Untuk memahami makna kanji, salah satu caranya adalah dengan mengenal unsur- unsur atau karakter pembentuknya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tae Moriyama dalam
Nandi 2000:3 yang menyatakan bahwa kanji pada umumnya berupa kombinasi dari bermacam-macam unsur. Salah satu cara agar mendapat semangat dalam proses
mempelajarinya ialah dengan mengenal unsur-unsurnya. Salah satu unsur pembentuk kanji adalah bushu. Menurut arti katanya, ‘Bu’ artinya
bagian dan ‘shu’ artinya kepala. Jadi, bushu adalah unsur atau karakter dasar yang terdapat dalam suatu huruf kanji Yuddi dalam Yusuf, 2008:8. Sebutan bushu untuk pertama kalinya
muncul tiga abad yang lalu di Cina yang dikembangkan melalui sistem penggabungan karakter-karakter sehingga mencapai jumlah 214 unsur karakter dasar. Sistem ini masih
digunakan sampai sekarang, baik dalam kamus-kamus Cina maupun dalam kamus Jepang Nandi, 2000:7. Sesuai dengan letaknya, bushu dikelompokkan menjadi tujuh macam, salah
satu diantaranya adalah bushu kanmuri. Bushu kamnuri yaitu bushu yang terletak di bagian atas sebuah kanji. Take kanmuri
merupakan salah satu contoh dari bushu kanmuri. Bushu ini menyatakan bambu dan bagian susunan kanji ini memiliki arti yang berhubungan dengan bambu, Nandi, 2000:25.
1.4.2 Kerangka Teori
Untuk menganalisis makna simbolik kanji berkarakter dasar take kanmuri dibutuhkan teori semantik dan semiotik. Semantik merupakan studi tentang makna. Makna adalah
hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti Grice dan Bolinger dalam Aminuddin, 2001:53.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok yaitu : a.
Makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar. b.
Penentuan hubungan terjadi disebabkan adanya kesepakatan para pemakai bahasa.
Universitas Sumatera Utara
c. Perwujudan makna dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat
saling dimengerti. Semiotik merupakan studi tentang tanda. Menurut Paul Cobley dan Litza Janz dalam
Nyoman 2004:97 semiotik berasal dari kata seme, bahasa Yunani, yang berarti penafsir tanda. Sedangkan menurut beberapa literatur lain menyebutkan bahwa semiotik berasal dari
kata semeion, yang berarti tanda. Dalam pengertian yang lebih luas, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan intrepetasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya
terhadap kehidupan manusia. Dalam kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan perantaraan tanda-tanda proses kehidupan menjadi lebih efisien, manusia dapat saling
berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia. Dengan demikian manusia adalah homo semioticus.
Semiotik dilihat dari segi cara kerjanya maka terdapat : a.
Sintaksis semiotik, yaitu studi dengan memberikan intensitas hubungan tanda dengan tanda-tanda yang lain.
b. Semantik semiotik, yaitu studi dengan memberikan perhatian pada hubungan tanda
dengan acuannya. c.
Pragmatik semiotik, yaitu studi dengan memberikan perhatian pada hubungan antara pengirim dan penerima.
Dilihat dari faktor yang menentukan adanya tanda, maka tanda dibedakan : a.
Representamen, tanda itu sendiri sebagai perwujudan gejala umum. Tanda sebagai gejala umum dapat dibedakan menjadi tanda sebagai kualitas, keberadaan aktual
atau realitas fisik, dan tanda sebagai hukum. b.
Object, yaitu apa yang diacu atau tanda dalam hubungannya dengan objeknya yang berdasarkan pada karakter tanda yang dimilikinya. Objek dapat dibedakan menjadi
icon, indeks, dan symbol.
Universitas Sumatera Utara
c. Interpretant, tanda-tanda baru yang terjadi dalam batin penerima atau tanda
dipandang dari interpretan yang mewakilinya sebagai sebuah tanda pikiran. Tanda tersebut dapat dibedakan menjadi tanda sebagai kemungkinan, tanda sebagai fakta,
dan tanda sebagai nalar. Di antara representamen, object, dan interpretant, teori yang penulis gunakan adalah
teori yang kedua, yaitu object. Object memiliki istilah-istilah yaitu, icon, indeks, dan symbol. Menurut Pierce dalam Rini 2006:11, ikon merupakan tanda yang mengacu kepada suatu
objek, dimana hubungan tanda dan objeknya didasarkan atas kesamaan ciri dan sifatnya. Sehingga tanda disebut ikon apabila ada hubungan kemiripan tanda dengan objeknya.
Misalnya kanji 山
yama merupakan lambang yang ditiru dari bentuk tiga buah gunung. Begitu juga halnya dengan kanji
川 kawa yang merupakan lambang yang ditiru dari bentuk
aliran air. Istilah kedua yaitu indeks. Indeks merupakan tanda yang mengacu kepada objek,
dimana tanda dipengaruhi oleh objek tersebut. Jadi, tanda dikatakan indeks karena adanya kedekatan eksistensinya dengan objek. Misalnya kanji
森 mori. Kanji in merupakan kanji
gabungan dari tiga buah kanji 木
ki. Dimana kanji 木
ki ini memiliki makna pohon, sedangkan kanji
森 mori memiliki makna hutan lebat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kanji
hutan lebat merupakan gabungan dari tiga buah kanji pohon. Istilah ketiga yaitu symbol. Symbol merupakan tanda yang mengacu kepada objek
dimana hubungan antar tanda dan objeknya didasarkan pada suatu aturan, hukum, atau konvensi. Misalnya kanji
仏教 bukkyou, sebagai aksara yang berdiri sendiri, unsur pertama
dalam bukkyou diucapkan butsu atau hotoke, “sang budha”. Bagian kiri kanji ini adalah akar kata nin “orang”. Sebelah kanan kelihatannya melambangkan air yang mengalir dan riak
yang mempunyai arti “menghilang”. Kesepakatan ini bersesuaian dengan konsep budha yaitu
Universitas Sumatera Utara
bahwa untuk mencapai pencerahan jiwa seseorang harus membersihkan dirinya dari pikiran yang mementingkan diri sendiri sehingga dirinya akan lenyap menyatu.
Penulis menggunakan teori yang kedua karena kanji merupakan tanda, lambang, atau gambar yang mengacu pada objeknya dan segala sesuatu baik tanda, lambang, ataupun
gambar dapat dikaitkan dengan sesuatu yang lain sehingga tanda, lambang, maupun gambar dapat dijadikan sebagai bagian dari proses komunikasi.
1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian