UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING

(1)

TESIS

ANDRI PURWANDARI 20141050041

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

TESIS

ANDRI PURWANDARI 20141050041

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

i TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ANDRI PURWANDARI 20141050041

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN Tesis

UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG

MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING

Telah diujikan pada tanggal : 4 November 2016

Oleh :

ANDRI PURWANDARI NIM 20141050041

Penguji

Dr. dr. Sri Sundari., M.Kes (……….)

Dr. Titih Huriah., M.Kep., Ns., Sp.Kep.K (………)

Erna Rochmawati., S.Kp., MNSc., M.Med.Ed., Ph.D (………)

Mengetahui

Ketua Program Magister Keperawatan

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(5)

iii

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Andri Purwandari

NIM : 20041050041

Program Studi : Magister Keperawatan Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Judul Penelitian : Uji Komparasi Kemampuan Slef-Directed

Learning Pada Mahasiswa yang Menjalankan Problem Based Learning Menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Yogyakarta, 04 November 2016


(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillaahirobbil‟alaamiin.. Sembah sujud dan syukur yang tiada henti kepada Allah SWT atas segala petunjuk dan kemudahanNya hingga tesis ini terselesaikan.

My Lovely Hubby.. Terimakasih yang tak terhingga untuk abi yang selalu memberikan support, bersedia berbagi peran dan memahami dalam situasi apapun, yang selalu berdoa untuk kelancaran tesis ini. Jazakallaah khoir abi..

Abah dan Umi.. Terimakasih atas dukungan dan doa dari umi dan abah selama perjalanan tesis ini. Barokallaah..

Bapak dan Ibu.. Terimakasih atas kasih sayang, doa dan segala dukungan yang tiada henti. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kasih sayangNya pada Bapak dan Ibu. Big hug.

My Lovely Son.. Mujahid kecilku yang selalu menginspirasi, membuat umi semangat dan tersenyum dalam segala kondisi. Semoga Allah SWT selalu menjadikanmu anak yang sholih dan senantiasa diberikan kesehatan. Love you nak..

My Brother & Sister.. Adik-adikku yang selalu menghibur dan memberikan support dalam penyelesaian tesis ini. Sukses selalu untuk kalian..

Sahabat-Sahabat M.Kep Angkatan V.. Big thank you untuk semua sahabat-sahabat yang telah membantu dan memberikan motivasi. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan teman-teman.


(7)

v

KATA PENGANTAR

Assalaamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Alhamdulillaahirobbil‟aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat dan ridho Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Uji Komparasi Kemampuan Self-Directed Larning pada Mahasiswa Keperawatan yang menjalankan Problem-Based Learning“. Dalam penyusunan Tesis ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Tesis ini.

Penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Achmad Nurmandi selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Fitri Arofiati, S.Kep., Ns., MAN., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Dr. dr. Sri Sundari., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan masukan serta saran dalam penyempurnaan Tesis ini

4. Dr. Titih Huriah., M.Kep., Ns., Sp.Kep.K selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam tesis ini


(8)

vi

5. Erna Rochmawati., S.Kp., MNSc., M.Med.Ed., Ph.D selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam tesis ini

6. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., Sp. Mat selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta hidayahNya dan menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhir kata semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi pendidikan Ilmu Keperawatan serta bagi kita semua, Amiin yaa robbal „aalamiin. Wassalaamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Yogyakarta, 4 November 2016


(9)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Perumusan Masalah ... 12

C.Tujuan Penelitian ... 13

1. Tujuan Umum Penelitian ... 13

2. Tujuan Khusus Penelitian ... 13

D.Manfaat Penelitian ... 14

1. Aspek Teoritis (keilmuan) ... 14

2. Aspek Praktis (guna laksana) ... 14

E.Penelitian Terkait ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

A.LANDASAN TEORI ... 22

1. TEORI BELAJAR ... 22

a. Definisi Belajar ... 22

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 22

c. Teori Konstruktivisme ... 26

2. SELF-DIRECTED LEARNING (SDL) ... 27

a. Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri ... 27

b. Pengertian Self-Directed Learning ... 31


(10)

viii

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi SDL ... 44

e. Dimensi SDL ... 48

f. Tahap-Tahap dalam SDL ... 54

3. PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) ... 56

a. Pengertian PBL ... 56

b. Tujuan PBL ... 58

c. Karakteristik PBL ... 59

d. Keterampilan (skill) yang Dikembangkan dalam PBL ... 63

e. Model Kelas PBL ... 63

f. Tahap-Tahap dalam PBL ... 65

g. Penulisan Skenario dalam PBL ... 72

h. Peran Partisipasi dalam PBL ... 76

i. Strategi dan Metode PBL ... 82

j. Kelebihan dan Kekurangan PBL ... 84

k. System Penilaian Mahasiswa dalam Pembelajaran PBL ... 86

4. SELF-DIRECTED LEARNING DALAM PROBLEM-BASED LEARNING ... 87

B.KERANGKA TEORI ... 91

C.KERANGKA KONSEP ... 92

D.HIPOTESIS ... 93

BAB III METODE PENELITIAN ... 94

A.Desain Penelitian ... 94

B.Populasi dan Sampel ... 95

1. Populasi ... 95

2. Sampel ... 96

3. Metode Penarikan Sampel (Sampling) ... 96

C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 98

1. Lokasi Penelitian ... 98

2. Waktu Penelitian ... 98

D.Variabel Penelitian ... 98

E.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 99

F. Instrument Penelitian ... 101

1. Self-Rating Scale for Self Directedness in Learning (SRSSDL) ... 101

2. Focus Group Discussion (FGD) ... 103


(11)

ix

G.Cara Pengumpulan Data ... 105

1. Tahap Persiapan ... 105

2. Tahap Pelaksanaan ... 105

3. Tahap Terminasi ... 107

H.Validitas dan Reliabilitas ... 107

1. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kuantitatif ... 107

a. Uji Validitas ... 107

b. Uji Reliabilitas ... 109

2. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif ... 111

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 114

1. Pengolahan Data ... 114

2. Analisa Data ... 116

a. Analisa Data Kuantitatif ... 116

b. Analisa Data Kualitatif ... 118

J. Etika Penelitian ... 120

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 123

A. Hasil Penelitian Kuantitatif ... 123

1. Karakteristik Responden ... 123

2. Tingkat Kemampuan SDL ... 124

3. Analisa Perbedaan Tingkat Kemampuan SDL ... 126

4. Kemampuan SDL Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 128

B. Hasil Penelitian Kualitatif ... 131

1. Karakteristik Partisipan ... 131

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 132

C. Pembahasan ... 142

1. Karakteristik Responden Penelitian ... 142

2. Tingkat Kemampuan SDL ... 146

D. Keterbatasan Penelitian ... 158

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 159

A. Kesimpulan ... 159

B. Saran ... 162 DAFTAR PUSTAKA


(12)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Penelitian Terkait ... 15

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 99

Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Self-Directed Learning ... 116

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 123

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemampuan SDL ... 125

Tabel 4.3 Analisis Varian Krusskal Wallis ... 126

Tabel 4.4 Analisis Post Hock Mann Whitney ... 127

Table 4.5 Tabulasi Silang Tingkat SDL Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 129


(13)

xi

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 91

Bagan 2.2 Kerangka Konsep ... 92

Bagan 4.1 Gambaran Tema Hasil Penelitian ... 134

Bagan 4.2 Learning Preparation ... 135

Bagan 4.3 Faktor yang Menghambat SDL ... 137


(14)

xii

DAFTAR SINGKATAN

SDL : Self-Directed Learning PBL : Problem-Based Learning SCL : Student Centered Learning FGD : Focuss Group Discussion

SDLR : Self Directed Learning Readiness

SRSSDL : Self-Rating Scale for Self Directedness in Learning

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

FKIK : Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kedokteran UMY : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PPB : Pusat Pelatihan Bahasa


(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Concent

Lampiran 2 : Skala Penilaian Diri untuk Pembelajaran Mandiri / Self-Rating Scale for Self-Directedness in Learning (SRSSDL)

Lampiran 3 : Panduan Deep Interview

Lampiran 4 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan dari Magister Keperawatan UMY

Lampiran 5 : Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan dari PSIK FKIK UMY

Lampiran 7 : Surat Ijin Uji Validitas

Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian dari Magister Keperawatan UMY

Lampiran 9 : Surat Balasan Ijin Penelitian dari PSIK FKIK UMY Lampiran 10 : Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian


(16)

xiv

UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG

MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING Andri Purwandari, Sri Sundari

Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Self-Directed Learning merupakan kemampuan melakukan kontrol terhadap seluruh aspek pembelajaran dari seseorang, dimulai pada perencanaan yang matang sampai dengan cara seseorang melakukan evaluasi terhadap performa yang telah dilakukannya. Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih banyak belajar mandiri, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan mengevaluasi kemajuan mereka.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Metode Penelitian : Penelitian mixed method dengan strategi eksplanatoris sekuensial. Metode kuantitatif menggunakan komparatif kategorik, dan kualitatif menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Hasil Penelitian : Hasil uji Krusskal Wallis menunjukkan nilai sig. 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat di PSIK FKIK UMY. Hasil indepth interview ditemukan tema yang meliputi learning preparation dan faktor yang mempengaruhi SDL. Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi SDL, meliputi: faktor penghambat: mood dan motivasi, fasilitas kampus, kebosanan, interpersonal skill, adaptasi, dan manajemen waktu; faktor penghambat : dukungan orang tua. Kata kunci : Self-Directed Learning, Problem-Based Learning


(17)

xv

COMPARISON TEST OF SELF-DIRECTED LEARNING ABILITY TO NURSING STUDENTS IN RUNNING PROBLEM-BASED

LEARNING

Andri Purwandari, Sri Sundari

Master Nursing Program of Post-Graduate Program Muhammadiyah University Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Self-Directed Learning is an ability to control towards all aspects of a person's learning, beginning on careful planning until how someone evaluate the performance that has been done. Application of PBL method requires students more independent learning, identify their goals and needs, plan a strategy to meet those needs, and evaluate their progress.

Objective: To identify difference towards SDL ability to nursing students in first, second, third, and fourth years.

Methods: The research used mixed method with sequential explanatory strategy. Quantitative methods used comparative categorical, and qualitatively using descriptive qualitative method.

Results: The test result of Krusskal Wallis showed sig. 0.00 <0.05, which meant there was significant differences in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years in PSIK FKIK UMY. Result of depth interviews was found a theme that included learning preparation and factors affecting the SDL.

Conclusion: There was difference in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years. There were factors that affected SDL, included inhibiting factors such mood and motivation, campus facilities, boredom, interpersonal skills, adaptability, and time management; inhibiting factors like the support of parents.


(18)

(19)

xiv

UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG

MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING Andri Purwandari, Sri Sundari

Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Self-Directed Learning merupakan kemampuan melakukan kontrol terhadap seluruh aspek pembelajaran dari seseorang, dimulai pada perencanaan yang matang sampai dengan cara seseorang melakukan evaluasi terhadap performa yang telah dilakukannya. Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih banyak belajar mandiri, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan mengevaluasi kemajuan mereka.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Metode Penelitian : Penelitian mixed method dengan strategi eksplanatoris sekuensial. Metode kuantitatif menggunakan komparatif kategorik, dan kualitatif menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Hasil Penelitian : Hasil uji Krusskal Wallis menunjukkan nilai sig. 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat di PSIK FKIK UMY. Hasil indepth interview ditemukan tema yang meliputi learning preparation dan faktor yang mempengaruhi SDL. Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi SDL, meliputi: faktor penghambat: mood dan motivasi, fasilitas kampus, kebosanan, interpersonal skill, adaptasi, dan manajemen waktu; faktor penghambat : dukungan orang tua. Kata kunci : Self-Directed Learning, Problem-Based Learning


(20)

xv

COMPARISON TEST OF SELF-DIRECTED LEARNING ABILITY TO NURSING STUDENTS IN RUNNING PROBLEM-BASED

LEARNING

Andri Purwandari, Sri Sundari

Master Nursing Program of Post-Graduate Program Muhammadiyah University Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Self-Directed Learning is an ability to control towards all aspects of a person's learning, beginning on careful planning until how someone evaluate the performance that has been done. Application of PBL method requires students more independent learning, identify their goals and needs, plan a strategy to meet those needs, and evaluate their progress.

Objective: To identify difference towards SDL ability to nursing students in first, second, third, and fourth years.

Methods: The research used mixed method with sequential explanatory strategy. Quantitative methods used comparative categorical, and qualitatively using descriptive qualitative method.

Results: The test result of Krusskal Wallis showed sig. 0.00 <0.05, which meant there was significant differences in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years in PSIK FKIK UMY. Result of depth interviews was found a theme that included learning preparation and factors affecting the SDL.

Conclusion: There was difference in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years. There were factors that affected SDL, included inhibiting factors such mood and motivation, campus facilities, boredom, interpersonal skills, adaptability, and time management; inhibiting factors like the support of parents.


(21)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Pergeseran pembelajaran merupakan pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma lama memandang pengetahuan sebagai sesuatu yang sudah jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge. Paradigma baru memandang pengetahuan sebagai sebuah hasil konstruksi atau bentukan dari orang yang belajar. Sehingga belajar adalah sebuah proses mencari dan membentuk pengetahuan, jadi bersifat aktif dan spesifik caranya (Dikti, 2008).

Pembelajaran adalah interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar di dalam lingkungan belajar tertentu. Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman dan adanya perubahan jangka panjang dalam representasi atau asosiasi


(22)

mental sebagai hasil dari pengalaman. Definisi belajar cukup banyak, perbedaan tersebut karena adanya perbedaan perspektif dari berbagai teori yang berkembang. Teori-teori tersebut diantaranya adalah teori behaviorisme, kognitivisme maupun konstruktivisme, sehingga masing-masing paham menimbulkan implikasi yang berbeda juga pada proses belajar mengajar (Omrod, 2012).


(23)

Tenaga pemberi perawatan kesehatan dan pendidik khususnya, akan dihadapkan dengan semakin banyaknya kepelikan dalam sistem mereka. Satu metode pembelajaran saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan professional kesehatan yang tengah dididik untuk memberikan perawatan berbasis bukti. Selain itu, satu metode pendidikan tidak akan memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki latar belakang dan gaya pembelajaran yang berbeda (Rideout, 2006).

Pendidikan Ners merupakan pendidikan akademik-profesional dengan proses pembelajaran yang menekankan pada tumbuh kembang kemampuan mahasiswa untuk menjadi seorang akademisi dan profesional. Landasan tumbuh kembang kemampuan ini merupakan kerangka konsep pendidikan yang meliputi falsafah keperawatan sebagai profesi, dan keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional yang akan mempengaruhi isi kurikulum dan pendekatan utama dalam proses pembelajaran (Kurikulum Pendidikan Ners, 2016).


(24)

Memasuki millenium baru, perubahan di dalam kehidupan personal maupun professional kita tidak dapat dielakkan. Upaya untuk menyongsong ASEAN Economic Community tahun 2015 dan mengantisipasi perkembangan global telah diadakan perubahan-perubahan yang bersifat inovasi, reorientasi, reformasi di dalam revisi kurikulum Pendidikan Ners. Saat ini tuntutan terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat, masalah-masalah kesehatan semakin kompleks, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan semakin canggih, dan selain itu persyaratan dunia kerja semakin menuntut tenaga keperawatan yang kompeten, sehingga dunia pendidikan keperawatan harus mampu mempersiapkan lulusan yang kompeten untuk mampu berkompetisi baik nasional maupun global (Kurikulum Pendidikan Ners, 2016).

Penyusunan revisi kurikulum tahun 2016 berlandaskan kepada peraturan-peraturan terkini yang ada di Indonesia, dengan mempertimbangkan kebutuhan pemangku kepentingan, dan tuntutan dari organisasi profesi yang


(25)

mengharapkan lulusan berstandar internasional dan sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia level 7 (tujuh). Tuntutan dari stakeholder; masyarakat, rumah sakit, puskesmas, departemen kesehatan dan organisasi/institusi pelayanan kesehatan lainnya terhadap tampilan perawat profesional, digunakan oleh penyusun kurikulum sebagai landasan pengembangan profil Ners di masyarakat. Kurikulum yang disusun juga lebih menitikberatkan kepada proses pembelajaran yang berorientasi kepada mahasiswa atau disebut dengan Student Centered Learning (Kurikulum Pendidikan Ners, 2016).

Metode yang tepat digunakan dalam menerapkan pembelajaran yang berorientasi kepada mahasiswa adalah dengan pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning, PBL) yang menekankan pembelajaran mandiri (Self-Directed Learning, SDL) dengan mengembangkan sikap dan keterampilan guna menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah. Melalui pembelajaran mandiri, peserta didik mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka,


(26)

merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan mengevaluasi kemajuan mereka (Rideout, 2006).

Paham konstruktivisme memandang pengetahuan sebagai sesuatu yang harus dibentuk agar peserta didik dapat memahami, memprediksi, dan mengendalikan lingkungan mereka. Individu dapat memahami pengetahuan saat mereka mengkaji secara mandiri. Individu ditantang untuk menciptakan konstruksi kognitif yang baru, bekerja berdasarkan dengan apa yang telah mereka ketahui, menyatukan pengetahuan yang baru diperoleh dengan pembelajaran lama yang merupakan konsep dasar pembelajaran mandiri berbasis masalah (problem-based self directed learning) (Rideout, 2006).

Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih banyak belajar mandiri atau dikenal dengan SDL. Belajar mandiri yang dilakukan mahasiswa dalam PBL misalnya mengidentifikasi berbagai masalah yang akan dipelajari, menentukan sumber belajar, menentukan aktivitas pembelajaran dan evaluasi hasil belajar yang telah dicapai


(27)

secara mandiri oleh mahasiswa dengan atau tanpa bantuan tutor.

Proses belajar dengan metode PBL tidak selamanya berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul. Hal yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses PBL terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara itu, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Untuk mengetahui apakah metode PBL berhasil atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi atau penilaian (Nursalam, 2008).

Agar dapat terlibat secara efektif di PBL, mahasiswa harus dapat bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran mereka dan berpartisipasi aktif dalam membangun konsep


(28)

dan memberi makna dalam setiap pembelajarannya (Mergendoller, et al, 2006). Apabila ingin mengembangkan potensi positif dari PBL tersebut, mahasiswa diharapkan dapat mengubah peran mereka dari pembelajar pasif menuju pembelajar yang aktif dan mampu mengembangkan keterampilan belajar mandiri. Keterampilan belajar mandiri mengacu pada kemampuan mahasiswa bermetakognisi, memiliki motivasi dan berperilaku aktif dalam proses belajar mereka sendiri (English, et al, 2013).

Keterampilan belajar mandiri didefinisikan sebagai kemampuan melakukan kontrol terhadap seluruh aspek pembelajaran dari seseorang, dimulai pada perencanaan yang matang sampai dengan cara seseorang melakukan evaluasi terhadap performa yang telah dilakukannya (Perry, et al, 2006, dalam Bruning, 2011).

Menurut Harsono, et al. (2010) self-direction memegang kontrol yang lebih besar terhadap individu dalam hal konseptualisasi, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar serta penetapan cara-cara pemanfaatan sumber belajar


(29)

yang dapat digunakan dalam proses belajar yang lebih lanjut. Siswa yang memiliki kemandirian tinggi dalam belajarnya akan menggunakan berbagai sumber belajar untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Selain itu, mahasiswa harus mampu berpikir kritis untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman (Rosyidi, 2008).

Sifat mandiri dari model PBL berulangkali diidentifikasi sebagai suatu kelebihan, namum bukan berarti tanpa tantangan dalam prosesnya. Pada awalnya peserta didik sering terlihat frustasi jika diminta memutuskan dan menentukan cara mereka menjalani pengalaman pembelajaran dan cara evaluasi yang harus dilakukan, memiliki sedikit pengalaman atau tidak sama sekali dalam mengendalikan pembelajaran mereka dan tidak paham mengenai bentuknya. Selama fase proses pembelajaran mandiri peserta didik mungkin juga merasa tidak percaya diri terhadap harapan pembelajaran yang baru. Peserta didik pada umumnya memerlukan waktu satu hingga dua semester untuk


(30)

memahami proses SDL. Dalam hal ini diperlukan pendampingan dari pendidik dan dukungan literature yang luas untuk dapat mendukung proses SDL menjadi lebih baik sesuai harapan (Rideout, 2006).

Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berdiri sejak tahun 2000, kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan metode pembelajarn yang mengalami perubahan selama beberapa kali. Pada tahun 2000, program studi ini masih menerapkan metode pembelajaran konvensional. Kemudian pada tahun 2006 mulai mengalami perubahan ke arah Student Centered Learning (SCL) dengan menerapkan metode pembelajaran hybrid Problem Based Learning. Tahun 2012 PSIK FKIK UMY mulai menyempurnakan metode PBL sistem full blok dengan metode tutorial dan kuliah pakar (Data PSIK FKIK UMY, 2016).


(31)

Dari hasil diskusi dan wawancara tidak terstruktur dengan mahasiswa PSIK FKIK UMY, didapatkan data bahwa mahasiswa berasal dari SLTA dengan metode pembelajaran yang berbeda. Sebagian besar dari mereka masih menggunakan metode pembelajaran konvensional di SLTA. Hal tersebut mempengaruhi mahasiswa dalam mengikuti metode pembelajaran yang bersifat SCL. Oleh karena itu, PSIK FKIK UMY telah mempersiapkan program stadium general yaitu untuk memberikan penjelasan tentang sistem pembelajaran PBL yang akan dilaksanakan mahasiswa di setiap semesternya.

Peneliti belum dapat mengukur secara jelas perbedaan kemampuan SDL masing-masing mahasiswa dari tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat, yaitu sejauh mana kesiapan mahasiswa dan kendala yang dihadapi selama proses SDL. Kocaman, et al. (2009) menyatakan bahwa adanya perubahan persepsi dan kepuasan dalam menjalankan SDL dari waktu ke waktu. Williams (2004) dalam Kocaman (2009) melaporkan terdapat proses perubahan dari perasaan


(32)

ketidakpastian menjadi percaya diri dan kemudian terbentuk komitmen dalam menjalankan proses SDL. Lunyk, et al (2001) dalam Kocaman (2009) juga menjelaskan perubahan yang terjadi pada tahun awal hingga tahun akhir pembelajaran yaitu perubahan perasaan negatif menjadi positif terhadap proses SDL.

Beberapa perubahan dan proses yang terjadi pada setiap angkatan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat SDL individu terhadap proses pembelajaran dengan PBL. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan yang menjalankan PBL di setiap tahun ajaran.

B. Perumusan Masalah

Adakah perbedaan tingkat kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan yang menjalankan PBL di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)?


(33)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL.

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Mengetahui karakteristik responden tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat

b. Mengetahui kemampuan SDL pada mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat PSIK FKIK UMY

c. Mengetahui perbedaan tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat PSIK FKIK UMY

d. Mengetahu learning preparation mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat PSIK FKIK UMY

e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi SDL meliputi : learning strategy, learning activity, mood


(34)

dan kesehatan, interpersonal skills, pendidikan, kesadaran, motivasi belajar, pola asuh orangtua, dan evaluasi pada mahasiswa PSIK FKIK UMY

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis (keilmuan)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis berupa kontribusi dan menambah referensi di bidang pendidikan, khususnya pendidikan keperawatan. 2. Aspek Praktis (guna laksana)

a. Mahasiswa

Memberikan informasi terkait SDL pada mahasiswa dan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan SDL dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan.


(35)

b. Institusi

Dari penelitian akan mendapatkan informasi terkait kemampuan SDL dalam proses pembelajaran, sehingga berguna untuk memberikan motivasi pada mahasiswa dan mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih baik lagi

E. Penelitian Terkait

Penelitian yang terkait dengan penelitian peneliti adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Penelitian Terkait

Peneliti Judul Metode dan Hasil

Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu Nyambe (2015) Faktor-faktor yang mempengaru hi self-directed learning readiness pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan

 Metode yang

digunakan melalui

dua tahapan

(sequencing), yang mengkombinasikan dua pendekatan penelitian, yaitu kualitatif sebagai pendekatan utama (dominant) dan pendekatan

kuantitatif sebagai

Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

Penelitian mixed method

dengan strategi

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan


(36)

ketiga di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dalam PBL.

fasilitator (less dominant).

Pengumpulan data dengan kuesioner dan FGD.

 Hasil penelitan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Self Directed Learning Readiness (SDLR) pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga yaitu : (1) faktor internal terdiri dari kesehatan fisik, ketersediaan waktu luang, hobi atau kegemaran,

kematangan diri, dan kecerdasan; (2) faktor eksternal terdiri dari dukungan keluarga dan teman, fasilitas fakultas,

masalah yang

dihadapi, hubungan antara teman sebaya, dan pengaruh orang tua serta teman.

pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

Penelitian dilakukan pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat

Fajrin (2014)

Analisis self directed learning (SDL) mahasiswa dan partisipasi dukungan

 Penelitian ini

menggunakan

rancangan cross sectional dengan pendekatan

kuantitatif.

Pengolahan data dilakukan dengan

Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL


(37)

institusi sebagai faktor

eksternal : studi kasus pada

Politeknik Palu Sulawesi Tengah

statistic deskriptif dan inferensial. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner SDL dan kuesioner tingkat partisipasi dukungan pada mahasiswa berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi (data primer), serta kuesioner tingkat partisipasi dukungan pada dosen dan pejabat.

 Hasil penelitan menunjukkan

terdapatnya

hubungan yang

positif antara tingkat partisipasi dukungan yang diberikan institusi dengan tingkat pembelajaran

mandiri yang

dimiliki mahasiswa, memiliki tingkat signifikansi yang

rendah, telah

memberi makna

semakin tingginya tingkat partisipasi yang diberikan akan memberi kondisi yang lebih tinggi pula pada tingkat self-directed

learning (SDL).

Penelitian mixed method

dengan strategi

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

 Penelitian dilakukan pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat

 Peneliti menggunakan kesioner Self-Rating Scale for Self Directedness in Learning (SRSSDL)


(38)

Akbar (2014) Hubungan persepsi mahasiswa terhadap problem-based

learning, dan motivasi intrinsik, dengan self-directed learning di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

 Penelitian ini

merupakan

penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa dengan kuesioner persepsi mahasiswa terhadap PBL dari aspek SPICES, kuesioner

SDLR, dan

kuesioner IMI.

 Hasil penelitan ini adalah asal SMA dan pengalaman belajar mandiri/aktif di

SMA terbukti

menjadi variabel moderator yang cukup kuat untuk meningkatkan

hubungan antara persepsi mahasiswa

terhadap PBL

dengan kemampuan SDL.

Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

 Penelitian mixed method

dengan strategi

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

 Peneliti menggunakan kesioner Self-Rating Scale for Self Directedness in Learning (SRSSDL)

Kocaman and Ugur (2009)

A

Longitudinal Analysis of the Self-Directed Learning Readiness Level of Nursing Students

 Metode penelitian yang digunakan adalah longitudinal correlational design. Penelitian dilakukan pada 50 dari 59 mahasiswa dengan lima titik waktu yang berbeda yaitu setiap awal dan akhir tahun

Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

 Penelitian mixed method


(39)

Enrolled in a Problem-Based Curriculum

akademik

 Hasil penelitian menunjukkan tahun pertama memiliki skor lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan tahun lainnya, dan

tahun keempat

memiliki skor lebih

tinggi secara

signifikan dari tahun-tahun

sebelumnya. Skor pada tiga sub-skala

(yaitu, self

management,

keinginan untuk belajar, dan self-control) meningkat secara signifikan selama 4 tahun.

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

 Penelitian dilakukan pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat


(40)

Baker (2012)

A study comparing self-directed learning readiness (SDLR) in the

classroom and in the clinical setting

 Sebuah study

komparasi dengan metode kuantitatif

dengan design

tindakan berulang cross-over

Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

 Penelitian mixed method

dengan strategi

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

 Peneliti melakukan penelitian di setting pembelajaran kelas Oyama, Yumiko Fujino-, Maeda, Rumi, Maru, Mitsue and Inoue, Tomoko (2015) Validating the Japanese Self-Directed Learning Readiness Scale for Nursing Education

 Merupakan

penelitian cross sectional survey

dengan 376

mahasiswa keperawatan

Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

 Penelitian mixed method

dengan strategi

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap


(41)

pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.


(42)

22 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Belajar

a. Definisi Belajar

Nursalam (2012) menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau kecakapan manusia berkat adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya. Seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan perilaku dalam aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Kemampuan peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut banyak faktor yang mempengaruhi. Berikut uraian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar menurut Djaali (2008) :


(43)

1)Motivasi

Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan atau kebutuhan. Menurut Nursalam (2012) motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri. Teori-teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk menimbulkan semangat, mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku.

Maslow (1970) dalam Djaali (2008) mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia terbagi menjadi lima tingkatan, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dipenuhi adalah kebutuhan dasar fisiologis. Setelah kebutuhan tersebut terpenuhi, seseorang akan


(44)

termotivasi untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya.

Menurut Maslow untuk dapat berprestasi dengan baik, seseorang harus memenuhi terlebih dahulu kebutuhan fisiologis dan keamanannya, sehingga akan terdorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi dalam belajar menurut Nursalam (2012) adalah memberikan penguatan terhadap belajar, memperjelas tujuan belajar, dan menentukan keajegan dan ketekunan belajar.

2)Sikap

Sikap adalah suatu kesiapan mental dan emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Sikap belajar penting karena didasarkan atas peranan pendidik sebagai leader dalam proses belajar mengajar. Gaya mengajar yang diterapkan sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Sikap belajar yang positif akan


(45)

menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibanding dengan sikap belajar yang negatif.

3)Minat

Minat adalah rasa lebih suka atau keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menginstruksi. Pada dasarnya minat merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat hubungan tersebut, maka akan semakin kuat minatnya. 4)Kebiasaan Belajar

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan belajar (study habit). Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.

5)Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ingin


(46)

diketahui dan dirasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.

c. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan filosofis yang memandang bahwa masing-masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami. Konstruktivisme makin banyak diaplikasikan dalam pembelajaran dan pengajaran. Kegiatan berpikir terjadi dalam situasi-situasi dan kognisi yang sebagian besar dibangun oleh masing-masing individu sebagai fungsi dari pengalaman-pengalaman mereka dalam sebuah situasi (Schunk, 2012).

Para konstruktivisme menginterpretasikan pengetahuan sebagai sebuah hipotesis kerja yang tidak ditentukan dari luar diri mereka, tetapi terbentuk di dalam diri mereka. Manusia merupakan siswa aktif yang


(47)

mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka sendiri (Geary, 1995 dalam Schunk, 2012).

Pendekatan konstruktivistik dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikolog kognitif dan psikolog sosial, sebagai tehnik-tehnik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan pada teori operant condisioning dalam psikolog behavioral. Premis dasarnya adalah bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilanya dan informasi yang ada, diperoleh dalam proses membangun kerangka oleh peserta didik dari lingkungan di luar dirinya (Schunk, 2012).

2. Self Directed Learning (SDL)

a. Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri

Kata mandiri mengandung makna tidak tergantung pada orang lain, bebas dan dapat melakukan sendiri. Konsep pembelajaran juga tidak terlepas dari


(48)

pembahasan tentang mandiri khususnya dalam belajar yang mengarah kepada makna otonom. Menurut Rusman (2010) otonom dalam belajar terwujud dalam beberapa kebebasan, yaitu :

1) Peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan belajarnya

2) Peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar yang ingin dipelajarinya dan cara mempelajarinya 3) Peserta didik mempunyai kebebasan untuk belajar

sesuai dengan kecepatannya sendiri

4) Peserta didik dapat menentukan cara evaluasi yang akan digunakan untuk menilai kemajuan belajarnya

Menurut Moore dalam Rusman (2010) ciri utama dari suatu pembelajaran mandiri adalah adanya kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk ikut menentukan tujuan, sumber, dan evaluasi belajarnya. Program pembelajaran mandiri dapat


(49)

ditentukan oleh besar kecilnya peran peserta didik atau besar kecilnya kebebasan (otonom) yang diberikan untuk ikut menentukan program pembelajarannya.

Tingkat kemandirian peserta didik sangat berhubungan dengan pemilihan program; 1) memilih program yang kesempatannya untuk berdialog tinggi dan terstruktur, atau 2) program yang kurang memberikan kesempatan berdialog dan sangat terstruktur (Rusman, 2011). Secara kontekstual, tentu dapat dilihat impact dari masing-masing program tersebut, yaitu ada peserta didik pada gaya belajar tertentu yang dapat memberi hasil baik dalam belajar dengan program yang tidak terlalu terstruktur. Namun, program dengan tingkat struktural yang tinggi juga bisa mengakomodasi gaya belajar peserta didik yang lain. Program dalam pembelajaran berkaitan dengan hasil belajar peserta didik memilih unsur yang menjadi penopang utama, program terstruktur rendah atau tinggi pada pencapaian hasil belajar tergantung pada


(50)

tingkat kemandirian dari peserta didik tersebut, mengingat program yang dirancang selalu akan tergantung pada peserta didik sebagai sumber pembelajaran.

Pandangan belajar mandiri sebagai metode instruksional dalam implementasi memiliki syarat tertentu. Pembelajaran mandiri dapat diterapkan apabila asumsi berikut dapat terpenuhi. Sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung kepada orang lain menjadi individu yang mampu belajar sendiri. Prinsip yang digunakan dalam SDL adalah : 1) pengalaman merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat, 2) kesiapan belajar merupakan tahap awal menjadi pembelajar mandiri, dan 3) orang dewasa lebih tertarik belajar dari permasalahan dibandingkan dengan isi mata kuliah. Pengakuan, penghargaan, dan dukungan terhadap proses belajar orang dewasa perlu diciptakan dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini, dosen dan


(51)

mahasiswa harus memiliki semangat yang saling melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan (Dikti, 2008 dalam Zulfa, 2014).

b. Pengertian SDL

Dalam pembelajaran yang mandiri atau disebut self directed learning (SDL) mahasiswa berperan aktif dalam merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses belajar (Dolmans, 2005; Harsono, 2003). Planning adalah kegiatan mahasiswa memahami segala peluang yang dimilikinya, lalu menetapkan tujuan, dan membuat strategi untuk mencapainya serta mengidentifikasi kemungkinan kesulitan dalam belajar (Dolmans et al., 2005).

Monitoring adalah kegiatan mahasiswa menyadari hal yang sedang dilakukannya dan sudah bisa mengantisipasi yang harus dilakukan selanjutnya (Dolmans et al., 2005; Kaufman, 2007). Melalui proses monitoring mahasiswa mengidentifikasi kekurangan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga


(52)

bisa merencanakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya (Miflin et al., 2000).

Di akhir proses belajarnya, mahasiswa bertanggungjawab melakukan proses evaluating untuk menilai proses dan hasil belajarnya (Miflin, et al., 2000; Dolmans et al., 2005). Agar bisa mengembangkan kebiasaan evaluasi mandiri, mahasiswa harus berlatih untuk menjadi krisis, analitis dan reflektif (Kaufman, 2007). Evaluating dengan kata lain dapat disebut refleksi, penting untuk pengaturan diri dalam hal keilmuan maupun sebagai motivasi.

SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggungjawab mereka sendiri. Dengan kata lain,


(53)

individu mahasiswa didorong untuk bertanggungjawab terhadap semua pikiran dan tindakan yang dilakukannya. Metode pembelajaran SDL dapat diterapkan apabila asumsi berikut sudah terpenuhi, yaitu sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri (Dikti, 2014).

SDL merupakan strategi yang esensial untuk belajar sepanjang hayat (Jarvis, 2005). Menurut Cafarella (2000) dalam Ellinger (2004) bahwa salah satu tujuan pembelajar dilibatkan dalam proses SDL meliputi keinginan untuk belajar konten spesifik atau memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Brockett dan Hiemstra (1991) dalam Merriam & Brockett, (2007) mengemukakan bahwa konsep SDL dalam proses pembelajaran orang dewasa harus dilihat sebagai konsep yang lebih luas, baik SDL sebagai strategi pembelajaran maupun sebagai karakteristik


(54)

kepribadian pembelajar tersebut. Brockett dan Hiemstra lebih lanjut menjelaskan bahwa SDL merupakan suatu proses untuk mengambil tanggung jawab dan peran utama dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar dan pembelajar memiliki keinginan kuat untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.

Candy (1975) dalam Zulrahman (2008) menjelaskan bahwa SDL dapat dipandang sebagai suatu proses dan tujuan. SDL sebagai tujuan mengandung makna bahwa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu pelajar diharapkan menjadi seorang yang SDL. Sedangkan SDL sebagai proses mengandung makna bahwa pelajar mempunyai tangungjawab yang besar dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu tanpa terlalu tergantung pada pengajar.

Greg (1993) dalam Cheng (2010) berpendapat bahwa seorang pembelajar mandiri harus mempunyai


(55)

kemampuan untuk berkolaborasi dengan teman dan dapat melihat bahwa teman merupakan sumber pembelajaran. Kemampuan belajar mandiri yang dimiliki oleh pembelajar didefinisikan sebagai kemampuan untuk berinisiatif dalam mengatur, mengelola dan mengontrol proses belajarnya untuk mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan mempergunakan berbagai alternatif atau strategi belajar (Jarvis 2005 dalam Damayanti, 2008).

Menurut Knowles dalam Zulrahman (2008), SDL didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri. Penjelasan tentang SDL menyatakan suatu pandangan bahwa belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, namun menekankan kepada tindakan yang dilakukan oleh peserta didik untuk melakukan segala kegiatan yang mendukung proses pembelajaran, dimana kegiatan tersebut berada


(56)

dalam lingkup merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi.

Dari beberapa penjelasan tentang pengertian SDL, dapat disimpulkan bahwa SDL merupakan suatu proses pembelajaran atas inisiatif sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran tanpa tergantung pada pengajar.

Metode pembelajaran SDL dapat diterapkan apabila asumsi berikut sudah terpenuhi. Sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri (Dikti, 2008).

Prinsip yang digunakan di dalam SDL adalah : 1) pengalaman merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat; 2) kesiapan belajar merupakan tahap awal menjadi pembelajar mandiri; dan 3) orang dewasa lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada isi mata kuliah. Pengakuan, penghargaan, dan dukungan terhadap proses belajar orang dewasa perlu diciptakan


(57)

dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini dosen dan mahasiswa harus memiliki semangat yang saling melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan (Dikti, 2008).

c. Karakteristik SDL

SDL dapat dibagi menjadi 3 kategori menurut Guglielmino & Guglielmino (1991) dalam Fajrin (2014) , yaitu :

1) SDL dengan Kategori Rendah

Individu dengan skor SDL yang rendah memiliki karakteristik yaitu siswa yang menyukai proses belajar yang terstruktur atau tradisional, seperti peran guru dalam ruangan kelas tradisional. 2) SDL dengan Kategori Sedang

Individu dengan skor SDL yang sedang memiliki karakteristik yaitu berhasil dalam situasi yang mandiri, tetapi tidak sepenuhnya dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar, perencanaan belajar dan dalam melaksanakan rencana belajar.


(58)

3) SDL dengan Kategori Tinggi

Individu dengan skor SDL yang tinggi memiliki karakteristik yaitu siswa yang biasanya mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka, mampu membuat perencanaan belajar serta mampu melaksanakan rencana belajar tersebut.

Rusman (2011) menjelaskan dengan rinci berkaitan karakteristik peserta didik yang memiliki tingkat SDL yang tinggi adalah sebagai berikut : 1) Sudah mengetahui dengan pasti yang menjadi

tujuan belajarnya atau yang ingin dicapai dalam keinginan belajarnya. Efek dari hal ini adalah keinginan untuk ikut menentukan tujuan pembelajaran yang akan ditempuh bersama pendidik atau institusi terkait. Peserta didik dengan keadaan ini, pada konteks tidak menyenangi pembelajaran yang begitu terstruktur,


(59)

yang tidak dapat mengakomodasi keinginan atau kebutuhannya, juga cara belajar yang dimilikinya. 2) Sudah dapat memilih sumber belajarnya sendiri

dan mengetahui dimana bahan-bahan belajar yang diinginkan dapat ditemukan. Peserta didik juga memiliki keyakinan untuk dapat menafsirkan topik pembelajaran dengan benar dan memilih bahan belajar dengan baik sesuai pada program pembelajaran yang telah dirancang. Untuk itu peserta didik merasa tidak memerlukan waktu yang bnayak untuk berdialog dengan pendidik atau penasihat akademik dalam suatu program penjadwalan yang ketat dan rigid yang mewajibkan kehadirannya. Keadaan demikian akan berbalik pada waktu peserta didik mengalami kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri dan memerlukan bantuan orang lain, dalam artian peserta didik atau institusi akan sangat dibutuhkan pada waktu peserta didik melakukan konsultasi.


(60)

Namun, pada awalnya, karakter lain yang terlihat adalah kecenderungan dapat mencari solusi bahkan narasumber pada waktu menemukan kesulitan.

3) Dapat menilai tingkat kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajarannya atau untuk melakukan pemecahan masalah pada waktu menemukan kendala-kendala. Kecenderungan yang terlihat adalah peserta didik berkeinginan untuk melakukan evaluasi, penilaian dan menentukan indikator keberhasilan terhadap diri sendiri menyangkut berbagai tindakan yang telah dilakukan dan hasil yang dicapai. Peserta didik dengan tingkat kemandirian yang sangat tinggi akan lebih berhasil dalam program pembelajaran yang memiliki tingkat strukturalitas yang rendah, tidak terjadwal dengan rutin dan tidak kaku. Peserta didik dengan tingkat kemandirian yang


(61)

memadai biasanya memiliki motivasi dan disiplin belajar yang tinggi.

Peserta didik dengan kondisi yang belum memiliki tingkat SDL yang tinggi biasanya belum dapat menciptakan kondisi-kondisi tersebut di atas, yakni memiliki karakter :

1) Lebih menyukai program pembelajaran yang sudah terstruktur dan cenderung menyukai program pembelajaran yang tujuannya sudah dirumuskan dengan jelas

2) Cenderung menyukai untuk mengikuti program pembelajaran yang bahan belajarnya telah ditentukan dengan jelas dan cara belajar juga telah ditentukan. Menginginkan suatu program dengan komunikasi antara pendidik atau instruktur dan peserta didik yang telah diatur dengan jelas dan terjadwal. Peserta didik memiliki ekspektasi dengan program yang ada mendapatkan penjelasan dan arahan, serta peserta didik memiliki


(62)

kesempatan bertanya untuk meminta bantuan menyangkut kendala yang dihadapi. Kecenderungan khawatir tidak tepatnya penafsiran terhadap substansi topik pembelajaran menimbulkan suatu keharusan untuk selalu bertanya dan meminta instruksi. Indikasi dari peserta didik dengan karakter ini sulit untuk melakukan upaya-upaya berkaitan dengan pembelajaran sebelum mendapat instruksi.

3) Belum dapat menilai kemampuannya sendiri, karena itu lebih menyukai program pembelajaran yang telah memiliki keberhasilan dengan jelas.

Candy dalam Litzinger (2005) menjelaskan karakteristik pelajar yang mampu melakukan SDL dengan klasifikasi sebagai atribut dan sebagai keterampilan, yaitu :

1) Atribut, terdiri dari keingintahuan, disiplin, self aware, fleksibel, hubungan interpersonal,


(63)

bertanggungjawab, kreatif, percaya diri, dan tidak tergantung

2) Keterampilan, terdiri dari keterampilan mencari informasi, memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang proses belajar, keterampilan mengevaluasi proses dan hasil belajar

Konsep berikutnya berkaitan dengan karakteristik dikemukakan oleh Geahart dalam Zulfa (2014) yang memberikan delapan poin karakteristik kunci dalam ranah kemampuan belajar yang sudah dapat melakukan SDL, yaitu :

1) Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajarnya sendiri

2) Pandangan positif terhadap kemampuan belajarnya sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang lalu 3) Kemampuan untuk menyusun tinjauan belajar 4) Kemampuan untuk memilih strategi belajar 5) Kemampuan untuk memotivasi diri dan disiplin


(64)

6) Kelenturan dalam menyusun tujuan belajar dan memilih strategi belajar

7) Kesadaran tentang cara belajar dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya

8) Memiliki pengetahuan dan keterampilan belajar

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi SDL

SDL dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang ada dalam dirinya (internal) dan faktor yang berasal dari luar dirinya (eksternal) (Murad, Parkey, 2008)

1) Cara Belajar (Learning Strategy)

Dalyono (2007) menyebutkan bahwa cara belajar dapat menentukan keberhasilan pembelajaran seseorang. Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, mahasiswa harus memahami cara belajar yang sesuai. Dengan SDL mahasiswa dapat memahami, mengetahui


(65)

kekurangan dalam cara belajar, dan mencari solusi cara belajar yang tepat.

2) Aktivitas Belajar (Learning activity)

Aktivitas belajar dapat menetukan kebiasaan yang dilakukan peserta didik dalam mendukung proses belajarnya. Termasuk persiapan peserta dalam menghadapi proses pembelajaran.

3) Mood dan Kesehatan

Mood dan kesehatan dianggap berpengaruh terhadap kesiapan SDL mahasiswa. Mood atau suasana hati yang baik dan kesehatan yang baik akan mempengaruhi keinginan mahasiswa untuk belajar secara mandiri.

4) Interpersonal skills

Anak yang berperilaku mandiri mampu meningkatkan adanya kontrol diri terhadap perilakunya terutama unsur-unsur kognitif (seperti mengetahui, menerapkan, menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi) dan afektif (seperti


(66)

menerima, mananggapi, menghargai, membentuk, dan berpribadi) ikut serta berperan. Selanjutnya dikatakan bahwa berperilaku mandiri mampu mengembangkan sikap kritis terhadap kekuasaan yang datang dari luar dirinya, anak yang berperilaku mandiri mampu melakukan dan memutuskan sesuatu secara bebas tanpa pengaruh orang lain. Dengan demikian, intelegensi berperan dalam pembentukan kemandirian belajar.

5) Pendidikan

Pendidikan harus membantu anak didik untuk menolong dirinya sendiri untuk dapat mencapai perilaku mandiri melalui potensi-potensi yang dimilikinya. Untuk itu, anak didik perlu mendapatkan berbagai pengalaman dalam mengembangkan konsep-konsep, prinsip, generalisasi, intelek, inisiatif, kreativitas kehendak, emosi, dan lain-lain. Orang yang berpendidikan akan mengenal dirinya lebih baik


(67)

termasuk mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga mereka mempunyai kepercayaan diri.

6) Kesadaran

Kesadaran dari mahasiswa dalam melakukan SDL sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Mahasiswa harus memiliki kesadaran tinggi untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan.

7) Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah kekuatan yang menyebabkan mahasiswa terlibat dalam suatu proses pembelajaran, fokus pada tujuan belajar, dan mengerjakan tugas belajar. Motivasi dalam belajar dibagi menjadi dua, yaitu motivasi ekstrinsik dan intrinsik. Contoh motivasi ekstrinsik adalah ujian, nilai, penghargaan dari orang lain. Sedangkan contoh motivasi intrinsik adalah untuk


(68)

belajar dan menyadari pentingnya belajar secara mandiri.

8) Pola Asuh Orangtua

Keluarga merupakan tempat pendidikan anak yang pertama dan utama, sehingga orangtua menjadi orang pertama yang mempengaruhi, mengarahkan, dan mendidik anaknya. Tumbuh kembangnya kepribadian anak tergantung pola asuh orangtua yang diterapkan dalam keluarga. Pola asuh orangtua dapat ditempuh orangtua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggungjawab terhadap kepada anak.

9) Evaluasi

Perlunya evaluasi dari mahasiswa setelah dilaksanakannya SDL untuk dapat menjadi gambaran pada proses pembelajaran berikutnya. e. Dimensi SDL

Menurut Gibbons (2002) dalam akbar (2014) aktivitas dan program SDL berdasarkan pada lima


(69)

aspek dasar yang menjadi elemen penting dalam SDL, yaitu :

1) Mahasiswa mengontrol pengalaman belajarnya Bagi mahasiswa, diarahkan untuk bisa mengontrol diri dari luar untuk dapat mengendalikan dirinya. Seperti pada perubahan besar yang berlangsung dalam kehidupan mahasiswa karena mereka mulai membangun diri sebagai individu yang terpisah dari ketergantungan yang ada di masa kecil mereka. Mahasiswa mulai membentuk pendapat mereka sendiri dan ide, membuat keputusan sendiri, memilih kegiatan mereka sendiri, mengambil tanggung jawab lebih untuk diri mereka sendiri, dan mulai memasuki dunia kerja. Mahasiswa mengembangkan metode

pembelajaran mereka sendiri untuk

memperdayakan diri mereka sendiri, disini akan berkembang individualitas mereka yang akan membantu mereka untuk berlatih menjadi orang


(70)

dewasa. Saat mereka mengarahkan diri ( self-directing) mereka sendiri, mereka tidak hanya belajar secara efektif tetapi juga menjadi diri mereka sendiri.

2) Perkembangan keterampilan

Dimana mahasiswa belajar untuk fokus dan mengeluarkan bakat dan energi. Untuk alasan ini, penekanan dalam SDL ada pada perkembangan keterampilan dan proses yang mengarah pada kegiatan yang produktif. Mahasiswa belajar untuk mencapai hasil yang baik, berpikir secara independen, merencanakan dan melaksanakan kegiatan mereka sendiri. Proses-proses, dan keterampilan yang terlibat di dalamnya, datang secara bersama-sama untuk melakukan suatu tindakan. Mahasiswa mempersiapkan dan kemudian bernegosiasi dengan diri mereka sendiri dan dosennya, sering dalam bentuk perjanjian tertulis yang menjadi catatan dari kontrak.


(71)

Tujuannya adalah untuk menyediakan sebuah kerangka kerja yang memungkinkan mahasiswa untuk mengidentifikasi kepentingan mereka dan melengkapi mereka untuk mewujudkannya dengan sukses.

3) Mengubah diri pada kinerja yang paling baik Self-direction disini akan terbengkalai jika tidak diberikan tantangan. Pertama, dosen akan menantang mahasiswa, dan kemudian para mahasiswa akan menantang diri mereka sendiri. Tantangan dibutuhkan untuk meraih kinerja baru dalam bidang atau hal baru agar lebih menarik. Ini berarti standar prestasi yang lebih tinggi bisa dengan mudah dicapai. Menantang diri sendiri berarti mengambil resiko untuk melampaui yang mudah dan susah. Bagi mahasiswa itu berarti mahasiswa mau untuk menunjukkan kemampuan mereka yang terbaik.


(72)

Manajemen diri yaitu, pengelolaan diri dan usaha mereka dalam belajar. Dalam SDL, pilihan dan kebebasan akan dicocokkan dengan kontrol diri dan tanggung jawab. Mahasiswa belajar untuk mengekspresikan kontrol diri dengan mencari, dan membuat komitmen untuk kepentingan pribadi inti. Dalam proses ini, mereka tidak hanya menentukan apa yang akan mereka lakukan tetapi jenis penampilan yang akan mereka lakukan. SDL membutuhkan keyakinan, keberanian, dan tekad untuk memberi energi pada usaha yang akan dilakukan. Mahasiswa mengembangkan sifat ini agar mereka terampil dalam mengelola waktu mereka sendiri dan usaha serta sumber daya yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka, bahkan dalam hal organisir dengan baik. Dalam menghadapi hambatan, mahasiswa belajar untuk memecahkan kesulitan mereka, mencari alternatif, dan memecahkan masalah mereka


(73)

dalam rangka mempertahankan produktivitas yang efektif.

5) Motivasi diri dan penilaian diri

Banyak prinsip-prinsip motivasi yang dibangun pada SDL, seperti mengejar tujuan sendiri. Ketika mahasiswa mengadopsi prinsip-prinsip ini, mereka menjadi unsur utama untuk memotivasi diri. Dengan menetapkan tujuan yang penting bagi diri mereka sendiri, mengatur untuk umpan balik pada pekerjaan mereka, dan mencapai sukses, mereka belajar untuk menginspirasi usaha mereka sendiri. Demikian pula mahasiswa belajar untuk mengevaluasi kemajuan mereka sendiri, menilai kedua kualitas pekerjaan mereka dan proses yang dirancang untuk melakukan itu. Dalam SDL, penilaian diri adalah cara yang penting dalam belajar dan bagaimana belajar menjadi mahasiswa kritis dan penilaian akan kegiatan mereka sendiri. Sama seperti motivasi


(74)

diri memberikan energi mahasiswa untuk menghasilkan prestasi yang dievaluasi, penilaian diri, dan memotivasi mahasiswa untuk mencari prestasi terbaik.

f. Tahap-Tahap dalam SDL

Huda (2013) merumuskan empat tahap proses SDL, yaitu :

1) Planning

a) Menganalisis kebutuhan peserta didik, institusi dan persoalan kurikulum

b) Melakukan analisis terhadap skill atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik c) Merancang tujuan pembelajaran yang

continuum

d) Memilih sumber daya yang tepat untuk pembelajaran

e) Membuat rencana mengenai aktivitas pembelajaran harian


(75)

2) Implementing

a) Mengkompromikan rencana pendidik dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik

b) Menerapkan pembelajaran dengan hasil adopsi rencana dan setting, penyesuaian yang telah dilakukan

c) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih metode yang sesuai dengan keinginan

3) Monitoring

a) Mind-task monitoring; melakukan pengawasan terhadap pengerjaan tugas yang diberikan

b) Study balance monitoring; melakukan pengawasan peserta didik selama mengerjakan aktivitas-aktivitas lain yang berkaitan dengan tugas utama pembelajaran

c) Awareness monitoring; mengawasi kesadaran dan kepekaan peserta didik selama pembelajaran 4) Evaluating


(1)

10 diri sebagai individu yang terpisah dari ketergantungan yang ada di masa kecil mereka. Mahasiswa mulai membentuk pendapat mereka sendiri dan ide, membuat keputusan sendiri, memilih kegiatan mereka sendiri, mengambil tanggung jawab lebih untuk diri mereka sendiri. Mahasiswa mengembangkan metode pembelajaran mereka sendiri untuk memperdayakan diri mereka sendiri, di sini akan berkembang individualitas mereka yang akan membantu mereka untuk berlatih menjadi orang dewasa. Saat mereka mengarahkan diri (self-directing) mereka sendiri, mereka tidak hanya belajar secara efektif tetapi juga menjadi diri mereka sendiri.9

Pada tahun kedua, berdasarkan hasil pengisian kuesioner SRSSDL bahwa sebagian besar mahasiswa sudah memiliki kemampuan interpersonal yang baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil perolehan skor pada item kemampuan interpersonal dengan nilai paling tinggi. Sesuai dengan hasil wawancara pada mahasiswa tahun kedua menyatakan bahwa mahasiswa sudah mulai terbiasa dan memahami proses pembelajaran PBL. Mahasiswa mulai tertarik dan aktif mengikuti

kegiatan organisasi, sehingga kemampuan interpersonal yang dimiliki mulai menunjukkan hasil yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Selain adanya dampak positif yang berkaitan dengan kemampuan interpersonal pada tahun kedua yang mulai aktif dalam mengikuti organisasi, terdapat juga kesulitan dalam membagi waktu antara organisasi dengan belajar mandiri. Selain itu, faktor kelelahan juga menjadi faktor penghambat dalam proses belajar mandiri. Hal ini berkaitan dengan jadwal kuliah yang sudah semakin padat dan tugas yang berat daripada tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil wawancara, hal tersebut berkaitan erat dengan skor total SDL yang diperoleh, dengan kategori rendah paling banyak terdapat pada tahun kedua dibandingkan dengan tahun pertama dan ketiga. Individu dengan skor SDL yang rendah memiliki karakteristik yaitu siswa yang menyukai proses belajar yang terstruktur atau tradisional, seperti peran guru dalam ruangan kelas tradisional. Individu dengan skor SDL yang sedang memiliki karakteristik yaitu berhasil dalam situasi


(2)

11 yang mandiri, tetapi tidak sepenuhnya dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar, perencanaan belajar dan dalam melaksanakan rencana belajar. Individu dengan skor SDL yang tinggi memiliki karakteristik yaitu siswa yang biasanya mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka, mampu membuat perencanaan belajar serta mampu melaksanakan rencana belajar tersebut.10

Mahasiswa pada tahun ketiga yang berada pada kategori SDL tinggi lebih besar persentasenya dari pada mahasiswa tahun pertama, kedua, dan keempat. Mahasiswa mulai dapat menikmati proses pembelajaran dengan PBL, mengenali strategi belajar masing-masing, dan mulai memahami kebutuhan akan belajar mandirinya.

Tingkat kesulitan mata kuliah pada tahun-tahun berikutnya akan bertambah. Hal ini bisa menjadi tantangan atau bahkan kesulitan bagi mahasiswa. Tantangan dibutuhkan untuk meraih kinerja baru dalam bidang atau hal baru agar lebih menarik. Ini berarti standar prestasi yang lebih tinggi bisa dengan mudah dicapai. Menantang diri sendiri berarti mengambil resiko untuk

melampaui yang mudah dan susah. Bagi mahasiswa itu berarti mahasiswa mau untuk menunjukkan kemampuan mereka yang terbaik.9

Pada tahun ketiga tingkat SDL mulai meningkat kembali. Sama halnya dengan tahun kedua, hasil pengisian kuesioner SRSSDL pada tahun ketiga bahwa ketrampilan interpersonal lebih mendominasi sesuai dengan skor pada item kemampuan interpersonal dengan perolehan tertinggi. Hal ini ditunujukkan juga berdasarkan hasil wawancara pada 4 mahasiswa tahun ketiga bahwa mahasiswa sudah dapat memahami kebutuhan belajarnya, karena tingkat kesulitan mata kuliah semakin bertambah, sehingga mahasiswa lebih giat dalam belajar mandiri.

Mahasiswa pada tahun angkatan ini pun sudah mulai dapat mengatur persiapan belajarnya. Hal ini ditunjukkan dalam hasil wawancara yang menyatakan bahwa persiapan belajar dilakukan di awal blok atau beberapa hari sebelum tutorial. Faktor penghambat yang ditemukan dari hasil wawancara pada salah satu mahasiswa tahun ketiga mengatakan sudah mulai muncul


(3)

12 kebosanan dalam proses tutorial yang dilaksanakan sejak tahun pertama. Sehingga motivasi dalam belajar mandiri akan berpengaruh.

Terdapat penurunan tingkat SDL dari tahun ketiga ke tahun keempat. Akan tetapi, tidak terdapat tingkat SDL dengan kategori rendah pada tahun keempat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 2 mahasiswa tahun keempat didapatkan hasil bahwa faktor dominan yang mempengaruhi tingkat SDL pada tahun ini adalah karena faktor kebosanan terhadap proses tutorial terutama faktor dari teman satu kelompok yang pasif selama proses diskusi.

Hasil pengisian kuesioner SRSSDL pada tahun keempat berbeda dengan tahun kedua dan ketiga. Pada tahun angkatan ini skor terbesar yang diperoleh berada pada item evaluasi, sedangkan yang terendah berada pada item aktivitas pembelajaran. Hal ini dikuatkan berdasarkan hasil wawancara pada 2 mahasiswa tahun keempat yang menunjukkan mahasiswa lebih terfokus pada tugas akhir masing-masing yang menentukan kelulusan. Sehingga aktivitas pembelajaran menjadi menurun, adanya kesulitan membagi

waktu antara belajar mandiri untuk keperluan pembelajarn PBL dengan mengerjakan tugas akhir.

Selain itu, terdapat kebosanan pada pembelajaran tutorial dengan step-step yang selalu sama dari tahun ke tahun, sehingga perlu adanya variasi yang dapat meminimalisir faktor tersebut. Anggota dalam kelompok juga dapat mempengaruhi kebosanan, perlu adanya pembagian merata mahasiswa yang aktif dan pasif, sehingga dapat saling memberikan variasi dalam proses tutorial.

Pengalaman belajar mandiri di beberapa blok pada tahun sebelumnya dapat menambah tingkat kesiapan mahasiswa untuk belajar mandiri, sehingga tidak terdapat tingkat SDL rendah pada tahun keempat. Terdapat peningkatan SDL dari tahun pertama hingga tahun ketiga. Perlu diperhatikan juga dalam variasi yang mendukung proses SDL pada tahun-tahun akhir, dalam hal ini tahun keempat untuk meminimalisir terjadinya kebosanan.

Keberhasilan dalam pembelajaran dapat dicapai apabila mahasiswa dapat memahami cara belajar yang tepat. Karena mahasiswa


(4)

13 tidak lagi bergantung pada dosen, sehingga harus dapat berinisiatif dan menentukan sendiri kebutuhan belajar mereka.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat SDL berdasarkan hasil wawancara salah satunya adalah faktor motivasi yang timbul dari diri sendiri dan kesadaran akan kebutuhan belajar masing-masing. Adapun faktor lain yang memandang belajar mandiri tidak untuk kedalaman materi, tapi lebih ke persiapan ujian dengan tujuan mendapatkan nilai yang memuaskan sebagai syarat kelulusan.

Pembelajaran tidak hanya berdampak pada proses belajar tetapi juga motivasi dan pengelolaan sumber daya dan oleh karena itu perspektif konteks harus dipertimbangkan ketika menilai SDL. Hasil penelitian berdasarkan analisis varian Krusskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan tingkat SDL pada mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga dan keempat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa adanya perubahan SDL yang lebih baik mulai dari tahun pertama pembelajaran hingga tahun akhir pembelajaran. Mahasiswa tahun pertama akan banyak membutuhkan peran dari tutor

untuk proses adaptasinya. Kemudian pada tahun berikutnya, mahasiswa mulai memahami persepsi tentang SDL dan mampu mengikutinya prosesnya dengan baik.11 KESIMPULAN

1. Mahasiswa PSIK FKIK UMY sebagian berjenis kelamin perempuan dengan kisaran usia 16-25 tahun.

2. Rata-rata Tingkat SDL paling rendah dimiliki oleh mahasiswa tahun pertama PSIK FKIK UMY, sedangkan rata-rata skor paling tinggi dimiliki oleh mahasiswa tahun ketiga PSIK FKIK UMY

3. Terdapat perbedaan tingkat SDL pada mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

4. Learning preparation yang dilakukan oleh mahasiswa PSIK FKIK UMY meliputi persiapan mandiri, team work, dan waktu

5. Persiapan mandiri mahasiswa tahun pertama dilakukan dengan belajar sendiri, searching, dan membaca buku dengan waktu belajar jauh-jauh hari, beberapa hari, dan sehari sebelumnya.


(5)

14 6. Persiapan mandiri mahasiswa tahun

kedua dilakukan dengan searching, membaca buku, dan belajar bersama dengan waktu belajar beberapa hari, dan sehari sebelumnya.

7. Persiapan mandiri mahasiswa tahun ketiga dilakukan dengan searching, membaca buku, dan belajar bersama dengan waktu belajar jauh-jauh hari, beberapa hari, dan sehari sebelumnya. 8. Persiapan mandiri mahasiswa tahun

keempat dilakukan dengan belajar sendiri, searching, membaca buku, dan belajar bersama dengan waktu belajar jauh-jauh hari dan beberapa hari sebelumnya.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat SDL pada mahasiswa PSIK FKIK UMY terdapat faktor yang menghambat SDL dan faktor yang mendukung SDL. Faktor yang menghambat SDL meliputi: mood dan motivasi, fasilitas kampus, kebosanan, interpersonal skill, adaptasi, dan manajemen waktu. Sedangkan faktor yang mendukung SDL adalah dukungan orang tua.

10. Faktor yang menghambat SDL pada tahun pertama meliputi mood dan motivasi, kelelahan, fasilitas kampus,

interpersonal skill, adaptasi, dan manajemen waktu. Sedangkan faktor yang mendukung SDL meliputi dukungan orangtua.

11. Faktor yang menghambat SDL pada tahun kedua meliputi mood dan motivasi, kelelahan, fasilitas kampus, dan manajemen waktu. Sedangkan faktor yang mendukung SDL meliputi dukungan orangtua.

12. Faktor yang menghambat SDL pada tahun ketiga meliputi kelelahan, fasilitas kampus, kebosanan, dan manajemen waktu. Sedangkan faktor yang mendukung SDL meliputi dukungan orangtua.

13. Faktor yang menghambat SDL pada tahun keempat meliputi kelelahan, fasilitas kampus, dan kebosanan. Sedangkan faktor yang mendukung SDL meliputi dukungan orangtua.

SARAN

1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk menilai tingkat SDL dengan mengetahui konsep SDL dengan baik dan mengembangkan kemampuan SDL untuk pencapaian prestasi yang lebih baik.


(6)

15 2. Mahasiswa memprioritaskan kegiatan

akademik terlebih dahulu dibandingkan kegiatan organisasi, meluangkan waktu untuk melakukan SDL dan manajemen waktu dengan baik.

3. Penataan jadwal mandiri untuk mahasiswa lebih ditingkatkan lagi guna memotivasi mahasiswa agar lebih

semangat dalam melakukan SDL. Selain itu, perlunya variasi dalam memodifikasi metode pembelajaran yang digunakan pada tahun akhir pembelajaran dan pembagian kelompok secara merata antara mahasiswa yang aktif dan pasif, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kebosanan.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Kurikulum Pendidikan Ners. 2010.

Jakarta : AIPNI

2.

Kocaman, G., Dicle, A., and Ugur, A.

2009. A Longitudinal Analysis of the

Self-Directed Learning Readiness

Level of Nursing Students Enrolled in

a Problem-Based Curriculum.

Jurnal

of Nursing Education

. Vol 48, No 5

3.

Nursalam. 2008.

Pendidikan Dalam

Keperawatan

. Jakarta : Salemba

Medika.

4.

English, M.C., & Kitsantas, A. 2013.

Supporting Stedent Self Regulated

Learning in Problem and

Project-Based Learning.

Interdisciplinary

Journal of Problem-based Learning

,

7 (2).

5.

Creswell,

J.W.

2016.

Research

Design : Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan Mixed

. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

6.

Nursalam.,

Efendi,

F.

2012.

Pendidikan

dalam

Keperawatan

.

Jakarta : Salemba Medika.

7.

Kocaman, G., Dicle, A., and Ugur, A.

2009. A Longitudinal Analysis of the

Self-Directed Learning Readiness

Level of Nursing Students Enrolled in

a Problem-Based Curriculum.

Jurnal

of Nursing Education

. Vol 48, No 5

8.

Zulfa, I.S. 2014.

Hubungan antara

Self-Directed Learning (SDL) dengan

Student Performance dalam Tutorial

pada Mahasiswa PSIK UGM

. Skripsi.

Program Studi Ilmu Keperawatan.

Fakultas

Kedokteran,

Universitas

Gadjah Mada.

9.

Akbar, S. 2014.

Hubungan Persepsi

Mahasiswa Terhadap Problem-Based

Learning, dan Motivasi Intrinsik,

dengan Self-Directed Learning di

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Gadjah Mada

. M.Med.Ed. Tesis.

Universitas Gadjah Mada

10.

Fajrin, A. 2014.

Analisis

Self-Directed Learning (SDL) Mahasiswa

dan Partisipasi Dukungan Institusi

sebagai Faktor Eksternal : Studi

Kasus pada Politeknik Palu Sulawesi

Tengah

. Tesis. Universitas Gadjah

Mada

11.

Williamson, S.N. 2007.

Development

of a Self-Rating Scale of Self Directed

Learning.

Nurse

Researcher

.

Available

from

:

http://search.ebscohost.com

.


Dokumen yang terkait

Perbedaan Self regulated learning Pada Mahasiswa Bersuku Batak Toba yang Merantau dan non Merantau di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU)

4 94 78

Persepsi Mahasiswa FK USU terhadap Kesiapan Menghadapi Self Directed Learning dengan Menggunakan Guglielmino’s SDLR Scale dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

2 41 74

HUBUNGAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN SELF DIRECTED LEARNING (SDL) PADA MAHASISWA (Studi pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang)

6 19 21

Gambaran Kesiapan Self Directed Learning Lulusan Studi Program Dokter UIN Syarif Hidayatulah Dan Faktor– Faktor Yang Berhubungan

0 6 56

Manajemen Waktu Belajar Mahasiswa Keperawatan dalam Melaksanakan Metode Problem Based Learning (PBL) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

10 58 116

Gambaran Kesiapan Self Directed Learning Pada Mahasiswa Tahap Pendidikan Klinik UIN Syarif Hidayatulah Dan Faktor– Faktor Yang Berhubungan

0 7 66

PENGEMBANGAN EXTENDED-CAL UNTUK MENUMBUHKAN SELF DIRECTED LEARNING PADA PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMY

0 3 38

PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI

6 22 204

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF DIRECTED LEARNING MAHASISWA.

0 0 8

PERBEDAAN SELF DIRECTED LEARNING MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN LECTURE DAN PROBLEM BASED LEARNING

0 0 8