Perbedaan Self regulated learning Pada Mahasiswa Bersuku Batak Toba yang Merantau dan non Merantau di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU)
PERBEDAAN
SELF REGULATED LEARNING
PADA
MAHASISWA BERSUKU BATAK TOBA YANG MERANTAU
DAN NON MERANTAU DI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh :
ALFINE PEBRINA. PINEM
081301001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GENAP 2012/2013
(2)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :
Perbedaan Self regulated learning Pada Mahasiswa Bersuku Batak Toba yang Merantau dan non Merantau di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU)
adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 21 Mei 2013
Alfine Pebrina. Pinem 081301001
(3)
Perbedaan Self regulated learning Pada Mahasiswa Bersuku Batak Toba Yang Merantau dan non Merantau di Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara (USU)
Alfine Pebrina. Pinem dan Rr. Lita Hadiati Wulandari
ABSTRAK
Penelitian ini bersifat komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan self regulated learning pada mahasiswa bersuku Batak Toba yang merantau dan non merantau dengan menggunakan subjek penelitian seluruh mahasiswa suku Batak Toba di fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sebanyak 116 mahasiswa.Alat ukur yang digunakan adalah skala self regulated learning yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan 13 kategori self regulated learningoleh Zimmerman dan Martinez–Pons, 1986. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan self regulated learning pada mahasiswa bersuku Batak Toba yang merantau dan non merantau di Fakultas Psikologi USU. Hal ini disebabkan karena mahasiswa merantau dan non merantau menerapkan proses belajar yang sama sehingga dalam situasi apapun mereka tetap dapat mengatur perilaku dan lingkungan belajar yang baik. Untuk penelitian selanjutnya dapat melihat subjek bukan hanya dari faktor lingkungan tetapi dari faktor motivasi dan kepribadian.
(4)
The Difference in Self-regulated Learning in Migrated Batak Toba Students and Non-Migrated Ones in The Faculty of Psychology, University of North
Sumatra (USU)
Alfine Pebrina. Pinem and Rr. Lita Hadiati Wulandari ABSTRACT
This research is a comparative study that aimed to determine whether there is a difference in self-regulated learning between migrated Batak Tobastudents and non-migrated ones in the Faculty of Psychology USU. The subjects recruited took the entire population of Batak Toba students in the Faculty of Psychology that summed up to 116 people. The scale used in this research was the self regulated learning scale developed by the researcher based on 13 categories of self-regulated learning proposed by Zimmerman and Martinez-Pons, 1986.The results showed that there is not a difference in self-regulated learning in migrated Batak Toba students and non-migrated ones in the Faculty of Psychology USU.This is becausestudentsmigratedandnon-migrated apply thesamelearningprocessthat in any situationtheystillcan managebehaviorandgood learning environment.For further research can look at a subject not only of the environment but the factor of motivation and personality factors
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Bersuku Batak Toba Yang Merantau dan Non merantau di Fakultas Psikologi USU”. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.
Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada :
1. Prof. Dr. Irmawati, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2. Ibu Rr. Lita Hadiati Wulandari, M.Pd, psikolog sebagai dosen pembimbing skripsi. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu yang selama ini telah mengarahkan saya, memberi dukungan dan masukan yang memudahkan proses penyusunan skripsi ini, juga kesabaran ibu dalam membimbing dan tetap tersenyum walaupun pekerjaan saya banyak yang kurang. Saya minta maaf jika selama ini ada sikap, perbuatan maupun kata-kata saya yang kurang berkenan di hati ibu. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah ibu berikan.
3. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd yang telah memberikan perhatian, dukungan dan masukan-masukan yang membangun untuk menyelesaikan
(6)
skripsi ini. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah ibu berikan.
4. Terima kasih kepada dosen pembimbing akademik saya, Bapak Tarmidi, M.Psi, Psikolog yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta mendukung saya selama perkuliahan.
5. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, Bapak Tarmidi, M.Psi, Psikolog, Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd, Ibu Fasti Rola, M.Psi., psikolog, selaku dosen penguji saya sewaktu progress seminar dan ujian seminar. Terimakasih atas masukan dan kritikan yang telah Ibu dan Bapak berikan selama progress sehingga saya dapat memperbaiki skripsi ini agar lebih baik lagi.
6. Bapak Tarmidi, M.Psi., Psikolog dan Bapak Eka Danta Jaya Ginting, MA., Psikolog selaku dosen penguji saya sewaktu ujian sidang skripsi. Terimakasih atas masukan dan kritikan yang Bapak berikan untuk memperbaiki skripsi ini agar lebih baik lagi.
7. Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada orangtua saya yang selama ini telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi. Doa dan semangat dari Bapak dan Mamak adalah kekuatan yang paling berharga dan merupakan motivasi yang tidak ternilai harganya bagi saya selama perkuliahan dan proses pengerjaan skripsi ini.
8. Terimakasih kepada Bik tengah yang selalu memberikan nasehat, dukungan dan doa selama saya kuliah. Kepada saudara-saudaraku Abang Pionerta Pinem, Kakak Artha Purba, Abang Firdaus Pinem dan
(7)
KakakTritanika Pinem, yang memberikan perhatian dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.
9. Buat Solideo Gloria, Kak Rani Putri P, Susi M Tambunan, Erika G terimakasih untuk doa, perhatian dan dukungannya selama ini.
10.Kepada Sahabat dan teman-teman yang selalu mendukung, memotivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi iniJumfitriani, Yosi Sihite, Susi Tambunan, Sitinawati S, Kak. Dewi H, Laura S, Asda P,Hitler Manik, Erika Sihombing, Jefri sani, Erika Sinaga,Ramot H, Tota F, Clara C, Lia Simanjuntak, Rebecca R. Terima kasih saya ucapkan pada semuanya, semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan. 11.Pada Staf Pengajar dan Staf Administrasi (Pak Aswan, Kak Ari dan Kak
Devi) Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah membantu saya dalam penyelesaikan skripsi dan pendidikan di Psikologi USU ini.
Akhir kata, peneliti berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Peneliti sadar akan proses belajar yang sedang dijalani. Oleh karena itu, peneliti menerima segala saran maupun kritik yang dapat membantu peneliti untuk dapat lebih baik lagi kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang. Amin
Medan, April 2013
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……… i
KATA PENGANTAR ………. iii
DAFTAR ISI ………... vi
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Rumusan Masalah ……… 11
C. Tujuan penelitian ………... 11
D. Manfaat penelitian ……… 12
E. Sistematika penulisan ………... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Self Regulated Learning……….. 15
1. Definisi self regulated learning……… 15
2. Tahap – tahap Self regulated learning………. 17
3. Strategi self regulated learning……… 19
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning……….. 23
5. Prinsip–prinsip dalam proses Self regulated learning..24
B. Mahasiswa ……… 25
1. Mahasiswa Merantau dan non merantau ………. 27
2. Mahasiswa Suku Batak Toba di Psikologi ……… 28
C. Dinamika Perbedaan self regulated learning pada Mahasiswa yang Bersuku Batak Toba Merantau dan Non merantau ………. 29
(9)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi variabel ……… 33
B. Definisi operasional variabel ……….. 34
C. Subjek Penelitian ……… 36
1. Populasi ……… 36
2. Jumlah populasi ………. 36
D. Metode Pengumpulan Data ……… 37
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ……….………….. 39
1. Validitas alat ukur ……… 39
2. Reliabilitas alat ukur ………. 39
3. Hasil uji coba alat ukur ……… 40
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….. 44
1. Tahap persiapan penelitian ………... 44
2. Pelaksanaan penelitian ……….. 45
3. Tahap pengolahan data ………. 45
G. Metode Analisa Data ……….……….. 45
1. Uji normalitas ……… 46
2. Uji homogenitas ……… 47
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data ……… 48
1. Gambaran umum subjek penelitian ……….. 48
2. Hasil penelitian ……… 50
B. Pembahasan ……… 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 59
B. Saran ……… 59
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah persentase mahasiswa suku Batak Toba di Psikologi ……….. 4
Tabel 2. Blue-print dan Bobot Relatif skala self regulated learning…………. 38
Tabel 3. Distribusi aitem skala Self regulated learningsetelah uji coba ………. 42
Tabel 4. Distribusi aitem pada skala penelitian ………... 43
Tabel 5. Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin ……….. 48
Tabel 6. Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia ………. 49
Tabel 7. Penyebaran subjek berdasarkan angkatan ………. 49
Tabel 8. Gambaran subjek penelitian berdasarkan IPK ……….. 50
Tabel 9. Hasil Uji Kolmogorov-Sminrnovuntuk uji normalitas ……….. 51
Tabel 10. Hasil Levene Statistic untuk uji homogenitas varians ……… 52
Tabel 11. Hasil uji Independent sample t-test………. 53
Tabel 12. Perbandingan nilai rata-rata mahasiswa merantau dan non merantau ………. 54
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Reliabilitas uji daya beda aitemSelf regulated learning…………. 67 Lampiran 2Reliabilitas skala penelitian Self regulated learning……….. 78 Lampiran 3 Tabulasi skor uji daya beda aitemSelf regulated learning…….. 81 Lampiran 4 Tabulasi skor skala penelitian Self regulated learning………….. 99 Lampiran 5 Hasil Analisa Data Penelitian ………. 109 Lampiran 6Skala uji coba Self regulated learning ………. 112 Lampiran 7Skala Penelitian Self regulated learning……… 120
(12)
Perbedaan Self regulated learning Pada Mahasiswa Bersuku Batak Toba Yang Merantau dan non Merantau di Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara (USU)
Alfine Pebrina. Pinem dan Rr. Lita Hadiati Wulandari
ABSTRAK
Penelitian ini bersifat komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan self regulated learning pada mahasiswa bersuku Batak Toba yang merantau dan non merantau dengan menggunakan subjek penelitian seluruh mahasiswa suku Batak Toba di fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sebanyak 116 mahasiswa.Alat ukur yang digunakan adalah skala self regulated learning yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan 13 kategori self regulated learningoleh Zimmerman dan Martinez–Pons, 1986. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan self regulated learning pada mahasiswa bersuku Batak Toba yang merantau dan non merantau di Fakultas Psikologi USU. Hal ini disebabkan karena mahasiswa merantau dan non merantau menerapkan proses belajar yang sama sehingga dalam situasi apapun mereka tetap dapat mengatur perilaku dan lingkungan belajar yang baik. Untuk penelitian selanjutnya dapat melihat subjek bukan hanya dari faktor lingkungan tetapi dari faktor motivasi dan kepribadian.
(13)
The Difference in Self-regulated Learning in Migrated Batak Toba Students and Non-Migrated Ones in The Faculty of Psychology, University of North
Sumatra (USU)
Alfine Pebrina. Pinem and Rr. Lita Hadiati Wulandari ABSTRACT
This research is a comparative study that aimed to determine whether there is a difference in self-regulated learning between migrated Batak Tobastudents and non-migrated ones in the Faculty of Psychology USU. The subjects recruited took the entire population of Batak Toba students in the Faculty of Psychology that summed up to 116 people. The scale used in this research was the self regulated learning scale developed by the researcher based on 13 categories of self-regulated learning proposed by Zimmerman and Martinez-Pons, 1986.The results showed that there is not a difference in self-regulated learning in migrated Batak Toba students and non-migrated ones in the Faculty of Psychology USU.This is becausestudentsmigratedandnon-migrated apply thesamelearningprocessthat in any situationtheystillcan managebehaviorandgood learning environment.For further research can look at a subject not only of the environment but the factor of motivation and personality factors
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas, Institute atau Akademi. Sukadji (2001) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi dan mereka diharapkan akan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya. Mereka yang terdaftar sebagai peserta didik di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Sejalan dengan defenisi tersebut, Budiman (2006) juga mengungkapkan bahwa mahasiswa adalah individu yang belajar ditingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.
Sebagian besar mahasiswa berada pada periode remaja akhir dan memasuki periode perkembangan dewasa awal dengan rentang usia 18 – 24 tahun (Newman & Newman, 2006). Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru, harapan-harapan sosial baru dan memainkan peran baru secara mandiri, baik mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam membuat keputusan. Selain itu, masa dewasa awal merupakan masa yang dianggap penuh berbagai masalah dan tekanan. Karena berbagai perubahan yang mereka alami yang kemudian diikuti dengan banyaknya tuntutan yang menyebabkan kemunculan beragam masalah (Santrock, 2002).
(15)
Berdasarkan uraian definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa merupakan seseorang yang sedang menempuh pendidikan untuk mengasah dan mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian salah satunya adalah tingkat sarjana di perguruan tinggi. Perguruan tinggi adalah suatu lembaga yang memberikan atau menyelenggarakan pelayanan berupa pendidikan kepada mahasiswa dalam rangka menaikkan kualitas hidup melalui pendidikan yang diselenggarakan dengan sistematis dan konsisten. Dalam pembelajaran di sekolah, siswa lebih banyak berperan sebagai penerima ilmu pengetahuan sementara guru dianggap sebagai pemberi ilmu pengetahuan sedangkan di perguruan tinggi, mahasiswa dituntut lebih aktif dalam mencari ilmu pengetahuan, sementara pengajar berfungsi sebagai fasilitator yang membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran yang disepakati. Perbedaan tersebut menyebabkan banyak mahasiswa merasa kesulitan untuk menyesuaikan cara belajarnya di perguruan tinggi (Furchan, 2009).
Salah satu perguruan tinggi negeri terbesar dan terkenal di kota Medan adalah Universitas Sumatera Utara (USU) yang terletak di kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Para mahasiswa yang ada bukan hanya dari Sumatera Utara tetapi juga dari wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) seperti Aceh, Riau, Sumatera Barat dan tidak sedikit juga berasal dari kota-kota lainnya yang mengecap pendidikan di Universitas Sumatera Utara (USU). Mahasiswa yang berasal dari luar kota Medan disebut dengan mahasiswa merantau sedangkan yang berasal dari kota Medan disebut dengan mahasiswa non merantau. Para mahasiswa merantau yang melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, datang dengan latar belakang budaya yang
(16)
berbeda, salah satu suku yang ada di Universitas Sumatera Utara adalah mahasiswa suku Batak Toba (Guntur, 2012).
Mahasiswa suku Batak Toba pada umumnya (meskipun tidak seluruhnya) adalah mahasiswa yang menunjukkan tingkat keberhasilan belajar yang lebih tinggi daripada mahasiswa suku lain. Mahasiswa suku Batak Toba tidak hanya berusaha lulus, tetapi lulus dengan nilai yang baik. Gambaran “keberhasilan” suku Batak Toba dalam bidang pendidikan, sejalan dengan hasil penelitian Irmawati (2002) yang memperlihatkan bahwa suku Batak Toba meletakkan pendidikan sebagai hal yang utama dalam kehidupan mereka. Pendidikan pada keluarga suku Batak Toba dalam menyekolahkan anak-anaknya mereka sangat berkompetisi, hal ini dilandasi oleh nilai-nilai filsafat hidup suku Batak Toba, yaitu hagabeon “anak”, hamoraon “kekayaan”, dan hasangapon “kehormatan”.
Universitas Sumatera Utara terdiri dari beberapa fakultas, salah satu fakultas yang cukup banyak diminati oleh mahasiswa suku Batak Toba adalah fakultas Psikologi. Fakultas Psikologi berdiri pada tanggal 17 November 2007. Fakultas ini pada awalnya merupakan program studi yang berada di bawah organisasi Fakultas Kedokteran sejak tanggal 7 April 1999. Fakultas Psikologi cukup banyak diminati oleh para mahasiswa suku Batak Toba merantau maupun non merantau. Berdasarkan data lulusan psikologi tahun 2010/2011 mahasiswa suku Batak Toba memiliki predikat prestasi akademik yang baik. Jumlah lulusan mahasiswa suku Batak Toba pada tahun 2010/2011 terdapat 15 mahasiswa, diantaranya 13 mahasiswa memiliki prestasi akademik yang memuaskan.
(17)
Fakultas psikologi juga cukup banyak diminati oleh mahasiswa suku Batak Toba Berdasarkan data yang ditemukan, jumlah mahasiswa pada program SI suku Batak Toba merantau dan non merantau dari Tahun Akademik 2008 – 2012 dalam tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah persentase mahasiswa suku Batak Toba yang merantau dan non merantau di Fakultas Psikologi
Angkatan
Merantau* Non Merantau** Jumlah Persentase Jumlah Persentase
2008 9 50% 9 50%
2009 8 53% 7 47%
2010 10 50% 10 50%
2011 16 52% 15 48%
2012 17 53% 15 47%
(Sumber : Bagian Akademik Kemahasiswaan Fakultas Psikologi USU) Ket :
*) didapat data dengan menyebarkan kertas dikelas untuk diisi oleh mahasiswa yang suku Batak Toba merantau atau non merantau dan menanyakan perwakilan tiap angkatan.
**) didapatkan data dengan menyebarkan kertas dikelas untuk diisi oleh mahasiswa yang suku Batak Toba merantau atau non merantau dan menanyakan perwakilan tiap angkatan.
Tabel 1 menggambarkan bahwa mahasiswa angkatan 2008 jumlah mahasiswa suku Batak Toba terdapat sebanyak 18 orang diantaranya mahasiswa merantau berjumlah 9 orang dan non merantau 9 orang. Angkatan 2009 jumlah mahasiswa suku Batak Toba adalah 15 orang diantaranya mahasiswa merantau 8 orang dan non merantau 7 orang. Pada angkatan 2010 terdapat sejumlah 20 orang mahasiswa suku Batak Toba diantaranya 10 orang merantau dan 10 orang non merantau, angkatan 2011 jumlah mahasiswa suku Batak Toba adalah 31 orang diantaranya 16 orang
(18)
merantau dan 15 orang non merantau dan terakhir adalah angkatan 2012, jumlah mahasiswa suku Batak Toba adalah 32 orang, diantaranya 17 orang merantau dan 15 orang non merantau.
Sebagian besar, para mahasiswa suku Batak Toba di fakultas Psikologi tidak hanya menghabiskan waktu dengan belajar dan mengerjakan tugas-tugas dari kampus, tetapi banyak juga mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik, seperti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang di dalamnya mencakup bidang organisasi, seni, olahraga, keagamaan dan kegiatan-kegiatan lainya, sehingga mahasiswa suku Batak Toba harus dapat membagi waktu antara belajar dengan kegiatan-kegiatan lain. Kebanyakan mahasiswa suku Batak Toba tidak mampu dalam mengatur waktunya yang mengakibatkan terganggunya proses belajar dan kurang memahami metode atau strategi belajar yang efektif (Muljono, 1999). Sehingga mengakibatkan terjadinya cara belajar yang instant yang dalam jangka panjang proses pembelajarannya menjadi kurang bermakna.
Kondisi tersebut disebabkan mahasiswa suku Batak Toba kurang menggali kemampuan-kemampuan yang sebenarnya sudah mereka miliki, mereka sadar bahwa setiap tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan maksimal tetapi karena kemampuan mengatur waktu baik dalam mengerjakan tugas ataupun kegiatan-kegiatan di luar kampus masih sangat kurang sehingga menyebabkan mahasiswa suku Batak Toba kurang memahami dan menyadari bagaimana proses belajar yang sebenarnya, bagaimana cara belajar (how to learn) yang mencakup pemahaman tentang kemampuan berpikir dan motivasi untuk mencapai tujuan belajar.
(19)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan secara tidak langsung kepada mahasiswa suku Batak Toba, didapatkan keterangan bahwa kebanyakan mereka tidak menyadari proses belajar karena banyaknya tugas dan kebiasaan menunda-nunda untuk mengerjakannya, belajar hanya pada saat kuis atau ujian dilaksanakan, sehingga tujuannya hanya untuk mendapatkan nilai yang tinggi tetapi tidak menyadari bagaimana makna dan proses belajarnya. Mahasiswa suku Batak Toba seharusnya menyadari kemampuan-kemampuan yang mereka miliki sehingga dapat mengaplikasikannya dalam proses belajar di kampus.
Kemampuan–kemampuan tersebut dalam istilah psikologi kognitif disebut dengan self regulated learning atau regulasi diri dalam belajar. Self regulated learning adalah proses yang membantu mahasiswa dalam mengatur pikiran, perilaku dan emosi mereka, agar berhasil mengarahkan pengalaman-pengalaman belajar mereka. Self regulated learning sangat penting untuk proses pembelajaran, dengan menerapkan 13 kategori self regulated learning yaitu evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating), mengatur materi pelajaran (organizing dan transforming), membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting and planning), mencari informasi (seeking information), mencatat hal penting (keeping record and monitoring), mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences), mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing), meminta bantuan teman sebaya (seeking assistance from peers), meminta bantuan guru (seeking assistance from teacher), meninjau kembali buku teks (reviewing the textbook), meninjau kembali catatan (reviewing the notes),
(20)
meninjau kembali tes sebelumnya dan menyiapkan tes (reviewing the previous tests and assignment in preparation for a test) (Zimmerman & Martinez-Pons, 1986).
Self regulated learning (regulasi diri dalam belajar) merupakan suatu strategi pendekatan belajar secara kognitif, Graham & Harris (dalam Latifah, 2010). Kemampuan kognitif dalam proses pembelajaran yaitu strategi belajar dalam memahami isi materi pelajaran, menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien, hal ini dikemukakan oleh Love & Kruger (dalam Latifah, 2010).
Strategi dalam pendekatan belajar dapat membantu peserta didik membentuk kebiasaan belajar yang lebih baik dan memperkuat kemampuan mereka dalam belajar, menerapkan strategi belajar untuk meningkatkan hasil akademik, memilih atau mengatur lingkungan fisik untuk mendukung belajar dan mengatur waktu mereka secara efektif, Zimmerman (dalam Maharani, 2009).
Self regulated learning telah dikaji berdasarkan keterlibatan orangtua terhadap prestasi akademik. Hasilnya menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua dapat meningkatkan self regulated learning anaknya sehingga prestasi akademiknya meningkat. Orangtua mengajarkan dan mendukung self regulated learning melalui modeling, memberi dorongan, memfasilitasi, me-reward, goal setting, penggunaan strategi yang baik dan proses-proses lainnya Martinez-Pons (dalam Latifah, 2010).
Orang tua suku Batak Toba rela dan berusaha apabila anak mereka ingin melanjutkan kuliah ke kota-kota besar bahkan di luar Pulau Sumatera, dengan
(21)
harapan anaknya menjadi orang yang lebih sukses dari orangtuanya, memiliki pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik dibandingkan orangtuanya. Aritonang (1998) juga menyampaikan bahwa anak adalah sumber kehormatan (hasangapon) dalam keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan anak-anak dalam suatu keluarga, semakin dianggap terpandang (hasangapon) keluarga itu dalam masyarakatnya. Hal ini yang membuat suku Batak Toba banyak yang merantau untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Aritonang (dalam Irmawati, 2002) juga mengemukakan bahwa suku Batak Toba mengalami kemajuan yang cukup pesat setelah mendapatkan pendidikan. Kemajuan itu terlihat di bidang spiritual, ekonomi, politik, kebudayaan dan pendidikan.
Kata merantau memiliki makna seorang individu yang melanjutkan pendidikan di luar daerah asal mereka, dengan pergi ke daerah lain untuk mencari ilmu sedangkan non merantau adalah seorang individu yang melanjutkan pendidikan di daerah asal mereka sendiri (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990).
Mahasiswa suku Batak Toba yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia ini biasanya tinggal di rumah-rumah kos, asrama atau rumah kontrakan (Parmawati, 2007). Hal pertama yang dijumpai mahasiswa suku Batak Toba merantau adalah pola belajar yang baru, lingkungan sosial baru, bertemu dan bergaul dengan orang yang belum dikenalnya dengan latar belakang yang berbeda serta watak dan kebiasaan yang berbeda pula dan mungkin berbeda jauh dengan lingkungan yang pernah dijumpai ketika masih tinggal dengan orangtuanya, cukup banyak mahasiswa suku Batak Toba yang mengalami kesulitan dalam memenuhi pola belajar di perguruan
(22)
tinggi. Dilihat dari kondisi psikologis, mahasiswa suku Batak Toba yang merantau akan mengalami perubahan antara lain mengenai kemandirian, pertanggungjawaban terhadap diri sendiri, percaya diri, dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain.
Parmawati (2007) juga mengatakan bahwa perubahan pada lingkungan fisik terlihat pada mahasiswa suku Bata Toba yang merantau yang tinggal di daerah padat penghuninya, seperti kos atau asrama. Hal tersebut membatasi ruang gerak mereka, penggunaan sarana juga harus bergiliran, selain itu juga harus bertoleransi dengan penghuni yang lain. Sebaliknya bagi mahasiswa suku Batak Toba non merantau atau tinggal di daerah sendiri bersama keluarga akan lebih sering menerima bantuan dalam memecahkan masalah, masih dalam pengawasan dan kendali orangtua. Intensitas dalam mengambil keputusan, menentukan pilihan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan cenderung masih dalam pengendalian orangtua.
Pada mahasiswa bersuku Batak Toba yang merantau dan non merantau secara umum akan menghadapi perubahan dan pengalaman yang berbeda-beda. Mahasiswa suku Batak Toba yang merantau dan tinggal di tempat perantauan berarti terpisah dengan orangtua dan harus tinggal dengan orang lain yang berbeda daerah dengan beberapa aturan yang harus dipatuhi. Mahasiswa harus berusaha mengatasi segala sesuatunya sendiri dan dihadapkan pada kenyataan hidup sehari-hari seperti mengurus pakaian, manajemen keuangan, mengatur kamar, membagi waktu bermain termasuk memotivasi diri sendiri untuk mencapai keberhasilan dalam kuliahnya tanpa dukungan dari orangtua atau keluarga secara langsung. Berbeda halnya dengan mahasiswa non merantau dimana tuntutan kemandirian seperti mengatur kebutuhan
(23)
pokok, keuangan dan kebutuhan hidup lainnya masih cenderung lebih rendah daripada mahasiswa merantau, dukungan langsung dan pengawasan keluarga cenderung lebih tinggi, Parmawati (2007).
Mahasiswa suku Batak Toba merantau dan non merantau sebagai pembelajar yang sudah melewati berbagai jenjang pendidikan formal, idealnya sudah memiliki keterampilan regulasi diri dalam belajar yang tinggi, Pada penelitian yang dilakukan oleh Deasyanti dan Armeini (2007) mengenai self-regulated learning pada mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta, menyatakan bahwa pada kenyataannya banyak mahasiswa belum menyadari pentingnya meregulasi diri dalam proses belajar sehingga mengakibatkan cara belajar instan yang akan berdampak pada indeks prestasi dari mahasiswa.
Berdasarkan pernyataan tersebut diasumsikan bahwa akan terjadi peningkatan motivasi belajar pada diri mahasiswa jika mereka menyadari dan melakukan bagaimana proses menuju self regulated learning karena mahasiswa dapat mengatur secara mandiri pola belajarnya sesuai dengan tingkat kecepatan belajar masing-masing. Mahasiswa suku Batak Toba masih memerlukan suatu proses belajar yang menuntut konfidensi dan ketekunan pembelajar, pembaharuan sumber belajar dan situasi belajar dimana peserta didik memiliki kontrol terhadap proses pembelajaran tersebut melalui pengetahuan dan penerapan strategi yang sesuai, pemahaman terhadap tugas-tugasnya, penguatan dalam pengambilan keputusan dan motivasi belajar. Self regulated learning menekankan pentingnya tanggung jawab personal,
(24)
mengontrol pengetahuan dan keterampilan – keterampilan yang diperoleh (Zimmerman, 1990).
Berbagai hasil penelitian menggambarkan pentingnya keterampilan self regulated learning dimiliki oleh mahasiswa karena berkorelasi dengan usaha belajar yang efektif dan efisien. Hasilnya akan diperoleh tingkat kepuasan akademik yang lebih tinggi yaitu prestasi akademik (Zimmerman, 1990). Prestasi akademik merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan seseorang dalam dunia akademik hal ini dikemukakan oleh El-Anzi (dalam Latifah, 2010).
Pengaruh positif lain yang diperoleh dari keterampilan self regulated learning adalah pembentukan karakter untuk meningkatkan motivasi belajar sepanjang hayat (life long learning) dan menjadi mandiri dalam berbagai konteks kehidupan lainnya. Oleh karena itu, berdasarkan paparan di atas peneliti ingin meneliti perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang bersuku Batak Toba merantau dan non merantau di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang bersuku Batak Toba merantau dan non merantau di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU).
(25)
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana mahasiswa menyadari pentingnya self regulated learning dan apakah ada perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang bersuku Batak Toba merantau dan non merantau di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori self regulated learning secara khusus dan memberi informasi mengenai perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang bersuku Batak Toba merantau dan non merantau di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, sehingga dapat menambah literatur penelitian dalam bidang ilmu psikologi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain :
a. Memberikan gambaran umum mengenai self regulated learning pada mahasiswa suku Batak Toba yang merantau dan non merantau, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar bagi para mahasiswa untuk memperbaiki proses belajarnya dan menuntut mahasiwa untuk belajar yang lebih efektif.
(26)
b. Dapat digunakan oleh para ahli, khususnya bidang Psikologi Pendidikan dalam mengembangkan strategi belajar yang lebih efektif dengan menerapkan self regulated learning.
c. Bagi mahasiswa suku Batak Toba yang merantau dan non merantau sebagai bahan informasi tentang pentingnya self regulated learning digunakan dan diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai dan mempertahankan prestasi akademik yang lebih baik.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu bab I sampai bab V. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis dan teori-teori yang menjelaskan dan mendukung data penelitian, diantaranya adalah teori self
regulated learning, tahap - tahap self regulated learning, strategi self regulated learning, faktor – faktor yang mempengaruhi self regulated learning, prinsip – prinsip dalam proses self regulated learning, defenisi mahasiswa, mahasiswa merantau dan non merantau, mahasiswa suku Batak Toba di Psikologi, dinamika
(27)
perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang bersuku Batak Toba merantau dan non merantau.
BAB III Metode Penelitian
Dalam bab ini dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data untuk melakukan pengujian hipotesis yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian.
BAB IV Analisa data dan Pembahasan
Analisa data dilakukan dengan menggunakan pengolahan data statistik kemudia disertai bagian pembahasan.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data dan pada bagian kesimpulan dijabarkan jawaban atas masalah yang diajukan. Saran yang diajukan peneliti untuk penelitian selanjutnya dan juga saran untuk subjek penelitian.
(28)
BAB II
LANDASAN TEORI A. Self regulated Learning
1. Defenisi self regulated learning
Zimmerman & Martinez Pons, (1990) menyatakan bahwa self regulated learning merupakan konsep bagaimana seorang peserta didik menjadi pengatur untuk belajarnya sendiri. Selanjutnya Zimmerman, (1989) juga mendefenisikan self regulated learning sebagai proses belajar dimana peserta didik menggunakan strategi personal untuk mengatur perilaku dan lingkungan belajar secara langsung. Sejalan dengan defenisi tersebut self regulated learning juga dapat meningkatkan prestasi akademik peserta didik dan memfasilitasi motivasi belajar (Lin & Chen, 1995; Pintrich, 1999; Zimmerman & Martinez-Pons, 1986, 1988).
Self regulated learning adalah proses pembelajaran terpadu dimana peserta didik mengontrol motivasi, kognisi dan perilaku mereka. Konsep self regulated learning menyiratkan strategi pengajaran yang memungkinkan individu untuk mengembangkan proses belajar mereka sendiri dan mengarah kepada tujuan. Garcia (Dalam Zumbrunn, Sharon, Tadlock, Joseph & Roberts, 2011) mengemukakan bahwa tidak hanya untuk pembelajaran individu, tetapi juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk secara aktif terlibat dalam proses pembalajaran seperti goal-setting, self-monitoring, self-evaluation, self-reinforcement dan manajemen sumber daya.
(29)
Berdasarkan perspektif sosial kognitif, peserta didik yang dapat dikatakan sebagai self regulated learner adalah individu yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral aktif dan turut serta dalam proses belajar mereka (Zimmerman, 1989). Peserta didik tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang diinginkan, tanpa bergantung pada guru, orang tua atau orang lain. Self regulated learners akan mampu mencoba untuk mengontrol perilaku, motivasi, kognisi dan mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai, hal ini dikemukakan oleh Pintrich (Dalam Zumbrunn, Sharon., Tadlock, Joseph & Roberts, D. Elizabeth, 2011).
Self regulated learning merupakan proses dasar dalam menekankan self efficacy yang berkaitan dengan pengaruh motivasi perilaku, penetapan tujuan, evaluasi diri dan penguatan diri (Bandura, 1986, 1991). Schunk (Dalam Schunk & Zimmerman, 1998) juga menjelaskan self regulated learning terjadi bila peserta didik secara sistematik mengarahkan perilaku dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi tugas-tugas, melakukan proses dan mengintegrasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk diingat, mengembangkan serta memelihara keyakinan positif tentang kemampuan belajar (self efficacy) dan mampu mengevaluasi hasil belajarnya. Self efficacy dan penggunaan self regulated learning memiliki dampak positif satu sama lain, self efficacy yang tinggi akan meningkatkan penggunaan strategi self regulated learning (Pajares, 2008) sebaliknya penggunaan strategi self regulated learning dapat menyebabkan peningkatan self efficacy dan prestasi akademik (Zimmerman & Martinez-Pons, 1990).
(30)
Dalam proses belajar, peserta didik akan memperoleh prestasi belajar yang baik bila ia menyadari, bertanggung jawab dan mengetahui cara belajar yang efisien. Seorang self regulated learner mengambil tanggung jawab terhadap kegiatan belajar mereka. Mereka mengambil alih otonomi untuk mengatur dirinya, mendefinisikan tujuan dan masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan-tujuannya, mengembangkan standar tingkat kesempurnaan dalam pencapaian tujuan, mengevaluasi cara yang paling baik untuk mencapai tujuannya, memiliki strategi untuk mencapai tujuan dan beberapa strategi untuk mengoreksi kesalahannya serta mengarahkan kembali dirinya ketika perencanaan yang dibuat tidak berjalan dengan baik. Mereka juga mengetahui kelebihan dan kekurangannya, mengetahui bagaimana cara memanfaatkan secara produktif dan konstruktif , (Zimmerman & Martinez-Pons, 1986)
Berdasarkan defenisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa self regulated learning adalah proses belajar dimana peserta didik mengaktifkan kognisi, tindakan dan perasaan secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
2. Tahap – Tahap Self regulated learning
Proses belajar, tingkat kesadaran diri, motivasi dan keyakinan diri akan bersatu untuk menghasilkan self regulated learning yang baik. Struktur proses regulasi diri dapat dibedakan kedalam tiga tahap (Zimmerman, 2002).
(31)
a. Forethought phase (Fase Perencanaan)
Merupakan proses dan keyakinan yang terjadi sebelum usaha dalam belajar dilakukan. Terdapat dua proses utama dalam forethought phase yaitu analisis tugas (task analysis) dan motivasi diri (self motivation). Analisis tugas (task analysis) melibatkan penetapan tujuan dan merencanakan strategi dalam belajar. Peserta didik menetapkan tujuan secara spesifik untuk diri mereka sendiri dengan tujuan agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mudah. Motivasi diri (self motivation) berasal dari keyakinan diri peserta didik dalam mencapai tujuan belajar. Keyakinan diri bahwa mereka memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan harapan mendapatkan hasil yang baik, dalam kondisi inilah minat instrinsik (intrinsic interest) muncul, Bandura (dalam Zimmerman, 2002).
b. Performance phase (Fase Performa)
Perfomance phase mengacu kedalam dua poin penting yaitu kontrol diri (self control) dan observasi diri (self observation). Kontrol diri (self control) mengacu pada pelaksanaan metode atau strategi yang telah dipilih, peserta didik menggunakan berbagai strategi dan metode belajar yang telah direncakan, meliputi mengidentifikasi informasi yang penting, mencatat dan mengingat informasi sebelumnya, mengelaborasi, menyusun dan merangkum informasi yang didapat, menginstruksikan diri, memberikan perhatian terhadap tugas. Observasi diri (self observation) mengacu pada peristiwa pribadi atau melakukan percobaan untuk mengetahui penyebab dari peristiwa itu terjadi.
(32)
c. Self reflection phase (Fase Refleksi diri)
Poin penting dalam self reflection phase adalah penilaian diri (self judgment) dan reaksi diri (self reaction). Penilaian diri (self judgment) mengacu pada evaluasi diri, hal ini dapat dilihat dari hasil kinerja diri sendiri, dapat juga dengan membandingkan nilai yang didapat oleh peserta didik dengan nilai kinerja orang lain. Sehingga dari perbandingan tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih baik. Reaksi diri (self reaction) melibatkan perasaan kepuasan dan ketidakpuasan diri terhadap hasil kinerja. Adanya rasa kepuasan dapat meningkatkan motivasi sedangkan ketidakpuasan akan menurunkan motivasi diri untuk belajar, Schunk (dalam Zimmerman, 2002). Reaksi diri (self reaction) juga melibatkan respon adaptif dan defensif. Respon adaptif mengacu pada penyesuaian diri untuk meningkatkan efektifitas misalnya dengan memodifikasi strategi belajar sedangkan respon defensif adalah menarik diri dan menghindari kesempatan untuk belajar sehingga dapat menurunkan efektifitas peserta didik.
3. Strategi self regulated learning
Strategi self regulated learning merupakan kompilasi dari perencanaan yang digunakan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar (Cobb, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Spitzer (dalam Cobb, 2003) menunjukkan bahwa strategi self regulatedlearning berkaitan erat dengan performansi akademik dimana peserta didik
(33)
yang menerapkan strategi self regulated learning mengambil alih afeksi, pikiran dan tingkah lakunya sehingga menunjang prestasi belajar yang baik.
Zimmerman dan Martinez-Pons (1986) mengidentifikasi 13 strategi belajar sebagai strategi self regulated learning sebagai berikut :
a. Evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluation)
Peserta didik memiliki inisiatif dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas tugas dan kemajuan pekerjaannya. Sehingga peserta didik dapat mengetahui kemajuan proses belajarnya.
b. Mengatur materi pelajaran (organizing & transforming)
Strategi organizing menandakan perilaku overt dan covert dari peserta didik untuk mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Strategi transforming dilakukan dengan mengubah materi pelajaran menjadi lebih sederhana dan mudah dipelajari.
c. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)
Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tujuan umum dan tujuan khusus dari belajar dan perencanaan untuk urutan pengerjaan tugas, bagaimana memanfaatkan waktu dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut. Perencanaan akan membantu peserta didik untuk menemu-kenali konflik dan krisis yang potensial serta meminimalisir tugas-tugas yang mendesak.
(34)
d. Mencari informasi (seeking information)
Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas ataupun ketika mempelajari suatu materi pelajaran. Strategi ini dilakukan dengan menetapkan informasi apa yang penting dan bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut.
e. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)
Strategi ini dilakukan dengan mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari, kemudian menyimpan hasil tes, tugas maupun catatan yang telah dikerjakan.
f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)
Peserta didik berusaha memilih atau mengatur aspek lingkungan fisik dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik dan mudah.
g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences)
Strategi ini dilakukan dengan mengatur atau membayangkan reward atau punishment yang didapatkan bila berhasil atau gagal dalam mengerjakan tugas.
h. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)
Peserta didik berusaha mempelajari ulang materi pelajaran dan mengingat bahan bacaan dengan perilaku yang overt dan covert.
(35)
i. Meminta bantuan teman sebaya (seeking assistance from peers)
Peserta didik dapat berusaha untuk meminta bantuan dari teman sebaya apabila menghadapi masalah dengan tugas yang sedang dikerjakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
j. Meminta bantuan guru (seeking assistance from teachers)
Peserta didik dapat berusaha untuk meminta bantuan guru (seek teacher assistance) dengan bertanya kepada guru di dalam maupun di luar jam belajar untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.
k. Meninjau kembali buku teks (Reviewing the textbook)
Peserta didik memiliki inisiatif untuk membaca ulang buku pelajaran (review text book) yang merupakan sumber informasi yang dijadikan penunjang catatan sebagai sarana belajar.
l. Meninjau kembali catatan (Reviewing the notes)
Peserta didik memiliki inisiatif untuk membaca kembali catatan-catatan untuk lebh memahami dan mengingat materi yang sudah dipalajari.
m. Meninjau kembali tes sebelumnya dan menyiapkan tes (reviewing the previous tests and assignments in preparation for a test)
Dalam strategi ini peserta didik meninjau kembali catatan pelajaran sehingga tahu topik apa saja yang akan diuji. Selanjutnya peserta didik meninjau kembali tugas atau tes sebelumnya (review test/work) yang meliputi soal-soal ujian terdahulu tentang topik-topik tertentu, juga tugas tugas yang telah dikerjakan sebagai sumber informasi untuk belajar.
(36)
Beberapa strategi self regulated learning tersebut terbukti sangat efisien untuk meningkatkan prestasi belajar Zimmerman & Martinez-Pons (dalam Latifah, 2010). 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning
Dalam perspektif sosial kognitif Bandura (dalam Pintrich & Schunk, 2002) mengemukakan keberadaan strategi self regulated learning ditentukan oleh tiga faktor yakni faktor pribadi, perilaku dan lingkungan.
a. Faktor pribadi
Self regulated learning terjadi pada derajat dimana peserta didik dapat menggunakan proses personal untuk secara strategis mengatur perilaku dan lingkungan belajar disekitarnya. Faktor ini meliputi penggunaan strategi mengatur materi pelajaran (organizing & transforming), membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), mencatat hal penting (keeping record & monitoring), serta mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing).
b. Faktor perilaku
Menunjuk pada kemampuan peserta didik dalam menggunakan self evaluation strategy sehingga mendapatkan informasi tentang keakuratan dan mengecek kelanjutan dari hasil umpan balik. Faktor ini melibatkan strategi konsekuensisetelah mengerjakan tugas (self consequences) dan evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating).
(37)
c. Faktor lingkungan
Menunjuk pada sikap proaktif peserta didik untuk menggunakan strategi pengubahan lingkungan belajar seperti penataan lingkungan belajar, mengurangi kebisingan, penataan cahaya yang tepat, dan pencarian sumber belajar yang relevan. Faktor ini meliputi strategi mencari informasi (seeking information), mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), mencari bantuan sosial (seek social assistance), serta meninjau kembali catatan, tugas atau tes sebelumnya dan buku pelajaran (review record).
5. Prinsip – Prinsip dalam proses self regulated learning
Ley & Young (dalam Kobayashi & Lockee, 2008) mengusulkan empat prinsip untuk melekatkan self regulated learning pada peserta didik. Empat prinsip ini berlaku untuk setiap lingkungan instruksional terlepas dari daerah konten, metode penyampaian atau populasi tertentu.
Pertama, instruktur harus membimbing peserta didik untuk mempersiapkan dan menyusun suatu lingkungan belajar yang efektif, hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang tenang, nyaman dan terhindar dari gangguang-gangguan sehingga akan mendorong motivasi peserta didik untuk belajar.
Kedua, instruktur harus mengatur instruksi dan kegiatan untuk menfasilitasi proses kognitif dan metakognitif. Dapat dilakukan dengan memberikan ringkasan materi pelajaran, meminta peserta didik untuk membuat garis besar dari materi pelajaran, dan mengidentifikasi konsep – konsep penting untuk meningkatkan
(38)
kemampuan peserta didik dalam mengatur dan mengubah keterampilannya menjadi lebih baik.
Ketiga, instruktur harus menggunakan tujuan instruksional dan umpan balik (feedback) untuk memberikan peluang bagi peserta didik untuk memantau dirinya. Tujuan dan umpan balik (feedback) adalah dua faktor penting dalam pemantauan diri. Penetapan tujuan untuk memonitor dan mengatur usahanya dalam arah yang spesifik, memberikan umpan balik (feedback) dengan sering dan sistematis dapat meningkatkan self regulated learning karena umpan balik (feedback) akan mendorong peserta didik untuk membandingkan kemajuan mereka dengan tujuan yang sudah mereka capai dengan kemampuan sebelumnya.
Keempat, instruktur harus memberikan evaluasi kepada peserta didik dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi diri sendiri. Ley dan Young (dalam Kobayashi & Lockee, 2008) menunjukkan bahwa instruktur harus memberikan umpan balik untuk mengkoreksi dan meninjau kembali hasil tes atau kuis peserta didik. Begitu juga sebaliknya peserta didik dapat mengevaluasi dirinya sendiri untuk memeriksa hasil kinerja yang sudah mereka laksanakan, sehingga dapat diketahui kualitas dan kemajuan dari peserta didik.
B. Mahasiswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Daldiyono (2009) mengemukakan bahwa seorang mahasiswa merupakan orang yang sudah lulus dari Sekolah Lanjutan
(39)
Tingkat Atas (SLTA) dan sedang menempuh proses belajar di pendidikan tinggi serta melaksanakan proses sosialisasi. Sejalan dengan pengertian tersebut Budiman (2006) mengungkapkan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya salah satunya untuk keahlian tingkat sarjana.
Papalia (2008) mengemukakan rentang usia mahasiswa antara 17 – 25 tahun dan berada pada tahap perkembangan remaja dan usia dini. Karakteristik dan tugas perkembangan mahasiswa adalah dalam masa transisi usia remaja menuju usia dewasa awal. Masa peralihan ini merupakan tahap perkembangan yang dianggap penuh berbagai masalah dan tekanan. Monks (1998) juga mengemukakan bahwa remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Pada umumnya remaja masih belajar di perguruan tinggi.
Menurut Havinghurst (Papalia, 2008), tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah :
a. Memperluas hubungan antarpribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita.
b. Memperoleh peranan sosial (sebagai pria maupun wanita)
c. Menerima keadaan tubuhnya (fisik) dan menggunakannya dengan baik untuk sesuatu yang bermakna.
d. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri.
(40)
f. Memilih dan mempersiapkan pekerjaan.
g. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga. h. Membentuk sistem nilai-nilai moral dan falsafah hidup. 1. Mahasiswa Merantau dan Non merantau
Mahasiswa yang berasal dari daerah diluar kota Medan disebut dengan mahasiswa merantau. Echols dan Shadily (dalam Tsuyoshi, 2005) mendefenisikan merantau sebagai pergi ke Negara lain, meninggalkan kampung halaman, berlayar melalui sungai dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) merantau adalah pergi ke daerah lain diluar daerah asal mereka untuk mencari ilmu. Berdasarkan dari pengertian mahasiswa di atas, maka mahasiswa merantau adalah individu usia dewasa awal yang tinggal di daerah lain dan tinggal berjauhan dari orangtua atau keluarga asal untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam pencapaian suatu keahlian tingkat sarjana
Permasalahan pada dasarnya akan dihadapi oleh semua mahasiswa khususnya mahasiswa merantau yaitu terkait tuntutan pendidikan dan tugas perkembangan sesuai dengan karakteristik dan tugas perkembangan. Menurut Papalia (2008), mahasiswa merantau membutuhkan penyesuaian dalam perubahan sistem pendidikan SMA dan perguruan tinggi, peralihan tugas perkembangan sebagai remaja dan orang dewasa, peralihan untuk dapat hidup mandiri di perantauan serta bertanggung jawab dengan dirinya sendiri selama hidup di perantauan. Hal ini menuntut mahasiswa untuk menjadi lebih mandiri, tidak bergantung pada orang tua dan bertanggung jawab akan dirinya sendiri.
(41)
Sedangkan pada mahasiswa yang non merantau adalah mahasiswa yang menuntut ilmu di derah tempat tinggalnya sendiri dan tidak tinggal berjauhan dengan orangtuanya atau keluarga asalnya. Tidak ada perubahan pada lingkungan fisik terlihat seperti kos, asrama seperti yang dikemukakan oleh Parmawati (2007) mengenai mahasiswa rantau yang mengalami perubahan dalam lingkungan fisiknya.
Mahasiswa non merantau atau tinggal di daerah sendiri bersama keluarga akan lebih sering menerima bantuan dalam memecahkan masalah, masih dalam pengawasan dan kendali orangtua. Intensitas dalam mengambil keputusan, menentukan pilihan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan cenderung masih dalam pengendalian orangtua berbeda halnya dengan mahasiswa yang merantau, mahasiswa merantau akan mengalami perubahan antara lain mengenai kemandirian, pertanggungjawaban terhadap diri sendiri, percaya diri, dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Sedangkan dari segi ekonomi terjadi perubahan biaya hidup, misalnya harga transportasi yang lebih besar, dan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lebih mahal.
2. Mahasiswa Suku Batak Toba di Psikologi
Psikologi merupakan salah satu fakultas yang banyak diminati oleh calon mahasiswa baik yang berasal dari luar daerah maupun dalam daerah. Karena kapasitas jumlah penerimaan mahasiswa yang lebih sedikit dibandingkan dengan fakultas lain, sehingga menyebabkan persaingan yang sangat ketat untuk bisa diterima menjadi mahasiswa psikologi. Ditinjau dari suku, keberadaan suku Batak
(42)
Toba adalah satu diantara beragam suku yang ada di fakultas psikologi. Jumlah mahasiswa suku Batak Toba di psikologi terhitung 120 orang dari angkatan 2008 sampai 2012. Mahasiswa suku Batak Toba seringkali diidentifikasi sebagai mahasiswa yang pekerja keras dan penuh persaudaraan, walaupun suku Batak Toba tergolong minoritas di Psikologi namun diakui bahwa mereka adalah mahasiswa yang ulet dan secara spontan bermigrasi ke seluruh penjuru tanah air (Simanjuntak, 1986).
Irmawati (2002) mengatakan bahwa mahasiswa suku Batak Toba pada umumnya (meskipun tidak seluruhnya) adalah mahasiswa yang menunjukkan tingkat keberhasilan belajar yang lebih tinggi daripada mahasiswa suku lain. Mahasiswa suku Batak Toba tidak hanya berusaha lulus, tetapi lulus dengan nilai yang baik. Sejalan dengan hasil penelitian Irmawati (2002) yang memperlihatkan bahwa suku Batak Toba meletakkan pendidikan sebagai hal yang utama dalam kehidupan mereka. Pendidikan pada keluarga suku Batak Toba dalam menyekolahkan anak-anaknya mereka sangat berkompetisi, hal ini dilandasi oleh nilai-nilai filsafat hidup suku Batak Toba, yaitu hagabeon “anak”, hamoraon “kekayaan”, dan hasangapon “kehormatan”.
C. Dinamika Perbedaan Self Regulated Learning pada Mahasiswa yang Bersuku Batak Toba Merantau dan Non merantau
Mahasiswa suku Batak Toba yang merantau akan mengalami perubahan pada lingkungan fisik, mereka tinggal di daerah yang padat penghuninya, seperti kos atau asrama. Sedangkan mahasiswa non merantau yang bersuku Batak Toba tidak begitu
(43)
mengalami perubahan, mereka tinggal di daerah sendiri dan tinggal bersama keluarga sehingga akan lebih sering menerima bantuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menentukan pilihan dan masih dalam pengawasan dan kendali orangtua, hal ini dikemukakan oleh Nasution (dalam Parmawati, 2007).
Pada mahasiswa suku Batak Toba merantau dituntut untuk lebih dapat mengatur waktu dalam belajar misalnya ketika mahasiswa harus menghadapi tugas-tugas kuliah dan dihadapkan pada berbagai sumber belajar untuk menyelesaikan tugas perkuliahan mereka, kegiatan diluar akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari seperti mengatur pakaian, keuangan, makanan. Berdasarkan kondisi ini membuat kebanyakan mahasiswa suku Batak Toba yang merantau diharuskan mampu dalam mengatur lingkungan belajarnya dan mengatur waktunya dalam belajar, tanpa adanya dukungan langsung dari orangtua tetapi bagi mereka yang tidak mampu, individu tersebut akan merasa terancam dan kesulitan dalam proses belajar dan merasakan frustasi karena mereka harus berubah dari kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dari lingkungan asal mahasiswa tersebut sehingga dapat menyebabkan prestasi akademik menurun (Warsito, 2012). Sebaliknya mahasiswa yang non merantau, dimana sebagian besar mereka lebih bergantung kepada orangtuanya dan kendali berada pada orangtua. Intensitas dalam mengambil keputusan, mengatur waktu, menentukan pilihan dan menyelesaikan masalah masih dalam pengawasan orangtua (Parmawati, 2007).
Menurut Zimmerman (Dalam Torrano & Torres, 2004) yang menyatakan bahwa karakteristik mahasiswa yang menerapkan self regulated learning yang baik
(44)
akan mampu mengatur dirinya dalam lingkungan belajar, mengatur diri untuk tetap termotivasi dalam belajar, merencanakan dan mengontrol setiap aktifitas yang akan dilakukan, dan memiliki prestasi akademik yang baik.
Berdasarkan penelitian Nitya, (Dalam Warsito, 2012) menyatakan bahwa mahasiswa merantau memiliki pengaturan diri yang tinggi dalam belajar dan memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dalam belajar sehingga tercapai prestasi akademik yang baik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa merantau lebih berbakat dalam hal akademis, lebih tergantung pada beasiswa dan memiliki harapan yang lebih tinggi pada pendidikan, Ferris, 1973; Fenske et al, 1972, 1974 (Dalam Kyung, 1992).
Fenske (Dalam Kyung, 1992) juga menemukan bahwa mahasiswa merantau cenderung berbakat dalam akademis berdasarkan prestasi akademik (IPK) dibadingkan mahasiswa non merantau. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Kyung (1992) pada mahasiswa di Virginia, yang membedakan karakteristik mahasiswa merantau dan non merantau. Pada umumnya mahasiswa merantau lebih responsif terhadap kualitas pendidikan pada satu institusi sedangkan non merantau cenderung lebih mempertimbangkan faktor biaya untuk pendidikan mereka. Prestasi akademik yang baik berarti memiliki strategi belajar yang baik dan adanya pengaturan waktu dalam belajar dengan baik, strategi self regulated learning dapat membantu peserta didik membentuk kebiasaan belajar yang lebih baik dan memperkuat kemampuan mereka dalam belajar, menerapkan strategi belajar untuk meningkatkan hasil akademik, memilih atau mengatur lingkungan fisik untuk
(45)
mendukung belajar dan mengatur waktu mereka secara efektif, Zimmerman (dalam Maharani, 2009).
D. Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Azwar, 2010). Hipotesa dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan self regulated learning pada mahasiswa merantau dan non merantau yang bersuku Batak toba di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU). Self regulated learning mahasiswa suku Batak Toba yang merantau lebih tinggi daripada mahasiswa suku Batak Toba yang non merantau.
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat komparatif yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang bersuku Batak Toba merantau dan non merantau di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU).
Penggunaan penelitian ini dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan nilai suatu observasi (disebut variabel tergantung atau dependen) antar kelompok semata (Hadjar, 1996).
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel diartikan sebagai sesuatu (atribut atau sifat) yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau kualitatif (Azwar, 2010). Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variable tergantung : self regulated learning
Variable bebas : status tempat tinggal mahasiswa a. Merantau
(47)
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2009). Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel tergantung : Self regulalated learning
Self regulated learning adalah usaha terampil yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memotivasi dirinya sendiri dalam mengatur proses belajarnya dengan cara evaluasi tehadap kemajuan tugas (self evaluating), mengatur materi pelajaran (organizing dan transforming), membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting and planning), mencari informasi (seeking information), mencatat hal penting (keeping record and monitoring), mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences), Mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing), meminta bantuan teman sebaya (seeking assistance from peers), meminta bantuan guru (seeking assistance from teacher), meninjau kembali buku teks (reviewing the textbook), meninjau kembali catatan (reviewing the notes), meninjau kembali tes sebelumnya dan menyiapkan tes (reviewing the previous tests and assignment in preparation for a test) yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik.
Variabel ini akan diukur dengan skala self regulated learning yang disusun oleh peneliti berdasarkan 13 kategori strategi self regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons (1986) yaitu : (1) Evaluasi
(48)
tehadap kemajuan tugas (self evaluating), (2) Mengatur materi pelajaran (organizing dan transforming), (3) Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting and planning), (4) Mencari informasi (seeking information), (5) Mencatat hal penting (keeping record and monitoring), (6) Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), (7) Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences), (8) Mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing), (9) Meminta bantuan teman sebaya (seeking assistance from peers), (10) Meminta bantuan guru (seeking assistance from teacher), (11) Meninjau kembali buku teks (reviewing the textbook), (12) Meninjau kembali catatan (reviewing the notes), (13) Meninjau kembali tes sebelumnya dan menyiapkan tes (reviewing the previous tests and assignment in preparation for a test).
Skor tinggi pada skala ini menunjukkan penerapan self regulated learning yang tinggi pada individu dan sebaliknya skor rendah akan menunjukkan penerapan self regulated learning yang rendah.
2. Variabel bebas : Status tempat tinggal
Status tempat tinggal adalah keadaan atau situasi mahasiswa yang berhubungan dengan tempat tinggal. Mahasiswa merantau adalah individu yang tinggal di daerah lain dan tinggal berjauhan dengan orangtua atau keluarga asal dengan tujuan menuntut ilmu di perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikan. Mahasiswa non merantau adalah individu yang tinggal di daerah asalnya dan tidak tinggal berjauhan dengan orangtuanya atau keluarga asalnya dengan tujuan menuntut ilmu di perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikan.
(49)
C. Subjek Penelitian 1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subjek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) yang bersuku Batak Toba yang merantau dan non merantau dan masih aktif dalam perkuliahan atau tidak sedang dalam masa penundaan akademik (PKA).
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh populasi. Adapun alasan menjadikan fakultas Psikologi USU sebagai tempat penelitian adalah dikarenakan kebutuhan terhadap bidang psikologi kian hari kian dirasakan meningkat khususnya psikologi pendidikan dimana banyak peserta didik yang belum mampu mengatur waktu dan memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan prestasi akademik sehinga mahasiswa dihimbau untuk menerapkan self regulated learning bagi dirinya sendiri sebelum menjadi psikolog yang mengajarkan orang lain. Alasan peneliti menggunakan seluruh populasi dikarenakan jumlah populasi yang sedikit dan dapat dijangkau oleh peneliti.
2. Jumlah populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang ada dalam wilayah penelitian, (Arikunto, 2006). Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 120 orang mahasiswa, dengan mengambil jumlah pada mahasiswa merantau 62 orang dan non merantau 58 orang.
(50)
D. Metode Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala self regulated learning. Skala self regulated learning terdiri dari aitem-aitem yang berupa pernyataan yang disusun berdasarkan 13 kategori perilaku belajar self regulated learning meliputi Evaluasi tehadap kemajuan tugas (self evaluating), Mengatur materi pelajaran (organizing dan transforming), Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting and planning), Mencari informasi (seeking information), Mencatat hal penting (keeping record and monitoring), Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences), Mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing), Meminta bantuan teman sebaya (seeking assistance from peers), Meminta bantuan guru (seeking assistance from teachers), Meninjau kembali buku teks (Reviewing the textbook), Meninjau kembali catatan (Reviewing the notes), Meninjau kembali tes sebelumnya dan menyiapkan tes (reviewing the previous tests and assignments in preparation for a test). Variabel dalam skala self regulated learning diukur dengan model skala yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan menggunakan model skala Likert. Metode skala Likert menyediakan 4 (empat) pilihan respon : Selalu (SL) , Sering (SR), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Setiap pilihan tersebut memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem, apakah favourabel atau unfavourabel. Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Jumlah aitem yang
(51)
digunakan adalah sebanyak 80 (delapan puluh) aitem. Dengan perincian penilaian dalam tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Blue-print dan Bobot Relatif komponen dalam Penyusunan Skala Self Regulated Learning
No Kategori Self regulated learning Aitem Jlh f (%)
F UF
1 Evaluasi tehadap kemajuan tugas (self evaluating)
1,3,6 16,21,66 6 7,5 % 2 Mengatur materi pelajaran
(organizing dan transforming)
2,60,67 18,19,22 6 7,5 % 3 Membuat rencana dan tujuan belajar
(goal setting and planning)
4,43,77 28,59,68 6 7,5 % 4 Mencari informasi (seeking
information)
7, 9,10 12,36,69 6 7,5 % 5 Mencatat hal penting (keeping
record and monitoring)
11,15,58 26,29,70 6 7,5 % 6 Mengatur lingkungan belajar
(environmental structuring)
25,31,62 35,50,78 6 7,5 % 7 Konsekuensi setelah mengerjakan
tugas (self consequences)
39,40,71 34,48,52 6 7,5 % 8 Mengulang dan mengingat
(rehearsing and memorizing)
13,37,51,65 23,47,72 7 8,7 % 9 Meminta bantuan teman sebaya
(seeking assistance from peers)
17,27,57 44,46,63 6 7,5 % 10 Meminta bantuan guru (seeking
assistance from teachers)
33,53,79 54,55,74 6 7,5 % 11 Meninjau kembali buku teks
(Reviewing the textbook)
14,42,56 5,24,75 6 7,5 % 12 Meninjau kembali catatan
(Reviewing the notes)
32,61,73 41,64,76 6 7,5 % 13 Meninjau kembali tes sebelumnya
dan menyiapkan tes (reviewing the previous tests and assignments in preparation for a test)
20,38,45 8,30,49,80 7 8,7 %
(52)
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas alat ukur
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur dalam menjalankan fungsinya. Tujuan pengukuran validitas adalah untuk mengetahui sejauh mana alat ukur mengukur dengan tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan ukur (Azwar, 2009).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Untuk menjaga validitas isi dari aitem-aitem di dalam alat ukur, peneliti akan menguji relevansi isi tes dengan analisis kesesuaian dengan blueprint yang telah disusun oleh peneliti dan meminta professional judgement dari dosen pembimbing peneliti.
2. Reliabilitas alat ukur
Setelah melalui professional judgment, maka peneliti melakukan uji daya beda aitem. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem, dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2009).
Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥
0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki nilai rix < 0.30 dapat diiterpretasikan
(53)
sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah. Penelitian ini menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan mengkorelasikan
antara skor tiap aitem dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 18 for windows.
Koefisien reliabilitas (
r
xx’) berkisar mulai dari 0 (nol) sampai dengan 1 (satu); dengan 1 (satu) merupakan konsistensi sempurna. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka nol menandakan semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2009). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha cronbach dengan menggunakan bantuan program SPSS version 18 for Windows.3. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengukur kualitas dari aitem-aitem yang telah disusun. Uji coba dilakukan pada tanggal 2 Maret 2013 terhadap beberapa mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Skala yang disebarkan sebanyak 130 (seratus tiga puluh) skala. Data dari skala diolah dengan bantuan program SPSS version 18for Windows.
Hasil uji coba alat ukur dilakukan melalui lima kali putaran agar memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan daya diskriminasi aitem (rix) lebih besar
sama dengan 0.30. Pada putaran pertama, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah 0.931 dan terdapat 22 aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem
(54)
dibawah 0.30. Pada putaran kedua, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.937 dan terdapat 3 aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem dibawah 0.30. Pada putaran ketiga, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.934 dan semua aitem memiliki indeks daya diskriminasi aitem di atas 0.30.
Berdasarkan pengolahan sebanyak tiga kali putaran, diperoleh 55 aitem yang dapat digunakan di dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar 0.934 dan daya diskriminasi aitem yang bergerak dari rentang 0.307 – 0.622. Distribusi aitem setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3 :
(1)
1. Saran Metodologis
Berdasarkan hasil penelitian ini, bagi pihak-pihak yang berminat dengan penelitian sejenis atau untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a. Penelitian ini menggunakan metode komparatif deskriptif. Penelitian selanjutnya dapat menyertakan metode kualitatif sehingga mampu mendapatkan informasi yang lebih dalam mengenai perbedaan self regulated learning pada mahasiswa merantau dan non merantau.
b. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil subjek dari Fakultas Psikologi USU, untuk mendapat gambaran data self regulated learning yang lebih umum penelitian selanjutnya dapat mengambil subjek seluruh mahasiswa USU.
c. Pada peneliti selanjutnya agar lebih dapat memperluas variabel dan mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning yang lebih spesifik dan lebih mendalam.
2. Saran Praktis
a. Pada pihak Universitas/Fakultas hendaknya dapat lebih mensosialisasikan pentingnya Self regulated learning dalam proses pembelajaran khususnya pada mahasiswa angkatan baru.
(2)
dapat dilakukan dengan mengevaluasi kemajuan tugas yang sudah dikerjakan, membuat rencana dan tujuan belajar, lebih giat untuk mencari informasi mengenai tugas-tugas akademik dengan cara membaca buku, bertanya kepada dosen, senior dan teman atau mencari sumber-sumber laiinnya. Tindakan ini dapat dilakukan dalam belajar sehari-hari maupun sewaktu ujian sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik mahasiswa.
c. Bagi mahasiswa suku Batak Toba, agar dapat lebih meningkatkan penerapan stategi belajar atau self regulated learning yang lebih efektif sehingga dapat mempertahankan prestasi akademik yang selama ini sudah dicapai.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, A. (2005). Program Belajar, Self Regulated Learning dan Prestasi Matematika Siswa SMU di Yogyakarta. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Aritonang, J. S. (1998). Pendidikan formal dalam keluarga Batak Toba di Perantauan & kaitannya dengan konsep Hagabeon, Hasangapon & Hamoraon (studi Atropologi pada Keluarga Batak Toba di Desa Wonosari). Tesis S1. Medan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Azwar, S. (2000). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Belajar
_______. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
_______. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. _______. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Budiman, A. (2006). Kebebasan Negara, Pembangunan, Kumpulan Tulisan
1965-2005 [online]. Jakarta: Pustaka Alvabet . diunduh tanggal 7 Desember 2012. Chih, A. (2006). The effect of the use of self-regulated learning strategies on college
students’ performance and satisfaction in physical education. Literature. Australia : University Catholic.
Cobb, R (2003). The relationship between self-regulated learning behaviors and academic performance in web-based courses. Virginia: Blacksburg.
Daldiyono. (2009). How to Be a Real and Successful Student. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Deasyanti & Armeini, A (2007). Self-Regulation Learning Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan, 18, VIII, 13-21.
(4)
Dewi, R. I & Ermansyah. (2007). Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3) Studi Deskriptif tentang Fungsi organisasi Sosial Suku Bangsa Minangkabau di Kota Medan. Jurnal Harmoni Sosial, Vol. I, No. 2, 96-108.
Furchan, A. (2009). Beda Antara Belajar di Sekolah dan di Perguruan tinggi. Artikel. Diakses pada tanggal 26 November 2012, dari http://www. pendidikanislam.net
Guntur, AS. (2012). USU Masih Favorit Utama. Artikel. Diakses pada tanggal 26 November 2012,http://www.analisadaily.com
Hadi, S. (2000). Metodologi research (Jilid 2).Yogyakarta : Andi Offset.
Hutapea, E.(2006). Gambaran Resiliensi pada Mahasiswa Perantau Tahun Pertama Perguruan Tinggi di Asrama UI (menggunakan Resilience Scale). Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi UI.
Harahap, B. H. & Siahaan, H. M. (1987). Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak : Suatu Pendekatan Terhadap Perilaku Batak Toba dan Angkola-Mandailing. Jakarta: Sanggar Willem Iskandar.
Irmawati. (2002). Motivasi Berprestasi dan Pola Pengasuhan Pada Suku Bangsa Batak Toba di Desa Parpareran II dan Suku Bangsa Melayu di Desa Bogak (Studi Etnopsikologi). Tesis S2. Jakarta, Pascasarjana UI.
_______. (2007). Nilai-nilai yang Mendasari Motif-motif Penentu Keberhasilan Suku Batak Toba (Studi Psikologi Ulayat). Jurnal wawasan, Vol 13, Nomor 1 Kato, T. (2005). Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah. Jakarta
: Balai Pustaka.
Kobayashi, M & Lockee, B. (2008). Evidence-based Approaches for Self-Regulated Learning. Journal Educatio 5 – Invierno.
Kyung, W. (1992). In-Migration of college Students to the State of New Work. Journal of Higher Education, 67 (3) : 349-358.
Latipah, E. (2010). Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar : Kajian Meta Analisis. Jurnal Psikologi, Volume 37, No. 1, 110-128.
Ley, K & Young, D. B. (2001). Instructional Principle for Self-Regulation. ETR & D, Vol. 49, No 2
(5)
Luberty, E. V (2004). Hubungan Persepsi Dukungan Sosial Orangtua dan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Perantau. Thesis. Jakarta:Unika Atma Jaya. Munandar, U., Herkusumo, A.P & Bonang, E. (2009). Hubungan antara pengaturan
diri dalam belajar, self efficacy, lingkungan belajar di rumah, dan inteligensi dengan prestasi belajar. Gifted Review Jurnal Keberbakatan dan Kreativitas, 3 (1), 13-25.
Maharani, A. (2009). Inventarisasi Keyakinan Motivasi dan Self-Regulated Learning Sebagai Petunjuk Metode Pengajaran dan Perlakuan Lainnya. Jurnal Pendidikan Inovatif, Jilid 4, No. 2, 84-87.
Muljono, P. (1999). Kiat Sukses Belajar di Perguruan Tinggi : Upaya Peningkatan Motivasi dan Penerapan Metode Belajar yang Efektif. Artikel, Diakses tanggal 26 November 2012
Naim, M. (1984). Minangkabau – Merantau. Medan:Penerbit Madju
Newman, B & Newman,R . (2006). Development Throught Life : A Psychosocial Approach. USA : Thomson Wadsworth.
Papalia, D.E. (2007). Human Development, 10th ed.,Boston: McGraw-Hill.
Purba, O. H. S & Purba, F. E. (1998). Migran Batak Toba Diluar Tapanuli Utara : Suatu Deskripsi. Medan: Monora.
Parmawati, R. (2007). Perbedaan Motivasi Berprestasi antara Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri – Swasta Dintinjau dari Mahasiswa Pendatang – Bukan Pendatang. Tesis. Surakarta: Fakultas Psikologi Univ. Muhammadiyah.
Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development Perkembangan masa Hidup Ed 5 Jilid II. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
Schunk, D. H & Zimmerman, B. J. (1998). Self-Regulated Learning : From Teaching to Self-Refelective Practice. New York : The Guilford Press.
Sukadji, S., Singgih, S & Evita, E. (2001). Sukses di Perguruan Tinggi. (edisi Khusus). Psikologi.
Simandjuntak, B. A. 1986. Pemikiran Tentang Batak. Medan:Universitas HKBP Nommensen.
(6)
__________________(2010). Melayu Pesisir dan Batak Pegunungan (Orientasi Nilai Budaya). Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Suci, R. (2008). Perbedaan self regulation pada mahasiswa bekerja dan mahasiswa tidak bekerja. Inquiry, Vol. 01, No. 01, 34-48.
Takwin, B. (2008). Menjadi Mahasiswa. Artikel. Diakses pada tanggal 26 November 2012, dari http://bagustakwin.multiply.com/journal/item/18.
Torrano, F & Torres, C. G. (2004). Self regulated learning : Current and future direction. Journal of research in Educational Psycholgy, 2(1), 1-34
Warsito, H. (2012). Perbedaan Tingkat Kemandirian dan Penyesuaian diri Mahasiswa Perantauan Suku Batak Toba ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Character, Vol 01, No. 02.
Woolfolk. (2004). Educational Psychology 9/E. Washington : Smithsonian
Zimmerman, B. J. (2002). Becoming a Self Regulated Learner : An Overview. Theory Into Practice, Volume 41, Number 2
Zimmerman, B.J & Martinez-Pons, M. (1990). Self regulated learning and academic achievement: an overview. Educational Psychologist, 25 (1), 3-17.
Zimmerman, B. J. (1989). A Social Cognitive View of Self-Regulated Academic Learning. Journal of Educational Psychology, Vol 81, Issue 3.
Zimmerman, B. J & Martinez-Pons, M. (1986). Developmen of a structured Interview for Assessing Student Use of Self-Regulated Learning Strategies. Journal Educational American, Vol 23, No 4, Pp. 614-628
Zumbrunn, S., Tadlock, J & Roberts, D. (2011). Encouraging Self Regulated Learning in the Classroom : A Review of the Literature. Literatur. Virginia:University Commonwealth.