendidikan, pendapatan, kualitas pelayanan berhubungan atau tidak dengan permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan. Hasil analisis uji Chi-square dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini :
(60)
Tabel. 4.5. Hasil Analisis Bivariat dengan menggunakan Uji Chi Square No Variabel Permintaan pelayanan persalinan menggunakan
Jaminan Persalinan Dependen
Ya Tidak Total p
n % n % n % 1 Umur
a. < 20 tahun 2 100% 0 0% 2 100% b. 21-35 tahun 33 58,9% 23 41,1% 56 100% 0,477 c. >35 tahun 6 54,5% 5 45,5% 11 100%
T o t a l 41 28 69
2. Paritas
a. Primipara 12 63,2% 7 36,8% 19 100% b. Multipara 29 58,0% 21 42,0% 50 100% 0,697 c. Grandemultipara 0 0% 0 0% 0 0
T o t a l 41 28 69
3. Pendidikan
a. Rendah 11 73,3% 4 26,7% 15 100% 0,215 b. Tinggi 30 55,6% 24 44,4% 54 100%
T o t a l 41 28 69
4. Pendapatan
a. Rendah 36 92,3% 3 7,7% 39 100% <0,001 b. Tinggi 5 16,7% 25 83,3% 30 100%
T o t a l 41 28 69
5. Kualitas Pelayanan
a. Baik 37 86,0% 6 14,0% 43 100% <0,001 b. Sedang 4 15,4% 22 84,6% 26 100%
c. Buruk 0 0% 0 0% 0 0
T o t a l 41 28 69
Berdasarkan tabel 4.5. di atas diketahui bahwa permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan tidak dipengaruhi oleh umur, paritas dan pendidikan. Hasil analisis menggunakan uji Chi square dari ketiga variabel tersebut diperoleh nilai p>0,05, dimana masing-masing variabel diperoleh nilai p sebesar
(61)
0,477 (p>0,05) untuk variabel umur, sedangkan variabel paritas diperoleh nilai p sebesar 0,697 (p>0,05) dan variabel pendidikan diperoleh nilai p sebesar 0,215 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa umur, paritas dan pendidikan tidak berhubungan secara signifikan dengan permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan. Selanjutnya dari tabel 4.5. juga dapat dilihat bahwa permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan dipengaruhi oleh pendapatan dan kualitas pelayanan. Hasil analisis menggunakan uji Chi square dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai p<0,05, dimana masing-masing variabel diperoleh nilai p < 0,001 (p<0,05) untuk variabel pendapatan dan variabel kualitas pelayanan diperoleh nilai p juga < 0,001 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa pendapatan dan kualitas pelayanan berhubungan secara sigifikan dengan permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan.
4. 4. Analisis Multivariat 4.4.1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian statistik dengan analisis regresi dapat dilakukan dengan pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Asumsi-asumsi klasik tersebut antara lain :
1. Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid.
(62)
Hasil pengujian normalitas data ditunjukkan dalam grafik Normal P-P Plot berikut ini seperti tertera pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Grafik Normal P-P Plot
Dengan melihat tampilan grafik normal probability plot maka dapat disimpulkan bahwa pada grafik normal probability plot terlihat titik titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya tidak jauh dari garis diagonal. Sehingga grafik tersebut menunujukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.
Pengujian normalitas data dapat juga dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Jika hasil uji Kolmogorov Smirnov menunujukkan tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Sebaliknya, jika hasil
(63)
uji Kolmogorov Smirnov menunujukkan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.
Hasil pengujian normalitas terhadap variabel independen dan variabel dependen disajikan dalam tabel berikut ini.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 69
Normal Parameters a b
Std. Deviation .29894119 Mean .0000000 Most Extreme Differences Absolute .071
Positive .064
Negative -.071
Kolmogorov-Smirnov Z .590
Asymp. Sig. (2-tailed) .877
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi data terdistribusi secara normal, karena hasil signifikansi adalah 0,877 (p>0,05).
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi antara variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Hasil uji gejala multikolinearitas disajikan pada tabel berikut ini.
(64)
Coefficients
Model Colinearity Statistics
a
Tolerance VIF
Umur .629 1.589
Paritas .631 1.585
Pendidikan .887 1.127
Pendapatan .667 1.500
Kualitas Pelayanan .712 1.404 a. Dependent Variable : Permintaan
Dari hasil pengujian di atas, maka dapat dilihat bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel independen. Gejala multikolinearitas terjadi apabila nilai VIF lebih besar dari 5.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan menggunakan metode uji Glejser,
Coefficients
yaitu dengan cara meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen.
Model Unstandardized Standardized
a
Coefficients Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Umur .001 .005 .026 .168 .867
Paritas -.019 .033 -.087 -.577 .566 Pendidikan -.068 .040 -.218 -1.701 .094 Pendapatan 9.358E-8 .000 .255 1.730 .089 Kualitas Pelayanan 3.123E-5 .001 .004 .028 .978 a. Dependent Variable : abs_res
(65)
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas yang terjadi dalam proses estimasi parameter model penduga, dimana nilai signifikan (sig) lebih dari 0,05 (p>0,05). Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas.
4.4.2 Pengujian Hipotesis
1. Uji Signifikan Simultan (Uji – F)
Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel umur (X1), paritas (X2), pendidikan (X3), pendapatan (X4) dan kualitas pelayanan (X5
ANOVA
) secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh terhadap permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan (Y).
Model Sum of Square df Mean Square F Sig.
b
1 Regression 10.561 5 2.112 21.897 < 0.001 Residual 6.077 63 0.96
a
Total 16.638 68
a. Predictors : (Constant), KualitasPelayanan, Umur, Pendidikan, Paritas, Pendapatan b. Dependent Variable : Permintaan
Dari hasil diketahui bahwa tingkat signifikansi < 0,001 (p<0,05), maka H0 ditolak. Hal ini berarti variabel variabel umur (X1), paritas (X2), pendidikan (X3), pendapatan (X4) dan kualitas pelayanan (X5) secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan (Y).
(66)
2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah variabel umur (X1), paritas (X2), pendidikan (X3), pendapatan (X4) dan kualitas pelayanan (X5
Coefficients
) secara parsial atau masing-masing mempunyai pengaruh terhadap terhadap permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan (Y).
Model Unstandardized Standardized
a
Coefficients Coefficients t Sig. B Std. Error Beta
Constant -.308 .456 -.676 .501 1 Umur -.004 .009 -.040 -.418 .677 Paritas - .013 .053 -.024 -.248 .805 Pendidikan .057 .065 .071 .874 .385 Pendapatan -4.330E-7 .000 -.462 -4.959 <.001 Kualitas Pelayanan .009 .002 .464 5.144 <.001 b.Dependent Variable : Permintaan
1. Variabel Umur (X1
Variabel umur tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan, dengan nilai sig. = 0,677 (p>0,05).
)
2. Variabel Paritas (X2
Variabel paritas tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan, dengan nilai sig. = 0,805 (p>0,05).
)
3. Variabel Pendidikan (X3
Variabel pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan, dengan nilai sig. = 0,385 (p>0,05).
(67)
4. Variabel Pendapatan (X4
Variabel pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan, dengan nilai sig. < 0,001 (p<0,05).
)
5. Variabel Kualitas Pelayanan (X5
Variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan, dengan nilai sig. < 0,001 (p>0,05).
)
3. Koefisien Determinan (R2 Determinan R
) 2
atau R-Square digunakan untuk melihat berapa besar variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Dengan kata lain koefisien determinan digunakan untuk mengukur kemampuan variabel umur (X1), paritas (X2), pendidikan (X3), pendapatan (X4) dan kualitas pelayanan (X5
Model Summary
) dapat menjelaskan variabel permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan (Y)
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .797a .635 .606 .311
a. Predictors : (Constant), KualitasPelayanan, Umur, Pendidikan, Paritas, Pendapatan b. Dependent Variable : Permintaan
(68)
Hasil analisa regresi secara keseluruhan menunujukkan R sebesar 0,797 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara umur, paritas, pendidikan, pendapatan dan kualitas pelayanan dengan permintaan pelayanan persalinan menggunakan Jaminan Persalinan mempunyai hubungan yang kuat sebesar 79,7% . Sedangkan nilai R Square atau nilai koefisien determinasi sebesar 0,635 yang berarti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 63,5%.
(1)
KUESIONER PENELITIAN TESIS
KUALITAS PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN DI KECAMATAN PERBAUNGAN
Nama Responden : (*boleh tidak
diisi)
Umur :
Alamat :
Pendidikan : SD/SMP SLTA/Perg Tinggi
Pendapatan keluarga/ bulan :
Rp ...
PERTANYAAN
I. Daftar Pertanyaan untuk Paritas
Berapa kali ibu pernah melahirkan :
a. Berapa lahir hidup : ... orang
Pemeriksaan ANC : ... kali
b. Berapa lahir mati : ... orang
Penyebab kematian : ... ...
(2)
Pemeriksaan ANC : ... kali
c. Keguguran : ... kali
II. Daftar Pertanyaan untuk Kualitas Pelayanan
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda cek ( √ ) pada kolom pilihan yang tersedia untuk pertanyaan berikut :
A. Tangible (Bukti Fisik)
Pertanyaan Sangat
tidak Baik
Tidak Baik
Kurang Baik
Baik Sangat Baik
1. Poskesdes/Puskesmas/Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan Jampersal telah memiliki gedung yang bersih dan terawat serta petugas yang rapi
2. Poskesdes/Puskesmas/Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan Jampersal telah memiliki peralatan kesehatan yang memadai
3. Poskesdes/Puskesmas/Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan Jampersal ruang pemeriksaan pasien memadai dan terjaga privasinya
4. Poskesdes/Puskesmas/Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan Jampersal telah memiliki ruang persalinan yang memadai
5. Poskesdes/Puskesmas/Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan Jampersal telah memiliki obat-obatan yang lengkap.
6. Ruangan pelayanan terjaga bersih, indah dan nyaman
7. Puskesmas dan Poskesdes memiliki ventilasi udara yang cukup dalam ruangan layanan
8. Poskesdes/Puskesmas/Rumah Sakit memiliki penerangan lampu memadai dalam ruangan pelayanan.
(3)
kecukupan jumlah tenaga medis yang akan memberikan pelayanan kesehatan
10. Poskesdes/Puskesmas/Rumah Sakit memiliki ketersediaan toilet yang bersih, aman dan nyaman.
B.Reliability / Kehandalan
Pertanyaan Sangat
tidak Baik
Tidak Baik
Kurang Baik
Baik Sangat Baik
11. Dokter/Bidan memeriksa pasien dengan sungguh-sungguh 12.Dokter/Bidan memberikan pelayanan yang cepat dan tidak
berbelit-belit
13.Dokter/Bidan memberikan pelayanan tepat waktu dan siap sedia saat dibutuhkan
14.Kemudahan dalam pengurusan kelengkapan administrasi dalam mendapatkan pelayanan Jampersal
C.Daya Tanggap (Responsiveness)
Pertanyaan Sangat
tidak Baik
Tidak Baik
Kurang Baik
Baik Sangat Baik 15. Petugas Kesehatan Puskesmas memberikan informasi
pelayanan Jampersal kepada masyarakat
16. Dokter/Bidan bersedia mendengarkan keluhan pasien 17. Petugas Kesehatan memberi tahu bila ada keterlambatan
pemeriksaan kehamilan
18. Bidan DESA mampu memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan di Desa dengan baik
19. Petugas Kesehatan siap sedia memberikan pelayanan saat dibutuhkan
20. Daya tanggap petugas kesehatan terhadap keluhan pasien. 21. Ketrampilan dan kecekatan dari petugas kesehatan saat
(4)
memberikan pelayanan Jampersal
22. Petugas kesehatan mudah ditemui saat dibutuhkan
D. Jaminan (Assurance)
Pertanyaan Sangat
tidak Baik
Tidak Baik
Kurang Baik
Baik Sangat Baik
23. Petugas Kesehatan Puskesmas selalu sabar dan
menampung setiap keluhan.
24. Petugas Kesehatan selalu ramah terhadap setiap
pasien yang datang
25. Semua Petugas Puskesmas selalu menampilkan
senyum terhadap pasien yang datang
26. Dokter/Bidan dengan sabar memberi penjelasan
mengenai kehamilan pasien
27. Dokter/Bidan memberitahu alasan atau timbulnya
penyakit dan gangguan kehamilan
28. Keramahan dan kesopanan dari petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan Jampersal
29. Ketenangan dan keamanan lingkungan
Poskesdes/Puskesmas/Rumah-Sakit
30. Petugas Kesehatan memberikan pelayanan yang
cepat dan memuaskan
31. Lingkungan Poskesdes/Puskesmas/Rumah-Sakit
tidak bising dan bebas dari gangguan-gangguan yang mengancam rasa aman
32. Perilaku dokter menimbulkan rasa aman
(5)
E.Empati (Emphaty)
Pertanyaan Sangat
tidak Baik
Tidak Baik
Kurang Baik
Baik Sangat Baik
34.Dokter/Bidan selalu ingat terhadap permasalah/keluhan pasien sebelumnya
35.Dokter/Bidan selalu menanyakan kabar dan keadaan pasien
36.Dokter/Bidan selalu mendengarkan dengan seksama semua keluhan pasien
37.Dokter/Bidan dapat mengenal setiap pasien yang datang memeriksakan kehamilan
38.Petugas Kesehatan Puskesmas bersedia untuk meminta maaf bila terjadi kesalahan
39.Perhatian, kesabaran dan ketelatenan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan Jampersal
40.Kemudahan pasien dalam mendapatkan informasi secara jelas dan akurat.
(6)
Pertanyaan Ya Tidak
1. Dari pelayanan kesehatan dan fasilitas yang diterima apakah sudah sesuai dengan permintaan Anda?
2. Berdasarkan pengalaman Anda menggunakan pelayanan kesehatan apakah Anda akan memanfaatkan Pelayanan Jampersal?
JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT INI :
1. Apa alasan Anda menggunakan pelayanan Jampersal :
...
...
...
2. Apa alasan Anda tidak menggunakan pelayanan Jampersal : ...
...