Kesadaran Seorang Aktivis Politik Terjun Kekancah Aktivisme Politik

menumpahkan semua perasaannya. Terutama yang menyangkut pengkhianatan intelektual para pejuang Orde Baru. Selain itu, ia juga menuliskan pikirannya di koran-koran.

B. Kesadaran Seorang Aktivis Politik

Bopeng-bopeng kehidupan politik mulai mengusik pada masa remaja. Hok Gie memberikan uangnya yang tinggal Rp. 2,50 kepada seseorang yang sedang makan kulit mangga. Perasaannya begitu gundah. “Ya, dua kilometer dari pemakan kulit mangga, ‘paduka’ kita mungkin lagi tertawa-tawa, makan- makan dengan istri-istrinya yang cantik-cantik. Aku besertamu orang-orang malang.” 36 Pikiran-pikiran tentang politik mulai tumbuh dan berkembang dalam diri Hok Gie. Bahkan mewarnai seluruh hidup pria yang percaya bahwa, hakikat kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dan dapat merasai kedukaan itu. Lulus dari SMA Kanisius, Jakarta, Soe Hok Gie meneruskan ke Universitas Indonesia, jurusan Sejarah. Namun setelah melewati masa perpeloncoan, pelahap buku-buku berat ini kecewa. Keluhnya, Anak sastra Jerman tidak tahu karangan Goethe, jangankan puisipuisi Holderius atau Thomas Mann. Seorang anak sastra Sunda bahkan berkata: “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma adalah karangan Goethe. Orang-orang boleh ketawa deh.” 37 Soe Hok Gie selalu disibukkan dengan pikiran-pikirannya. Penggemar lagu Blowing in The Wind ini butuh teman diskusi yang setara. Maklum, ia adalah pelahap buku-buku sastra, filsafat, dan politik. Buku-buku itu 36 Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran, LP3ES,Jakarta, 2005. hal : 69 37 Ibid, hal : 89 Universitas Sumatera Utara menumbuhkan pertanyaan-pertanyaan dan perdebatan dalam dirinya. Ikut memperkaya dan mematangkan pribadi pria berperawakan kecil ini. Tak heran bila ia selalu resah. Seperti pengakuannya,”...I’ll always be gelisah, and unable to live in peace.”

C. Terjun Kekancah Aktivisme Politik

Dunia mahasiswa kian menyuburkan kegiatan berpikirnya. Diskusi menjadi makanan sehari-hari. la pun aktif terlibat dalam kegiatan organisasi. la juga aktif di Gerakan Mahasiswa Sosialis GMSOS, tempat di mana ia sering bertukar pikiran dengar beberapa tokoh terkemuka yang kemudian hari membantu Presiden Soeharto. 38 Ketika keadaan ekonomi Indonesia kian amburadul, Soe Hok Gie pun bagai cacing kepanasan. Resah, catatnya, “Kalau rakyat Indonesia terlalu melarat, maka secara natural mereka akan bergerak sendiri. Dan kalau ini terjadi maka akan terjadi chaos. Lebih baik mahasiswa yang bergerak.” 39 Tiada hari tanpa demonstrasi bagi Soe Hok Gie. Rapat sana sini, menggalang demonstrasi ke sana kemari. Mengadakan protes kepada pemerintah akan situasi ekonomi yang menukik tajam. “Aku the happy selected few yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus menyadari dan melibatkan diri dalam perjuagan bangsanya... dan kepada rakyat aku ingin tunjukkan bahwa mereka Tak pelak, lahirlah sang demonstran. 38 Ibid, hal : 88 39 ibid., hal. 124 Universitas Sumatera Utara dapat mengharapkan perbaikan-perbaikan dari keadaan dengan menyatukan diri di bawah pimpinan patriot-patriot universitas.” 40 Pada 1966, ketika mahasiswa banjir ke jalan dengan aksi Tritura-nya, Hok Gie termasuk dalam barisan paling depan. Kabarnya, ia adalah salah satu tokoh kunci dari terjadinya aliansi mahasiswa-ABRI pada 1966. 41 Terutama yang menyangkut konsep asimilasi lewat kawin campur. Ia menjadi penentang Baperki di bawah pimpinan Siauw Giok Chan yang tampaknya lebih bersimpati kepada komunis. Simpatinya diberikan kepada Tap Thiam Hien, S.H. yang gigih menentang kepemimpinan Siauw Gion Chan. Sebagai seorang peranakan Tionghoa, Hok Gie juga terlibat dalam upaya penyatuan bangsa. Pada awal 1960-an muncul dua kelompok besar golongan peranakan Tionghoa di Indonesia, yaitu Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia Baperki dan Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa LPKB. Hok Gie agaknya lebih setuju dengan pendekatan yang dilakukan LPKB. 42 Sebagaimana Baperki, bagi beberapa orang, LPKB juga sebuah alat politik. Kritik-kritik Hok Gie pada LPKB membuat ia dipecat dari lembaga yang Bulan Februari 1963 Hok Gie ikut sebagai delegasi pemuda yang setuju dengan asimilasi menemui Presiden Soekarno. “Saya sungguh kikuk,” ujar Hok Gie tentang pertemuan tersebut: Maklum ia terpaksa meminjam setelan jas yang kepanjangan. Dan itu membuatnya jadi jengah. 40 Ibid., hal. 130 41 Stan ley, Aris Santoso Op.Cit., hal. 299 42 Stan ley, Aris Santoso, Ibid , hal : 127 Universitas Sumatera Utara semula diharapkannya bisa menyatukan bangsa yang sedang mengalami polarisasi. Hok Gie bukan cuma dipecat, ia didesas-desuskan sebagai orang yang telah membocorkan rahasia intern LPKB, mau menjadi pahlawan kaum buruh, mengidap “hero complex” bahkan dituduh agen PKI yang sengaja disusupkan ke tubuh LPKB.

D. Komitmen Politik dan Intimidasi