E. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek - Apotek Kabupaten Kulon Progo
0,00 50,00
100,00
Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan
Evaluasi Mutu Pelayanan pengambilan keputusan di apotek 71
konsultasi dengan dokter 86 keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat 0
informasi yg diberikan pada pasien 100 papan petunjuk apotek 100
penempatan produk yg terpisah 0 ruang tunggu 57
tempat display informasi 86 ruang konseling tertutup 0
ruang racikan 86 keranjang sampah 100
perencanaan 72 pengadaan 100
penyimpanan 57 informasi pada wadah baru 43
pencatatanpengarsipan pembelian 100 penyertaan buktifaktur penjualan 100
pencatatan penjualan 57 pencatatan narkotikapsikotropika 100
pengarsipan resep 100 pengisian medication record 29
persyaratan administratif 100 kesesuaian farmasetik 100
pertimbangan klinis 100 etiket jelasdapat dibaca 71
pengecekan resep sebelum diserahkan 100 jam konseling setiap hari 86
konseling secara berkelanjutan 43 diseminasi informasi kesehatan 29
tindak lanjut terapi 43 survey tingkat kepuasan konsumen 29
waktu pelayanan per pasien 14 prosedur tetap 29
Gambar 20. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek - Apotek Kabupaten Kulon Progo
75
76
Berdasarkan hasil penelitian, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang paling rendah tingkat pelaksanaannya berdasarkan tiga parameter
utama Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 tersebut adalah bagian evaluasi mutu pelayanan. Pada parameter ini hanya 24 apotek di Kabupaten
Kulon Progo yang sudah melaksanakannya, sehingga perlu perhatian yang lebih agar dapat ditingkatkan pelaksanaannya. Parameter kedua yang masih perlu
ditingkatkan lagi pelaksanaannya yaitu pengelolaan sumber daya, dimana hanya 57,39 apotek yang sudah melaksanakannya. Sedangkan pada parameter
pelayanan, 72 apotek sudah melaksanakannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan
Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 belum dilaksanakan secara menyeluruh oleh apoteker di apotek-apotek Kabupaten Kulon Progo.
Melihat hasil penelitian tersebut dan juga pengalaman peneliti di lokasi penelitian, diharapkan adanya sosialisasi dan juga pembinaan mengenai standar
pelayanan kefarmasian oleh pihak – pihak terkait yaitu Departemen dan atau Dinas Kesehatan, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia ISFI dan Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan; dengan harapan adanya peningkatan pelaksanaan pharmaceutical care yang sesuai standar untuk menghindari medication error
yang merugikan semua pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
F. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek - Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Karakteristik Responden
1. Umur responden Umur seseorang akan mempengaruhi kemampuannya dalam bekerja
sesuai dengan fisik dan mentalnya. Menurut penelitian yang dilakukan Harvard Growth Study, proses pertumbuhan dan perkembangan intelegensi diawali pada
usia remaja dan mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Pada usia tersebut seseorang mampu berpikir hipotetik dan dapat menguji secara sistematik
berbagai penjelasan mengenai kejadian-kejadian tertentu dan dapat memahami prinsip-prinsip abstrak yang berlaku Azwar, 1999. Usia diatas 60 tahun
merupakan masa orang mengundurkan diri dari tahun – tahun yang kreatif dan berguna dengan melihat kemunduran dari kemampuan fisik dan mentalnya.
Individu akan melihat ke belakang, masa kejayaannya Sadli, 1991. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia 35 sampai
dengan 60 tahun melaksanakan standar pelayanan kefarmasian dengan persentase yang paling tinggi diantara usia yang lainnya. Hal itu terlihat pada
parameter pengelolaan sumber daya dan pelayanan, sedangkan pada parameter evaluasi mutu pelayanan tidak ada satupun responden yang sudah
melaksanakannya. Rata – rata hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan umur responden dapat dilihat pada gambar berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
UMUR RESPONDEN
45,8 70,8
55,2 53,0
75,0 60,0
25,0 33,3
16,7
0,00 50,00
100,00
21 s.d. 35 n=4
35 sd 60 n=1
60 n=2
21 s.d. 35 n=4
35 sd 60 n=1
60 n=2
21 s.d. 35 n=4
35 sd 60 n=1
60 n=2
Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan
Evaluasi Mutu Pelayanan
Gambar 21. Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefamasian di Apotek – Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan
Umur Responden
Standar pelayanan kefarmasian pada parameter sumber daya yang tidak pernah dilaksanakan 0 adalah keterlibatan apoteker pada setiap penyerahan
obat, penempatan produk yang terpisah, adanya ruang konseling tertutup dan pengisian medication record. Pada parameter pelayanan, jam konseling setiap
hari dan diseminasi informasi belum dilaksanakan responden yang berusia 21 sampai dengan 35 tahun. Responden yang berusia lebih dari 60 tahun belum
melaksanakan konseling secara berkelanjutan dan tindak lanjut terapi. Responden yang berusia 21 sampai 35 tahun belum melaksanakan
parameter evaluasi mutu pelayanan 25, sedangkan responden dengan usia 35 sampai 60 tahun tidak pernah menetapkan waktu pelayanan per pasien dan
prosedur tetap tetapi telah melaksanakan survey mengenai tingkat kepuasan konsumen 100. Responden yang berusia lebih dari enam puluh tahun baru
melaksanakan prosedur tetap 50. Hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan umur responden dapat dilihat pada gambar 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UMUR REPONDEN
0,00 50,00
100,00
21 s.d. 35 35 sd 60 60
21 s.d. 35 35 sd 60 60
21 s.d. 35 35 sd 60 60
Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan
Evaluasi Mutu Pelayanan
pengambilan keputusan di apotek konsultasi dengan dokter
keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat inf ormasi yg diberikan pada pasien
papan petunjuk apotek penempatan produk yg terpisah
ruang tunggu tempat display inf ormasi
ruang konseling tertutup ruang racikan
keranjang sampah perencanaan
pengadaan penyimpanan
inf ormasi pada w adah baru pencatatanpengarsipan pembelian
penyertaan buktifaktur penjualan pencatatan penjualan
pencatatan narkotikapsikotropika pengarsipan resep
pengisian medication record persyaratan administratif
kesesuaian f armasetik pertimbangan klinis
etiket jelasdapat dibaca pengecekan resep sebelum diserahkan
jam konseling setiap hari konseling secara berkelanjutan
diseminasi informasi kesehatan tindak lanjut terapi
survey tingkat kepuasan konsumen w aktu pelayanan per pasien
prosedur tetap
Gambar 22. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Umur Responden
79
80
2. Pengalaman kerja responden sebagai apoteker Hasil penelitian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek
berdasarkan pengalaman kerja responden pada parameter pengelolaan sumber daya, pengalaman kerja lebih dari enam tahun terlaksana paling baik
dibandingkan dengan yang lainnya. Pada parameter pelayanan, pengalaman kerja satu sampai dengan lima tahun terlaksana paling baik dibandingkan yang
lainnya, sedangkan pada parameter evaluasi mutu pelayanan, pengalaman satu sampai dengan sepuluh tahun. Rata – rata hasil pelaksanaan standar pelayanan
kefarmasian berdasarkan pengalaman kerja dapat dilihat pada gambar 23 berikut ini.
PENGALAMAN KERJA
50,0 56,7
75,0 60,4
55,6 81,2
66,7 72,2
0,0 33,0
33,3 16,7
0,00 50,00
100,00
1 th n=1
1~5 th n=3
6~10 th n=1
10 th n=2
1 th n=1
1~5 th n=3
6~10 th n=1
10 th n=2
1 th n=1
1~5 th n=3
6~10 th n=1
10 th n=2
Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan
Evaluasi Mutu Pelayanan
Gambar 23. Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefamasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan
Pengalaman Kerja Responden.
Hal tersebut dikarenakan pada pengalaman lebih dari enam tahun, responden dalam tahap menjaga dan mengembangkan relasi yang telah
dibangun dengan lingkungannya pada tahun – tahun sebelumnya. Sehingga kemampuan responden untuk mengelola dirinya dan apoteknya benar – benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dikembangkan. Sedangkan pada parameter pelayanan, pengalaman satu sampai dengan lima tahun menunjukkan bahwa responden harus melakukan banyak hal
untuk menambah pengalaman disesuaikan dengan semangat bekerja yang masih tinggi dan juga ketentuan yang berlaku.
Keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat, penempatan produk yang terpisah, ruang konseling tertutup, informasi pada wadah baru dan pengisian
medication record merupakan parameter pengelolaan sumber daya yang tidak pernah dilaksanakan dengan baik oleh semua responden; sedangkan pada
parameter pelayanan, pengalaman kerja kurang dari satu tahun belum melaksanakan penulisan etiket yang jelas, konseling secara berkelanjutan,
diseminasi dan tindak lanjut terapi. Pengalaman enam sampai sepuluh tahun belum melaksanakan penulisan etiket yang jelas, diseminasi dan tindak lanjut
terapi, sedangkan pengalaman lebih sepuluh tahun belum melaksanakan konseling secara berkelanjutan dan tindak lanjut terapi.
Tidak adanya pengalaman 1 tahun menyebabkan responden tidak melaksanakan parameter evaluasi mutu pelayanan. Minimnya pengalaman 1-5
tahun menyebabkan belum terlaksananya evaluasi dengan baik 33. Survey kepuasan konsumen telah dilaksanakan pada pengalaman 6 sampai 10 tahun
dan prosedur tetap pada pengalaman lebih dari sepuluh tahun, lainnya tidak pernah dilaksanakan. Hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian
berdasarkan pengalaman dapat dilihat pada gambar 24 berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGALAMAN KERJA
50 100
1 th n=1
1~5 th n=3
6~10 th n=1
10 th n=2
1 th n=1
1~5 th n=3
6~10 th n=1
10 th n=2
1 th n=1
1~5 th n=3
6~10 th n=1
10 th n=2
Pengelolaan Sum ber Daya Pelayanan
Evaluas i Mutu Pelayanan
pengambilan keputusan di apotek konsultasi dengan dokter
keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat inf ormasi yg diberikan pada pasien
papan petunjuk apotek penempatan produk yg terpisah
ruang tunggu tempat display inf ormasi
ruang konseling tertutup ruang racikan
keranjang sampah perencanaan
pengadaan penyimpanan
inf ormasi pada w adah baru pencatatanpengarsipan pembelian
penyertaan buktif aktur penjualan pencatatan penjualan
pencatatan narkotikapsikotropika pengarsipan resep
pengisian medication record persyaratan administratif
kesesuaian f armasetik pertimbangan klinis
etiket jelasdapat dibaca pengecekan resep sebelum diserahkan
jam konseling setiap hari konseling secara berkelanjutan
diseminasi inf ormasi kesehatan tindak lanjut terapi
survey tingkat kepuasan konsumen w aktu pelayanan per pasien
prosedur tetap
Gambar 24. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Pengalaman Kerja Responden.
82
83
3. Adanya pekerjaan lain dari responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada parameter pengelolaan
sumber daya dan evaluasi mutu pelayanan, responden yang tidak mempunyai pekerjaan lain pelaksanaan standar pelayanan kefarmasiannya lebih baik
daripada responden yang mempunyai pekerjaan lain. Sedangkan pada parameter pelayanan, responden yang memiliki pekerjaan lain, pelaksanaan
standar pelayanan lebih baik daripada responden yang tidak memiliki pekerjaan lain. Hal ini dikarenakan, dengan tidak adanya pekerjaan lain, fokus
perhatian responden terpusat pada satu objek yaitu apotek dan segala aspek didalamnya. Tetapi, dengan adanya pekerjaan lain, responden akan banyak
belajar dari tempat ia bekerja dan juga relasi. Hal ini nantinya akan dipilh mana yang kiranya cocok buat pengembangan apoteknya dan mana yang
tidak. Rata – rata hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian
berdasarkan adanya pekerjaan lain dapat dilihat pada gambar 25.
ADANYA PEKERJAAN LAIN
46,9 70,0
77,8 47,0
0,0 33,3
0,00 50,00
100,00
ya n=2 tidak n=5
ya n=2 tidak n=5
ya n=2 tidak n=5
Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan
Evaluasi Mutu Pelayanan
Gambar 25. Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefamasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan
Adanya Pekerjaan Lain Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Parameter pengelolaan sumber daya manusia yang tidak pernah dilaksanakan oleh semua responden adalah keterlibatan apoteker dalam
penyerahan obat, penempatan produk yang terpisah, dan ruang konseling tertutup. Responden yang mempunyai pekerjaan lain juga belum
melaksanakan pencatatan penjualan, pemberian informasi pada wadah baru dan pengadaan obat melalui jalur resmi.
Jam konseling setiap hari, konseling secara berkelanjutan, diseminasi informasi dan tindak lanjut terapi merupakan standar yang tidak pernah
dilaksanakan oleh responden yang tidak mempunyai pekerjaan lain, sedangkan yang mempunyai pekerjaan lain adalah diseminasi informasi kesehatan.
Responden yang mempunyai pekerjaan lain tidak pernah melaksanakan evaluasi mutu pelayanan 0 sedangkan responden yang tidak
mempunyai pekerjaan lain sudah melakukan standar pelayanan namun persentasenya masih dibawah 50. Hasil pelaksanaan standar pelayanan
kefarmasian berdasarkan adanya pekerjaan lain dari responden dapat dilihat pada gambar 26 berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEKERJAAN LAIN
0,00 50,00
100,00
ya n=2 tidak n=5
ya n=2 tidak n=5
ya n=2 tidak n=5
Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan
Evaluasi Mutu Pelayanan
pengambilan keputusan di apotek konsultasi dengan dokter
keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat informasi yg diberikan pada pasien
papan petunjuk apotek penempatan produk yg terpisah
ruang tunggu tempat display inf ormasi
ruang konseling tertutup ruang racikan
keranjang sampah perencanaan
pengadaan penyimpanan
informasi pada w adah baru pencatatanpengarsipan pembelian
penyertaan buktif aktur penjualan pencatatan penjualan
pencatatan narkotikapsikotropika pengarsipan resep
pengisian medication record persyaratan administratif
kesesuaian farmasetik pertimbangan klinis
etiket jelasdapat dibaca pengecekan resep sebelum diserahkan
jam konseling setiap hari konseling secara berkelanjutan
diseminasi inf ormasi kesehatan tindak lanjut terapi
survey tingkat kepuasan konsumen w aktu pelayanan per pasien
prosedur tetap
Gambar 26. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Adanya Pekerjaan Lain Responden
85
86
4. Waktu kerja responden di apotek dalam seminggu Pelaksanaan standar kefarmasian berdasarkan waktu kerja dalam satu
minggu, waktu kerja enam sampai tujuh hari pada parameter pengelolaan sumber daya dilaksanakan lebih baik daripada waktu kerja tiga sampai
dengan lima hari. Sedangkan pada parameter pelayanan dan evaluasi mutu pelayanan waktu kerja tiga sampai lima hari dilaksakan lebih baik daripada
waktu kerja enam sampai tujuh hari. Hal ini dikarenakan waktu kerja enam sampai tujuh hari dalam satu minggu, responden dapat melihat perkembangan
apoteknya setiap saat sehingga perubahan sedikitpun dapat diamati. Namun demikian, dalam waktu tersebut responden mempunyai keterbatasan sebagai
seorang manusia yang membutuhkan istirahat. Dengan adanya istirahat dan juga penenangan diri, responden dapat bekerja dengan lebih segar dalam
pelayanan dan mutunya. Sehingga dalam hal ini, apoteker dituntut untuk
bekerja professional dalam mengembangkan pelayananan kefarmasian. Rata – rata hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian
berdasarkan waktu kerja dalam satu minggu dapat dilihat pada gambar 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
WAKTU KERJA DALAM SATU MINGGU
45,8 73,8
74,0 52,8
33,3 25,0
0,00 50,00
100,00
3 sd 5 hari n=3
6 sd 7 hari n=4
3 sd 5 hari n=3
6 sd 7 hari n=4
3 sd 5 hari n=3
6 sd 7 hari n=4
Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan
Evaluasi Mutu Pelayanan
Gambar 27. Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefamasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan
Waktu Kerja Responden Dalam Satu Minggu
Semua responden belum melaksanakan parameter pengelolaan sumber daya pada bagian keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat,
penempatan produk yang terpisah, dan ruang konseling tertutup. Responden dengan waktu kerja tiga sampai lima hari juga belum melaksanakan
pemberian informasi pada wadah baru, pencatatan penjualan dan pengisian medication record.
Responden dengan waktu kerja tiga sampai lima hari belum melaksanakan tindak lanjut terapi, sedangkan responden ynag bekerja enam
sampai tujuh hari belum melaksanakan konseling secara berkelanjutan, diseminasi obat dan tindak lanjut terapi pada parameter pelayanan.
Semua responden telah melksanakan evaluasi mutu pelayanan walaupun persentasenya masih dibawah lima puluh persen. Hasil pelaksanaan
standar pelayanan kefarmasian berdasarkan waktu kerja dalam satu minggu dapat dilihat pada gambar 28 berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
WAKTU KERJA DALAM SATU MINGGU
50 100
3 s d 5 hari n=3
6 s d 7 hari n=4
3 s d 5 hari n=3
6 s d 7 hari n=4
3 s d 5 hari n=3
6 s d 7 hari n=4
Pengelolaan Sum ber Daya Pelayanan
Evaluas i Mutu Pelayanan
pengambilan keputusan di apotek konsultasi dengan dokter
keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat
inf ormasi yg diberikan pada pasien papan petunjuk apotek
penempatan produk yg terpisah ruang tunggu
tempat display inf ormasi ruang konseling tertutup
ruang racikan keranjang sampah
perencanaan pengadaan
penyimpanan inf ormasi pada w adah baru
pencatatanpengarsipan pembelian penyertaan buktif aktur penjualan
pencatatan penjualan pencatatan narkotikapsikotropika
pengarsipan resep pengisian medication record
persyaratan administratif kesesuaian f armasetik
pertimbangan klinis etiket jelasdapat dibaca
pengecekan resep sebelum diserahkan
jam konseling setiap hari konseling secara berkelanjutan
diseminasi inf ormasi kesehatan tindak lanjut terapi
survey tingkat kepuasan konsumen w aktu pelayanan per pasien
prosedur tetap
Gambar 28. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Waktu Kerja Responden Dalam Satu Minggu
88
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN