37
4. Rendahnya pendapatan penyelenggara negara: pendapatan yang
diperoleh harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong penyelengara negara untuk berprestasi
dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat;
5. Kemiskinan, keserakahan: masyarakat kurang mampu melakukan
korupsi karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah
puas dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan;
6. Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah;
7. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan
korupsi. Saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya diringankan hukumannya. Rumus:
keuntungan korupsi kerugian bila tertangkap;
8. Budaya permisifserba membolehkan; tidak mau tahu:
menganggap biasa bila ada korupsi karena sering terjadi. Tidak peduli orang lain, asal kepentingannya sendiri terlindungi; dan
9. Gagalnya pendidikan agama dan etika: Ada benarnya pendapat
Franz Magnis Suseno bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena
perilaku masyarakat yang memeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama hanya berkutat pada masalah
bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama nyaris tidak berfungsi dalam memainkan peran sosial. Menurut Franz,
sebenarnya agama bisa memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial dibandingkan institusi lainnya. Sebab,
agama memiliki relasi atau hubungan emosional dengan para pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar, kekuatan relasi
emosional yang dimiliki agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak yang sangat buruk.
68
4. Motivasi Korupsi
Dilihat dari motivasi terjadinya, korupsi dapat dibedakan dalam: 1.
Korupsi karena kebutuhan; 2.
Korupsi karena ada peluang; 3.
Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri; 4.
Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah; atau
68
Arya Maheka, Op cit, h. 23 – 24.
38
5. Korupsi karena ingin menguasai suatu negara.
69
5. Tindak Pidana Korupsi
Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Tipikor maka dapat diperlihatkan beberapa hal dalam tabel berikut ini.
70
Tabel 3: Contoh Pengaturan Hukum atas Tipikor dalam UU311999 juncto
UU202001 Pelaku
Jenis Perbuatan Ancaman
Hukuman Dasar
Hukum Keterangan
Perseorangan korporasi
Secara melawan hukum memperkaya
diri sendiriorang lain korporasi yang
dapat merugikan keuanganperekonom
ian negara Penjara
seumur hidup; Penjara min. 4
thn max. 20 thn; denda
min. Rp. 200 juta max.
Rp.1 milyar. Pasal 2
Dalam keadaan
tertentu Pidana Mati
dapat dijatuhkan.
Keadaan tertentu yang
memberatkan pidana, yaitu
bila tindak pidana
korupsi tersebut
dilakukan pada dana-
dana untuk penanggulan
gan krisis ekonomi dan
moneter, serta
penanggulan
69
Abdullah Hehamahua, ―Wajah Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Hari Ini‖; Makalah, Semiloka, BEM ITB, Bandung, 2005 sebagaimana dikutip oleh Arya Maheka, Ibid, h.
24.
70
Perhatikan Arya Maheka, Ibid, h. 27 – 29.
39
gan korupsi Perseorangan
korporasi Menyalahgunakan
kewenangan kesempatan sarana
yang ada padanya karena
jabatankedudukan, untuk
menguntungkan diri sendiriorang lain,
yang dapat merugikan
keuanganperekonom ian negara
Penjara seumur hidup;
Penjara min. 1 thn max. 20
thn; denda min. Rp. 50
juta max. Rp. 1 milyar
Pasal 3
Memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada pegawai negeripenyelenggara
negara supaya mau berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu, dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya
Penjara min. 1 thn max. 5
thn; denda min. Rp. 50
juta max. Rp. 250 juta
Pasal 5 Ayat 1
Pengawai negeri
penyelenggar a negara
yang menerima
pemberian janji juga
dipidana, dianggap
menerima suap
Memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada hakim untuk mempengaruhi
putusan perkara Penjara min 3
thn max. 15 th; denda min.
Rp. 150 juta max. Rp. 750
juta Pasal 6
Ayat 1 Hakim atau
advokat yang menerima
pemberian janji juga
dipidana, dianggap
menerima suap
Pemborong ahli
bangunan; penjual bahan
bangunan Melakukan
pembangunan atau menyerahkan bahan
bangunan, secara curang, yang dapat
membahayakan keamanan
orangbarang atau keselamatan negara
dalam keadaan perang
Penjara min. 2 thn max. 7 th;
denda min.
Rp.100 juta
max. Rp. 350 juta
Pasal 7 Pengawas
dan penerima bahanbarang
yang membiarkan
terjadinya perbuatan
curang tersebut juga
dipidana
Perseorangan korporasi
Menyerahkan barang keperluan TNI atau
40
POLRI, secara curang, yang dapat
membahayakan keselamatan negara
dalam keadaan perang
Pegawai negeri
Menggelapkan uang atau surat berharga,
atau membiarkan barang tersebut
diambil digelapkan, atau membantu
mengambil menggelapkan
Penjara min. 3 thn max. 15
thn; denda
min. Rp. 150 juta max. Rp.
750 juta Pasal 8
Selain pegawai
negeri juga dapat
dipidana
Memalsu buku atau daftar-daftar khusus
untuk pemeriksaan administrasi
Penjara min. 1 thn max. 5
thn; denda
min. Rp. 50 juta max. Rp.
250 juta Pasal 9
Menggelapkan, menghancurkan,
membuat tidak dapat dipakai merusakkan
alat bukti Penjara min. 1
th max. 5 thn; denda min.
Rp. 100 juta max. Rp.350
juta Pasal 10
Membiarkan atau membantu orang lain
menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan alat bukti
Pegawai negeri
penyelenggara negara
Menerima hadiah atau janji karena
kewenangankekuasa an jabatannya
Penjara min. 1 th max. 5 thn;
denda min. Rp. 50 juta
max. Rp.250 juta
Pasal 11 Dianggap menerima
suap
Menerima hadiah atau janji, supaya
melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya Penjara
seumur hidup; Penjara min. 4
th max. 20 thn; denda
min. Rp. 200 juta max.
Rp.1 milyar Pasal 12
a
41
Menerima hadiah karena melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya Pasal 12
b
Hakim Menerima hadiah
atau janji yang diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara
Pasal 12 c
Advokat Menerima hadiah
atau janji yang diberikan untuk
mempengaruhi nasihat yang akan
diberikan Pasal 12
d
Pegawai negeri
penyelenggara negara
Menyalahgunakan kekuasaannya untuk
menguntungkan diri sendiri orang lain
secara melawan hukum, memaksa
seseorang untuk memberikan sesuatu,
membayar, menerima pembayaran dengan
potongan, atau mengerjakan sesuatu
Penjara seumur hidup;
Penjara min. 4 thn max. 20
th; denda min. Rp. 200 juta
max. Rp.1 milyar
Pasal 12 e
Dianggap menerima
suap
Meminta, menerima, memotong
pembayaran seolah- olah merupakan
utang Pasal 12
f
Meminta, menerima, pekerjaan atau barang
seolah-olah merupakan utang
Pasal 12 g
Menggunakan tanah negara di atasnya
ada hak pakai seolah-olah sesuai
peraturan perundang- undangan padahal
bertentangan, dan merugikan orang
yang berhak Pasal 12
h
42
Turut serta dalam pemborongan,
pegadaian, atau persewaan padahal
tugasnya mengawasi Pasal 12
i
Menerima gratifikasi karena jabatannya, yang
berlawanan dengan kewajibannya atau
tugasnya
Pasal 12 B
Perseorangan korporasi
Memberi hadiah atau janji kepada pegawai
negeri karena jabatan kedudukannya
Penjara max. 3 thn; denda
max. 150 juta Pasal 13 Dianggap
memberi suap
6. Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.