Komponen Model SAVI Model Pembelajaran SAVI Somatis, Auditory, Visualisasi, dan

indra dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu, Somasi, Auditori, Visual, dan Intelektual. 19 Model SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut Belajar Berbasis Aktivitas BBA. Artinya, belajar dengan bergerak aktif dengan memanfaatkan indar sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dengan pikiran terlibat dalam proses pembelajarn. Belajar model ini jauh lebih efektif daripada yang didasarkan pada prestasi, materi, dan media, sebab gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian otak yang akan terkoneksi oleh gerakan fisik adalah konteks motor, dimana fungsi otak bagian ini untuk berfikir memecahkan masalah. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus menggabungkan antara gerakan fisik dan seluruh indra yang ada. 20

2. Komponen Model SAVI

a. Somatis Somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh. Belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestesis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar secara berkala. Meier juga menguatkan pendapatnya dengan menyampaikan hasil penelitian neurologis yang menemukan bahwa pikiran tersebut di 19 Rusman, Model-Model Pembelajaran, 373-374. 20 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013, 102. seluruh tubuh. Jadi dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya. Somatis berarti bangkit dari tempat duduk dan bertindak aktif secara fisik selama proses belajar. 21 Berdiri dan bergerak kesana kemari meningkatkan sirkulasi dalam tubuh dan oleh karena itu mendatangkan energi segar ke dalam otak. Belajar somatis merupakan belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis dengan melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Belajar somatis ini bias terhadapa tubuh dimana anak-anak yang bersifat somatis, yang tidak dapat duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup. Dalam belajar somatis ini tubuh dan pikiran itu satu dimana penelitian neurologis telah menemukan bahwa pikiran tersebar diseluruh tubuh. Tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh dalam belajar maka menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Melibatkan tubuh, untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh maka harus tercipta suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu 21 Dave Meier, The Accelerated Handbook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan, Bandung: Kaifa, 2002, 94. b. Auditori Pikiran auditori lebih kuat dari apa yang di sadari. Telinga bekerja terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori. Dan ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area penting di otak pun menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, maka dengan cara mendorong pembelajar untuk mengungkapkan dengan suara. Pembelajaran auditori merupakan belajar paling baik jika mendengar dan mengungkapkan kata-kata. Belajar Auditori merupakan cara belajar standar bagi semua orang sejak awal sejarah. 22 Seperti kita ketahui sebelum manusia mengenal baca tulis banyak informasi yang disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan misalnya mitos, dongeng-dongeng, cerita- cerita rakyat. Bangsa yunani kuno juga mendorong orang untuk belajar dengan suara lantang melalui dialog. Filosofi mereka adalah “jika kita mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicaralah tanpa henti”. c. Visual Ketajaman penglihatan setiap orang itu kuat, disebabkan oleh fikiran manusia lebih merupakan prosesor citra dari prosesor kata. Citra karena konkret mudah untuk diingat dan kata, karena abstrak sehingga sulit untuk disimpan. Didalam otak terdapat lebih banyak 22 Ibid, 95. perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. Dengan membuat yang visual paling tidak sejajar dengan yang verbal sehingga dapat membantu pebelajar untuk belajar lebih cepat dan baik. 23 Menurut Meier setiap orang memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lainnya. Lebih lanjut meier mengungkapkan bahwa beberapa peserta didik terutama pembelajar visual akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru atau sebuah buku. d. Intelektual Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, meyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Pada intelektual identik dengan melibatkan pikiran untuk menciptakan pembelajarannya sendiri. Belajar bukanlah menyimpan informasi tetapi menciptakan makna, pengetahuan dan nilai yang dapat dipraktekkan oleh pikiran pebelajar. 23 Ibid, 97. Menurut Meier, kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan peserta didik dalam pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan mereka untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Lebih lanjut meier mendefinisikan intelektual sebagai pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untk berfikir, menyatukan pengalaman, menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan unuititif tubuh untuk membat makna baru bagian dirinya sendiri. 24 Dave Meier juga menambahkan satu lagi gaya belajar intelektual. Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. “Intelektual” adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahamanmenjadikearifan. 24 Ibid, 99.

3. Langkah-Langkah Model SAVI

Dokumen yang terkait

Korelasi antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran al-qur’an hadits di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim Al-Mubtadi Cipondoh

2 7 91

Peningkatan pemahaman mata pelajaran IPS materi masalah sosial di daerahnya melalui metode cooperative integrated reading and composition (CIRC) pada siswa kelas IV MI Darun Najah Kajeksan Tulangan Sidoarjo.

0 0 106

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA MENGGUNAKAN MEDIA BOTOL BLOOD STREAM MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V MI DARUN NAJAH SIDOARJO.

1 5 110

Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits MI Kelas 1-6 - WARTA MADRASAH

0 0 1

Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits MI Kelas 1-6 - WARTA MADRASAH

0 3 1

Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits MI Kelas 1-6 - WARTA MADRASAH

0 0 1

Perangkat Pembelajaran Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits MI Kelas 1-6 - WARTA MADRASAH

1 10 1

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Surat Pendek Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits dengan Menggunakan Media Short Card di Kelas IV Al-Hidyah Margerejo Surabaya

0 0 14

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Hadits dengan Model SAVI pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas III di MI Darun Najah Tulangan Sidoarjo

0 1 16

KORELASI KEMAMPUAN TAHFIDZ AL-QUR’AN DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS MI AL MA’ARIF KARANGSARI TANGGAMUS TAHUN AJARAN 20182019 (Studi pada Peserta Didik Kelas IV Semester Ganjil Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Al Ma

0 2 91