BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa langue adalah sistem simbol yang mengungkapkan maksud pikiran. Sistem simbol ini ada yang merupakan simbol lisan dan ada yang merupakan simbol tertulis. Bahasa
dan tulisan merupakan dua sistem simbol yang jelas berbeda. Sistem simbol tulisan baru bisa dikatakan ada untuk mengkortografikan menulis bahasa Saussure dalam Sheddy, 2004:64.
Bloomfield dalam Sheddy 2004:65 menyebut huruf kanji bahasa Cina sebagai ‘logographic writing’ yang merupakan ‘symbol of linguistic form’ atas dasar huruf tersebut
melambangkan sesuatu acuan bahasa. Jenis huruf lain yang merupakan ‘symbol of phonetic form’ disebutnya sebagai phonogram atas dasar huruf tersebut melambangkan ucapan.
Phonogram diidentifikasikan olehnya menjadi dua jenis yaitu, syllabic writing huruf suku kata seperti huruf hiragana dan huruf katana dalam bahasa Jepang dan phonemic
alphabetic writing huruf bunyi tunggal seperti huruf Yunani dan Latin. Berikut ini adalah 3 jenis huruf yang digunakan masyarakat di dunia ini Hamzon,
2007:3 : 1.
Tanonmoji, yaitu huruf yang mengutarakan potongan bunyi terkecil, huruf ini dapat menuliskan muatan sebuah bunyi vokal maupun konsonan secara berdiri sendiri.
Atau sebuah huruf adalah sebagai gambaran sebuah konsonan atau vokal tertentu. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf romawi.
2. Onsensetsumoji, yaitu huruf yang menggambarkan potongan bunyi suara, huruf itu
dapat menuliskan muatan bunyi vokal, tetapi untuk bunyi konsonan biasanya diucapkan bersamaan dengan bunyi vokal. Huruf ini tidak menggambarkan bunyi
Universitas Sumatera Utara
konsonan berdiri sendiri. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf hiragana dan katakana.
3. Hyoimoji, yaitu huruf yang menggambarkan sebuah arti, dalam huruf ini lebih
dipentingkan mengutarakan muatan arti atau makna dari pada bunyi bacaannya. Dalam jenis huruf ini sebuah huruf mempunyai satu arti atau makna. Tetapi kadang-
kadang sebuah huruf mempunyai cara baca yang lebih dari satu. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf kanji.
Dari pendapat tokoh-tokoh itu dapat disimpulkan bahwa tulisan adalah simbol-simbol yang dapat ditangkap dengan indra mata dengan bentuk baku yang sudah mengalami proses
ketetapan secara konvensional di masyarakat; melambangkan bunyi bahasa atau ide bahasa buah pikiran yang hendak disampaikan kepada lawan bicara secara langsung maupun tidak
langsung. Sistem tulisan terdiri dari seperangkat grafem beserta ciri-ciri penggunaannya. Setiap
grafem dapat memiliki satu alograf atau lebih. Kedudukan grafem dan alograf dalam sistem tulisan sama dengan kedudukan fonem dan alofon dalam fonologi. Begitu pula hubungan
grafem dan alograf serupa dengan hubungan fonem dan alofon. Pada umumnya setiap grafem mewakili sebagian struktur bahasa lisan.
Tulisan pada awalnya terdapat pada batu-batu peninggalan yang hampir semua bentuk awal lambang tulisan berupa gambar atau diagram. Lambang-lambang tulisan tersebut
apabila menunjukkan arti khusus secara taat asas, disebut pictogram. Misalnya, lambang
☼
yang digunakan untuk memberikan pesan ‘matahari’. Kemudian lama-kelamaan, lambang tersebut menjadi lambang yang lebih mapan, misalnya lambang О, yang digunakan untuk
makna ‘panas’, ‘siang hari’, dan juga ‘matahari’. Jenis lambang itu dipandang sebagai bagian dari suatu sistem tulisan ide yang disebut ideogram.
Universitas Sumatera Utara
Tahap-tahap perkembangan tulisan ada tiga Bambang, 1995 : 21, yaitu: 1.
Logogram atau tulisan kata 2.
Tulisan silabis atau persukuan 3.
Tulisan bunyi Logogram atau tulisan kata merupakan tulisan dimana setiap lambang mewakili sebuah
kata. Sistem tulisan yang didasarkan pada pengguanaan logogram adalah sistem tulisan bahasa Cina.
Tahap perkembanagan tulisan yang kedua yaitu, tulisan silabis atau tulisan persukuan. Misalnya, bahasa Jepang modern yang memiliki sejumlah besar lambang yang menunjukkan
suku kata bahasa lisan. Silabogram atau kelompok bunyi bahasa Jepang pada hakekatnya merupakan pungutan aksara sistem tulisan bahasa Cina Gleason dalam Bambang, 1995:29.
Dalam perkembangan bahasa Jepang, aksara-aksara bahasa Cina dipungut untuk menuliskan kata-kata pungutan dari bahasa Cina. Namun, proses penyesuaian itu tidaklah sederhana,
karena struktur gramatika bahasa Jepang sangat berbeda dengan bahasa Cina. Bahasa Jepang memiliki banyak kata yang mengalami infleksi dan afiksasi yang kompleks. Sebaliknya,
kebanyakan morfem bahasa Cina ialah kata dasar dengan tidak banyak afiksasi, sehingga ditemukan banyak morfem yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Cina.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibuatlah penyesuaian-penyesuaian dalam menuliskan aksara Cina ke dalam bahasa Jepang. Pertama, diciptakan lambang-lambang
morfemik untuk afiks yang tidak ada padanannya dalam sistem tulisan bahasa Cina. Kedua, ditambahkan tanda-tanda yang beracuan fonemik. Ternyata alternatif yang kedualah yang
dilakukan dan hasilnya ialah silabogram bahasa Jepang yang memiliki pola yang berbeda dengan sistem tulisan bahasa Cina. Silabogram bahasa Jepang pada dasarnya merupakan
perkembangan aksara bahasa Cina dalam struktur bahasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
Dalam struktur bahasa Jepang, kata dasar pada umumnya ditulis dalam aksara Cina yang disebut Kanji, sedangkan afiks-afiksnya ditulis dalam hiragana atau katakana
Bambang, 1995:21. Tahap perkembangan tulisan yang ketiga yaitu, tulisan bunyi. Yang termasuk ke dalam
tulisan bunyi adalah tulisan alfabetis dan tulisan fonemik. Alphabet adalah seperangkat lambang tertulis yang tiap lambang mewakili bunyi tertentu. Tulisan fonemik merupakan
kesesuaian sempurna antara abjad dan bunyi fonemik yang menunjukkan satu lambang huruf mewakili satu dan hanya satu bunyi fonemik.
Tentang relasi antara bunyi bahasa dan tulisan, Jimbo dalam Sheddy 2004:69-70 mengemukakan bunyi yang digunakan pada bahasa baik yang di dengar oleh pendengar
maupun yang diujarkan oleh penutur kedua-duanya berdasarkan bunyi yang abstrak. Bagian abstrak yang ditemukan dalam bunyi kongkrit yang dihasilkan tiap-tiap orang pada tiap-tiap
kasus akan disebut sebagai ‘unsur baku’ dari bunyi itu. Jenis bunyi kongkrit boleh dikatakan tak terbatas jumlahnya dan jumlah itu tidak mungkin bisa dihitung. Tetapi, bunyi yang
abstrak jenis maupun jumlahnya bisa diungkapkan. Berbicara tentang bahasa, sekaligus perlu juga memikirkan tulisan. Hakekat dari tulisan terletak pada fungsinya untuk mengekspresikan
bahasa lisan. Di bagian bunyi bahasa, telah dibicarakan bahwa bunyi bahasa ada yang kongkrit dan ada yang abstrak. Hal yang sama juga ditemukan dalam tulisan. Tulisan yang
ditulis oleh seseorang pada suatu waktu dan di suatu tempat adalah huruf kongkrit. Huruf kongkrit bila diamati, bagian yang mirip diambil dan bagian yang berlainan dibuang, maka
dalam benak kita akan timbul bayangan atau ide tentang huruf yang abstrak. Misalnya seorang ahli bahasa yang membahas huruf
山 yama gunung, dia bukan membicarakan
hasil penulisan dari seorang kaligrafi, melainkan mempersoalkan sifat permanen yang merupakan ciri bersama dari sejumlah huruf
山 yama yang ditulis oleh orang banyak dalam
bermacam-macam kondisi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tahap-tahap perkembangan tulisan di atas, memungkinkan manusia memakai lebih dari satu jenis tulisan. Salah satu jenis tulisan tersebut adalah tulisan kanji
Jepang yang berbeda dengan huruf asalnya yaitu kanji Cina, walaupun sebenarnya kanji Jepang diadopsi dari kanji Cina. Sebab dalam bahasa Cina, satu kanji mempunyai satu
ucapan perkataan, sedangkan dalam bahasa Jepang dapat diucapkan beraneka ragam Sayidiman dalam Yusuf 2008:3. Misalnya kanji
大きい . Kanji tersebut bisa dibaca tai atau
dai secara on-yomi dan dibaca ookii secara kun-yomi. Orang Jepang sendiri bisa saja salah membaca satu kalimat bahasa Jepang bila Ia belum hafal betul. Karena itu, seringkali satu
kanji yang memungkinkan salah baca, dibubuhi hiragana furigana. Dengan demikian, bangsa Jepang memiliki sistem tulisan yang sangat kompleks.
Menurut Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2004:55, selain hyou-i moji atau huruf yang melambangkan makna sekaligus melambangkan bunyi pengucapannya kanji, juga
digunakan hyou-on moji yang terdiri dari onsetsu moji hiragana dan katakana yang melambangkan bunyi silabel dan tan-on moji romaji huruf Latin, yang melambangkan
sebuah fonem. Selain itu, dipakai juga suuji moji numeralia, yang melambangkan bilangan. Suuji moji yang dipakai ada dua, yaitu san-you suuji atau Arabia suuji yang
merupakan lambang bilangan yang bisa dipakai untuk menuliskan sistem peghitungan dan kansuuji, yaitu lambang bilangan yang ditulis dengan kanji.
Karena sistem tulisan Jepang yang sangat kompleks ini, menjadi salah satu alasan sulitnya mempelajari bahasa Jepang. Kanji merupakan hyou-i moji dan sebuah kanji bisa
menyatakan arti tertentu. Hal ini dapat memberikan arti bahwa hampir semua benda yang ada di dunia dapat ditulis dengan kanji. Sehingga dapat dibayangkan kalau jumlah kanji hampir
sama dengan jumlah benda yang ada di dunia. Dalam Daikawa Jiten atau kamus terbesar yang disusun di Jepang terdapat kira-kira 50.000 kanji Ishida dalam Sudjianto, 2004:57.
Namun pada tahun 1990, Monbusho Departemen Kependidikan Jepang menetapkan 1200
Universitas Sumatera Utara
kanji yang harus dipelajari di Sekolah Dasar. Pada tahun 1981 ditetapkan daftar Jouyou Kanji yang memuat 1945 kanji.
Seperti kita ketahui bahwa huruf kanji terbentuk dari beberapa garis atau coretan. Garis-garis atau coretan-coretan tersebut membentuk bagian-bagian kanji, lalu bagian-bagian
tersebut pada akhirnya membentuk sebuah huruf kanji secara utuh. Dengan adanya bagian- bagian pada sebuah kanji ini maka timbul istilah yang disebut bushu. Bushu merupakan
bagian yang terpenting dari suatu huruf kanji yang dapat menyatakan arti kanji secara umum. Bushu ini biasa disebut juga dengan karakter dasar kanji Nandi, 2000:7. Sedangkan menurut
Sudjianto dan Dahidi 2004:59, bushu merupakan istilah yang berhubungan dengan bagian- bagian yang ada pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar pengklasifikasian
huruf kanji. Dengan kata lain, bushu ialah sebuah istilah yang berkenaan dengan bagian- bagian yang ada pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar untuk
pengklasifikasian huruf kanji. Manfaat lain dengan adanya ketentuan bushu ini ialah dapat diperoleh kemudahan-kemudahan ketika mencari arti suatu kanji pada sebuah kamus baik
kamus kanji, Kokugo jiten, atau kamus-kamus lainnya. Oleh karena itu, dalam kamus-kamus tersebut, terutama yang diterbitkan di Jepang, selalu dilengkapi dengan daftar bushu untuk
mempermudah cara pemakainnya. Terdapat tujuh macam bushu sesuai dengan letaknya pada suatu kanji yakni :
a. Hen, yaitu bushu yang berada pada bagian kiri sebuah kanji.
b. Tskuri, yaitu bushu yang berada pada bagian kanan pada sebuah kanji.
c. Kanmuri, yaitu bushu yang berada pada bagian atas sebuah kanji.
d. Ashi, yaitu bushu yang berada pada bagian bawah sebuah kanji.
e. Tare, yaitu bushu yang membentuk seperti siku-siku dari bagian atas ke bagian kiri.
f. Nyoo, yaitu bushu yang membentuk siku-siku dari bagian kiri ke bagian bawah
sebelah kanan.
Universitas Sumatera Utara
g. Kamae, yaitu bushu yang tampak seolah-olah mengelilingi bagian kanji lainnya.
Misalnya, karakter dasar Take Kanmuri karakter dasar bambu yang terletak di bagian atas sebuah kanji, yaitu kanji yang memiliki kaitan makna dengan suatu hal yang
berhubungan dengan bambu. Contohnya kanji 簇
zoku muragaru yang berarti kumpulan atau kelompok.
Karakter dasar take atau bambu jika digabungkan dengan karakter dasar lainnya dapat membentuk makna yang baru. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang karakter dasar take
kanmuri, maka penulis akan membahasnya melalui skripsi yang berjudul “Analisis Interpretasi Makna Kanji Berbushu Bekarakter Dasar Take Kanmuri”.
1.2 Perumusan Masalah