BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling
sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi
faktor estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu estetik dan fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini menyebabkan
perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal.
14
Pada bab ini akan dibahas mengenai defenisi, etiologi terjadinya, serta klasifikasi
pembesaran gingiva berdasarkan etiologi yang dikaitkan dengan leukemia.
2.1 Defenisi dan Etiologi
Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan
kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva.
14
Secara histologis pembesaran gingiva dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu :
2.1.1 Hipertrofi Gingiva
Pada hipertrofi gingiva pembesaran gingiva disebabkan oleh bertambah besarnya ukuran sel-sel yang terjadi karena bertambahnya fungsi kerja tubuh.
14,15
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Hiperplasia Gingiva
Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena adanya peningkatan jumlah sel penyusunnya.
14
Secara klinis hiperplasia gingiva tampak sebagai suatu pembesaran gingiva yang biasanya dimulai dari papila interdental menyebar ke daerah sekitarnya.
Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat mengganggu oklusi dan estetik serta dapat mempersulit pasien dalam melakukan kontrol plak.
12,14
Pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai etiologi dan juga diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor etiologi.
12,16
1. Pembesaran gingiva inflamasi
2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan
3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik
a. Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas, defisiensi
vitamin C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik. b.
Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit leukemia. 4.
Pembesaran neoplastik Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang paling
umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan terhadap infiltrasi sel leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen molekul adhesi endotelial
sehingga infiltrasi leukosit meningkat.
17
Penyebab leukemia sampai saat ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
frekuensi terjadinya leukemia yaitu :
18
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor genetik seperti pada penderita down syndrome, li-fraumeni syndrome,
klinifelter syndrome, kelainan sistem imun herediter, riwayat keluarga menderita leukemia.
2. Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, obesitas, sering
terpapar sinar matahari. 3.
Faktor lingkungan sekitar akibat terpapar radiasi dan bahan kimia tertentu. 4.
Penurunan sistem imun seperti pada pasien tranplantasi organ. 5.
Faktor resiko yang kontroversial atau belum terbukti yaitu sering terpapar medan elektromagnetik, infeksi di awal kehidupan, usia ibu saat anak
dilahirkan, riwayat orang tua merokok, janin yang terpapar hormon, tempat kerja orang tua yang terpapar bahan kimia, dan air yang terkontaminasi bahan
kimia. Diferensial diagnosa dapat ditentukan melalui pemeriksaan kesehatan umum
dan riwayat gigi, evaluasi terhadap sifat pembesaran apakah inflamasi atau fibrosis, dan identifikasi faktor etiologi gambar 1. Kadang-kadang pengambilan spesimen
biopsi juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
19
Pemeriksaan darah lengkap merupakan pilihan tes diagnostik apabila dicurigai terjadinya leukemia.
20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Diagnosis Pembesaran Gingiva Hall WB. Critical Decisions in Periodontology. 4
th
ed. Hamilton: BC Decker Inc, 2003: 59
2.2 Klasifikasi Pembesaran Gingiva Berdasarkan Etiologi Manifestasi periodontal dari penyakit hematologi sistemik dalam prakteknya
sulit untuk membedakan antara perubahan-perubahan akibat proses penyakit atau yang terjadi setelah pengobatan. Klasifikasi etiologi lesi gingiva pada pasien
leukemia telah dibuat oleh Barrett. Klasifikasi ini terdiri dari empat kategori yang membedakan antara lesi akibat langsung dari proses penyakit dan perawatan serta
Universitas Sumatera Utara
yang disebabkan oleh efek sekunder seperti depresi sumsum tulang dan jaringan limfoid.
21
Kategori 1 adalah lesi yang disebabkan oleh infiltrasi leukemia langsung disertai pembesaran pada gingiva.
21
Kategori 2 berhubungan langsung dengan toksisitas obat yang disebabkan oleh agen kemoterapi. Obat-obatan ini menyebabkan perubahan yang nyata pada gingiva
termasuk erosi dan ulserasi. Sebelum transplantasi sumsum tulang, ablasi sumsum tulang dengan kemoterapi, dengan ataupun tanpa radioterapi dapat mengakibatkan
retensi epitel, yang akan terlihat memutih dan menebalnya mukosa oral. Obat immunosuppressif siklosporin yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya
penolakan setelah transplantasi juga dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia gingiva.
21
Kategori 3 terdiri dari efek yang merugikan dari graft versus host reactions. Pada penyakit ini limfosit yang ditrasplantasikan bereaksi terhadap host antigens.
Lesi mukosa termasuk lichenoid striae, pelepasan epitel, erosi dan ulserasi dan dapat berguna sebagai penanda aktivitas graft versus host reactions.
21
Kategori 4 mencakup efek sekunder dari depresi sumsum jaringan limfoid dan juga perdarahan, ulserasi neutropeni dan rentan terjadi infeksi mikroba. Gambaran
klinis periodontal mencakup gingiva pucat, perdarahan karena defisiensi trombosit, resistensi terhadap infeksi. Umumnya perdarahan dan ulserasi gingiva dapat
berkurang jika oral higiene yang cukup.
21
Klasifikasi leukemia telah berkembang selama bertahun-tahun dari suatu pendekatan morfologis, berdasarkan tampilan sel-sel leukemia dalam darah perifer
Universitas Sumatera Utara
dan sumsum tulang, melalui teknik sitokimia dan belakangan ini, ketergantungan yang lebih besar dari antibodi monoklonal terhadap antigen seluler dan sitogenetik
dan metode molekuler Tabel 1.
20,22
1. Leukemia mieloid Mielogenus mielositik
2. Leukemia limfoid Limfogenus, limfositik, limfatik
3. Leukemia monositik
Klasifikasi leukemia dapat dimodifikasi untuk menunjukkan perjalanan penyakit dengan penerapan istilah akut, subakut, kronis.
22
1. Akut, Ketahanan hidup pasien kurang dari 6 bulan
2. Kronis, Ketahanan hidup pasien lebih dari 1 tahun
3. Subakut, Ketahanan hidup pasien di antara akut dan kronis
Tabel 1. Klasifikasi leukemia WU Josephine et al. J Periodontol 2002; 73: 665
Klasifikasi Leukemia
Limfoblastiklimfositik Limfositik Akut ALL
Limfositik Kronis CLL Mieloblastikmielositik
Mielositik Akut AML --- klasifikasi FAB M0 mieloblastik akut diferensiasi minimal
M1 mieloblastik akut tanpa diferensiasi M2 mieloblastik akut dengan diferensiaasi
M3 promielsitik akut M4 mielomonositik akut
M5 monositik akut M6 eritroleukemia akut
M7 megakariotik akut Mielositik Kronis CML
Universitas Sumatera Utara
Pembesaran gingiva lebih sering terjadi pada leukemia akut daripada kronis yaitu sekitar 36 terjadi pada leukemia akut, 10 terjadi pada leukemia kronis dan
sangat jarang terjadi pada Leukemia Limfositik Akut ALL dan Leukemia Limfositik Kronis CLL.
21
Pembesaran gingiva yang paling sering terjadi adalah pada Leukemia Monositik Akut M5 yaitu sekitar 66,7 kemudian Leukemia
Mielomonositik Akut M4 18,5 dan Leukemia Mielositik Akut M1,M2 sekitar 3,75.
5,16,20
-----ooo00ooo-----
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 PEMBESARAN GINGIVA PADA PASIEN LEUKEMIA