soal-soal yang sangat prinsipil organisasi kemahasiswaan bersikap. Seperti dalam soal kemerdekaan bangsa, soal rezim diktator, soal rasial, soal suku dan
lain-lainnya. Dan dalam soal-soal kemahasiswaan, besar harapan akan didapat konsensus bersama.
Kepada KAMI yang melangkahkan kakinya ke tahun ketiga, semua mahasiswa biasa termasuk saya berdoa agar KAMI tidak menjadi Neo-PPMI.
C. Setelah Tiga Tahun
113
PADA tanggal l0 Januari 1966, ribuan mahasiswa Universitas Indonesia berkumpul di halaman universitas. Secara formal mereka berkumpul
untuk menyatakan sikap bahwa mahasiswa Indonesia menuntut agar PKI dibubarkan. Di samping itu, mereka juga menuntut agar pemerintah bertindak
tegas dalam memperbaiki ekonomi yang teramat rusak.
114
Dari halaman universitas, mereka menuju ke kantor Menteri yang mengurus ekonomi. Tetapi Menteri menolak menemui mereka. Mahasiswa-
mahasiswa tidak mau pulang, sebelum bertemu dan mereka menantikan Menteri berjam-jam di panas matahari Jakarta kirakira 35 derajat Celcius.
Mereka tidur di jalan raya dan sikap ‘kaku’ ini meledakkkan amarah
mahasiswa yang telah lama tersimpan. Akhirnya sang Menteri keluar dan berpidato sebentar, tetapi para mahasiswa tidak mau mengerti lagi. Keesokan
Harga-harga terus naik, dan mulai awal Januari 1966, harga karcis bis yang amat vital bagi
pengangkutan mahasiswa dari rumah ke kampus naik 500 persen.
113
Stan ley, Aris Santoso,Soe hok Gie : Zaman Peralihan, Jakarta : Gagas Media, 2005 hal : 32
114
Francois Raillon, Ibid, hal : 16
Universitas Sumatera Utara
harinya, lebih banyak maha asiswa datang ke halaman membawa poster-poster bertuliskan slogan-slogan anti-pemerintah. Poster-poster itu tertuliskan:
Parlemen Bodoh, Menteri Indonesia Tolol Pidato-Pidato No - Minta bukti; dan makin lama makin tajam. Setelah beberapa hari, muncul slogan-slogan anti-
Presiden Soekarno, Stop Impor Istri Presiden Soekarno mempunyai 5 istri, satu di antaranya di import dari Jepang, Ganyang Koruptor, Bubarkan PKI
Soekarno tidak mau membubarkan PKI, walaupun telah terbukti PKI merencanakan kup dan membunuh pimpinan Angkatan Darat, Kami Minta
Beras - Bosan Pidato, dan slogan lainnya.
115
Pemerintah Indonesia waktu itu amat korup seperti Pemerintah Chiang Kai Shek setelah tahun-tahun 1945 - rakyat hidup melarat, tetapi menteri-
menteri dan sejumlah pegawai tinggi hidup sebagai milyuner. Setiap kritik pada pemerintah dijawab dengan penjara dan dituduh sebagai alat imperialis
Inggris-Amerika. Koran-koran oposisi ditutup sejak tahun 1962. Walaupun ekonomi Indonesia sangat rusak, Presiden Soekarno tidak mau
peduli. la membangun istana di Bali, mengadakan Ganefo, merencanakan Conefo
Confence of New Emerging Forces, mengganyang Malaysia. Utang Indonesia
berjumlah US 2,4 milyar.
116
115
Soe Hok Gie, Op. cit, hal : 130-139
116
Stanley, Santoso, Aris. Ibid, hal : 32
Parlemen yang ada tidaklah menentang Soekarno, karena Parlemen ditunjuk mahasiswa karena mereka akan ditipu
oleh politikus-politikus yang jauh lebih berpengalaman dan mereka juga ragu apakah ada gunanya mahasiswa berpolitik sebagai mahasiswa. “Bergabunglah
dengan partai politik, kalau mau berpolitik, jangan mencatut nama maha-
Universitas Sumatera Utara
siswa,”
117
Sebagai anggota Parlemen, mereka mempunyai hak yang sama dengan anggota-anggota lain. Mereka mendapat mobil Holden dengan harga yang
amat murah, tiket kereta api, kapal terbang gratis, berhak ke luar negeri sebagai misi Parlemen dan lain-lain. Beberapa tokoh mahasiswa Indonesia
yang sebelumnya melarat seperti juga mahasiswa-mahasiswa Indonesia lain tiba-tiba mempunyai mobil bagus. Mereka mondar-mandir ke luar negeri dan
dijebak oleh golongan vested interest dengan barang-barang mewah, dan kata kelompok ini. Setelah situasi normal kembali, kelompok kedua
kembali ke universitas. Pada akhir tahun 1966 pemerintah mengadakan pembaharuan perlemen.
Anggota-anggotanya yang pro-komunis dan pro-Soekarno diganti. Mahasiswa ditawari untuk duduk dalam Parlemen baru yang juga tidak dipilih rakyat.
Golongan pertama menerimanya, karena mereka percaya, bahwa segala jalan harus ditempuh termasuk Parlemen untuk memperbaiki masyarakat. Golongan
kedua menolaknya,dan menyatakan bahwa “kita akan kehilangan hak moral jika kita bergabung dengan bajingan-bajingan yang ada di Parlemen.” Akhirnya
pemerintah mengangkat 13 orang pimpinan mahasiswa Indonesia menjadi anggota Parlemen. Golongan kedua dengan muak, melihat kawan-kawannya
memasuki Gedung Parlemen. Bagi mereka, mahasiswa-mahasiswa yang menjadi anggota Parlemen adalah pemimpin-pemimpin yang mencatut perjuangan.
C.1. Mahasiswa menjadi Anggota Parlemen
117
Stanley, Santoso, Aris. Ibid, hal : 33
Universitas Sumatera Utara
beberapa dari mereka dikabarkan ikut pula memperkaya diri secara tidak halal dengan menggunakan kedudukan mereka.
118
118
Stanley, Santoso, Aris. Ibid, hal : 37
Masyarakat mahasiswa yang dulu berdemonstrasi, marah dan benci terhadap pemimpin-pemimpin seperti ini, karena mereka telah mencatut nama
mahasiswa dan perjuangan. Beberapa organisasi mahasiswa secara halus menggeser pimpinannya yang menjadi anggota Parlemen. Bahkan pernah
terjadi seorang anggota Parlemen lari pontang-panting, karena beberapa mahasiswa beramai-ramai ingin memukulinya. Mobilnya ditinggal. beberapa
mobil tokoh mahasiswa dikempeskan bannya ketika mereka sedang rapat. Tetapi hal ini tidaklah berarti bahwa mereka sudah tidak popular lagi. Banyak
mahasiswa yang patuh pada mereka, karena tidak tahu kisah-kisah politis mahasiswa ini. Sampai saat ini hanya beberapa penulis mahasiswa yang secara
terang-terangan berani menentang mereka dalam koran-koran mahasiswa. Mereka terutama dari golongan ‘moral force’.
Setelah tiga tahun, apakah yang telah dicapai oleh mahasiswa- mahasiswa Indonesia? Tidak banyak, tetapi mahasiswa-mahasiswa Indonesia
telah berhasil menyumbangkan tradisi politik yang amat penting. Dibanding dengan Pemerintah Soekarno. Pemerintah sekarang lebih baik, dalam arti kata
bahwa Presiden Soeharto berusaha secara serius untuk memperbaiki ekonomi. Kebebasan pers dapat dipulihkan, sebagian koran-koran oposisi yang pro
Soekarno dibolehkan terbit. Semuanya di mulai pada tanggal l0 Januari 1966.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi kaum vested interest Indonesia juga menang. Mereka berhasil ‘menjinakkan’ tokoh-tokoh mahasiswa dengan memberikan kursi-kursi empuk
di Parlemen, mobil mewah dan kenikmatan materil lainnya.
119
D. Generasi Yang Lahir setelah Tahun Empat Lima