31
8. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Menurut Pasal 4 Angka 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa ; ―Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa
‖. Menurut Pasal 11 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah yaitu;
1 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. 2 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
9. Prinsip-prinsip Limburg Limburg Principles
60
Dalam General Comment No. 9, tentang penerapan ICESCR di tingkat domestik, Komite menyanggah pendapat yang menyatakan bahwa hak ekonomi dan sosial
secara inheren tidak cocok untuk diterapkan melalui judicial enforcement, dan sekaligus mengesahkan suatu standar dimana negara disyaratkan untuk
menyediakan mekanisme penyelesaian hukum dalam dua cara, yaitu: melakukan interpretasi yang konsisten dari hukum domestik agar sesuai dengan standar
60
Suparman Marzuki, Upaya Litigasi Non Litigasi Atas Pelanggaran Hak Ekosob Di Indonesia, Makalah pada Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya : Prospek dan Tantangan Yogyakarta, 13-15 November 2007 , dapat dilihat dalam pusham.uii.ac.iduplarticleid_ecosoc2suparman.pdf ;
Makalah - Pusat Studi Hak Asasi Manusia
;
dikunjungi pada hari rabu tanggal 11 Juni 2014, pukul 13.25 WIB.
32
Kovenan ICESCR, khususnya dalam hal kesetaraan dan non-diskriminasi, serta melalui pengesahan peraturan untuk membentuk mekanisme penyelesaian hukum
atas pelanggaran hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi. Komite kemudian mengesahkan tiga prinsip dasar pemenuhan, berdasarkan
kesepakatan tentang tanggung jawab negara untuk menyediakan mekanisme penyelesaian hukum atas pelanggaran hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Pertama, langkah apapun yang dilakukan suatu negara haruslah cukup untuk memberikan dampak bagi hak-hak yang tercantum dalam kovenan ICESCR.
Khusus, untuk memenuhi pengaturan tentang prinsip non-diskriminasi dalam Kovenan, maka penerapan aturan hukum judicial enforcement tidak bisa tidak
harus dilaksanakan. Kedua, perlindungan atas hak ekonomi, sosial, dan budaya harus setara dan
menjadi bagian integral dari upaya perlindungan atas hak-hak sipil dan politik. Meskipun langkah-langkah yang diambil berbeda dengan langkah-langkah yang
diambil untuk menjamin perlindungan hak sipil dan politik. Ketiga, Komite mengusulkan agar prinsip-prinsip hak ekonomi sosial budaya
sebagaimana tercantum dalam Kovenan diadopsi ke dalam sistem hukum domestik, baik melalui ratifikasi maupun di absobsi ke dalam peraturan
perundang-undangan yang sudah berlaku. Tujuannya, agar memungkinkan individu untuk menggunakannya dalam litigasi di pengadilan.
Prinsip-prinsip Limburg juga semakin menegaskan dan memberi arah bagi setiap negara, khususnya negara pihak untuk tidak sekadar melihat hak-hak ekonomi,
sosial dan budaya bersifat positif. Paragraf ke-16 prinsip-prinsip Limburg menegaskan: ―All States parties have an obligation to begin immediately to take
33
steps towards full realization of the rights contained in the Covenant ‖. Begitu
juga dalam paragraf ke- 22: ―Some obligations unders the Covenant require
immediate implementation in full by all States parties, such as the probihation of discrimination in article 22 of the Covenant
.‖ Dengan demikian, argumen maximum available resources atau progressive
realization tidak dapat digunakan untuk mengkesampingkan pemenuhan segera hak-hak tersebut. Jadi anggapan selama ini mengenai non-justiciable dari hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya jelas menyesatkan. Negara memiliki kewajiban yang memiliki efek segera immediate effect. Itu artinya hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya tidak lagi dapat dikualifika si sebagai ―bukan merupakan hak yang
sebenarnya‖ atau sekedar ―pernyataan politik‖. Sama seperti hak-hak sipil dan politik, ia juga merupakan hak yang sebenarnya dapat dituntut pemenuhannya
melalui pengadilan justiciable. Terutama untuk hak-hak yang diatur pada pasal 3, 7a dan i, 8, 103, 132, 3 dan 4, dan pasal 153. Hak-hak dalam pasal-
pasal ini bersifat justiciable, yang dapat dituntut di muka pengadilan nasional
masing-masing negara. 10. Pedoman Maastricht
Maastricht Guidelines
61
Pandangan Maastricht dimunculkan sebagai pandangan yang hampir sama dengan Dekade Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Penghapusan
Kemiskinan 1997-2006. Akan menarik untuk dinilai, pada tingkat nasional,
61
Max M .de Mesa, PRINSIP DAN PEDOMAN LIMBURG MAASTRICHT: Progressive Langkah Menuju Realisasi lebih lanjut dari Ekonomi, Sosial dan Budaya, Makalah
disajikan pada Pelatihan Nasional NGO Kapasitas menulis resmi laporan alternatif mengenai pelaksanaan
Ekonomi, Sosial
dan Budaya
September 3-5,
2003 Ulaanbaatar, Mongolia, dapat dilihat dalam
Limburg Principles and Maastricht Guidelines
- Task Force ...
main.tfdp.net › Resources
› Articles
; dikunjungi pada hari Rabu tanggal 11 Juni 2014, pukul 15.00 WIB.
34
regional dan internasional, apakah Pedoman Maastricht telah mampu, setidaknya, untuk mengimbangi, jika tidak melangkah untuk lebih maju dalam kerja
kemanusiaan untuk melawan kemiskinan ini.
B. Korupsi